NovelToon NovelToon

Pengantin Pengganti Si Lumpuh

Bab 1: Hari Pernikahan

"Sica, Mama mohon. Cuma kamu yang bisa menyelamatkan keluarga kita. Jika pernikahan ini sampai gagal, maka kita bisa jatuh bangkrut. Paman David mau membantu keluarga kita asalkan salah satu diantara kalian berdua mau menikah dengan putranya."

Jessica hanya menatap datar pada ibunya. Harusnya yang menikah hari ini adalah Jennie, bukan dirinya. Jennie kabur ke luar negeri, lalu kenapa malah dirinya yang harus menggantikan dia untuk menikah?!

"Aku tidak mau, Ma!!" Jawab Jessica menegaskan. "Mama, apa yang kau lakukan?!" Jessica memekik seraya mundur beberapa langkah ke belakang saat tiba-tiba ibunya berlutut di depannya.

"Sica, Mama mohon. Bukan demi, Mama. Tapi demi keluarga ini."

Jessica melihat keputusasaan di mata ibunya. Apakah pernikahan itu benar-benar penting bagi keluarganya, sampai-sampai ibunya rela membuang harga dirinya yang setinggi langit hanya agar dia ia mau menggantikan Jennie menjadi pengantin di pernikahan tersebut dengan berlutut dan memohon.

Selama 22 tahun dia hidup, belum pernah sekalipun Jessica melihat ibunya berlutut di depan orang lain. Karena yang Jessica tahu, Nyonya Valerie selalu menjunjung harga dirinya yang setinggi langit.

Gadis itu mengambil nafas panjang dan menghilangnya. Kedua matanya yang semula tertutup rapat kini kembali terbuka. "Baiklah, aku akan menggantikan Jennie dan menikah dengan putra Paman David!!"

Nyonya Valerie mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar. Dia tahu jika Putri bungsunya ini tidak mungkin bisa mengecewakan dirinya. Refleks dia memeluk Jessica karena terlalu gembira.

"Sica, Mama tahu kau pasti tidak akan mengecewakan harapan Mama. Karena hanya kau satu-satunya harapan yang Mama miliki saat ini, ini bukan hanya demi Mama saja, tetapi demi keluarga ini."

"Tidak perlu berlebihan, Ma. Aku melakukannya juga karena terpaksa, jika bukan karena Mama sampai berlutut dan membuang harga diri, aku tidak sudi menjadi pengantin pengganti di pernikahan ini!!"

Nyonya Valerie memeluk putrinya. "Maafkan, Mama Sica. Mama tau ini sangat tidak adil bagimu. Tapi hanya cara ini satu-satunya yang bisa menyelamatkan perusahaan kita, jika bukan kita, lalu siapa yang akan menjaga perusahaan peninggalan mendiang kakekmu." Tutur Nyonya Valerie.

Sebagai seorang ibu. Dia sangat menyesal karena harus menghancurkan masa depan putrinya demi kepentingan pribadinya. Bukan, jelas itu bukan untuk dirinya. Karena nasib ribuan karyawan sedang dipertaruhkan saat ini, perusahaannya hampir saja mengalami kebangkrutan.

"Untuk apa Mama minta maaf? Karena kata maaf dari Mama tidak akan merubah apapun. Aku sudah ikhlas, dan jangan sampai aku merubah keputusanku!!"

Jessica melepaskan pelukan ibunya dan pergi begitu saja. Dia ingin tertawa sekencang-kencangnya. Sungguh lucu, apakah seorang putri selalu menjadi tumbal keluarga ketika keluarga itu terpuruk?!

-

-

"Tuan Muda, gadis itu kabur ke luar negeri. Dan yang akan menikah dengan Anda adalah saudari kembarnya yang bernama Jessica. Gadis ini tidak mudah, jadi sebaiknya Tuan tetap hati-hati dan waspada."

Si Tuan Muda tak memberikan respon apa-apa. Dia sibuk dengan beberapa lembar foto yang ada di atas meja. Itu adalah foto calon mempelai wanitanya, cantik dan anggun.

Kemudian si Tuan Muda melemparkan foto-foto itu keatas meja. "Bagus sekali, memang karakter seperti ini yang aku cari. Daripada yang kabur itu, aku lebih feel yang ini. Dia terlihat tangguh dan berbahaya. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang gadis ini, aku ingin infomasinya ada di meja kerjaku malam ini juga!!"

