Suasana meriah terlihat di halaman rumah seorang gadis yang bernama Shelomita Praditya. Di usianya yang sudah menginjak dua puluh tujuh tahun, dia akan melangsungkan pernikahan dengan laki-laki pilihan ayahnya.
Shelo, gadis yang lebih suka mengurung diri di kamar dan sehari-harinya bekerja di sekolah swasta sebagai tenaga pengajar, baru akan menikah karena setiap kali dia menjalin hubungan dengan seorang laki-laki, maka akan kandas di tengah jalan. Laki-laki yang menjadi kekasihnya, selalu meninggalkan dia tanpa alasan.
Sampai akhirnya dia mengikuti keinginan ayahnya, menjodohkan dia dengan seorang kontraktor yang bekerja sama dengan instansi tempat ayahnya bekerja, karena memang mereka saling mengenal dengan baik.
"Mbak masih lama tidak dandannya, perasaan dari tadi gak kelar-kelar," tanya Shelo pada perias yang sengaja datang ke rumahnya sedari subuh.
"Sebentar, Mbak. Ini baru pake shading, belum blush on, eye shadow, bulu mata palsu, alis dan yang lainnya," jelas Mbak Perias.
"Ngapain di dandanin, Mbak. Orang jelek tetap saja akan jelek meskipun pake make up tebal," celetuk Jupiter Kiandra, seorang lelaki tampan seperti pahatan patung Yunani. Dengan tubuhnya yang atletis, membuat banyak gadis ingin mendekatinya. Tetapi anehnya, sampai usianya sudah menginjak angka tiga, dia masih saja menjomblo.
Juki, panggilan dari Jupiter memang menjadi musuh abadi Shelo. Padahal kedua orang tua mereka bersahabat baik. Apalagi, rumah mereka bertetangga dekat. Namun sayang, mulutnya bisa lebih pedas dari pedasnya bon cabe jika dia sedang berbicara dengan Shelo.
"Ngapain kemari? Aku gak undang kamu kho! Hus ... Hus sono pergi jauh jangan dekat-dekat! Nanti aku kebawa sial jika dekat-dekat dengan kamu," usir Shelo.
"Aku tidak butuh undangan dari kamu, lagipula aku hanya ingin melihat kalau kamu dandan pasti lebih mirip wewe gombel ketimbang seorang putri cantik," balas Juki.
Mendengar hinaan dari Juki, Shelo langsung berdiri dari duduknya, membuat yang seharusnya dirapikan di pinggir hidungnya menjadi belepotan. Dia segera mendekati laki-laki itu karena ingin memukul Juki yang bicara asal ceplos.
Bugh! Bugh! Bugh!
Tangannya sukses memukul badan laki-laki itu. Tapi bukannya sakit, Juki malah tersenyum sinis padanya. Dia menangkap tangan Shelo lalu berkata dengan sorot mata tajam, "Cewek lemah, memukul pun tidak terasa sakit. Kalau kamu belum merasa kuat, tidak usah buang tenaga untuk memukul aku."
Juki menghempaskan tangan Shelo dengan kasar, sebelum dia pergi dari rumah gadis itu. Sementara Shelo hanya menggeram kesal. Suasana hatinya mendadak buruk setelah kedatangan Juki.
"Mbak, ayo dilanjutkan lagi dandannya! Tidak usah dihiraukan ucapan dia. Mbak Shelo sebenarnya cantik kho, hanya saja Mbak kan jarang dandan. Nanti pasti bikin pangling setelah make-up selesai," bujuk Mbak Perias.
"Dia itu laki-laki paling menyebalkan yang aku kenal. Bisanya hanya menghina saja," adu Shelo.
"Mungkin sebenarnya dia cinta sama Mbak Shelo, tapi dia gengsi mengakuinya."
"Amit-amit Mbak, kalau sampai harus nikah sama dia, bisa-bisa hancur duniaku."
Mbak Perias hanya diam saja tidak menanggapi ucapan Shelo. Dia melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda. Sampai akhirnya, Shelo selesai make-up dan memakai kebaya putih yang menjuntai ke lantai.
Benar apa yang dikatakan oleh Mbak Perias tadi. Shelo terlihat sangat cantik dengan kebaya putih dan siger yang menghiasi kepalanya. Sampai-sampai, semua orang merasa pangling melihatnya.
"Shelo, kenapa kamu jadi cantik begini? Biasanya juga rambut asal-asalan gak pake dandan," tanya Audy sahabat Shelo.
