Anaya Karenina menatap nanar kamar pribadinya.Kini ia harus meninggalkan kamar yang menjadi tempat ternyamannya selama ini.Tak hanya kamar bahkan rumahnya kini harus disita pihak bank karena hutang kedua orangtuanya yang tak mampu lagi dibayar.Perusahaan yang dikelola orangtuanya pailit tak mampu lagi menutupi hutang hutang perusahaan.Gadis yang masih berusia 20 tahun itu hanya pasrah saat depkolektor memaksanya pergi setelah beberapa jam yang lalu kedua orangtuanya dikebumikan.
Kedua orangtua Anaya meninggal karena kecelakaan dan itu yang Anaya tau dari penyelidikan kepolisian.
Wajah gadis itu masih tampak sembab akibat terlalu lama menangis.Kini ia berjalan tak tentu arah tujuan karena tak memiliki siapa pun lagi di dunia ini.Tak memiliki uang dan tabungan karena selama ini orangtuanya memfasilitasi semua kebutuhannya.Menjadi anak tunggal yang selalu dimanja.
Langit yang mendung seakan tau kesedihan yang menimpa gadis itu kini telah menitikkan airnya.Anaya terus berjalan ditengah derasnya hujan.Tatapan matanya kosong dan penuh dengan keputusan asaan.
Entah sudah berapa kilo gadis itu berjalan dengan wajah yang sudah terlihat pucat dan menggigil.Tanpa ia sadari sebuah mobil tengah melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi.
"Awas....
Brugh...
Anaya berguling kearah trotoar dengan seorang pria yang memeluknya.Gadis itu pingsan karena terkejut dengan apa yang baru saja menimpanya.Gadis itu berharap ini adalah akhir hidupnya sehingga tak lagi menghadapi kejamnya dunia.
Beruntung Anaya tak mengalami luka lecet sama sekali namun pria itu sedikit terluka dibagian siku dan punggung tangan karena bergesekan dengan trotoar untuk melindungi agar kepala Anaya tak terbentur trotoar.
Pria itu langsung mengangkat tubuh kecil gadis itu menuju mobilnya. Tampak raut wajah dingin dan amarah didalam tatapannya.
Orang orang yang menyaksikan peristiwa itu tampak bergerumun sehingga pria itu memerintahkan anak buahnya untuk menghalau orang orang yang mencoba mengambil gambarnya.
Sebelum memasuki mobil pria itu memerintahkan sekretarisnya untuk mengurus orang orang yang sudah mengambil gambar dan video tentang dirinya.
"Urus mereka Rob",ucap pria itu dingin dengan Anaya masih berada dalam gendongannya.
"Baik Tuan",jawab pria yang bernama Robi itu patuh dan segera melakukan perintah sang tuan.
Pria itu masuk kedalam mobil dan langsung memerintahkan sang sopir untuk menjalankan mobilnya.Sedangkan Anaya masih dalam gendongannya.
Pria itu memperhatikan wajah cantik namun sedikit pucat yang ada dihadapannya.Tampak senyuman smirk terlukis di bibirnya kemudian mempererat dekapannya pada tubuh gadis yang baru saja ia selamatkan.
Sang sopir tampak melongo saat melihat Tuannya dari spion mobil.Tak biasanya tuannya mau berdekatan dengan makhluk yang bernama wanita.Tapi apa yang baru saja ia lihat adalah suatu keajaiban dan ia sangat bersyukur kalau tuannya sudah mau membuka hati untuk seorang wanita.
"Bisakah kau fokus untuk menyetir",ucap pria membuat sang sopir merinding.
"Maaf Tuan",jawab sang sopir kembali fokus pada jalanan.
Tak lama mereka sampai di sebuah mansion mewah.Seorang pria bertubuh tegap menghampiri dan membuka pintu mobil untuk pria yang mereka panggil tuan itu.
Saat sang pria turun dengan menggendong seorang wanita membuat para penjaga dan pelayan tampak melongo.Baru kali ini tuan mereka membawa seorang wanita ke huniannya.Selama ini tak ada seorang wanita pun ia izinkan memasuki mansion ya kecuali Nyonya besar.Bahkan sang mantan kekasih tuannya pun tak pernah menginjakkan kakinya di mansion ini.
Pria itu membawa Anaya ke kamar pribadinya lagi lagi membuat pelayan menatap tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.
Pria itu meletakkan tubuh Anaya pelan diatas tempat tidurnya.Lalu menelfon sang asisten kepercayaannya yang sekaligus dokter pribadinya untuk memeriksa keadaan Anaya.
