NovelToon NovelToon

Penguasa Benua Tujuh Bintang

PBTB 1 - Ayah Dan Anak

PBTB 1 - Ayah Dan Anak

Kisah dimalam yang berapi-api telah usai berganti dengan datangnya sang fajar yang menguasai kehangatan negeri nan jauh disana. Kabar suka dan duka bersemayam di keluarga sang Kaisar Ma.

Sosok pemuda yang namanya menggema dan menjadi Raja Neraka telah dinobatkan menjadi Penguasa Benua Tujuh Bintang. Beberapa bulan setelah kejadian di Kekaisaran Kai, Penguasa Benua Tujuh Bintang yang bernama Fei Chen mengalami kejadian memilukan saat para istrinya yang mengandung anaknya mengalami keguguran.

Kondisi tubuh Fei Chen yang istimewa dan kejadian pada putranya yang bernama Fei Long membuat Fei Chen harus menerima kondisi dimana dia harus kehilangan anaknya yang lain, bahkan sebelum sang anak menghirup nafas dunia.

Ning Guang, Liu Xianlin, Qiao Mi dan Luo Rou mengalami keguguran, setelah itu semua istrinya yang tidak memiliki tubuh seperti Su Xiulan tidak akan mendapatkan keturunan dari Fei Chen.

Fei Chen diberkati kekuatan dari sang Dewa, namun inilah hukuman yang harus diterima Fei Chen sebagai ganti kekuatan itu. Awalnya Fei Chen menyalahkan dirinya dan menenangkan empat istrinya yang mengalami keguguran, namun seiring berjalannya waktu Fei Chen merasakan depresi karena merasa gagal sebagai seorang pria.

Namun semua istrinya menyadari betapa terguncangnya Fei Chen sehingga mereka tidak menyalahkan keadaan tersebut. Justru mereka semua tertantang untuk menjadi seorang Pendekar Dewa dan memiliki kekuatan seperti Raja Iblis Agung agar dapat memiliki keturunan dari Fei Chen.

Walaupun mustahil tapi itulah yang terjadi. Semenjak itu Fei Chen memberikan banyak sumber daya kepada semua istrinya yang berlatih secara mandiri dan Fei Chen mulai menjalani hari-harinya sebagai sosok Kaisar Ma dan Penguasa Benua Tujuh Bintang.

Walaupun orang-orang di Kekaisaran Ma, Kekaisaran Yin dan Kekaisaran Kai memanggilnya dengan sebutan Penguasa, Fei Chen merasa tidak pantas karena dirinya belum menaklukkan Kerajaan Munjong dan Kerajaan Historia.

Ketenaran Fei Chen menjadi cerita dikalangan orang-orang yang berada di Kekaisaran Ma, Kekaisaran Yin dan Kekaisaran Kai. Begitu banyak julukan untuk pemuda berumur delapan belas tahun yang berhasil membunuh Sun Yelong ini.

Mulai dari Kaisar Penakluk Wanita, Penguasa Es, Kaisar Iblis Wanita dan masih banyak lagi. Berkat Fei Chen juga, Benua Tujuh Bintang ataupun Benua Sembilan Petir tidak mendapatkan ancaman dari Raja Iblis Agung.

Dan kini delapan tahun telah terlewati, selama itu Fei Chen terus melakukan tugasnya menjadi sosok Kaisar Ma sekaligus Penguasa Benua Tujuh Bintang bahkan dia juga memegang kendali pemerintahan di Kekaisaran Jia dan Kekaisaran Yang serta Kekaisaran Chu.

Selama delapan tahun itu Istana Naga Neraka Terdalam benar-benar tumbuh menjadi pasukan yang kuat dan dapat melindungi Benua Tujuh Bintang dan Benua Sembilan Petir dari gangguan luar.

Fei Chen sendiri menikmati waktu delapan tahun tersebut dengan menyempatkan waktu bersama istrinya dan anaknya Fei Yuechan yang kini sudah menjadi gadis kecil berumur delapan tahun.

Dengan menyuruh Deshe dan Fengxue, Fei Chen berhasil menemukan lokasi dan informasi tentang Kerajaan Historia dan Kerajaan Munjong. Bukan hanya itu, Fei Chen sudah menyiapkan diri untuk menuju Benua Langit dan Pulau Sembilan Keseimbangan.