Pria berkacamata itu mengangguk. "Baik, Tuan Muda. Dan sebaiknya Anda bersiap-siap sekarang. Acaranya akan segera dimulai, dan keluarga mempelai sudah dalam perjalanan menuju gedung pernikahan."

"Ambilkan jasku, kita pergi sekarang!!"

Pernikahan ini tentu bukan keinginannya, tapi keinginan ayahnya. Dan Steven, nama pemuda itu. Dia hanya mengikuti alurnya saja, lagipula tak ada yang bisa dia harapkan dari pernikahan tersebut, kecuali sang istri berada di pihaknya.

-

-

Gedung pernikahan sudah dipenuhi para tamu undangan. Namun kedua mempelai belum juga tampak batang hidungnya, hanya keluarga dari kedua mempelai saja yang sudah hadir di sana.

Berkali-kali keluarga Nero melihat kearah pintu yang masih tertutup rapat.

Para tamu undangan menunggu kedatangan si Tuan Muda keluarga Nero.

Mereka sangat penasaran dengan paras putra bungsu keluarga bangsawan tersebut yang tak pernah terekspos ke media karena kondisinya yang tidak sempurna. Dia mengalami kelumpuhan pasca kecelakaan ketika dia berusia Lima belas tahun.

Pintu terbuka dan sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Seorang lelaki tampan dengan usia kisaran 25 duduk di kursi roda. Dia tak hanya datang sendirian, dia datang bersama seorang pria berkacamata yang mendorong kursi rodanya.

"Wah, dia tampan sekali."

"Benar, dibandingkan dengan putra tiri Tuan Nero. Pemuda ini jauh lebih tampan, tapi sayangnya dia tidak sempurna."

"Betul sekali. Sangat disayangkan pemuda setampan ini malah cac*t!!"

Steven tak menggunting sama sekali ucapan orang-orang itu dan menganggapnya sebagai angin lalu. Baginya komentar orang lain tidaklah penting, dan Steven tidak mau ambil pusing dengan hal-hal menyebalkan seperti itu.

Tak lama berselang setelah kedatangan Steven. Pintu aula kembali terbuka, sosok jelita dalam balutan gaun pengantin cantik nan mewah memasuki gedung pernikahan tersebut.

Dan untuk sesaat, Steven tak mampu meloloskan pandangannya dari sosok itu yang pastinya adalah Jessica. Dia benar-benar sangat cantik, bahkan berkali-kali lipat lebih cantik dari yang dia lihat di dalam foto. Pemuda itu menyeringai ketika mata berbeda warna milik mereka berdua saling bersirobok.

Kemudian Jessica menghampiri calon suaminya yang sudah menunggunya di atas altar. Tatapannya tak berubah sedikitpun, dingin dan kurang bersahabat. Bahkan ketika ia dan Steven sudah berhadapan.

Jessica mendekati Steven lalu berbisik di telinga kanannya. "Jangan mengharapkan apapun dari pernikahan ini. Karena aku bukanlah mempelaimu yang sebenarnya!!"

Steven menarik lengan Jessica ketika gadis itu hendak menjauhkan wajahnya. "Aku cuma ingin pernikahan ini saling menguntungkan untuk kita. Ikuti aturan mainku dan jangan coba-coba membuat konspirasi denganku. Atau kau akan tau akibatnya!!"

Jessica melirik pemuda itu dari ekor matanya. Steven menyeringai tajam kearahnya. Tak sama seperti informasi yang dia terima, ternyata pria ini tidak gampang di kendalikan. Sepertinya semua akan sulit untuk Jessica.

Gadis itu menjauh tanpa mengakhiri kontak mata diantara mereka. Steven tampak menyeringai padanya. Dia harus berhati-hati pada pria lumpuh ini, dia terlihat berbahaya.

"Steven, ini adalah cincin turun temurun milik keluarga kita. Karena hari ini kau menikah, Papa serahkan cincin ini padamu. Dulu cincin ini pernah Papa berikan pada mendiang Mamamu ketika kami menikah. Dan sebelum dia meninggal, Mamamu berpesan supaya Papa memberikan cincin ini padamu ketika kau menikah. Terimalah cincin ini dan nikahi pengantinmu dengan cincin turun temurun ini!!"

Steven menerima cincin itu lalu menyematkan ke jadi manis Jessica. Cincin yang akan mengikat mereka berdua sebagai suami-istri. Kehidupan baru bagi mereka berdua. Takdir dan benang merah tak kasat mata baru saja menyatukan dua hati yang tak pernah saling mencintai.

