NovelToon NovelToon

Pernikahan Tanpa Cinta

Episode 1 ( Kecelakaan maut )

'Tetaplah Semangat dalam menjalani hidup ini, meskipun kita harus melalui jalan yang terjal dan mendaki, ingatlah proses yang akan menentukan hasil, jadi yakinlah jika semua itu akan indah pada waktunya.'

......................

Brugh..

Suara benturan mobil menabrak dua orang pejalan kaki yang berada di pinggir jalan raya.

"Ibu..Ayah.."

Teriak seorang gadis dari sebrang jalan karena melihat kedua orangtuanya tertabrak oleh mobil.

Gadis tersebut langsung pingsan karena tak kuasa melihat kejadian naas yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri.

Gadis tersebut bernama Nadia, tepat pada hari ini usianya 18 tahun.

Sebelum kejadian naas itu, Nadia bersama kedua orangtuanya baru saja merayakan Ulang tahun Nadia dengan makan-makan di warung tenda favorit Nadia.

Nadia begitu bahagia karena jarang-jarang dia bisa makan enak mengingat keluarganya yang memang hidup sederhana. Akan tetapi, tidak pernah Nadia bayangkan jika kebersamaan dengan kedua orangtuanya adalah untuk yang terakhir kalinya.

Warga sekitar yang berada di tempat kejadian langsung menolong korban serta mengamankan sang pengemudi yang telah menabrak orangtua Nadia.

"Mas kalau nyetir hati-hati donk," ujar salah satu warga yang memegangi tangan Devan ( Pengemudi mobil ).

"Mohon maaf Pak, saya benar-benar tidak sengaja karena saat ini saya sedang mengantuk. Bapak-bapak semuanya mohon tenang, Saya pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang telah saya lakukan," ujar Devan yang sudah takut dengan amukan warga.

"Lain kali kalau mengantuk gak usah nyetir Pak," teriak salah satu warga sehingga keadaan menjadi ricuh.

Pada saat kejadian kebetulan tetangga Nadia yang bernama Pak Anton sedang berada di lokasi, dan beliau mencoba untuk menenangkan warga.

"Bapak-bapak mohon maaf sebelumnya, saya adalah tetangga korban, sebaiknya sekarang kita segera menghubungi ambulance supaya bisa segera membawa korban ke Rumah Sakit, apalagi masih ada Anak korban yang juga membutuhkan pertolongan karena pingsan," ujar Pak Anton. Kemudian salah satu warga terlihat menelpon Ambulance.

Setelah mobil ambulance datang, Devan mengikuti mobil ambulance yang membawa kedua orangtua Nadia, sedangkan Nadia dibawa menggunakan mobil Devan dengan didampingi oleh Pak Anton.

"Terimakasih banyak Pak, karena Bapak telah menyelamatkan saya dari amukan warga," ujar Devan.

"Sama-sama Nak, semua ini adalah musibah, semoga saja Pak Burhan dan Bu Rani masih bisa diselamatkan," jawab Pak Anton.

Setibanya d Rumah Sakit, Nadia bersama kedua orangtuanya langsung dimasukan ke ruang IGD untuk mendapatkan penanganan medis, namun sayang karena nyawa kedua orangtua Nadia tidak dapat tertolong lagi.

Dokter yang memeriksa orangtua Nadia langsung saja keluar untuk mengabarkan berita duka tersebut, sedangkan Nadia saat ini masih belum juga siuman.

"Dok bagaimana keadaan Pasien sekarang?" tanya Devan yang sudah terlihat cemas.

Setelah mengembuskan nafas panjang, Dokter akhirnya angkat bicara.

"Mohon maaf, kami sudah berusaha, tapi pasien tidak dapat diselamatkan, karena benturan keras pada bagian kepala sehingga membuat pendarahan pada otak, dan kemungkinan kedua korban sudah meninggal di tempat," jelas Dokter.

Devan langsung saja menjatuhkan tubuhnya, dia sangat menyesali semuanya karena telah menyebabkan dua orang meninggal sekaligus.

Beberapa saat kemudian Devan langsung menghubungi kedua orangtuanya, begitu juga dengan Pak Anton yang menghubungi istrinya.

Orangtua Devan kini telah sampai di Rumah Sakit setelah mendapat kabar jika Anak tunggal mereka telah menabrak orang.

