Pengenalan karakter dan cerita.
Dinda Odelia
Dinda begitulah sapaan akrabnya.Seorang gadis sederhana yang memiliki paras ayu berkulit putih dengan rambut panjang terurai,mata bulat dengan bulu mata yang lentik dan bibir mungil yang selalu menebarkan senyuman tulus kepada siapa saja.
Dinda seorang gadis yang mempunyai semangat dalam mencapai cita-cita dengan tujuan untuk membahagiakan sang ibu.Dinda rela menjadi seorang kurir makanan di sebuah restoran milik sahabatnya demi untuk meringankan beban sang ibu yang hanya berprofesi sebagai tukang jahit.
Semenjak perceraian kedua orangtuanya sepuluh tahun lalu.Ia hanya tinggal berdua bersama sang ibu,mereka memutuskan untuk meninggalkan kota Bandung dan membuka lembaran baru di kota Jakarta.
Mereka meninggalkan kota Bandung,kota dengan sejuta kenangan namun menyimpan luka yang teramat dalam bagi Dinda dan ibunya.Bagaimana tidak, di saat suami dan ayah yang merupakan orang terkasih tega mengkhianati.
Dinda merupakan seorang siswi yang pintar di sekolahnya,tak heran jika dengan mudahnya ia bisa masuk ke sekolah ternama di Jakarta hanya dengan bermodalkan beasiswa.
****************
Jerome Himawan
Seorang siswa terpopuler di sekolah yang sama dengan Dinda.
Seorang pria tampan yang merupakan pewaris tunggal beberapa perusahaan terbesar di kota Jakarta.
Dia adalah seorang pria berdarah dingin yang mampu melakukan apapun untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.
Fisik serta rupa yang sempurna membuat para wanita tergila-gila padanya,mereka rela melakukan apapun agar bisa dekat dengannya.
Namun sayang tak pernah ada satu pun yang berhasil memikat hatinya,karena jauh di dalam lubuk hatinya ia masih menyimpan sejuta rindu untuk sahabat masa kecilnya.
Dahulu Jerome adalah sosok seorang anak yang penurut.Sosok anak lelaki baik hati yang mempunyai senyuman hangat.
Namun semenjak ia kehilangan sahabat masa kecilnya,semuanya berubah.
Ia menjadi anak yang sering berdiam diri,selalu merenung di sepanjang malam dengan harapan suatu saat sahabat masa kecilnya akan datang menemuinya,sesuai janjinya.
Namun semua hanyalah sebuah mimpi,mimpi yang terus ia genggam begitu erat hingga pada akhirnya sebuah peristiwa nahas itu terjadi.
Peristiwa yang merenggut nyawa kedua orangtuanya.Dari sinilah awal mula semua perubahan sikap dinginnya.
****************
Suatu hari ada kejadian besar yang terjadi dalam hidup Dinda.Hidupnya seakan berhenti berputar saat dirinya di perkosa oleh Jerome Himawan.
Kesuciannya di renggut secara paksa dan kejam.
Hidupnya hancur seakan dunia tak adil baginya disaat pria yang memperkosanya yang tak lain adalah sahabat masa kecilnya.
Peristiwa pahit ini menyisakan luka yang teramat dalam bagi Dinda.
Tak ada pilihan lain,Dinda terpaksa menjadi istri dari sahabat masa kecilnya.
Walaupun berat bagi Dinda menerima Jerome sebagai takdirnya,tetapi terpaksa Ia lakukan demi sang Ibu.
Tahun-tahun pertama menjalani rumah tangga bersama Jerome,Dinda seperti berjalan di atas kobaran api yang sewaktu-waktu dapat membakarnya.
Tetapi saat kobaran api hampir membakarnya Ia mulai menyadari bahwa pria itu mencintainya dengan caranya.
Sekuat tenaga Dinda berlari namun Ia terus di hujani cinta oleh suaminya,perlahan Jerome menunjukkan bahwa mereka adalah takdir yang di gariskan Tuhan.
QS. Al Baqarah ayat 216 yang artinya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
Pagi itu seperti biasa,Dinda tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah dengan semangat dan senyuman di wajahnya.
Dinda mengeluarkan sepeda motor miliknya dari garasi.Motor skuter matik berwarna biru yang telah menemani perjalanannya selama hampir tiga tahun terakhir.