-

-

Bersambung.

Bab 2: Iblis Atau Manusia

Jessica membuka lebar-lebar pintu kamar pengantinnya. Ribuan kelopak mawar merah tersebar di atas tempat tidur dan juga lantai. Bukannya merasa tersanjung, bahagia dan terharu. Gadis itu malah menyeringai sinis.

"Sungguh konyol!!" Jessica berucap lirih.

Dia merasa geli sendiri membayangkan ketika dirinya harus tidur satu ranjang dengan pria asing yang kini telah resmi menjadi suaminya. Jika saja yang menikah dengannya adalah seseorang yang dia cintai, pasti Jessica tidak akan bersikap seperti ini.

"Sampai kapan kau akan berdiri mematung di sana seperti orang bodoh?!" tegur seseorang dari arah belakang. Sontak Jessica menoleh dan mendapati Steven menggerakkan kursi rodanya ke arahnya.

Kemudian Jessica beranjak dan menghampiri Steven. "Apa dikamar ini aku akan tinggal mulai sekarang?"

"Lalu menurutmu? Atau mungkin kau ingin tidur di balkon? Lakukan saja, tidak ada orang yang akan melarang!!"

Jessica menatap pria yang baru saja resmi menjadi suaminya itu tak percaya. Apa dia tidak salah dengar, bisa-bisanya Steven memintanya untuk tidur di balkon.

"Sebenarnya kau ini iblis atau manusia? Apa kau benar-benar tidak memiliki hati nurani?! Dan melihat sikapmu yang begitu arogan, aku jadi ragu jika sebenarnya kau itu tidaklah lumpuh. Tetapi hanya pura-pura lumpuh!!"

Steven menatap Jessica dengan seringai tipis. Rupanya gadis yang baru dia nikahi ini bukanlah gadis bodoh yang tidak tau apa-apa. Dan entah sebuah mukjizat atau justru petaka dia menikahi Jessica.

"Lalu menurutmu? Atau mungkin kau ingin tidur di balkon? Lakukan saja, tidak ada orang yang akan melarang!!"

Jessica menatap pria yang baru saja resmi menjadi suaminya itu tak percaya. Apa dia tidak salah dengar, bisa-bisanya Steven memintanya untuk tidur di balkon.

"Sebenarnya kau ini iblis atau manusia? Apa kau benar-benar tidak memiliki hati nurani?! Dan melihat sikapmu yang begitu arogan, aku jadi ragu jika sebenarnya kau itu tidaklah lumpuh. Tetapi hanya pura-pura lumpuh!!"

Steven menatap Jessica dengan seringai tipis. Rupanya gadis yang dia nikahi ini bukanlah gadis bodoh yang tidak tau apa-apa. Dia cerdik, cantik dan memiliki tingkat kepekaan yang sangat tinggi. Dan entah sebuah mukjizat atau justru petaka dia menikahi Jessica.

"Atas dasar apa kau mengatakan jika aku hanya pura-pura lumpuh? Apa kau memiliki bukti yang bisa membuktikan ucapanmu itu?" Steven menyeringai.

"Kau menantangku?!"

Steven menggeleng. "Tidak ada yang menantangmu, aku hanya bertanya dan memintamu mempertanggungjawabkan ucapanmu itu. Bagaimana jika ada orang yang mendengarnya dan kemudian mereka salah paham? Bagaimana kau akan memberikan penjelasan pada mereka?"

Itu adalah sebuah pertanyaan yang menjebak. Dan Jessica harus berhati-hati untuk menjawabnya. "Saat ini aku memang tidak memiliki bukti apapun yang bisa membuktikan jika sebenarnya kau itu tidaklah lumpuh. Tunggu sampai aku memiliki buktinya, akan kubuat kau tidak berkutik sama sekali!!"

"Lakukan saja, karena sampai itik beranak serigala sekalipun. Kau tidak akan mendapatkan bukti apapun!!!"

Jessica tersenyum meremehkan. "Kita lihat saja nanti!!" kemudian ia beranjak dari hadapan Steven dan masuk ke dalam kamar mandi. Tubuh Jessica terasa gerah dan lengket semua karena berkeringat. Berendam di air dingin pasti bisa membuat tubuhnya terasa lebih rileks.

Dan sementara itu. Steven tak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum, dia begitu terkesan dengan keberanian gadis itu. Mungkin mereka memang harus membuat kesepakatan yang nantinya bisa saling menguntungkan.