"Devan sayang, kamu tidak kenapa-napa kan Nak?" tanya Mama Mayang.

"Devan tidak kenapa-napa Ma, tapi dua orang yang tertabrak oleh Devan tidak dapat diselamatkan," jawab Devan dengan tertunduk sedih, karena dia tidak menyangka kalau akan mengalami kejadian seperti ini, padahal sebelumnya dia sangat bahagia karena sebelum kecelakaan terjadi Devan sudah bertemu dengan kekasihnya serta telah melamar pujaan hatinya tersebut.

"Kamu sudah membuat Papa kecewa Devan, kamu harus bertanggungjawab karena telah menghilangkan nyawa orang !!" teriak Papa Agung.

"Pa, Devan gak sengaja melakukan itu semua, jadi Mama harap Papa jangan terbawa emosi," ujar Mama Mayang.

"Ini semua karena Mama selalu memanjakan Devan, jadi Devan selalu melakukan semuanya seenak jidatnya saja. Kapan kamu akan bersikap dewasa Devan? Percuma Papa sekolahkan kamu ke luar negeri, kalau tidak kamu gunakan ilmu yang kamu miliki."

Perawat yang mendengar keributan di depan ruang IGD langsung menegur Devan dan keluarganya.

"Maaf Pak, jangan ribut di sini, karena dapat mengganggu pasien."

Devan merasa ketakutan jika sampai dia di penjara untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.

"Ma, Devan gak mau sampai di penjara," rengek Devan dengan memeluk Mama Mayang, sehingga membuat Papa Agung semakin kesal.

"Kamu harus mempertanggungjawabkan semua perbuatanmu Devan, jangan hanya bisa bersembunyi dibalik ketiak Mama kamu. Mulau sekarang jangan manjakan Devan lagi Ma, dia harus mandiri, apalagi dia Anak kandung kita satu-satunya," ujar Papa Agung.

Setelah menelpon istrinya untuk memberikan kabar meninggalnya orangtua Nadia, Pak Anton kembali menghampiri Devan, sebelumnya Pak Anton meminta kepada Istrinya supaya meminta bantuan kepada Pemerintah setempat untuk pemakaman orangtua Nadia.

"Nak Devan, bagaimana keadaan Nadia sekarang? Apa Nadia sudah siuman?" Tanya Pak Anton.

Papa Agung kembali angkat bicara setelah mendengar penuturan Pak Anton.

"Jadi masih ada korban lainnya yang masih hidup?" Tanya Papa Agung.

"Sebenarnya Nadia adalah Putri satu-satunya kedua korban Pak, dan dia pada saat itu sedang berada di sebrang jalan, makanya dia sampai pingsan karena melihat kedua orangtuanya yang tertabrak oleh Nak Devan," jawab Pak Anton.

Papa Agung nampak berpikir, mungkin dengan menikahkan Devan dengan Nadia, Devan tidak akan dipenjara, dan dia bisa belajar mengurus Perusahaan.

"Devan, kamu tidak mau dipenjara bukan?" Tanya Papa Agung.

"Iya Pa, Devan tidak mau dipenjara" jawab Devan.

"Kalau begitu kamu harus menikahi Nadia sebagai bentuk tanggung jawab kamu," ujar Papa Agung.

"Kenapa Devan harus menikahi perempuan yang tidak Devan kenal sih Pa? Padahal Papa tinggal kasih uang saja sama Anak korban, udah semuanya beres kan."

"Nak, Papa kamu benar, dan Mama sangat setuju, karena tidak semua hal bisa dibeli dengan uang, apalagi kasihan Nadia karena saat ini dia hidup sebatang kara," ujar Mama Mayang.

"Tapi Devan sudah punya kekasih Ma, Pa, dan sebelum kejadian ini, Devan sudah melamar Ana untuk menjadi Istri Devan."

"Ternyata kamu masih berhubungan dengan perempuan murahan itu Devan, Pokoknya Papa tidak mau tau alasan kamu, dan Papa juga tidak menerima penolakan. Kamu harus menikahi Nadia, dan tinggalkan perempuan matre itu, karena kalau tidak, Papa tidak akan segan-segan mencoret nama kamu dari daftar ahli waris," tegas Papa Agung, sehingga membuat Devan berada dalam dilema, karena itu merupakan pilihan yang sangat sulit untuknya.

