NovelToon NovelToon

JANJI AKSARA

PART 01

Arka berlari kecil menghampiri Delan yang tengah duduk santai di tribun lapangan basket. Di sebelah Delan, Agatha sibuk mengipasi wajahnya dengan sapu tangan handuk berwarna navy dengan motif kelinci kecil di ujungnya.

"Urusan Lo udah selesai?" tanya Arka riang begitu sampai di hadapan kedua sahabatnya. Parasnya yang tampan kini Bermandi peluh akibat bermain basket selama hampir dua jam tanpa istirahat.

Delan tertawa lebar menampakan barisan giginya yang berjajar rapi.

"Beres Ka, kebetulan hari ini gue dapet tenaga gratis." ujar nya dengan ujung mata melirik gadis berpipi chubby di samping kirinya. Ketua ekskul mading itu baru saja menyelesaikan hasil akhir edisi awal tahun Mading. Tentunya berkat bantuan tangan kreatif milik Agatha.

Yang dilirik hanya nyengir kuda, tak ingin berkomentar. Tangannya terulur ke arah Arka sembari menyodorkan sekantung plastik es jeruk yang sudah mencair karena dibiarkan terlalu lama di pangkuannya.

Karena sebelum menyusul Arka dan Delan, Agatha menyempatkan diri ke kantin sekolah untuk membelikan beberapa cemilan dan juga es.

Tanpa basa-basi lagi, Arka langsung menyambar minuman itu dan menyeruputnya hingga tak bersisa.

"Ahh,,, seger banget Ta...."

Dengan punggung tangan di seka bibir atasnya yang sedikit basah karena air jeruk.

"Pinjem dong," Arka merebut paksa sapu tangan yang masih Agatha gunakan untuk mengipasi wajahnya.

"Kenapa Lo?" tanya Arka ketika melihat Agatha tengah menyeringai menatap kearah dirinya. Jelas Arka bingung dengan respon yang di berikan oleh Agatha, dimana biasanya Agatha akan memukulnya secara membabi buta atau memakinya dengan nama dari segala jenis hewan di kebun binatang.

Tak perduli dengan seringaian Agatha, Arka terus mengeringkan keringatnya yang terus bercucuran di sepanjang lengan, leher, lalu wajahnya. Tak berapa lama kemudian hidung dan bibir tebalnya itu mengerucut. Bahkan Arka sedikit mengendus-endus untuk memastikan.

"Kenapa Ka?" tanya Delan

"Bau nya kok aneh ya? padahal kan ketek gue wangi." Arka memandang curiga ke arah sapu tangan milik Agatha.

"Mampus Lo, siapa suruh main rebut." Kirana cengar-cengir sendiri.

" Itu sapu tangan udah tiga hari belom gue ganti dan cuci, he-he-he..."

"Jorok banget sih Ta..." Arka buru-buru melempar kembali sapu tangan itu ke arah Agatha. Agatha yang tak siap menerima serangan Arka pun hanya pasrah. Jadilah sapu tangan itu menempel tepat di wajahnya.

Delan terkekeh dari tempatnya melihat kelakuan kedua sahabatnya yang bak tom and Jerry jika bertemu.

"Eh Lan, Ta. Gue masih ada latihan bentar lagi. Nggaa tau kelar jam berapa entar. Lo pada kalo mau balik duluan, silahkan aja!" dengan gerakan cekatan Arka memantulkan bola berwarna coklat dipadankan dengan warna hitam oranye itu ke tepi lapangan. Menciptakan bunyi berirama.

"Buset dah, itu latihan apa gimana sih ka?" protes Agatha ketika mendengar penuturan Arka barusan.

"Wajib dong Ta, apalagi Minggu depan bakalan ada pertandingan persahabatan sama SMA BIMA SAKTI, gimana kita mau menang kalo latihan aja males-malesan." sahut Arka

"Memangnya, pertandingan persahabatan Minggu depan, jadi ya Ka.?" Delan membenarkan letak kaca mata minusnya yang sedikit melorot dari hidungnya.