Pria itu meminta salah satu pelayan untuk mengganti pakaian basah milik Anaya.Dan hari itu adalah hari pertama bagi pelayan itu memasuki kamar sang tuan.Karena selama ini yang membersihkan kamarnya adalah pelayan laki-laki yang tuannya percaya.Pria tersebut tak mengizinkan wanita manapun memasuki kamar pribadinya.Dan Anayalah wanita beruntung yang ia bawa ke kamarnya.
Setelah selesai pria itu duduk disamping Anaya yang masih memejamkan matanya.Bibirnya tampak membiru karena kedinginan.Pria itu segera menurunkan suhu AC yang ada dikamar itu.
Tak lama terdengar derap langkah memasuki kamar pria itu.Seorang pria yang menenteng tas tampak memasuki kamar itu.Pria itu tampak terkejut saat melihat seorang wanita tengah tidur diatas pembaringan milik pria itu.
"Apakah aku sedang bermimpi?",tanya pria itu asisten sekaligus dokter pribadi yang merupakan sahabat pria itu.Ia kaget karena selama ini sahabatnya ini takkan mengizinkan wanita manapun masuk ke kamarnya bahkan Mamanya sekalipun.
"Periksa dia!",ucap pria itu datar.
"Baiklah sepertinya gadis ini sangat berharga bagimu",ucap pria yang baru datang itu.
"Hmmm",pria itu hanya menjawab dengan deheman lalu berdiri agar sahabatnya leluasa memeriksa gadis yang baru saja ia selamatkan.
Pria itu memeriksa keadaan Anaknya dengan stetoskop yang ia lekatkan pada tubuh Anaya.
"Apa yang kau lakukan,ha?",teriak pria itu saat sang sahabat membuka kancing atas baju Anaya untuk memeriksa detak jantungnya.
"Aku akan memeriksa detak jantungnya Sean",ucap pria itu kesal dengan sang tuan sekaligus sahabatnya itu.
"Tapi kau tak harus membuka bajunya juga kan?",tanya Sean yang terlihat begitu tak suka saat sahabatnya membuat kancibg baju Anaya.
"Ck...dasar posesif",umpat pria itu yang tetap melakukan pekerjaannya untuk memeriksa keadaan Anaya.
Sean terus menatap sahabatnya itu dengan tajam.Entah kenapa ia tak suka jika ada orang lain yang menyentuh Anaya.Padahal mereka tidak saling kenal tapi hati kecilnya mengatakan kalau ia harus melindungi gadis itu.
"Seperti dia hanya syok dan tubuhnya sangat kedinginan.Turunkan suhu kamarmu Sean! agar suhu tubuh gadis ini kembali normal,suruh dia memakan sop saat ia terbangun nanti agar daya tahan tubuhnya kembali membaik",ucap pria itu lalu memasukan stetoskopnya kembli kedalam tas miliknya.
"Baiklah... tolong perintahkan pelayan untuk membuatkan sop saat kau turun nanti",ucap Sean kembali mendekati Anaya.
"Baiklah Sean...aku permisi dulu dan kau berhutang penjelasan padaku tentang gadis ini",ucap pria itu sebelum melangkah keluar kamar.
"Dan kau tak akan mendapatkan penjelasan apapun dariku Morgan",ucap Sean datar.
"Baiklah...jangan menyentuhnya saat kondisinya lemah saat ini",goda Morgan sebelum menutup pintu kamar.
"Shitt....",umpat Sean menatap tajam pintu kamar yang tertutup sempurna.
Sean Kemabli menatap wajah cantik Anaya.Suhu kamar terasa sangat panas karena Sean telah menurunkan suhu kamar itu agar tubuh Anaya kembali menghangat.Dia membuka beberapa kancing bagian atas piyamanya memperlihatkan tubuh kekarnya.Pria itu memilih untuk duduk disofa dan meraih laptopnya untuk mengecek beberapa email yang masuk seraya menunggu Anaya siuman.
Tak lama kemudian pintu kamar diketahui dari luar.
"Masuk!",ucap Sean.
Seorang pelayan pria tampak membuka pintu dan memasuki kamar Sean dengan sebuah nampan berisi sop,nasi dan air jahe diatasnya."Maaf Tuan ini makanan yang anda minta",ucap pelayan itu melirik kearah Anaya yang tertidur pulas.
"Turunkan pandanganmu",ucap Sean dingin dan datar.