"Aku memang cantik, hanya saja orang-orang banyak yang tidak menyadarinya," jawab Shelo asal.
Tidak berapa lama kemudian, rombongan dari pengantin laki-laki sudah datang, sehingga Shelo pun diajak keluar untuk menyambut kedatangan mereka dengan upacara adat. Shelo tersenyum manis saat melihat calon suaminya yang memiliki wajah lumayan tampan.
Meskipun belum ada cinta di hatinya untuk laki-laki itu, tetapi Shelo menyukai pribadi calon suaminya yang sopan dan hangat. Sehingga dia tidak menolak saat ayahnya menjodohkan dia dengan laki-laki itu.
Selesai upacara adat dan ucapan serah terima di antara keluarga kedua mempelai. Penghulu pun segera memulai acara ijab kabul. Terlihat kedua calon pengantin itu duduk berhadapan dengan penghulu.
"Pak Praditya apa sudah siap?" tanya penghulu pada ayahnya Shelo.
"In-sya Allah sudah, Pak," jawab ayahnya Shelo.
"Nak Galih, apa sudah siap?" tanya penghulu lagi.
"In-sya Allah siap, Pak."
Penghulu pun mulai membimbing Galih dan Pak Ditya untuk mengucapkan ijab dan kabul. Setelah dirasa semuanya tidak ada kesalahan. Barulah Pak Ditya dan Galih mengucapkan dengan lantang ijab dan kabul.
"Saya nikah dan kawinkan engkau, ananda Galih Permana dengan putri saya Shelomita Praditya binti Praditya dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas dengan berat tiga puluh gram dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Shelomita Praditya binti Praditya dengan maskawin tersebut dibayar tunai," ucap Galih dalam satu kali tarikan napas dengan lantang.
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah ...." kompak semua yang hadir.
"Alhamdulillah." Penghulu pun membacakan doa pernikahan.
Namun, baru saja orang-orang akan mengucapkan aamiin, datang seorang laki-laki tampan dengan sebuah amplop putih di tangannya. Juki datang tergesa seraya berteriak.
"Pernikahan ini tidak sah, Pak. Shelo sedang mengandung anakku. Kalau kalian tidak percaya, ini buktinya." Juki memberikan amplop putih itu pada Galih.
Membuat rahang laki-laki itu mengeras melihat laporan kesehatan Shelo yang mengatakan kalau gadis itu sedang hamil lima minggu. Dia merasa sangat terhina dengan kebohongan keluarga Shelo. Tanpa berpikir panjang lagi, dia langsung mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak dia ucapkan sebelum terbukti kebenarannya.
"Jadi kalian telah membohongi aku. pantas saja kamu langsung setuju menikah denganku. Ternyata kamu hanya mencari ayah untuk anakmu. Shelo, detik ini juga aku talak kamu dengan talak tiga. Aku tidak sudi berhubungan lagi dengan keluarga pembohong," tegas Galih.
Duarr!
Terasa disambar petir di siang bolong, pernikahan yang diharapkan akan menjadi awal kebahagiaannya, ternyata hanya menjadikan dia seorang janda yang tidak pernah disentuh oleh suaminya. Shelo hanya tersenyum kecut mendengar apa yang Galih katakan.
"Mas, semua ini tidak benar, aku tidak hamil oleh laki-laki gila itu. Ini hanya fitnah! Tapi Mas Galih terlalu terburu-buru percaya pada bukti palsu tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu padaku," sanggah Shelo tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh suaminya.
"Memalukan, aku menyesal menyetujui keinginan anakku untuk menikah denganmu. Bagaimana kamu bisa mengelak kalau bukti kamu hamil sudah ada di tangan. Cap rumah sakitnya saja asli," tuduh calon ibu mertua Shelo yang melihat hasil laboratorium dengan nama Shelomita. "Sudah Galih, ayo kita pulang. Memalukan!"
"Sebenarnya saya ingin membela diri kalau putri saya tidak hamil. Tapi Nak Galih sudah terlanjur menjatuhkan talak tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu. Saya tidak akan melarang kalian, jika kalian ingin pergi dari sini," ucap Pak Praditya yang sedari tadi diam seraya memegang sebelah dadanya karena terasa sakit mendengar ucapan Galih.
...~Bersambung~...
...Hai hai my good reader , jangan lupa dukungannya buat Author ya! Dukungan kalian penyemangat Author untuk selalu update....