“Ayahanda! Ayahanda! Yuechan‘er berhasil menguasai jurus dari Ibu Ketiga dan Ibu Keenam!” Sosok gadis kecil yang tumbuh dengan cantik berlari membawa sebuah pedang kearah pria yang sedang duduk di taman bersama seorang wanita berumur.

“Ibu Ketujuh!” Gadis kecil yang tidak lain adalah Fei Yuechan langsung memeluk wanita dewasa yang terlihat anggun bernama Ning Guang.

“Yuechan‘er, jika berlatih di pagi hari jangan lupa untuk sarapan pagi.” Ning Guang menegur sambil mencubit gemas pipi Fei Yuechan.

‘Yuechan‘er sangat menggemaskan, aku menjadi kasihan karena dia benar-benar bisa hafal urutan istri bocah nakal ini.’ Ning Guang membatin dan menatap Fei Chen tajam.

“Ada apa Putriku? Apa Ibu Pertama sudah bangun?” Fei Chen bertanya kepada Fei Yuechan yang sedang memeluk Ning Guang.

“Ayahanda aku berhasil menguasai teknik pedang yang diajarkan Ibu Ketiga dan Ibu Keenam! Ibu Pertama sudah bangun!” Fei Yuechan menjawab dengan mata berbinar-binar menatap Fei Chen.

‘Ibu Keenam? Oh, Xia‘er... Aku hampir lupa urutannya...’ Fei Chen membatin dan tersenyum kecut sendiri dan itu membuat Ning Guang tertawa cekikikan.

“Ada apa Ibu Ketujuh?” Fei Yuechan bertanya karena penasaran dengan Ning Guang yang tertawa.

“Tidak, Yuechan‘er. Ibu hanya mengingat sesuatu.” Ning Guang jongkok lalu mengecup kening Fei Yuechan.

“Yuechan‘er, Ayahmu sedang sibuk. Mari bantu Ibu masak.” Ning Guang mengajak.

Fei Yuechan berniat menolak, namun melihat Fei Chen akhirnya Fei Yuechan mengikuti ajakan Ning Guang. Bagi Fei Yuechan mendapatkan perhatian Fei Chen adalah hal yang paling dia inginkan, namun Fei Yuechan sadar jika Fei Chen memiliki banyak kesibukan.

“Yuechan‘er, nanti malam temui Ayahanda di ruang singgasana. Ayahanda akan memberikan sesuatu yang menarik untukmu dan cerita tentang saudara kembarmu,” ucap Fei Chen.

“Baik, Ayahanda.” Fei Yuechan tersenyum sumringah karena Fei Chen mengerti dirinya.

Ning Guang hanya tersenyum melihat bagaimana Fei Chen menunjukkan kasih sayangnya kepada Fei Yuechan. Ning Guang mengetahui bahwa Fei Chen bersikap terlalu dingin melebihi Su Xiulan kepada Fei Yuechan, namun Fei Chen memiliki caranya sendiri untuk menunjukkan kasih sayangnya.

Melihat Fei Yuechan pasti membuat Fei Chen teringat akan Fei Long begitu juga dengan Su Xiulan yang pastinya memiliki kasih sayang lebih besar sebagai seorang Ibu.

Hari itu Fei Chen mendapatkan informasi menarik dari Deshe yang membuatnya akan memulai perjalanannya menuju dua Kerajaan lainnya di Benua Tujuh Bintang. Namun sebelum pergi Fei Chen menunggu Fei Yuechan menemuinya di ruang singgasana.

Saat Fei Yuechan datang, gadis kecil itu melihat Fei Chen sedang berdiri melihat keluar jendela bersama Su Xiulan. Segera Fei Chen menyapa dan memeluk keduanya.

“Yuechan‘er, kau tumbuh menjadi gadis yang cantik Nak...” Su Xiulan mengusap rambut Fei Yuechan dan menatapnya sendu.

Fei Yuechan yang mengetahui bertanya, “Ibu Pertama kenapa bersedih?”

Su Xiulan segera menatap Fei Chen untuk memastikan apakah wajahnya terlihat bersedih dihadapan Fei Yuechan.

Fei Chen tersenyum karena Su Xiulan tidak menyadari betapa sendu ekspresinya.

“Yuechan‘er, Ibumu ini selalu teringat pada adikmu setiap dia melihatmu. Itu juga yang Ayahanda rasakan.” Fei Chen menjelaskan.