-

-

Jennie merebahkan tubuhnya pada kasur king size yang super nyaman itu. Saat ini gadis itu berada di salah satu hotel di Kota London bersama sang kekasih.

Demi menghindari pernikahan, Jennie memutuskan untuk melarikan diri karena tidak mau menikah dengan lelaki yang dipilihkan oleh ibunya. Itulah kenapa dia meminta sang kekasih membawanya kabur ke luar negeri.

Mike, itulah nama kekasih Jennie. Jennie sangat mencintainya, namun entah dengan Mike. Karena sebelum mengenal Jennie, dia adalah seorang Casanova.

Perhatian Jennie teralihkan oleh suara dering pada ponselnya. Gadis itu beranjak dan mendapati nomor asing tertera di layar ponsel itu yang menyala terang. Penasaran siapa yang menghubungi kekasihnya, Jennie pun segera menerima panggilan tersebut.

"Mike," suara manja seorang wanita menyapu gendang telinga Jennie, membuatnya bertanya-tanya siapa sebenarnya yang menghubungi kekasihnya itu.

"Siapa ini? Kenapa kau menghubungi, Mike?" Tanya Jennie to the poin.

"Aku Casandra, kekasih Mike. Kau sendiri siapa? Kenapa ponsel Mike ada padamu?" Si penelpon balik bertanya.

Jennie menjauhkan ponsel itu dari telinganya dan menatap layar yang menghitam itu selama beberapa detik. Apa dia tidak salah dengar? Seorang perempuan menghubungi Mike dan mengaku sebagai kekasihnya? Dan mendengar hal itu membuat Jennie naik pitam.

"Kau bertanya siapa aku?! Aku ini calon istrinya. Berhenti menghubungi Mike, karena aku dan dia sudah mau menikah!!" Dan Jennie memutuskan sambungan telfon itu begitu saja.

Dengan kesal Jennie mengeluarkan nomor ponsel Mike dan menghancurkannya. Jika Mike masih memakai nomor yang lama, pasti perempuan itu akan menghubunginya lagi dan lagi. Jadi Jennie menggantinya tanpa sepengetahuannya.

Cklekk...

Pintu kamar mandi terbuka. Sosok tampan nan gagah keluar dari dalam sana. Mike memicingkan matanya melihat wajah murung kekasihnya. Mike meletakkan handuknya lalu menghampiri sang kekasih.

"Kenapa kau memasang muka jelek seperti ini, hm?" Tanya Mike.

"Mike, jawab dengan jujur. Apa kau benar-benar mencintaiku dengan tulus?"

Mike memicingkan matanya. "Kenapa tiba-tiba bertanya begitu? Apa kau tidak percaya padaku?" Jennie menggeleng, meyakinkan pada Mike jika dia mempercayainya 100%."Nah, ini baru kekasihku. Aku ganti baju dulu." Mike mengecup bibir Jennie dan pergi begitu saja.

Jennie tersenyum lebar mendengar jawaban Mike. Dia yakin jika perempuan itu hanya mengada-ada saja. Mike tidak mungkin mengkhianatinya.

-

-

Tampak seorang wanita yang sudah berumur menikmati segelas red wine di ruang keluarga kediamannya. Kedatangan sosok pria tampan dalam balutan pakaian formal mengalihkan perhatiannya.

"Ma, kenapa kau masih bisa bersantai seperti ini saat tahu orang asing telah masuk ke dalam rumah ini?"

Wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap pria itu sedikit datar. "Lalu aku harus bagaimana? Bukankah papamu sendiri yang membawa perempuan itu masuk ke dalam rumah ini?! Memangnya apa yang perlu dikhawatirkan. Dia bukanlah ancaman bagi kita berdua, dia sama pecundangnya dengan si Lumpuh itu!!"

Pria muda itu menggeleng. "Jangan terlalu meremehkan seseorang, Ma. Kau baru satu kali bertemu dengannya. Kau itu belum mengenal karakternya dengan baik. Jadi bagaimana bisa kau menyebutnya sebagai pecundang?!"

Wanita itu menyeringai. "Dante Lim, kau bodoh ya?! Karena hanya pecundang yang mau menikah dengan pecundang!!"

"Tapi bagaimana jika aku bukanlah seorang pecundang seperti yang kau katakan?!"

-

-

Bersambung.