Bab 2 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )

Nadia kembali berteriak pada saat sadar dari pingsannya.

"Ibu, Ayah."

Dokter yang melihat Nadia bangun pun langsung memeriksa keadaannya, karena saat ini Nadia menangis histeris dengan terus mencari keberadaan orangtuanya.

"Dokter, mana Ibu dan Ayah saya? Saya ingin bertemu dengan mereka," teriak Nadia.

"Sebaiknya Nona tenang dulu," ujar Dokter.

Perawat mencoba memberitahukan keadaan Nadia pada Devan dan keluarganya, dan Mama Mayang meminta supaya dapat menemui Nadia yang saat ini masih menangis histeris.

"Sayang, yang sabar ya, ikhlaskan semuanya, kamu tidak sendirian, karena Mama akan selalu ada untuk Nadia," ucap Mama Mayang dengan memeluk tubuh Nadia, sehingga membuat Nadia merasa tenang.

"Jadi Ibu dan Ayah Nadia sudah pergi?" Tanya Nadia dengan menahan sesak dalam dadanya, karena ia belum bisa menerima kenyataan pahit yang menimpa kedua orangtuanya.

"Maafin Anak Mama ya Nak, Devan tidak sengaja menabrak orangtua Nadia."

Nadia tampak melamun, dia tidak pernah menyangka jika kedua orangtuanya akan pergi begitu cepat.

"Kenapa Ayah dan Ibu tidak membawa Nadia? Kenapa Ayah dan Ibu ninggalin Nadia sendiri," gumam Nadia dengan menangis pilu, sehingga membuat Mama Mayang ikut menangis juga.

Devan, Pak Anton dan Papa Agung memutuskan untuk melihat keadaan Nadia juga, meskipun hati Devan merasa takut jika nanti Nadia akan melaporkannya ke Polisi.

"Kami turut berduka cita ya Nak, Papa benar-benar minta maaf karena kelalaian yang telah Devan lakukan sehingga membuat kedua orangtua kamu meninggal," ujar Papa Agung.

Devan hanya diam saja, karena dia tidak tau harus berkata apa, sampai akhirnya Papa Agung menyenggol tangannya dan memberikan kode supaya Devan meminta maaf juga kepada Nadia.

"Maafin aku, aku benar-benar tidak sengaja melakukannya," ucap Devan.

"Apa dengan kamu meminta maaf bisa mengembalikan Ayah dan Ibuku?" Tanya Nadia dengan tatapan yang tajam serta penuh kebencian terhadap Devan.

"Aku tau itu tidak akan membuat orangtuamu hidup kembali, tapi setidaknya aku sudah meminta maaf, dan orangtuaku akan memberikan uang yang banyak sebagai gantinya," ujar Devan dengan entengnya.

Plak

Nadia menampar pipi Devan dengan keras.

"Asal kamu tau, bahwa tidak semua bisa dibeli dengan uang, apalagi nyawa kedua orangtuaku. Apa semurah itu harga yang kamu berikan untuk menebus semua kesalahanmu?" Ujar Nadia.

"Terus sekarang apa yang kamu mau?" Tanya Devan karena merasa geram, apalagi kedua orangtuanya hanya diam saja melihat Devan ditampar.

"Bagaimana kalau hutang nyawa dibayar dengan nyawa juga?" Jawab Nadia, sehingga membuat Devan menelan Salivanya.

"Kenapa harus seperti itu? Apa kamu mau membunuhku? Sekarang cepat katakan, kamu mau meminta uang berapa?" Tanya Devan lagi yang selalu menganggap semuanya bisa dibeli dengan uang.

"Bahkan semua harta yang kamu miliki tidak akan pernah bisa membayar kesalahan yang telah kamu perbuat," ujar Nadia.

Devan hanya diam mematung, karena baru kali ini ada seorang perempuan yang tidak menginginkan uangnya.

"Devan, berapa kali Papa harus bilang sama kamu, kalau kamu jangan menganggap semua hal bisa dibeli dengan uang. Maafin Devan ya Nak, Papa benar-benar tidak tau lagi harus bagaimana mendidiknya, karena dia selalu membuat kami kecewa, beda dengan Revan, karena meskipun Revan hanya Anak angkat, tapi dia yang selalu berbakti terhadap kami," ujar Papa Agung.