Mendengar ini Fei Yuechan menjadi penasaran, “Adikku?” Sebenarnya Fei Yuechan pernah mendengar hal ini secara tidak sengaja dari Luo Rou, Hong Zi Ran dan Ning Guang, namun dia memilih untuk tetap bungkam.

Namun saat melihat ekspresi dua orang yang paling dia sayangi seperti ini, Fei Yuechan ikut bersedih dan penasaran.

“Dulu...” Fei Chen mulai bercerita tentang sosok Fei Long kepada Fei Yuechan.

Melihat kedua mata Fei Chen, seketika muncul kepingin Fei Chen dikepala Fei Yuechan dan itu membuat gadis mungil itu meneteskan air matanya.

‘Jadi selama ini aku salah sangka? Pasti Ayahanda dan Ibu Pertama sangat bersedih saat melihatku tumbuh dewasa karena tidak dapat melihat Fei Long.’ batin Fei Yuechan menangis saat mengetahui dirinya memiliki saudara kembar yang berada di Dunia Matahari.

Fei Yuechan mengepalkan tangannya dan menatap Fei Chen dan Su Xiulan secara bergantian. Detik itu dia bersumpah akan membunuh Xiao Ho Chi, karena apa yang Fei Yuechan pikirkan saat mengetahui alasan Fei Long di buang ke Dunia Matahari karena memiliki kondisi tubuh yang sama dengan Xiao Ho Chi.

Setelah selesai bercerita Fei Chen menjelaskan kepada Fei Yuechan jika dirinya akan pergi berkelana bersama anak tirinya yang bernama Ji Ho.

“Ayahanda akan pergi bersama Kakak Ho? Kenapa tidak mengajak Yuechan‘er!” Fei Yuechan nampak sebal, namun saat Su Xiulan menjelaskan rencananya pada Fei Yuechan seketika gadis kecil itu terlihat antusias.

“Kupikir kau akan sedih karena akan berpisah dengan Ayahmu ini tetapi kamu terlihat sangat bahagia Yuechan‘er...” Fei Chen mengelus rambut Fei Yuechan dan tersenyum lembut.

“Aku ingin menjadi orang yang kuat, Ayahanda. Aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi.” Fei Yuechan mengatakan itu dengan tekad ingin mengembalikan kebahagiaan orang tuanya dan Fei Long.

Tekad ini sama seperti yang dimiliki Fei Chen saat kecil. Melihat putrinya seperti itu, Fei Chen tersenyum dan terlihat bangga.

Malam itu Fei Chen berpisah dengan semua istrinya termasuk Fei Yuechan sebelum pergi menuju Kerajaan Munjong bersama Ji Ho.

____

...Biasakan sehabis membaca memberikan komentar, vote atau like dan jangan lupa favoritkan novel ini jika kalian ingin menerima notifikasi update kelanjutan kisah dari Leo Avalon dengan cara mengklik tombol LOVE. Kalau ada kesalahan pengetikan atau typo ketik ya di kolom komentar guys. ...

...#KesetiaanItuBernamaPembaca...

PBTB 2 - Sungai Besar

PBTB 2 - Sungai Besar

Disuatu tempat terlihat Ying Xie bersama Mao Ruyue menatap portal teleportasi yang secara perlahan lenyap, begitu juga dengan keberadaan Shu Zhui.

“Shu Zhui apa maksud semua ini?!” Ying Xie bertanya karena mengingat wanita yang menjadi pelayannya itu pernah menawarkan diri untuk merawat Fei Long.

“Guru, sebenarnya tubuh asli ku berada bersama Long‘er. Aku sendiri tidak mengetahuinya secara pasti, namun itulah yang terjadi. Katakan pada Raja Neraka dan Nona Su jika Long‘er tumbuh dengan baik Guru.” Setelah berkata demikian tubuh Shu Zhui lenyap.

Mao Ruyue terdiam menatap portal teleportasi yang tidak terlihat lagi, kemudian melihat Ying Xie yang terkejut.

“Hari ini Xiexie akan datang kemari bersama anakku bukan?” Mao Ruyue berkata pada Ying Xie.

“Ya...” Ying Xie membalas lirih.