Bab 3: Tidak Beretika

"Tapi bagaimana jika aku bukanlah seorang pecundang seperti yang kau katakan?!"

Ibu dan anak itu sontak menoleh, terlihat Jessica menghampiri keduanya. Seringai tipis tercetak di bibir ranumnya. Gadis itu menatap ibu dan anak di depannya ini bergantian.

"Bagus sekali ya, orang-orang dari keluarga terhormat bisa-bisanya membicarakan menantu perempuannya dibelakang. Apa keluarga ini kekurangan etika?" ucap Jessica dengan seringai yang sama.

Wanita itu lantas berdiri. "Dasar tidak tahu sopan santun!!" Dengan penuh amarah ia melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Jessica.

Namun sayangnya tamparan itu bisa ditahan dengan mudah oleh Jessica. Gadis itu mencengkram pergelangan ibu mertuanya dan menatapnya dengan pandangan meremehkan. Sorot matanya dingin dan penuh permusuhan.

"Simpan saja tenagamu itu, Ibu!! Karena aku bukanlah menantu yang bisa kau tindas dengan sesuka hatimu!!" ibu satu anak itu meringis kesakitan akibat cengkraman jessica pada pergelangan tangannya.

Lagi-lagi Gadis itu menatap wanita setengah baya ini dengan senyum meremehkan. Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, ia beranjak dari hadapan mereka berdua dan melenggang pergi.

Dan sementara itu...

Steven yang melihat langsung pertunjukkan menyenangkan itu dari lantai dua terlihat begitu menikmatinya. Si ibu tiri baru saja menemukan lawan yang seimbang. Dan benar dugaannya, Jessica bukanlah gadis yang mudah untuk ditindas, dia benar-benar tidak bisa diremehkan.

"Tuan Muda, istri Anda benar-benar luar biasa. Akhirnya ada orang yang berani melawan Nyonya. Selama ini dia selalu bersikap dan bertingkah semena-mena pada semua orang termasuk Anda. Tapi hari ini, dia menemukan rival yang seimbang." Ujar pria yang berdiri disamping kursi roda Steven

"Kau benar. Dia benar-benar wanita yang tangguh. Dan untuk saat ini, aku masih membiarkan ibu dan anak itu berada di atas awan, sebelum nantinya ku jatuhkan mereka ke dasar jurang."

"Sebenarnya apa yang sedang Anda rencanakan, Tuan Muda?" Pria itu menatap Steven penasaran. Dia penasaran dengan rencana Tuannya.

Steven menyeringai tajam. "Tunggu saja, kau akan segera mengetahuinya!! Antarkan aku kembali ke kamar!!"

"Baik, Tuan Muda."

-

-

Jessica kembali ke kamarnya dan mendapati Steven yang sedang duduk bersandar pada sandaran tempat tidur sambil membaca sebuah buku. Gadis itu tidak tau buku apa yang sedang dibaca oleh suaminya, dan dia tidak mau tau.

Alis gadis itu terangkat naik saat melihat bentuk tubuh Steven yang bisa dikatakan mendekati sempurna. Otot lengan yang terbentuk, tidak terlalu besar namun terlihat kuat ketika disentuh. Dan singlet putih yang melekat di tubuh lelaki itu tak bisa menutupi bentuk perutnya yang sixpack.

"Apa yang kau lakukan?" Steven mencengkram pergelangan tangan Jessica ketika gadis itu hendak menyentuh lengannya.

Sudut kanan bibir Jessica terangkat naik. Dia menjauhkan tangannya dari tubuh Steven. Pemuda itu keberatan ia menyentuhnya.

"Pertanyaan macam apa itu? Bukankah kita adalah suami-istri, lalu kenapa kau merasa keberatan ketika aku hendak menyentuhmu? Tidak disangka-sangka ya, ternyata kau memiliki bentuk tubuh yang bagus. Otot lengan dan perut yang kencang serta terbentuk."

"Dan aku sedikit heran, bagaimana bisa orang yang lumpuh sejak berusia 15 tahun memiliki tubuh seideal ini. Bahkan kau tidak pernah melakukan aktifitas apapun, selain hanya duduk diatas kursi rodamu. Kecuali jika lumpuh-mu ini adalah palsu!!" Jessica tersenyum menyeringai.

Steven menarik lengan Jessica dan membuat gadis itu jatuh ke pangkuannya. "Kenapa kau ingin tau sekali apakah aku benar-benar lumpuh atau tidak, jangan terlalu jauh melewati batasanmu, Nona!! Ingat, posisimu disini hanya sebagai pengganti!!"