"Maaf Tuan", ucap pelayan itu lalu meletakkan nampan itu diatas nakas lalu kembali pergi dari ruangan yang membuatnya serasa sesak karena tatapan tajam dari tuannya.
Sepuluh menit kemudian Anaya tampak mengerjapkan pelan matanya dan menatap sekeliling ruangan seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Kau sudah bangun?",suara bariton dan berat membuat Anya menoleh kearah sumber suara tersebut.
"Ka-kau?",Anaya membulatkan matanya saat ia menyadari ia tengah berada di dalam kamar bersama seorang pria asing.
...****************...
Novel kedua aku ya...semoga suka😁
"Aku ada dimana?",tanya Anaya memindai sekeliling kamar mewah itu dengan penuh ketakutan.
"Kau aman disini gadis kecil",ucap Sean yang mendekati Anaya yang tampak gelisah.
"Siapa kau?",ucap Anaya mengeratkan selimut kearah tubuhnya.
"Aku?...aku adalah orang yang menyelamatkanmu saat kau akan ditabrak oleh mobil saat kau kehujanan",ucap Sean yang kini sudah duduk tepat disebelah Anaya.
Anaya mencoba mengingat apa yang terjadi padanya beberapa waktu yang lalu.Gadis itu tampak sedang berpikir namun kemudian ia baru menyadari saat ditengah hujan tadi ada seseorang yang menarik tubuhnya dalam setelah itu semuanya gelap dan ia tak mengingat apapun lagi sampai ia terbangun di sebuah kamar yang begitu luas dan mewah.
"Makanlah...agar tubuhmu kembali fit!",ucap Sean menyodorkan nampan berisi sop yang masih panas dan segelas wedang jahe.
Anaya menatap ragu pada makanan itu.Ia takut makanan itu telah dicampuri sesuatu sehingga akan merugikan dirinya nantinya.
"Makanan itu tidak beracun",ucap Sean seakan atau apa yang sedang Anaya pikirkan.
Anaya menoleh ke arah pria tampan yang dari tadi duduk disebelahnya yang terlihat sexy dimatanya saat menatap baju pria itu sedkit terbuka dibagian dada yang memperlihatkan dada bidangnya.Anaya menelan salivanya melihat pemandangan indah didepannya itu.
"Kau takkan kenyang jika terus menatapku",ucap Sean membuat Anaya merona seketika dan memalingkan wajahnya ke nampan berisi makanan.
Anaya memulai memasukan Sop itu ke dalam mulutnya.Sejenak ia meresapi rasa sop itu yang begitu nikmat dan enak dilidahnya.
"Terima kasih sudah menolongku,aku pikir tadinya hidupku sudah berakhir",ucap Anaya dengan tatapan penuh kesedihan.
"Apakah kau tadi berencana bunuh diri?",tanya Sean mengangkat sebelah alisnya menatap Anaya tajam.
"Tidak...tapi ucapanmu barusan bukanlah ide yang buruk",ucap Anaya tersenyum samar.
"Maksudmu?kau akan melakukannya lalu semua masalahmu selesai,begitu?",tanya Sean.
"Ya...aku tak punya siapa siapa lagi di dunia ini.Kedua orangtuaku baru dikebumikan tadi siang dan beberapa jam setelahnya aku harus terusir dari rumahku sendiri karena seluruh aset peninggalan kedua orangtuaku disita pihak bank",lirih Anaya mengusap air matanya kasar.
"Gadis yang malang",batin Sean menatap Anaya iba.Entah sejak kapan ia memiliki rasa iba pada orang lain.Gadis ini sukses membuatnya mengubah dunianya yang tadinya tak mau berdekatan dengan wanita kini dengan terang terangan ia membawa seorang gadis kekediamannua bahkan memasuki kamarnya.
Anaya menyelesaikan makannya dan menatap Sean yang tampak melamun."Siapa kau sebenarnya?kenapa kau menolongku?"tanya Anaya penuh selidik membuat Sean tersentak dari lamunannya.
"Aku hanya kebetulan saja menolongmu,bukankah kau tak punya siapa siapa lagi?.Tinggallah di mansion ini!",ucap Sean membuat Anaya melongo tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Tidakkah kau takut nanti aku bisa saja mencuri di mansionmu ini?",tanya Anaya.
"Tentu saja tidak Anaya Karenina",bisik Sean tepat ditelinga Anaya membuat gadis itu meremang.
"Si-siapa kau sebenarnya?dari mana kau tau namaku padahal kita tidak saling mengenal sebelumnya",tanya Anaya penuh selidik dan ketakutan apa pria ini merupakan agen mata mata.