"Papa sudah ikhlas jika memang kamu mau melaporkan Devan kepada pihak berwajib, mungkin dengan begitu dia akan berubah menjadi lebih baik," sambung Papa Agung.

"Kenapa Papa berbicara seperti itu? bagaimanapun juga Devan adalah Anak tunggal Papa, dan Revan hanya Anak angkat saja, kenapa sih kalian sepertinya lebih menyayangi Revan dibandingkan aku," rengek Devan, sehingga membuat Orangtua Devan semakin geram terhadap sikapnya yang kekanak-kanakan.

Pak Anton akhirnya mencoba untuk berbicara kepada Nadia, karena selain tetangga Nadia, Pak Anton juga merupakan guru mengaji Nadia.

"Nadia, Bapak tau semua ini berat untuk kamu Nak, tapi Bapak minta ikhlaskan semuanya, karena kita tidak tau kapan dan dengan cara seperti apa maut akan menjemput. Bapak tau kalau Nadia adalah Anak yang baik, Nadia tidak mau kan kalau melihat kedua orangtua Nadia sedih di alam sana serta merasa berat untuk meninggalkan Nadia?" Ujar Pak Anton.

"Tapi kenapa Ibu dan Ayah Nadia pergi begitu cepat Pak, sebelum Nadia bisa membalas budi terhadap mereka? kenapa mereka tega meninggalkan Nadia sendirian?" Tanya Nadia yang merasa putus asa.

"Ikhlaskan semuanya Nak, do'akan mereka supaya bahagia di alam sana, karena yang mereka butuhkan saat ini adalah do'a. Sejatinya semua yang hidup pasti akan mati juga pada akhirnya, dan kita hanya tinggal menunggu giliran kita saja ," ujar Pak Anton dengan mengelus lembut kepala Nadia.

Maafin Nadia Ya Allah, karena belum bisa menerima takdir hidup yang telah Engkau gariskan, ucap Nadia dalam hati.

"Kamu tidak sendirian sayang, karena kamu bisa menganggap kami sebagai keluarga Nadia juga," ujar Mama Mayang dengan kembali memeluk tubuh Nadia yang masih berderai airmata.

Ada rasa hangat pada hati Nadia ketika mendapatkan pelukan dari Mama Mayang, karena saat ini Nadia terlihat begitu rapuh.

Akhirnya Devan merasa bersalah terhadap Nadia, ketika melihat Nadia yang terus berderai airmata. Karena dialah yang menjadi penyebab semuanya.

Kenapa hatiku ikut sakit ya melihat gadis kecil ini menangis, kasihan juga dia karena gara-gara aku, dia jadi kehilangan kedua orangtuanya, ucap Devan dalam hati.

"Devan, ayo ikut Papa keluar, ada yang mau Papa bicarakan," ujar Papa Agung.

"Apalagi sih Pa yang mau Papa bicarakan? kalau Papa masih memaksa Devan untuk menikahi gadis kecil itu, Devan tidak mau Pa," tegas Devan.

"Jadi kamu sudah siap untuk hidup miskin dan menjadi gelandangan? asal kamu tau Devan, seandainya kamu miskin, apa Anabel masih mau menerima kamu sebagai kekasihnya? kamu salah Devandra karena Anabel adalah gadis matre, dan pastinya dia akan meninggalkan kamu," ujar Papa Agung.

"Kenapa Papa tidak menikahkan gadis kecil itu sama Revan saja? dia kan Anak kesayangan kalian, jadi dia pasti akan menuruti semua kemauan Mama dan Papa," jawab Devan.

"Iya, pastinya Revan akan selalu menuruti semua kemauan kami, tapi di sini yang salah adalah kamu Devan, jadi kamu yang harus bertanggungjawab atas semua kesalahan yang telah kamu lakukan, jangan melimpahkan semuanya terhadap Revan, karena selama ini dia sudah cukup menanggung beban pekerjaan yang selalu kamu tinggalkan," ujar Papa Agung.

Devan masih nampak mencerna ucapan Papa nya, sehingga dia terus saja merenungkan semuanya.

Benar juga perkataan Papa, bahwa Ana pasti tidak akan mau menjadi kekasihku lagi jika aku tidak mempunyai uang. Sepertinya aku harus terima tawaran Papa untuk menikahi Nadia, dengan begitu aku masih bisa berpacaran dengan Ana meskipun nanti aku sudah menikah dengan Nadia, ucap Devan dalam hati.