"Jadi dong, tadi pagi Fallen udah konfirmasi ke gue." sahut Arka yang terus memantulkan bolanya dengan semangat tanpa menoleh kearah keduanya.

"Gue denger, mereka bukan lawan sembarang, right?" tanya Delan

"Gue, ga tau jelas, mereka gimana Lan. Yang pasti katanya, mereka itu mainnya kompak, strategi-strategi yang di mainin juga ga terduga. Itu sebabnya, gue sama anak-anak yang lain latihan keras mulai dari sekarang meskipun di setiap pertandingan, tim kita selalu menang ya kan.?" narsisnya pada diri sendiri.

Delan mangut-mangut serius. Sebab bukan hanya bualan yang Arka ucapkan melainkan faktanya. SMA 5 SILA selama ini memang terkenal dengan lulusan Atlet terbaik tingkat provinsi. Sedangkan Agatha kembali asik mengipasi wajahnya.

Selain tak ingin membuat Arka merasa sedang di awang-awang lantaran ia juga mengakui kehebatan lelaki tersebut di bidang olahraga, Agatha juga tak begitu paham soal olahraga. Jadi dirinya memilih diam. Sebab pikirnya diam adalah emas.

"Jadi, gimana Ta, mau balik dulu atau..." tawar Delan

"Barengan aja, deh!" sahut Agatha tanpa keraguan

"Tapi bakalan lama Loh Ta," Arka berhenti memainkan bola di tangannya.

"Ngga apa-apa Ka, kita bakal tungguin Lo sampe latihannya selesai. Iya kan Lan.?"

Delan hanya menganggukkan kepalanya keatas kebawah beberapa kali sebagai respon atas pertanyaan Agatha.

Lalu mata coklat bundar itu berbinar jenaka, menatap sosok-sosok berbodi keren yang tengah wara-wiri di lapangan.

"Terserah Lo pada deh," ucap Arka lalu hendak kembali kelapangan bergabung bersama rekan satu team nya yang lain.

"Ka, latihan yang bener ya, sekalian promosiin gue juga, kali-kali aja he-he-he..." kata gadis berpipi chubby itu dengan ekspresi ngarep.

Delan terkekeh geli melihat ekspresi Agatha. Telapak tangan Arka terjulur, mengacak-acak rambut pendek Sebahu gadis itu hingga berantakan. Anak-anak basket SMA 5 SILA memang terkenal keren-keren.

Selain sering tampil di lapangan sebagai atlet kebanggan sekolah, Anak-anak basket SMA 5 SILA juga memiliki paras yang hampir semuanya mendekati sempurna. Paras yang good looking, prestasi yang cemerlang dan royalitas yang mereka miliki membuat mereka banyak digandrungi oleh para kaum hawa.

Fans mereka bukan hanya dari dalam tapi juga dari sekolah-sekolah lain.

"Gue sih, hafal betul sama selera mereka Ta. Yang pastinya bukan model Elo bentukannya." kata Arka sambil tertawa Lebar.

"Eh, tahu dari mana Lo kalo gue dulu pernah jadi model?" tanya Agatha dengan mimik wajah di buat seserius mungkin.

"Iya, model majalah flora dan fauna langka kan maksud Lo, HAHAHA..." Arka tertawa puas melihat raut wajah Agatha yang memerah lantaran menahan marah. Lucu sekali mirip seperti tomat rebus.

"Jahatnya!" Agatha menunduk, pura-pura sedih. Tampangnya di buat semakin memelas.

Delan tak bisa menahan tawanya, Arka kembali menghadap Agatha kemudian mencubit sekeras-kerasnya pipi bakpao Agatha.

"Sakit bego! Ka, udah dong." gadis itu memekik nyaring, membuat beberapa kepala menoleh kearah merek bertiga. Agatha meringis, mengusap-usap pipinya yang semakin memerah lantaran cubitan tangan Arka.