Padahal perkara mudah bagi seorang Sean Mahardika Alatas untuk menyelidiki asal usul Anaya.Buktinya hanya dalam satu lima belas menit ia sudah mendapatkan identitas Anaya secara lengkap dari seseorang yang di percaya.
"Cepat atau lambat kau akan tau siapa aku gadis kecil",ucap Sean menampilkan senyuman evilnya membuat bulu kuduk Anaya berdiri.
Pria itu turun dari tempat tidur menunju kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alam yang dari tadi ia tahan.
Anaya menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup dengan penuh kebingungan."Aku harus pergi dari sini", batin Anaya lalu menyibakkan selimutnya dan segera bangkit dari tempat tidur.
Anaya menyadari sesuatu yang ada pada tubuhnya.Gadis itu maraba pakaian yang ia kenakan.Bajunya kini sudah berganti dengan sebuah piyama,lalu siapa yang mengganti pakaiannya."Jangan jangan
pria itu?.Ah...sialan dasar pria mesum",umpat Anaya membayangkan pria itu mengganti pakaiannya dan melihat tubuhnya polosnya membuat Anaya merona malu.
"Mau kemana?",tanya Sean yang berdiri diambang pintu kamar mandi.
Anaya menoleh kearah Sean dengan wajah memerah menahan amarahnya karena pria itu telah lancang menyentuhnya."Mau keluar dari kamar ini.Aku tak mau sekamar dengan pria mesum sepertimu",ucap Ananya sinis.
Sean mengernyitkan keningnya saat Anaya mengatakannya pria mesum."Apa yang telah aku lakukan padamu sehingga kau mengatakan aku pria mesum,hum?",tanya Sean berjalan mendekati Anaya.
"Kau...siapa yang mengganti pakaianku jika bukan kau pria mesum",tuding Anaya.
"Aku tak tertarik dengan tubuh kecilmu itu",jawab Sean denah tatapan remeh memandangi tubuh Anaya yang memang kecil namun lekuk tubuhnya sangat padat dan sintal.
"Apa kau bilang?",pekik Anaya.
"Jangan berteriak dihadapanku,aku tak tertarik dengan tubuhmu bahkan kau bukan tipeku",sinis Sean yang mulai memperlihatkan sifat arogannya.
"Cih...tapi kau sudah melihatnya bukan",tuduh Anaya berdecih pelan tak peduli jika pria itu yang telah menyelamatkannya.
"Hmmm...yang menggantikan pakaianmu pelayan wanitaku",ucap Sean membuat Anaya bungkam seketika.Ia merasa malu pada pria yang ada dihadapannya.
Anaya menunduk malu karena sudah menuduh pria itu tanpa bertanya lebih dahulu.Tapi apakah ia salah jika harus waspada pada pria ini yang baru saja ia temui.
"Kembalilah istrihat aku mau melanjutkan sedikit pekerjaanku yang tertunda",ucap Sean lalu masuk kesebuah ruangan yang ada dikamar itu yang tentunya ruang kerja pria itu.
Anaya memilih berjalan mengelilingi kamar mewah itu bahkan kamar ini dua kali lipat lebih besar dari kamarnya dulu.
Anaya berdiri didepan sebuah lukisan foto keluarga yang Anaya yakini foto pria itu bersama kedua orang tuanya dan seorang gadis cantik disamping pria itu yang sangat mirip dengan pria itu.
Kemudian gadis itu membuka pintu kamar yang mengarah ke balkon kamar.Angin sejuk langsung menghampiri tubuhnya.Anaya berjalan menuju pagar pembatas balkon kamar itu lalu memandangi langit sore yang mulai memerah.
"Mama, Papa...Naya rindu",batin Anaya menatap langit yang masih terlihat mendung.
Anaya Mengamati dari lantai atas seluruh mansion milik Sean.Tampak seluruh pekarangan dijaga ketat oleh para pelayan.Halaman mansion tampak sangat luas jika ia berlari dari pintu utama menuju gerbang itu akan menguras tenaganya saking luas halaman mansion itu.
Anaya bersidekap didada menikmati sejuknya angin sore setelah diguyur hujan.Gadis itu memejamkan kedua matanya seraya merentangkan kedua tangannya melepas semua beban berat yang menghampirinya.