Bab 3 ( Rencana Nadia )

Setelah Nadia diperbolehkan pulang, orangtua Devan memutuskan untuk mengantar Nadia ke rumahnya, dan Mama Mayang terus berada di samping Nadia, sedangkan Devan dan Pak Anton berada di mobil berbeda, karena Nadia masih tidak mau melihat wajah Devan.

"Nak Devan, Bapak tau semua ini tidak mudah untuk Nak Devan, apalagi bagi Nadia, karena dia harus kehilangan kedua orangtuanya. Namun, Bapak berharap Nak Devan selalu sabar dalam menghadapi Nadia, apalagi Bapak dengar kalau Nak Devan akan menikahi Nadia," ujar Pak Anton.

"Iya Pak," jawab Devan singkat.

Sebelumnya Devan sudah bersedia mengikuti kemauan Papanya untuk menikahi Nadia, karena dia tidak mau kehilangan Ana kekasihnya jika sampai dia dicoret dari daftar ahli waris.

Sesampainya Nadia dan keluarga Devan di rumah duka, Nadia kembali menangis histeris ketika melihat bendera kuning yang dipasang di depan rumahnya.

Nadia langsung saja berlari masuk ke dalam rumah untuk melihat jenazah kedua orangtuanya.

"Ayah, Ibu," teriak Nadia dengan menghampiri kedua Jenazah, namun ketika Nadia hendak memeluknya, Istri Pak Anton bergegas mencegah Nadia.

"Sabar Nak, jangan sampai airmata Nadia menetes di jenazah Ayah dan Ibu, karena itu akan membuat mereka berat untuk meninggalkan Dunia ini. Istighfar sayang, Ibu tau Nadia merasa kehilangan, tapi kita semua hidup di Dunia ini hanya sementara, karena kehidupan di dunia adalah persinggahan kita mencari bekal untuk kehidupan kekal di akhirat nanti," ujar Bu Maryam.

Nadia nampak tertegun mendengar perkataan Bu Maryam.

"Kita boleh bersedih, kita boleh menangis, tapi tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Sekarang sebaiknya Nadia ambil wudhu, jika Nadia sayang sama orangtua Nadia, sekarang Nadia bisa kirim do'a untuk mereka," ujar Bu Maryam.

Mama Mayang yang melihat Nadia sudah lebih tenang, kembali menghampiri Nadia, lalu memapahnya menuju kamar mandi.

Setelah selesai wudhu, Nadia langsung duduk di samping jenazah orangtuanya kemudian membaca surat Yasin, dan Mama Mayang terus saja mendampingi Nadia dengan ikut mengaji juga.

Ya Allah, ampunilah semua dosa orangtua hamba, Ibu dan Ayah adalah orangtua yang baik selama hidupnya, semoga mereka ditempatkan di Surga-Mu, ucap Nadia dalam hati.

Dari luar rumah, Devan terus menatap lekat wajah Nadia. Saat ini dia berada dalam dilema antara rasa berdosa dan ambisinya untuk hidup bersama Ana, gadis yang selalu dicintainya bahkan sejak duduk di bangku SMA.

Mana yang harus aku pilih, sekarang aku tidak mungkin bisa menolak kemauan Papa, karena sama saja aku bersedia untuk kehilangan Ana juga. Seandainya ada Revan di sini, pasti dia akan membantuku keluar dari masalah ini, batin Devan yang kini berada dalam dilema.

Semenjak kecil Revan selalu melindungi Devan, dan dia selalu mencari solusi dari masalah yang Devan buat. Revan dan Devan lahir pada hari, tanggal dan tahun yang sama, bahkan Revan lahir di Rumah Sakit yang sama dengan Devan, tapi Revan terlahir dari Asisten Rumah Tangga keluarga Pratama. Akan tetapi, Papa Agung atau pun mama Mayang tidak pernah membedakan kasih sayangnya terhadap Devan mau pun Revan, justru Revan lah yang lebih dekat dengan orangtua Devan, dan Devan justru lebih disayangi oleh orangtua Revan, sehingga banyak orang yang mengira jika mereka tertukar ketika bayi.

Keesokan paginya, Pemakaman kedua orangtua Nadia akan segera dilakukan. Mama Mayang dan Papa Agung selalu mendampingi Nadia, karena mereka merasa bersalah terhadap Nadia yang kini hidup sebatang kara.