“Yueyue, kita harus menjaga Yuechan‘er dengan baik. Saat mereka menyadari tidak dapat berurusan dengan Chen‘er maka mereka akan mengincar anaknya. Kita tidak tahu siapa yang menjadi mata-mata disekitar kita.” Ying Xie menjelaskan.

“Tenang saja. Aku akan melindungi anak kita. Aku sendiri tidak sabar memiliki keturunan dari Gege.” Mao Ruyue memeluk Ying Xie dan berusaha menghibur wanita itu.

“Kau... Dasar Dewi Iblis!” Ying Xie merasa risih karena Mao Ruyue terlalu agresif untuk meraba dadanya.

Mao Ruyue hanya tertawa sebelum akhirnya dia merasakan hawa keberadaan kedatangan seseorang.

“Sepertinya mereka telah datang...” ucap Mao Ruyue.

Ying Xie tersenyum jahat sebelum memukul perut Mao Ruyue dengan keras, “Berhenti meraba dadaku!”

Diwaktu yang sama Fei Chen bersama Ji Ho dan Deshe berada di sebuah sungai besar yang menuju Kerajaan Munjong.

Deshe menjelaskan kepada Fei Chen jika setiap perbatasan Kerajaan Munjong dengan yang lain dipenuhi ilusi seperti kabut yang menyesatkan. Sebenarnya itu adalah ulah Raja Munjong yang menggunakan kekuatannya dan membuat negerinya menjadi seperti itu.

“Beberapa tahun terakhir ini, kudeta terjadi dan sekarang Kerajaan Munjong dikuasai oleh pria seumuran denganmu Tuanku. Tetapi Tuanku lebih hebat dan perkasa benar Ji Ho?” Deshe berkata.

“Benar sekali. Ayah Fei adalah panutanku.” Ji Ho menjawab.

“Hmm...” Fei Chen menatap Ji Ho sebelum bertanya, “Apa kau tidak tertarik pada wanita Ho‘er?”

“Ayah Fei, aku adalah wujud peliharaanmu. Kau tidak melupakannya bukan? Aku belum memiliki rasa tertarik itu.” Ji Ho menjawab.

Fei Chen mengelus kepala Ji Ho dan mengingat sosok Huohuo. Seperti yang Fei Chen perkirakan Ji Ho seperti perubahan wujud Huohuo dalam bentuk manusia dan itu membuat Fei Chen semakin yakin jika Ji Ho akan menuruti apa yang akan dia katakan.

“Ho‘er, itu adalah hidupmu. Huohuo mengorbankan dirinya demi dirimu dan berkat itu Ibumu bisa menjadi istriku. Kau harus bersikap seperti pria normal pada umumnya.” Fei Chen menjelaskan kepada Ji Ho.

“Jadi Ayah Fei tidak akan marah jika aku memiliki istri berjumlah sebelas seperti kutukan yang Ayah Fei derita saat itu...” Ji Ho tertawa pelan mengeledek Fei Chen saat mengatakan itu.

“Hahaha... Disetiap perjalananku aku selalu bertemu wanita dan aku tidak bisa menghindar. Itulah sebabnya aku memiliki banyak istri. Tidak buruk Ho‘er, kau adalah anakku jadi kau memiliki kekuatan perkasa seperiku.” Fei Chen tersenyum jahil saat mengatakan itu.

“Dua saja cukup Ayah Fei. Aku tidak terlalu percaya diri seperti Ayah Fei yang perkasa,” ucap Ji Ho.

“Jadi siapa wanita incaranmu? Pasti Meilan‘er dan Yanyan bukan?” Fei Chen menebak namun Ji Ho menggelengkan kepalanya.

“Tidak, Ayah Fei. Aku memiliki kriteria yang seperti Ibuku. Kalau mereka berdua itu menunggu dirimu. Mereka selalu membicarakanmu jika sudah berumur tujuh belas tahun kau akan memperistri mereka, tetapi kau melupakannya bukan?” Ji Ho tersenyum usil saat melihat ekspresi rumit Fei Chen.

Terlebih Fei Chen tersedak tidak dapat berkutik, “Jadi Fei Chen memang berat...”

“Hahaha... Bukannya namamu memang seperti itu Ayah Fei?” sahut Ji Ho.

“Jika namaku Fei Ji Ho, pasti aku merasa cukup memiliki dua istri.” Fei Chen tertawa lirih setelah mengatakan itu.