"Makanya, jangan centil!" tak puas menggoda Agatha, Arka menoyor kepala Agatha kuat hingga gadis itu hampir terjengkang kebelakang jika Delan tak dengan sigap menangkap tubuh mungil itu.

"Atuhlah si ogeb, gue udah bego malah di toyor-toyor. Ya makin jadi gobloknya," sungut Agatha kepada Arka. Bukannya perduli pada rutukan Agatha, kaki panjang milik Arka melangkah dengan semangat memasuki lapangan basket.

Hap!! sebuah lay up shoot darinya berhasil masuk membuat bola masuk kedalam ring.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Holla bestie-bestie othor👏 ada yang rindu ga nih sama othor.? kita move dari novel sebelah ya. tetep kita lanjutin kok, tapi lebih sering di cerita yang ini ya. makanya pantengin terus ceritanya di jamin seru🥰

makasih yang masih setia stay bareng othor🤗 jangan lupa di favorite kan ya supaya dapet notifnya terus. dan jangan lupa vote, like dan sharenya cinta👌

love U all💝

PART 02

Arka telah berganti kostum. Kini pakaian yang dikenakannya sama seperti Delan dan Agatha yaitu seragam putih abu-abu. Dengan wajah berseri Arka menghampiri kedua sahabatnya yang masih setia menunggu nya latihan basket.

"Eh, Ta. Dapet salam manis noh!" Ucap Arka sembari membetulkan letak tas di bahunya.

"Kan, Gue bilang juga apa," sahut Kirana tersenyum lebar.

"Bener, Ka?" sahut Delan ikut penasaran.

"Hooh, sebenernya sih... dari kemarin. Tapi sori ya, gue lupa mau nyampein sama Lo." balas Arka santai tak lupa dengan senyum manis yang setia bertenger di wajah tampannya.

"He-he-he... Gue udah ngira sih. Pasti di antara anak-anak basket itu ada yang ngefans sama gue," ucapnya dengan tingkat kepedean diatas rata-rata.

"Dih, Narsis Lo," celetuk Arka

"Biarin aja sih, iri? bilang boss." balas Agatha menirukan jargon yang sedang viral di aplikasi balok hitam itu

"Eh iya, dari siapa Ka.?" ucap Agatha tampak girang.

"Biar gue tebak,"

"Sok lah,"

"Pasti dari Willy ya?" mendengar nama pertama yang Agatha sebutkan sontak membuat tawa Arka pecah membahana. Sebab orang yang Agatha maksud adalah cowok paling keren, bukan hanya antar anak basket, tapi juga di 5 SILA.

"Ta,,, Ta,,, cowok kayak Willy mah ga mungkin tertarik sama cewek modelan Lo, kalee..!"

Bukannya merasa tersinggung, Agatha ikut tertawa heboh dengan lelucon yang dirinya buat.

"Kalo bukan Willy, terus siapa dong? Farhan, Sylvester, Hasimulana. mungkin?" Agatha terus menebak.

Arka masih tertawa, menggeleng-geleng.

"Aldi,?"

Arka menggelengkan kepalanya lebih keras.

"Victor,? Rixon.?"

Arka terus menggeleng.

"Atuhlah, Ka. nyerah gue," Agatha tampak menyudahi terkaannya. Merasa sedikit frustasi karena gerakan kepala Arka tak berubah sejak pertama kali dirinya mengajukan kandidat.

"Bukan semuanya Ta," jawab Arka Tegas

"Ohh,,, bukan semuanya ya.?" gumam Agatha pelan namun samar-samar masih di dengar oleh Delan dan Arka yang masing-masing berjalan di sisi kiri dan kanan mengapitnya.

"Kalo bukan mereka, terus siapa dong Ka.?"

"Doni,"

"Ehh...?" Agatha tampak berusaha mengingat.

" Sepengetahuan gue, ga ada tuh anak basket yang namanya Romi. Yang mana, Ka? anak baru ya? kok bisa sih gue ga kenal,?" cecarnya bertubi-tubi.

"Bukan Ta, nggak ada. Namanya Doni, Ta. bukan Romi!" Ujar Arka membetulkan.