Setelah dua puluh menit berkendara,tibalah Dinda di sekolah,terlihat puluhan motor dan mobil telah memenuhi tempat parkir.Dengan teliti Ia mulai mengamati,matanya mulai mencari lahan parkir yang masih kosong untuk motor miliknya.
Dinda mulai mengambil langkah cepat,berjalan dengan sedikit berlari menuju aula sekolah dengan penuh semangat.
Hari ini adalah hari kelulusan sekolah.Suasana meriah mulai dari dekorasi yang indah menghiasi lorong-lorong sekolah serta siswa-siswi kelas dua belas yang sudah berkumpul di aula sekolah,saling berpelukan dan mengucapkan selamat kepada satu sama lain.
Acara kelulusan dimulai dengan upacara yang khidmat.Para siswa-siswi kelas dua belas duduk dengan rapi.
Pidato kepala sekolah menginspirasi dan memotivasi untuk meraih impian di masa depan. Setiap nama siswa maupun siswi yang dipanggil untuk menerima ijazahnya disambut dengan tepuk tangan meriah.
Terutama Dinda yang berhasil menjadi siswi dengan lulusan terbaik tahun ini.
"Hallo nona jenius,akhirnya berhasil juga kamu meraih predikat siswi lulusan terbaik tahun ini."Terdengar suara Carra yang cukup mengejutkan.
"Carra,mulai deh bercandanya."
"Loh siapa yang bercanda,memang benar kan seperti itu kenyataannya."
"Eh Din apa rencana kamu setelah ini."
"Mungkin mencari pekerjaan."Jawab Dinda singkat.
"Maksudku bukan itu."
"Lalu."
"Apa kamu tidak berniat jujur pada Jerome tentang siapa kamu sebenarnya dan bagaimana perasaan kamu ke dia.
"Din udah hampir tiga tahun kamu tahan semua ini sendiri,sekarang saat nya Jerome tahu kalau kamu itu adalah sahabat masa kecilnya dan juga perasaan kamu ke dia."
"Jujur Aku bingung harus memulai darimana."Jawab Dinda dengan hembusan napas berat.
"Bagaimana jika dia menolakku,Aku takut kehilangannya."
"Bukankah kamu dan Jerome adalah sahabat masa kecil,aku rasa dia takan mungkin membencimu atau mungkin dia juga mencarimu selama ini."
Tak terasa airmata Dinda tiba-tiba jatuh tak tertahankan,Ia mulai menyadari betapa pengecutnya dirinya sehingga tidak mampu berkata jujur pada seorang pria yang Ia cintai dalam diam selama hampir tiga tahun belakangan ini.
Pria yang tak lain adalah sahabat masa kecilnya.
Pria yang memacu semangatnya untuk mendapatkan beasiswa dengan tujuan agar dirinya bisa bersekolah di sekolah yang sama.
"Din udah dong nangisnya,kamu harus berani ambil resiko.Kamu harus jujur biar Jerome tahu siapa kamu."
"Oh iya besok kan ulang tahun Jerome,lagian semua siswa-siswi kelas 12 di undang,termasuk kamu.Aku pikir itu kesempatan yang bagus untuk menyatakan semuanya pada Jerome." Jelas Carra panjang lebar.
*****
Sepulang dari sekolah seusai merayakan hari kelulusannya,Dinda berkendara menyusuri jalan setapak menuju rumahnya dengan senyum mengembang di wajahnya.
Gaun seragam putih abu-abunya masih dipenuhi coretan tanda tangan teman-temannya, kenangan manis yang akan selalu ia simpan. Dinda tidak sabar untuk segera sampai di rumah dan membagikan kabar gembira kepada ibunya.
Pikirannya melayang mengingat saat-saat ia belajar keras hingga larut malam demi mencapai prestasi terbaik.
Hari ini,usahanya terbayar tuntas.Ia dinyatakan lulus sebagai siswi terbaik di sekolahnya.
Setibanya di depan rumah,Dinda melihat ibunya sudah berdiri di ambang pintu,menantinya dengan senyum bahagia.
Tatapan penuh kebanggaan dan air mata yang menggenang di mata sang ibu membuat hati Dinda terasa hangat.
Dengan cepat ia memarkirkan motornya dan menghampiri sang Ibu
"Ibu,Aku lulus!" serunya sambil berlari memeluk erat ibunya.Sang ibu membalas pelukannya dengan erat,air matanya pun tak terbendung lagi.