Saat ini Nadia ikut mengantar Ayah dan Ibunya menuju peristirahatan terakhirnya. Nadia berusaha untuk mengikhlaskan semuanya, walau pun semua itu akan terasa sulit.

Selamat tinggal Ibu, Ayah, semoga kalian tenang di alam sana, Nadia pasti akan selalu mengirim do'a untuk Ibu dan Ayah, ucap Nadia dalam hati.

Setelah pulang dari pemakaman, orangtua Devan mencoba berbicara dengan Nadia untuk menyampaikan niat mereka menjadikan Nadia sebagai istri Devan.

"Nadia, Mama tau jika Nadia saat ini masih berduka cita, tapi ada sesuatu hal yang ingin kami sampaikan kepada kamu Nak."

"Apa itu Tanteu?" Tanya Nadia.

"Jangan panggil Tanteu ya, kamu harus terbiasa memanggil kami dengan sebutan Mama dan Papa, karena kami berniat untuk melamar kamu menjadi Istri Devan.

Nadia langsung menolak keinginan orangtua Devan, karena dia tidak mungkin menerima orang yang telah menabrak kedua orangtuanya untuk menjadi Suaminya.

"Maaf, Ma, Pa, tapi Nadia tidak mungkin menerima Devan untuk menjadi Suami Nadia, karena dia adalah orang yang telah menyebabkan kedua orangtua Nadia meninggal," ujar Nadia.

"Kami tau Nak, kami mengerti apa yang Nadia rasakan, mungkin dengan Devan menjadi Suami kamu, Devan akan berubah menjadi sosok yang lebih baik lagi, mandiri serta tanggung jawab, karena selama ini kami sudah tidak tau harus bagaimana lagi merubah sifat Devan," ujar Mama Mayang.

Nadia nampak melamun memikirkan semuanya, sampai akhirnya Pak Anton dan Bu Maryam datang ke rumah Nadia.

"Nak, jika ada yang berniat baik kamu tidak boleh menolaknya. Mungkin Nak Devan memang jodoh Nadia, dan kalian dipertemukan dengan jalan seperti ini," ujar Pak Anton.

Mungkin jika aku bersedia menikah dengan Devan, aku bisa membalaskan Kematian kedua orangtuaku, karena dia akan selamanya terikat denganku, jadi dia tidak akan bisa memiliki perempuan yang dia cintai, ucap Nadia dalam hati.

Setelah beberapa kali Nadia mengembuskan nafas kasar dan memikirkan semuanya, akhirnya Nadia menganggukan kepalanya.

"Jadi Nadia mau menjadi Istri Devan?" Tanya Mama Mayang dengan mata yang berbinar.

"Iya Ma, Nadia bersedia untuk menikah dengan Devan."

"Alhamdulillah, terimakasih sayang, kami berjanji akan selalu menyayangi Nadia seperti Anak kandung sendiri," ucap Mama Mayang dengan memeluk tubuh Nadia.

Maaf Ma, karena tujuan Nadia menikah dengan Devan adalah untuk membalaskan dendam kematian orangtua Nadia, karena Nadia masih tidak rela dengan semua yang telah terjadi. Mulai sekarang aku harus menjadi Nadia yang kuat, aku harus membuat Devan menderita karena telah membuat kedua orangtuaku meninggal. Aku akan membuat kamu jatuh cinta padaku Devan, dan setelah itu aku akan membuat kamu merasakan patah hati, ucap Nadia dalam hati, karena saat ini Nadia sudah diliputi oleh amarah dalam hatinya, sehingga menghilangkan sifat lemah lembut dan penyayang yang selama ini dia miliki.

Papa Agung kini memanggil Devan untuk masuk ke dalam rumah.

"Devan ayo masuk, Nadia sudah bersedia menerima kamu sebagai Suaminya," ujar Papa Agung.

Devan merasa heran dengan keputusan Nadia yang dengan mudahnya menerima Devan.

Aku tidak salah dengar kan? tidak mungkin Nadia secepat itu memaafkan kesalahan yang telah aku perbuat. Apa ada sesuatu yang dia rencanakan? Kenapa dia langsung menerimaku untuk menjadi Suaminya? batin Devan kini bertanya-tanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!