"Ohhh,,, Doni. Doni Septian, Doni Fermana, apa atau Doni Dozer, Ka.?" tanya Agatha penasaran dengan menyisikan rambutnya yang beterbangan akibat tiupan dari angin nakal, kebelakang telinganya.

"Sok ngetop Lo,"

Agatha ikut terkekeh. Otak minimalisnya sedang bekerja keras didalam sana untuk menebak-nebak siapa yang sedang Arka bicarakan.

Sebab di sekolah mereka terdapat tiga cowok yang bernama Doni. Semuanya cukup terkenal dengan porsi masing-masing dan sangat mengundang perhatian.

Doni yang pertama adalah Doni siswa kelas XII IPS 1. Meski tidak terlalu tampan, tetapi lelaki ini memiliki suara yang sangat keren abis. Bisa bikin cewek-cewek histeris di setiap tampilannya di atas panggung.

Doni yang kedua adalah cowok kelas XI IPA 3. lelaki dengan mata biru laut, berpostur tinggi tegap, serta memiliki tampang cool itu merupakan siswa blasteran Jerman. Bertugas sebagai ketua ekskul paskibra di sekolah.

dan Doni yang terakhir dan yang tak kalah terkenal adalah Doni teman sekelas Arka.

"Doni yang mana, Ka.?" Agatha bertanya Kalem.

"Temen Sekelas Gue,"

"Oooo,,, Doni Dozer." bukan Agatha yang menyahut, melainkan Delan. Delan yang sedari tadi hanya diam menyimak obrolan unfaedah keduanya pun akhirnya bersuara.

Senyum dibibirnya tak dapat ditahan untuk tak melebar. Delan tersenyum geli melihat kearah Agatha. Siapa yang tak mengenal Doni Dozer.? semua manusia penghuni 5 SILA tahu betul siapa si Doni Dozer itu.

Keterkenalannya bukan karena berwajah tampan, memiliki tubuh yang atletis, anak konglomerat dan berprestasi cemerlang ataupun mahir bermain basket seperti Arka. Melainkan karena ada sesuatu yang unik melekat pada lelaki itu.

Delan dengan segera membayangkan pada sesosok cowok bertubuh tambun, bongsor, memiliki tampang lugu (lucu-lucu belagu), berambut klimis mengkilat, dengan aroma tubuh yang senantiasa menebarkan bau semerbak.

Aroma yang menyengat Indra penciuman siapapun yang berada di dekatnya. Dari kabar yang beredar, katanya kakek dari Doni Dozer adalah pengusaha parfum tapi tidak jelas merk nya apa.

Beberapa siswa bahkan pernah berkata meski sambil bergurau bahwa minyak wangi yang sering Doni pakai adalah produk gagal buatan kakeknya. Karena bau semerbak yang khas dibawa nya itulah anak-anak 5 SILA menjulukinya dengan sebutan Doni Dozer. Entah apa hubungannya.

Arka mengganguk mantap. Membenarkan ucapan Delan. Senyum tertahan tampak diwajahnya ketika melirik kearah Agatha yang berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja.

"Gimana, Ta? di bales ga nih salamnya.?" Arka diam sebentar.

"Bales aja ya Ta, lumayan kan, dapet cucu kesayangan dari pengusaha minyak wangi. He-he-he,,," lanjutnya kegirangan karena dalam sehari ini begitu banyak kesempatan untuk menggoda Agatha.

Tanpa diduga, Agatha menganggukkan kepalanya.

Mata Delan kontan membelalak tak percaya, begitu juga Arka yang harus tersedak ludahnya sendiri.

"Eh, ini beneran Ta Lo ngebales salamnya si Doni?" tanya Arka memastikan.

"iya, Ka. Ngga apa-apa kan?"

Delan terpaku, sedang Arka melongo dibuatnya.

"Kenapa,?" tanya Agatha kebingungan melihat respon kedua sahabatnya.

"Ustad yang deket sama halte bus, di mana ya Lan,?" tanya Arka pada Delan tak menghiraukan Agatha yang masih menatapnya.