...Semoga berkenan dengan karya Author yang ke-9...
Tanpa berkata apapun, seorang lelaki yang masih terlihat bugar meskipun sudah tidak muda lagi menghampiri Jupiter. Dia sangat geram dengan kelakuan anaknya yang masih saja suka kekanak-kanakan jika berurusan dengan Shelo.
Plak!
Yoga Kiandra, papanya Juki langsung menggeplak kepala putranya. Dia tidak menyangka Juki akan berbuat hal yang kelewat batas saat mengerjai Shelo. Sampai-sampai gadis harus menjadi janda di hari pernikahannya.
"Keterlaluan sekali kamu. Papa yakin kalau itu hanya bohong. Kalau benar, katakan pada Papa! Kapan kamu membuatnya?" sentak Yoga pada putranya.
"Pah, masa aku harus bilang kalau aku sedang membuat anak dengan Shelong. Dia diam-diam selalu datang ke kamar aku, Pah. Makanya Papa harus pasang karena CCTV di depan jendela kamarku. Dia selalu menyelinap ke kamarku," adu Juki dengan tidak tahu malunya.
"Juki kampret! Aku datang ke kamar kamu bukan mau ngajak kamu gitu-gituan, tapi aku mau masukin cicak ke kamar kamu biar kamu ketakutan," bela Shelo keceplosan mengakui keisengannya.
"Tuh, kan Pah. Dia ngaku sendiri kalau suka datang ke kamar aku."
"Sudah cukup! Papa tidak mau tahu, pokoknya kamu harus menikah dengan Shelo sekarang juga. Kamu harus bertanggung jawab karena telah membuat Shelo menjadi Janda Bengsrat," bentak Pak Yoga.
"Papa!"
"Om!"
Juki dan Shelo memanggil Pak Yoga secara bersamaan. Bagaimana mungkin mereka harus menikah, sedangkan selama ini mereka seperti kucing dan anjing yang selalu saling menjatuhkan.
"Tidak ada bantahan. Kalau kamu menolak, kamu tidak akan Papa akui lagi sebagai anak!" tegas Pak Yoga.
"Iya benar Shelo, ayah juga minta kamu menikah dengan Juki, agar dia bertanggung jawab dengan keisengannya sama kamu. Kalau kamu ingin ayah sehat dan baik-baik saja,kamu harus menurut dengan ucapan ayah," pinta Pak Ditya dengan tangan yang masih memegang sebelah dadanya.
"Tapi Ayah, masa aku harus menikah dengan orang gila itu. Bagaimana nanti anakku kalau bapaknya gila seperti dia."
"Hei Oon, siapa yang gila? Masa laki-laki setampan aku dibilang gila? Apa mata kamu bertambah minusnya ya?"
"Diam Juki! Aku tidak mau bicara dengan kamu. Dasar bujang lapuk! Kalau iseng kira-kira dong, Kamu pasti iri karena aku sudah duluan nikah tapi kamu belum."
"Buat apa aku iri? Banyak cewek cantik yang ingin menjadi pacarku. Aku hanya tidak suka melihat kamu menikah dengan dia. Baru digertak segitu saja sudah langsung percaya," ucap Juki dengan tidak tahu malunya.
"Ja-jadi, Shelo sebenarnya tidak hamil?" tanya Galih yang menonton pertunjukan drama keluarga itu.
"TIDAK!" kompak Juki dan Shelo.
Gubrak!
Seketika Galih pingsan di tempatnya. Dia merasa sangat terkejut dengan kenyataan yanga ada. Keluarganya segera membawa Galih pulang, karena mereka merasa malu sudah termakan fitnah Juki.
Rasain! Nyesel kan? batin Juki tertawa jahat di hatinya.
"Pak Penghulu tolong jangan pulang dulu, saya mau pulang sebentar untuk mengambil maskawin-nya," ucap Pak Yoga, sebelum dia berlalu pergi meninggalkan acara.
Sementara mamanya Juki dan ibunya Shelo hanya diam saja. Mereka sangat malu dengan semua tamu yang datang. Apalagi, keduanya selalu membanggakan anak-anak mereka do depan teman-teman sejawatnya.
"Mbak, apa yang harua kita lakukan. Aku merasa mukaku hilang entah ke mana," bisik Lintang, mamanya Juki.