“Terserah apa katamu, Ayah Fei. Tetapi bagiku kau tetaplah panutanku.” Ji Ho tersenyum setelah mengatakan itu.

“Tuanku, Ji Ho! Sudah cukup mengobrolnya! Kita akan bergegas!” Deshe menegur keduanya karena merasa diabaikan.

“Jadi apa yang akan kita lakukan? Terbang?” Fei Chen bertanya.

“Tidak. Semua akan terdeteksi dan hanya ada satu cara masuk ke dalam Kerajaan Munjong.” Deshe tiba-tiba berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung menatap Fei Chen tajam.

“Maafkan aku Tuanku. Dengan berada di perutku kalian berdua tidak akan terdeteksi.” Deshe menjelaskan dan membuat Fei Chen dan Ji Ho saling menatap satu sama lain.

“Kau tidak sedang bercanda bukan Deshe?” Fei Chen ingin memastikan.

“Aku tidak sedang bercanda Tuanku!” jawab Deshe.

Glek...

Fei Chen menelan ludah saat melihat mulut Deshe menganga lebar, bahkan Ji Ho hendak melarikan diri namun terlambat sudah keduanya sudah masuk kedalam mulut Deshe.

“Nyam... Nyam... Nyam...”

Deshe masuk kedalam sungai besar dan langsung menuju Kerajaan Munjong melewati rute tersebut.

____

...Biasakan sehabis membaca memberikan komentar, vote atau like dan jangan lupa favoritkan novel ini jika kalian ingin menerima notifikasi update kelanjutan kisah dari Leo Avalon dengan cara mengklik tombol LOVE. Kalau ada kesalahan pengetikan atau typo ketik ya di kolom komentar guys. ...

...#KesetiaanItuBernamaPembaca...

PBTB 3 - Kota Jisa

PBTB 3 - Kota Jisa

Awan mendung mulai memenuhi langit Kota Jisa yang padat. Aliran sungai besar yang membelah keindahan kota itu menjadi pemandangan yang indah. Para penduduk mulai berlarian saat angin kencang mulai terasa dan rintik hujan mulai tiba.

“Sepertinya akan turun hujan yang lebat. Kota Jisa tidak pernah membosankan dan malam ini aku ingin melihat keadaan wanita itu...” sosok pria yang membawa sebuah tombak berjalan dengan arogan melewati jalanan kota.

Hal ini membuat orang-orang disekelilingnya menjaga jarak. Sekitar lima puluh prajurit Kerajaan datang bersama pria yang menjabat sebagai Jendral Bumi Kerajaan Munjong tersebut. Pria yang bernama Park Ki Kyong ini memiliki kekuatan yang setara dengan Pendekar Dewa.

Selama beberapa tahun terakhir kekuatannya berkembang dengan sangat pesat diusianya yang tidak lagi muda yakni tiga puluh lima tahun. Park Ki Kyong dijuluki sebagai Jendral Bumi karena kemampuan bertarungnya yang agresif serta pertahanan yang kokoh.

Saat Park Ki Kyong sedang menuju kediaman Panglima Munjong, dia merasakan aura mengerikan dari dasar sungai sebelum nampak wujud ular berwarna putih yang ukurannya dapat menghancurkan sebagian kota.

Ular itu menyemburkan air dengan sangat kuat dan itu membuat Park Ki Kyong menghunuskan tombaknya pada ular berwarna putih tersebut.

Ular itu terbelah menjadi dua bagian dan lenyap begitu saja membuat Park Ki Kyong kebingungan. Park Ki Kyong sendiri tidak mengetahui jika sosok ular putih yang tidak lain adalah Deshe telah membuat Fei Chen dan Ji Ho terjatuh di suatu tempat.

“Cepat periksa keadaan disekitar!” Park Ki Kyong memberikan perintah.

‘Ini aneh! Tidak ada hawa keberadaan mengerikan yang sempat aku rasakan!’ batin Park Ki Kyong bertanya-tanya saat menyadari ada kejanggalan di kejadian ini.

Diwaktu yang sama dua tubuh pria terlihat basah kuyup dan pura-pura pingsan. Keduanya menabrak pohon yang ada di sebuah bangunan megah di Kota Jisa dan merupakan kediaman Panglima Munjong.

“Ho‘er, pura-pura lupa ingatan saat ada orang menemukan kita.” Fei Chen memberikan arahan yang membuat Ji Ho kebingungan.