Ia memikirkan penawaran Sean yang memintanya untuk tinggal di mansion ini.Jika ia pergi dari sini kemana ia kan pergi karena tak memiliki uang dan karib kerabat.Tinggal disini apakah ia bisa karena belum mengenal pria itu apakah ia memiliki maksud terselubung dengan memintanya tinggal di sini.
"Aku memintamu intirahat bukan berdiri disini",Anaya tersentak kaget dan mwbolet kearah sumber suara.
...****************...
Mohon like dan komen nya ya!!!
Disinilah Anaya saat ini ditempatkan tidur karena Sean memaksanya untuk segera masuk ke dalam kamar dengan alasan angin sore tak baik untuk kesehatan.
Gadis itu merebahkan badannya karena ia sendirian dikamar itu karena Sean baru saja pergi karena urusan penting.Entahlah sepenting apa urusan Sean Anaya tak peduli karena yang ia pikirkan saat ini adalah ucapan Sean sebelum pergi kalau mereka akan tidur sekamar selama Anaya tinggal di mansion ini.
Anaya sudah menolak tapi pria itu tidak mau dibantah."Emang dia pikir aku wanita apaan yang seenaknya saja ia ajak tinggal dalam satu kamar tanpa adanya ikatan pernikahan",gerutu Anaya yang begitu kesal dengan Sean.
Anaya mencoba memejamkan matanya namun rasa kantuk tak kunjung datang.Gadis itu frustasi karena jam memang belum menunjukkan waktu tidur.
Bosan sendirian di kamar Anaya memilih untuk keluar kamar.Ia ingin berkeliling mansion milik Sean.Namun apa yang ada dipikirannya tak sesuai suasana mansion itu terlihat sepi hanya ada beberapa pelayan yang yang tampak sibuk dengan pekerjaannya.
Anaya menuruni tangga yang sangat banyak dan berliku.Ternyata ia berada dilantai 3 mansion itu.
"Ah merepotkan sekali ngapain coba tidur dilantai 3 kalau harus naik turun tangga sebanyak ini.Apakah tu orang gak capek ya?",gumam Anaya yang menghitung anak tangga yang ia turuni.
Anaya tidak tau saja kalau di mansion itu terdapat lift.Mana mungkin Sean mau capek capek baik turun tangga.Tangga itu diperuntukkan jika liftnya mengalami kerusakan.
Setibanya dilantai dasar Anaya memindai seluruh ruangan.Seorang pelayan tampak menghampirinya.
"Maaf Nona...anda mau kemana?",tanya pelayan itu ramah.
Anaya gelagapan dipanggil dengan sebutan Nona,gadis itu hanya tersenyum kecil."Aku mau keliling mansion ini,bosan dikamar",jawab Anaya.
"Maaf Nona Tuan muda sudah berpesan jika anda harus beristirahat dikamar",ucap pelayan itu membuat Anaya jengah.
"Tapi aku bosan dikamar,atau mau kah kau menemaniku untuk berjalan jalan sebentar disekitar mansion ini?",tanya Anaya karena ia sedikit takut nyasar jika berjalan sendiri di mansion yang luas ini.
"Tapi Nona-
"Tuanmu tidak akan memarahimu aku yang akan bertanggung jawab",kekeh Anaya.Dia ingin tau seluk beluk mansion ini agar sewaktu waktu ia bisa kabur dari sini jika Sean orang yang berbahaya seperti yang ia pikirkan.
"Baiklah Nona",jawab pelayan itu berjalan dibalakang Anaya.
"Kau... berjalan disampingku jangan dibelakangku itu namanya kau mengikutiku bukan menemaniku",tutur Anaya yang karena ia ingin bertanya banyak hal dengan pelayan itu tentang tuannya.
"Maaf Nona nanti tuan-
"Kau saat ini sedang bersamaku bukan dengan tuanmu itu,jadi ayo berjalan disampingku.Kalau seperti ini kau seperti bodyguardku saja",kesal Anaya.
"Ba-baik Nona",jawab pelayan itu tertunduk lalu dengan sedikit ragu berjalan disampingnya Anaya.
"Oh ya aku mau bertanya,apa kau tau apa pekerjaan tuanmu itu?",tanya Anaya.
"Maaf Nona salah tidak berani menjawab pertanyaanmu Nona karena kami para pelayan juga tidak tau apa apa pekerjaan Tuan muda,tapi yang jelas tuan muda merupakan anak dari pengusaha konglomerat ",jawab pelayan itu.
"Ck... sepertinya aku tak akan menemukan jawabnya darimu,tolong antar aku ke kamar",ucap Anaya dengan kesal lalu membalikkan badannya namun ia menubruk benda keras.