"Apalagi aku, Mbak. Juki kenapa kebangetan sekali isengnya sama Shelo? Aku ingin marah sama Juki, tapi setiap melihat wajahnya, amarahku selalu menguap entah ke mana," Tiara, mamanya Shelo berbisik balik.
Semua orang pun saling berbisik dengan kelakuan Juki yang memang kekanakan sekali jika berhadapan dengan Shelo. Sudah jadi rahasia umum jika mereka tidak pernah akur dan selalu saling menjatuhkan. Sehingga para tetangga pun jadi penasaran akan seperti apa pernikahan mereka.
Tidak berapa lama kemudian, Pak Yoga datang dengan map di tangannya. Dia membawa sertifikat tanah warisan untuk Juki dari neneknya. Tentu saja hal itu membuat putranya kaget bukan kepalang melihat apa yang dibawa oleh papanya.
"Pah, kenapa sertifikat tanah dibawa ke sini?" tanya Juki mendekati Pak Yoga.
Tanpa memperdulikan putranya, Pak Yoga segera menghampiri Pak Penghulu yang masih setia menunggu kedatangannya.
"Pak, susah bisa dimulai akad nikahnya. Maskawin-nya perkebunan teh beserta vila dengan luas tanah satu hektar," ucap Pak Yoga
"Papa yang benar saja, itu warisan dari nenek buat aku. Kenapa dijadikan maskawin?" protes Juki tidak terima dengan apa yang Papa lakukan.
"Sudah kamu diam! Duduk dan ikuti kata-kata Pak Penghulu kalau kamu masih ingin dianggap anak sama Papa dan Mama," seru Pak Yoga merasa sangat kesal pada putranya.
Dia sengaja membawa sertifikat tanah itu, agar Juki berpikir dua kali jika nanti dia ingin berpisah dari Shelo. Karena jika mereka sampai berpisah, sudah pasti perkebunan itu akan menjadi milik Shelo selamanya. Dengan sangat terpaksa, Juki pun mengikuti keinginan papanya.
Oke Shelo, ternyata kita satu banding satu. Tadi aku yang menang, sekarang kamu yang menang karena jadi pemilik perkebunan itu. Tapi lihat saja, aku tidak akan membiarkan hidup kamu tenang selama menjadi istriku, batin Juki.
Wow ... Aku jadi pemilik perkebunan itu. Hahaha ... Aku akan minta cerai setelah mendapatkan perkebunan itu, batin Shelo.
Pak penghulu pun mulai membimbing Juki untuk mengucapkan ijab kabul. Seperti sudah hapal di luar kepala, Juki dengan lantang mengucapkan ijab dan kabul di depan semua orang yang hadir
"Saya terima nikah dan kawinnya Shelomita Praditya binti Praditya dengan maskawin satu hektar perkebunan teh beserta vila dibayar tunai."
"Bagaimana saksi sah?"
"Sah ...." Kompak semua orang yang hadir.
"Alhamdulillah," ucap semua yang hadir.
Pak penghulu pun kembali membaca doa pernikahan. Saat semuanya rangakaian akad nikah sudah selesai, mereka pun menandatangani semua dokumen yang terpaksa diganti nama Jupiter Kiandra karena memang seharusnya Galih yang menandatangani semua itu.
"Terima kasih, Pak. Akhirnya mereka tidak akan pernah berpisah karena perjanjian ini," ucap Pak Yoga dengan mengambil tiga lembar kertas yang sengaja diselipkan agar ikut ditandatangani oleh Juki dan Shelo. Tentu saja hal itu membuat mereka menjadi terkejut.
"Perjanjian apa maksud Papa?" tanya Juki.
"Perjanjian kalau kalian tidak akan pernah bercerai apapun yang terjadi. Kalau salah satu dari kalian ada yang melanggar, maka kalian harus membayar denda sebesar harga maskawin-nya," jelas Pak Yoga dengan senyum penuh kemenangan.
"Papa yang benar saja," protes Juki.
"Sudah, kalian lebih baik berbaikan dan lahirkan cucu yang lucu-lucu untuk Papa dan Mama," ucap Pak Yoga dengan senyum penuh kemenangan. Akhirnya keinginannya dan keinginan sahabatnya Ditya bisa terwujud untuk menikahkan kedua anaknya.
...~Bersambung~...