“Bukankah sebaiknya kita segera menyelinap Ayah Fei?” Ji Ho bertanya.

“Justru lebih seru seperti ini.” Fei Chen menjawab sambil menyuruh Ji Ho memperhatikan sekitarnya.

“Aku yakin kita mendarat ditempat orang yang sangat berpengaruh,” ucap Fei Chen.

Ji Ho tidak habis pikir dengan rencana konyol Fei Chen. Dia sudah terbiasa dengan hal ini, namun tetap saja inilah pertama kalinya dia ikut dalam perjalanan jauh dan hanya berdua dengan Fei Chen.

Benar saja selang beberapa menit terlihat seorang pria yang berjalan menggunakan tongkat kayu sebagai pegangan. Pria itu menghampiri Fei Chen dan Ji Ho yang terkapar ditanah dan menggoyangkan tubuh keduanya menggunakan kekuatannya yang dipenuhi unsur angin.

“Siapa kalian berdua?” Pria itu langsung bertanya saat Ji Ho membuka matanya.

Ji Ho tidak segera menjawab dan melirik Fei Chen sebelum dia melihat Fei Chen membuka matanya secara perlahan dan bangkit untuk duduk.

“Aduh...” Fei Chen memegang kepalanya dan terlihat kesakitan.

“Aku dimana? Namaku siapa? Kenapa aku disini?” Fei Chen berkata dengan ekspresi wajah polos dan kebingungan, kemudian dia menatap Ji Ho keheranan.

“Kamu siapa?” Fei Chen langsung menjaga jarak setelah mengatakan itu.

Ji Ho yang melihat ini hampir tertawa namun segera dia menahannya. Kemudian Ji Ho menatap pria yang membangunkan keduanya.

“Sepertinya kalian berdua lupa ingatan...” Pria itu menghela nafas panjang dan menyuruh keduanya berdiri.

“Masuklah. Wajah kalian tidak pernah ku lihat sebelumnya. Kalian seperti berasal dari Yin dan Ma. Budak yang disiksa sepertinya ya...” Pria itu kembali menghela nafas panjang sebelum berjalan pelan menuju kediamannya.

Fei Chen dengan penglihatannya yang tajam dapat mengetahui jika pria itu memiliki kemampuan tinggi, namun tubuhnya dipenuhi racun mematikan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

‘Racun... Seperti racun tetapi aku bisa merasakan semacam aura mengerikan dalam tubuhnya...’ Fei Chen membatin dan merasa tidak asing dengan aura tersebut.

Setelah masuk kedalam kediaman, pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Chul Ji Sung dan berumur lima puluh tahun. Chul Ji Sung menanyakan identitas Fei Chen dan Ji Ho, namun keduanya seperti orang yang kebingungan dan mengaku jika mereka lupa ingatan.

Sehingga Chul Ji Sung memberikan nama kepada Fei Chen dan Ji Ho. Fei Chen diberikan nama Kang-Dae sedangkan Ji Ho diberikan nama Dae Ho.

“Kang-Dae? Aku Kang-Dae?” Fei Chen menunjuk dirinya sendiri saat mengatakan itu.

“Ya, namamu adalah Kang-Dae.” Chul Ji Sung menjawab.

“Dan kau, Dae Ho.” Lalu Chul Ji Sung menunjuk Ji Ho.

“Nama itu berlaku hanya sampai ingatan kalian kembali.” Chul Ji Sung mengatakan itu dengan ekspresi tajam serta mengeluarkan aura tubuh yang pekat.

Hal ini membuat Fei Chen dan Ji Ho mengangguk pelan. Saat Chul Ji Sung berniat memanggil pelayan kediaman untuk menyiapkan hidangan untuk Fei Chen dan Ji Ho, tiba-tiba dia mendengar suara ketukan pintu dan suara yang tidak asing.

“Kakak Chul! Ini aku Park Ki Kyong!” seruan dari luar pintu kediaman.

“Park...” Chul Ji Sung terlihat tidak menyukai kedatangan Park Ki Kyong namun pria itu tetap membuka pintu kediamannya.

Fei Chen dan Ji Ho yang pura-pura lupa ingatan mengamati keadaan dan melhat situasi yang akan terjadi dengan kedatangan Park Ki Kyong.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!