Jessica menarik singlet yang Steven kenakan dan membuat tubuhnya terdorong ke depan. Membuat hidung dan bibir mereka tanpa sengaja saling bersentuhan. Jarak keduanya begitu dekat, saking dekatnya hingga mereka bisa merasakan hembusan napas masing-masing.

Jarak yang begitu dekat membuat Jessica menjadi gugup dan panik. Buru-buru dia menjauh dari Steven, namun tarikan pada pinggangnya malah membuatnya jatuh ke dalam pelukan pemuda itu. "A..Apa yang kau lakukan, lepaskan aku!!" Pinta Jessica menuntut.

"Kenapa kau terlihat gugup? Apa kau tau aku akan menggigitmu? Tenang saja, aku bukan seorang kanibal. Dan melihat bibir ranummu yang menggoda itu, membuatku ingin sekali mencicipinya!!"

Steven mengangkat dagu Jessica dan memiringkan kepalanya. Bersiap untuk menciumnya. Merasa terancam, buru-buru Jessica mendorong Steven sebelum bibir mereka bertemu.

"Jangan sembarangan apalagi bersikap kurang ajar!! Bibirku ini masih perawan, jadi jangan asal embat saja!!" Gerutu Jessica dan pergi begitu saja.

Steven tersenyum dingin, dia menatap Jessica yang berjalan ke kamar mandi dengan seringai tipis. Tiba-tiba istrinya itu membuatnya bergairah. "Cepat atau lambat, aku pasti akan mendapatkanmu Jessica Valerie!!"

Tatapan Steven berubah serius, tajam dan berbahaya. Si Lumpuh tak berguna, sebenarnya hanyalah kedok saja. Karena sesungguhnya, dalam diri Steven bersemayam sosok Iblis yang sangat mengerikan dan berbahaya.

-

-

Nyonya Valerie beranjak dari duduknya melihat ponselnya yang ada diatas meja terus bergetar menandakan ada panggilan masuk. Nomor luar negeri, penasaran siapa yang menghubunginya, ia pun menerima panggilan itu.

"Halo,"

"Ma, ini aku, Jennie!!" Jennie menyela ucapan ibunya.

"Jennie, masih berani kau menghubungi Mama setelah hampir mempermalukan keluarga kita!!" Kata-kata tajam keluar dari bibir Nyonya Valerie Setelah dia tahu siapa yang menghubunginya.

"Ma, kenapa kau malah menyalahkanku. Bukankah putrimu bukan hanya aku saja, masih ada Jessica!! Lalu kenapa malah aku yang kau tumbalkan untuk menikah dengan pria tua, karatan dan lumpuh dari keluarga kaya raya itu?!" Jennie melayangkan protesnya. Dia tidak terima disalahkan oleh ibunya.

Nyonya Valerie memicingkan mata. "Kenapa kau begitu yakin jika dia sudah tua dan karatan?! Bahkan sebelumnya kau belum pernah bertemu dengannya secara langsung. Jadi bagaimana bisa kau mengatakan hal konyol semacam itu?!"

"Ma, aku menghubungimu bukan untuk mengajakmu berdebat. Tetapi aku menghubungimu karena aku ingin mengabarkan tentang keberadaanku saat ini. Dan asal Mama tahu saja, sekarang hidupku sudah bahagia. Aku sudah mengambil keputusan yang tepat dengan kabur ke luar negeri bersama Mike. Mike begitu baik dan kami saling mencintai!!"

Sudah Nyonya Valerie duga, jika putrinya kabur ke luar negeri tidak hanya sendirian melainkan bersama Pemuda yang berstatus sebagai kekasihnya.

Sejak awal Nyonya Valeri tidak pernah merestui hubungan Jennie dan Mike, karena dia tahu jika pemuda itu bukanlah Pemuda baik-baik. Tetapi Jennie tidak pernah mau mendengarkannya, dia selalu mengatakan jika Mike adalah yang terbaik untuknya.

"Baiklah semoga kau bahagia dengan pilihanmu, tapi ingat Jennie. Jika laki-laki itu suatu saat menghianatimu, Jangan pernah mencari Mama dan menangis seperti anak kecil. Karena sejak awal Mama sudah memperingatkanmu!!"

"Tidak akan!! Dan akan ku buktikan pada Mama, jika pilihanku tidak pernah salah!!"

-

-

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!