Pesta pernikahan yang sempat kacau, akhirnya bisa berjalan dengan baik. Meskipun pasangan pengantin baru sellau saling sikut dan saling cubit saat mereka duduk berdua di pelaminan. Namun, kedua bisa menahan diri untuk tidak bertengkar di atas pelaminan. Hanya saja, saat pesta itu sudah selesai, terlihat ada perang badar di kamar Juki.
"Oon, kamu jangan menyentuh satu barang pun yang ada di kamarku," tegur Juki saat melihat Shelo akan tidur di kasurnya.
"Maksudnya, aku tidur di lantai gitu? Ogah! Di rumah saja tempat tidurku besar, untuk apa aku harus tidur di lantai?" Shelo segera menuju ke pintu kama Juki. Tapi ternyata sudah terkunci di luar.
Rupanya, Pak Yoga sudah merencanakan semuanya, agar pengantin baru itu tidur di dalam kamar yang sama. Karena kamar Shelo sendiri masih berantakan oleh sisa hajatan.
"Gak bisa keluar, kan? Udah nurut saja, kamu tidur di lantai," ucap Juki dengan menopang kaki seraya memakan kue sus kering isi coklat kesukaannya.
"Kamu saja sana yang tiur di lantai. Awas minggir! Aku mau makan kue sus," ucap Shelo dengan merebut satu kantong kue susu kering yang sedang dipegang oleh Juki.
"Hey, Bengsrat! Balikin gak? Itu punyaku," sentak Juki saat Shelo membawa kue ke jendela kamarnya.
"Apaan sih lapuk? Jadi suami itu jangan pelit biar rejekinya gak seret. Lagipula, harta suami itu harta istri," ucap Shelo dengan entengnya.
Kedua anak manusia yang seharusnya sudah bisa bersikap dewasa, terlihat sedang berebut kue sus. Tidak ada yang mau mengalah di antara keduanya. Sampai akhirnya pintu kamar ada yang membuka dari luar.
"Kalian pasti lelah, berantem terus. Ini Mama bawakan minum untuk kalian biar tidak haus. Setelah minum, kalian boleh lanjutkan bergelut di atas ranjang," ucap Bu Lintang dengan nampan di tangannya.
Tanpa berpikir dua kali, mereka pun segera berebut gelas yang di bawa oleh Bu Lintang. Wanita cantik itu hanya tersenyum mesem, melihat keduanya menghabiskan air yang ada di dalam gelas.
Kena kalian! Sudah sana tidur, berisik dari tadi ribut terus, batin Bu Lintang.
Benar saja, hanya dalam hitungan detik keduanya menguap. Mereka tiba-tiba saja merasa sangat mengantuk, sehingga tanpa sadar tidur berdua di atas tempat tidur.
"Kalau begini kan rumah aman. Sudahlah! Karena kalian tidak melakukan malam pertama, biar Mama dan Papa yang wakilkan. Mumpung tidak ada pengganggu," gumam Bu Lintang seraya membetulkan selimut Juki dan Shelo.
Dia keluar kamar disambut senyum cerah suaminya. Karena memang, mereka yang merencanakan memberikan obat tidur pada Juki dan Shelo kalau keduanya terdengar ribut di kamar.
"Sukses, Mah?"
"Sukses, Pah!" sahut Bu Lintang dengan tersenyum lebar.
"Ya sudah ayo! Kita saja malam pengantin baunya, karena kita sudah bukan! pengantin baru lagi, xixixixi ...." Kedua orang tua itu tertawa cekikikan dengan apa yang sudah mereka lakukan.
Keduanya masuk ke dalam kamar yang bersisian dengan kamar Juki. Tidak menunggu waktu lama, Pak Yoga langsung menyerang istrinya untuk melepaskan semua hasrat yang membuncah di dada.
...***...
Keesokan harinya, saat sang Surya mulai menampakkan sinarnya, perlahan Shelo membuka matanya. Dia merasa tidurnya sangat pulas sampai-sampai dia bangun kesiangan. Namun, Shelo sangat terkejut saat melihat tangan Juki yang tertidur dengan memeluknya dari belakang.
"Awww ...."
Bruk!
Seketika Juki terjatuh dari atas tempat tidur karena Shelo menendangnya dengan sekuat tenaga. Membuat laki-laki itu meringis kesakitan.
"Brengsekk kamu Juki! Kenapa kamu mencuri kesempatan dengan tidur memeluk aku?" bentak Shelo kesal karena merasa kecolongan dipeluk oleh laki-laki yang sangat dibencinya.