"Mau ngapain.?" tanya Delan ikut bingung.

"Buat ngerukiyah si Agatha, gue takutnya dia lagi kemasukan jin nyasar." sahut Arka serius

Agatha yang mendengar ucapan Arka langsung menoyor kuat kepala Arka hingga menghasilkan suara 'gletak' saking kuatnya.

"Eh, ogeb. gue Kristen kalo Lo Lupa,"

"Heheheh,,," Arka menggaruk tengkuk bagian belakang nya yang tiba-tiba gatal.

"Tapi, ini serius Ta? Lo bales salam nya si Doni.?" tanya Delan yang masih penasaran.

"Iya serius gue, dan tolong. Ya, Ka. Bilang sama Doni. kalo gue bales salamnya dia bukan dengan salam manis melainkan salam super kueecuitt." gadis itu terkekeh kegelian sendiri.

Delan dan Arka ikut terkekeh.

"Kirain...." gumam Delan

"Asal Lo tau ya, Ta. Si Doni sebenernya naksir sama Lo udah lama banget. Sedari kita pertama kali masuk 5 SILA malah." ucap Arka membuka rahasia yang sudah sejak lama di ketahuinya. Arka tahu betul karena ia selalu satu kelas dengan Doni. Doni sering kedapatan beberapa kali membicarakan Agatha dengan antusiasnya, setiap gadis itu berkunjung di kelas Arka.

Arka juga kerap menangkap sinar mata yang memuja di pancarkan oleh mata almond Doni ketika menatap kearah Agatha. Sebagai sesama lelaki, tentu Arka tau arti dari binar mata yang Doni bawa.

"Cuma ga tau kenapa, akhir-akhir ini. Si Doni jadi makin sering nitipin salam buat Lo, Ta." lanjut nya.

"Nunggu wangsit dulu kali," sahut Agatha bercanda

"Kerupuk kali, Ka." timpal Delan.

Ketiganya tertawa riang sembari menyusuri jalan keluar area sekolah.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG.!!!!

Stay terus di karya othor ya🙏🏻 jangan lupa like, favorite dan vote nya juga🥰

love U all🤗

PART 03

"Eh, tapi jangan salah, Lan. Biar kata tampilannya kek kuyang beranak. Pengemar teman kita yang ini ternyata bukan si Doni doang."

"Iya kah?" alis mata Dekan langsung terangkat tinggi.

"Siapa lagi emangnya?" tanyanya sangat ingin tahu.

"Ini seriusan Lo tanya di gue.?"

"Ua kali Ka, gue musti lari tanya Mak Odah dulu. Kaga nyambung geblek." sahut Delan Kesal.

"ihh, masa Lo ga tau si Lan? itu loh, fans beratnya Agatha. Mang Ujang!!" dengan senyum geli di wajahnya Arka menyebutkan nama salah satu petugas keamanan sekolah mereka.

Pemilik kumis tebal seperti pak Raden di film Unyil itu kerap kali memperlakukan Agatha dengan berbeda.

Tidak seperti kepada murid lain, yang tanpa toleransi. Lelaki yang kira-kira sudah berumur setengah abad itu sering kali menyapa Agatha dengan keramahtamahan yang berlebihan.

Delan yang tadinya di buat kesal oleh pernyataan Arka yang berbelit-belit akhirnya ikut tergelak,

"jadi, Lo bakal pilih siapa Ta.? mang Ujang apa si cucu minyak semerbak.?" tanyanya menggoda.

Agatha mencibir kearah kedua sahabatnya yang tengah asik tergelak, pipinya yang sudah merah akibat teriknya matahari kian menjadi bahkan nyaris seperti tomat yang telah di rebus saat Arka terus menggodanya tanpa henti.

"Ditanya serius, kok gitu."

"Gue, pilih atau aja deh!!"

"Lo masih inget ga Lan, sewaktu Agatha di gila-gilain sama bocil prikk.?"