"Sejak kapan disini ada tonggak padahal tadi tidak ada",gumam Anaya mengusap keningnya yang sakit.
Pelayan itu langsung pergi meninggalkan Anaya yang terus saja mengumpat.
"Jika ingin bertanya tentangku,tanyakan langsung saja ke orangnya..
Deg
Anaya mengenali suara itu dan mengangkat kepala menatap Sean yang sudah menatapnya tajam.
"Ka-Kau bukankah-
"Aku menyuruhmu untuk istirahat bukan keluyuran seperti ini",ucap Sean dengan tatapan dingin.
"Aku belum mengantuk dan yang pasti aku bosan berada didalam kamar terus",jawab Anaya.
"Oh ya apa besok aku sudah boleh pergi dari sini?",tanya Anaya.
"Apakah kau tak betah tinggal disini?,lalu jika kau pergi kau mau kemana?",tanya Sean yang melihat Anaya sedang berpikir.
"Oh...itu...akan aku pikirkan nanti",jawab Anaya yang tampak gamang.Karena ia tak memiliki uang sepeserpun untuk menyewa rumah.
"Penawaran ku masih sama tinggallah disini Sampai kapanpun yang kau mau.Tapi kita-
"Tidur sekamar maksudmu kan?.Dan aku tidak mau kau pikir aku ini wanitamu?",sungut Anaya yang tak habis pikir dengan pria yang belum ia tau sama sekali namanya ini dan dengan mudahnya memintanya untuk tidur sekamar dengan pria itu.
"Hanya tidur dan tidak lebih Anaya...",geram Sean dengan sikap keras kepala gadis yang ada dihadapannya ini.
"Apakah kau sudah terbiasa membawa perempuan tidur dikamarmu?",tanya Anaya penuh selidik.
"Tidak...kau yang pertama aku ajak ke mansion ini dan wanita pertama yang masuk kedalam kamarku bahkan Mamaku saja tak pernah aku izinkan untuk memasuki kamarku",jawab Sean jujur karena memang Anaya lah wanita pertama yang masuk ke kamarnya dan tidur disana.
"Aku tak yakin pria sepertimu tak pernah membawa wanita kerumah ini.Dari tampangmu saja sudah seperti Cass-
"Seperti apa,hum?",tanya Sean mendekat kearah Anaya dengan tatapan tajamnya.Bahkan tatapan itu membuat Anaya bergidik seakan menerkamnya hidup hidup.
"Kau...mau apa kau,ha?",tanya Anaya yang melangkah mundur dengan raut ketakutan terpancar dari matanya.
"Bukankah kau ingin mengatakan sesuatu,hum?",tanya Sean yang terus mendekati Anaya sampai gadis itu terpojok pada satu pilar mansion miliknya.Sean langsung mengurung Anaya dengan kedua tangannya dan menatap gadis itu intens.
"Kau...",Anya berusaha mendorong tubuh Sean namun Sean tak bergerak sedikitpun.
Sean semakin semangat untuk menggoda Anaya yang tampak gugup.Sean mendekatkan wajahnya pada wajah Anaya.Bahkan Anaya bisa merasakan hembusan nafas pria itu.Reflek Anya memejamkan kedua matanya membuat Sean tersenyum miring.
Tak
Sean menyentil kening Anaya membuat gadis itu membuka matanya."Apa kau pikir aku akan menciummu,hum?",tanya Sean tersenyum miring.
Seketika Anaya merona karena malu,bisa bisanya ia berpikir kalau pria itu akan menciumnya.
"Kembalilah ke kamar!.Aku malam ini tidak akan tidur dimansion,jangan tidur larut malam tak baik untuk kesehatanmu",ucap Sean meninggalkan Anaya yang tengah mengatur detak jantungnya.
Anaya menghembuskan nafas pelan dan mengusap dada sebelah kirinya yang masih saja berdetak keras.
"Bodoh kau Naya...bisa bisanya kau berpikir pria itu akan menciummu",gerutu Anaya memukul pelan kepalanya.
Gadis itu memilih untuk duduk di sana menatap langit yang mulai gelap meski langit tanpa bintang.
"Ma...Pa...Naya sangat merindukan kalian",gumam Naya menitikkan air matanya karena teringat akan kedua orangtuanya yang meninggal karena kecelakaan.
Tak jauh dari sana sepasang mata tengah menatapnya.
"Aku takkan membiarkanmu pergi dari sini kelinciku",gumam pria itu tersenyum smirk.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!