"Hey, Oncom! Kira-kira dong! Kamu nendang orang seenaknya saja. Kamu pikir aku ini bola? Lagian ini kamarku. Kamu sudah numpang, gak tahu diri lagi," Juki pun balik memarahi Shelo yang melotot ke arahnya. Saat dia ingin berbicara kembali, Juki mengurungkan niatnya, saat terdengar ponselnya berbunyi.
Aku ingin menjadi sesuatu, yang s'lalu bisa kau sentuh. Aku ingin kau tahu, bahwa ku selalu memujamu. Tanpamu, sepinya waktu merantai hati. Oh, bayangmu seakan-akan ... Kau seperti nyanyian dalam hatiku, yang memanggil rinduku padamu. Oh, seperti udara yang kuhela kau selalu ada.
Dia mencari ke sana ke mari ponsel miliknya yang terus saja berbunyi. Sampai akhirnya, dia menemukan ponsel itu di belakang bokong Shelo. Tanpa bicara lagi, Juki segera mengambil ponselnya dan menerima panggilan telepon yang ternyata dari sahabatnya.
"Hallo, Regan! Ada apa pagi-pagi menelpon aku?" tanya Juki setelah tersambung dengan panggilan telepon dari sahabatnya.
"Kamu di mana? Kenapa kemarin mendadak ijin. Anak-anak kelimpungan karena banyak author yang mengeluh masuk review manual," ucap Regan, sahabat sekaligus pemilik platform online tempat Juki bekerja.
"Aku pulang ke rumah. Aku kan sudah titip pada Kinara untuk menghandle semuanya dulu."
"Sudah cepat ke kantor sekarang! Aku tunggu!"
"Aku paling juga bisa datangnya siang, lagi ada acara keluarga di rumah." Juki melihat kepergian Shelo sampai gadis itu menghilang di balik pintu kamarnya.
"Oke, aku tunggu jam satu siang. Jangan telat Jupiter!"
"Oke, Bos! Mau mandi dulu," ucap Juki seraya menutup panggilan telepon dari sahabatnya.
Dia menghela napas dalam karena akan disibukan lagi dengan pekerjaannya sebagai Editor senior di sebuah platform online yang dia bangun bersama dengan sahabatnya. Namun, wajah murung itu mendadak kembali cerah saat mendapatkan sebuah pesan dari author yang sering meminta tolong kepadanya.
Author Selow :[Halo kak, boleh minta tolong! Punyaku dari kemarin babnya ketahan kak, tolong dibantu ya kak!]
Peter :[Baik Kak!]
Juki langsung senyam-senyum sendiri. Entah kenapa dia merasa suka saat chatting dengan author Selow itu, padahal dia belum pernah melihat wajahnya. Tapi dari foto profil yang sering diunggah oleh author itu, Juki yakin kalau dia perempuan.
Aku jadi penasaran dengan dia. Apa dia sudah menikah dan punya anak seperti yang lainnya? Atau dia masih gadis. Apa jangan-jangan, sebenarnya dia itu laki-laki ya! Aku selalu lupa setiap kali mau mengecek surat kontraknya, batin Juki.
Dia langsung bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Meskipun dia membenci Shelo tapi dia berencana untuk mengajak gadis itu agar tinggal bersamanya di apartemen. Karena jika pulang pergi ke rumahnya, memakan waktu yang cukup lama di perjalanan.
Selesai Juki membersihkan dirinya dan penampilannya kini terlihat sudah rapi, dia pun keluar dari kamarnya. Pak Yoga menyambut kedatangan putra semata wayangnya dengan senyum cerah secerah sinar mentari di pagi ini.
"Pagi, Boy. Ayo sarapan bersama!" ajak Pak Yoga.
"Pagi, Pah! Mama, semalam kasih minum apa sama aku dan Shelo? Kenapa aku tiba-tiba mengantuk setelah meminumnya?" tanya Juki dengan menatap lekat mamanya yang sedang menghidangkan sarapan pagi di meja makan.
"Hanya air putih ditambah sedikit obat tidur, agar kalian tidak berantem terus. Mama pusing mendengarnya. Lagian kamu sudah tiga puluh tahun tapi masih saja pecicilan kalau dekat dengan Shelo. Mama jadi curiga, kalau sebenarnya kalian sama-sama suka. Tapi gengsi buat mengatakannya."
...~Bersambung~...
...Jangan lupa dukungannya ya Kak! Klik like, comment, rate, vote, gift dan favorite....
...Terima kasih!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!