Delan kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. Dengan bibir kian mengembang lebar. Lelaki itu langsung teringat akan kejadian beberapa waktu lalu.

Peristiwa di mana mereka hendak menjenguk Pak Toni, petugas kebersihan sekolah yang tidak masuk bekerja lantaran terkena sakit demam berdarah selama seminggu. Ketika berkunjung itulah Agatha di tertawai oleh seorang bocah laki-laki berusia kurang lebih lima tahun.

Bocah itu tertawa melihat tampilan Agatha yang sedang mengenakan pakaian favoritnya yaitu kaos oblong kedodoran di padupadankan dengan celana jeans yang bagian kedua lututnya sengaja di beri robekan lebar hingga kainnya menjuntai bebas ke segala arah. Dan jangan lupakan sendal jepit kebangsaan.

Dengan polosnya bocah itu berteriak kearah teman-temannya sedang tangannya sibuk menunjuk ke arah Agatha

"Hei, lihat. Ada kakak cantik kayak orang gila!! bajunya robek-robekkk lagi."

Teman-teman si anak pun ikut bersorak heboh dengan kompak ikut menunjuk kearah Agatha dan menertawakannya.

Muka Agatha makin menghangat. Ketika mengingat kejadian memalukan itu.

"Udah ahh, jangan ngebahas gue terus dong," meski bibirnya protes, tak ayal ia pun tersenyum.

"Beginilah repot nya jadi orang terkenal," Agatha mengangkat kedua lengan nya di udara.

"Ga akan pernah habis jadi bahan qibah para cowok,"

Arka mengacak-acak rambut Agatha kembali. Tidak terima dengan perlakuan Arka yang sejak tadi pagi selalu mengusili diri nya, Agatha pun membalas dengan memberikan sebuah bogem pada bahu sebelah kiri Arka dengan keras. Hasilnya Arka pun berteriak-teriak merasakan kesakitan pada bahunya.

Melihat kelakuan konyol kedua sahabatnya, Depan hanya senyum-senyum di kulum.

"Semoga kita gini terus ya Ka, Ta." ujarnya dalam hati.

"Ka, tadi Agatha sempat ngajakin kita buat main kerumah. Katanya, bunda udah masak nasi tumpeng dan ada brownies coklat kesukaan Lo juga." lanjutnya kemudian.

"wihhh, seru nih!" seru Arka penuh semangat. Ia sudah melupakan rasa kebas pada bahu nya saat membayangkan betapa lezatnya masakan bunda Nimas, Ibu Agatha.

Saat mendekati lapangan parkir, Arka tak berbelok seperti kebiasaannya selama ini. Malah terus berjalan menuju pintu gerbang.

"Ehh,, Ehh.. mau kemana Ka?" tanya Agatha heran.

"Ke rumah Lo, naik bis nomor 21 kan?" Arka balik bertanya.

Yang di tanya tak memberi tanggapan. mulut mungilnya setengah terbuka, memandangi cowok berkulit putih susu, bersih tanpa noda setitik pun meski terdapat beberapa butir peluh sisa keringatnya tadi di pelipis.

Delan pun serupa, terdiam menatap kearah Arka.

"Eh, kenapa pada bengong sih? katanya tadi mau ke rumah Agatha, ya udah ayok. Tar keburu bis nya lewat." seru Arka gemas melihat respon kedua sahabatnya.

"Naik bis,?" tanya Delan memastikan. sebab lelaki itu meragukan pendengarannya barusan. Seorang tuan muda dari keluarga Rahardian, keluarga yang terkenal sebagai pengusaha ternama di Jakarta saat ini ingin pulang sekolah menaiki bis? apa kata dunia nantinya.

Arka mengangguk dengan mantap. membenarkan pertanyaan Delan.

"Emang,,, mang Komar kemana,?" Agatha menanyakan supir pribadi yang biasa mengantar-jemput Arka ketika bepergian.

"Udah gue suruh balik duluan," sahutnya santai.

"Kenapa, keluarganya sakit.?" Agatha masih menduga.

"Ngga,,,"

"Terus,?" desak Agatha menuntut jawab

"Lo tuh bawel banget tau ga Ta," sarkas Arka yang mulai jengah dengan rentetan pertanyaan unfaedah yang Agatha lontarkan.

"Udah mirip wartawan wae, nanya Mulu," lanjutnya.

"Aneh Lo," balas Agatha tak kalah sengit.

"Keluarganya mang Komar, Alhamdulillah baik-baik aja. Sengaja gue suruh pulang dulang, karena hari ini gue pengen balik bareng Lo berdua."

Delan dan Agatha saling bertatapan, sesaat kemudian senyum merekah pun terbit di wajah keduanya.

"Wah,,, ada pangeran turun tahta nih ceritanya," celetuk Agatha.

"Pangeran, Lo kata ini Inggris,"

"Hahahah...."

Tak lama ketiganya menunggu, akhirnya bis yang mereka nantikan tiba.

"Nanti aja Ka, penuh banget itu!" cegah Agatha saat melihat pergerakan Arka yang siap berlari kearah bis yang tengah berhenti di halte depan.

Arka memandangi Delan.

"Iya, Ka. sabar dulu. Kita naik bis yang berikutnya aja. Semoga ga kepenuhan. Kalo maksa naik bis yang sekarang, salah-salah jempol kaki gue nanti ketukar!" sahut Delan membenarkan.

Sebab dilihat dari luar saja bis itu jelas sudah kepenuhan penumpang. Beberapa penumpang bahkan berdiri bergelantungan di dekat pintu.

"Bukannya jari kaki Lo jempol semua ya Lan?" celetuk Agatha.

"Dih, amit-amit. Sembarangan aja Lo,"

Sepuluh menit berlalu, dua bis telah lewat dengan kondisi yang sama. Penuh sesak.! Arka bahkan harus mandi keringat saking panasnya terik matahari siang hari ini.

Merasa kasihan melihat tampang Arka yang sudah mulai lelah, Agatha berinisiatif menyodorkan sapu tangan miliknya agar bisa Arka gunakan untuk mengelap tetesan peluh yang menetes di pelipis lelaki itu.

Namun Arka menolak niat baik Agatha, tersenyum kecut pada sapu tangan yang Agatha pegang.

"Dih, di kasi hati malah minta jantung," protes Agatha tak terima di tolak mentah-mentah oleh Arka. Padahal niatnya baik.

"Biarin, dari pada gue terima itu sapu tangan. yang ada nanti gue malah mati kehabisan oksigen." balas Arka.

"Ckck,,,,"

Arka mengambil sebuah buku dari dalam tasnya dan mengipasi wajahnya. Meskipun berdiri dalam halte, tetap saja lelaki itu merasa kepanasan.

bis ke-tiga akhirnya pun datang. meski tak sepenuh yang terdahulu. Tapi keadaannya masih cukup lenggang untuk tiga orang anak remaja seukuran mereka.

"Naik, Ka!" seru Delan.

Arka melompat dengan gerakan canggung, kemudian di ikuti Agatha dari belakang. Berjalan tersendat di antara pijakan para penumpang. berusaha mencari posisi yang paling baik.

Belum sempat mendaratkan pijakan dengan sempurna, tubuhnya sudah terhuyung nyaris menimpa seseorang.

"Eh, sorry-sorry, maaf ya om, Ngga sengaja.." Arka menunduk sopan, tanpa melihat wajah orang yang hampir tertimpa tubuh tinggi kurusnya.

"Idihh,, sembarangan banget deh. Lihat-lihat dulu kenapa, panggil-panggil Eike om segala!" bentak orang itu. Besar, tapi terdengar sangat unik.

"*E*hh, perasaan body-nya berotot deh, kok suaranya mirip terompet rombeng.?" batin Arka.

Kepala Arka tergerak penasaran untuk menatap orang itu. Dan Tara.......

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG.!!!!

Stay terus di karya othor ya🙏🏻 jangan lupa like, favorite dan vote nya juga🥰

love U all🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!