"Ibu sudah tahu,Nak.Ibu Ambar tadi menelepon dan memberi tahu bahwa kamu lulus dengan predikat siswi terbaik.
Ibu bangga sekali padamu!"ucapnya sambil mengusap kepala Dinda dengan penuh kasih sayang.
Dinda terkejut mendengar kabar itu.Ia tidak menyangka bahwa wali kelasnya di sekolah bahkan sudah lebih dulu memberi tahu ibunya.
Kedengarannya sederhana tetapi membuatnya semakin merasa istimewa.
Perjuangan panjangnya selama tiga tahun terakhir terasa begitu berarti.Ia teringat bagaimana ibunya selalu memberinya semangat saat ia merasa lelah dan jenuh.
Setiap pagi,ibunya akan membuatkan sarapan dan menyelipkan doa-doa yang tulus agar Dinda bisa meraih cita-citanya.Kini semua pengorbanan dan doa itu terjawab dengan hasil yang membanggakan.
Hari itu adalah hari yang sudah dinanti-nantikan selama beberapa bulan oleh keluarga besar Himawan.
Oma Astari mempersiapkan segala sesuatunya dengan teliti untuk merayakan ulang tahun ke-18 Jerome Himawan,sang pewaris tunggal beberapa bisnis keluarga yang sudah berdiri selama tiga generasi.
Jerome adalah cucu tunggal dari keluarga Himawan yang terpandang.hari itu kediaman mewah milik keluarga Himawan dihias dengan kemegahan yang luar biasa.Puluhan lampu kristal bergemerlapan,menggantung di aula besar yang penuh dengan bunga-bunga langka dan mahal.
Setiap sudut ruangan dipenuhi dekorasi yang mencerminkan keanggunan dan kekayaan yang seakan tak terbatas.
Para tamu undangan mulai berdatangan sejak sore hari,datang dengan mobil-mobil mewah mereka.Mengenakan pakaian terbaik yang bisa mereka temukan.
Jerome berdiri di depan tangga besar, menyambut para tamu yang datang dengan senyum ramah dan mata berbinar.
Malam itu dia mengenakan setelan jas hitam klasik dengan aksen warna emas di dasi dan saputangannya,memberikan kesan yang tidak hanya tampan tetapi juga berwibawa.Meskipun usianya baru menginjak 18 tahun,aura kepemimpinannya sudah terlihat jelas.Setiap langkah yang dia ambil menunjukkan bahwa dia siap untuk mengambil alih kendali dari bisnis keluarga yang megah ini.
Di tengah pesta,sang oma,Ny.Astari naik ke atas panggung untuk memberikan pidato yang sudah disiapkan dengan hati-hati.
Beliau menceritakan bagaimana sang cucu tumbuh menjadi pemuda yang tidak hanya pintar tetapi juga memiliki hati yang besar,penuh perhatian kepada orang lain.
Dalam suaranya yang tegas namun penuh kasih, dia mengungkapkan harapannya agar Jerome dapat melanjutkan warisan keluarga dengan kebijaksanaan dan integritas.Tepuk tangan bergema di seluruh ruangan setelah pidato itu selesai dan Jerome yang dipanggil ke atas panggung menerima pelukan hangat dari sang oma.
Lampu-lampu di aula mulai meredup,tirai besar yang menutupi salah satu dinding ruangan ditarik perlahan.Di baliknya,terlihat sebuah kue raksasa berlapis empat,dihiasi dengan bunga gula yang dibuat dengan sangat detail dan patung miniatur wajah Jerome yang tersenyum di puncaknya.
Para tamu bersorak riuh saat Jerome meniup lilin berbentuk angka 18 yang menyala dengan terang di atas kue itu.Saat lilin padam,suara musik orkestra mengisi ruangan yang memberikan suasana yang lebih hidup dan menyenangkan.
Sementara pesta berlangsung,Jerome menyelinap keluar dari keramaian untuk sejenak menghirup udara malam yang sejuk di taman belakang.Di tengah kemeriahan dan kebahagiaan malam itu,dirinya merasa ada sesuatu yang kurang.
Meskipun dikelilingi oleh banyak orang yang memujanya,tetapi hatinya merasakan kesepian yang tak berkesudahan.Dia teringat pada mendiang Ayah dan Ibunya yang sudah meninggal sembilan tahun lalu.
..." Dindin andai kamu ada di sini." Batin Jerome....
Semua tamu yang hadir tengah menikmati suasana hangat dan kebahagiaan.Tapi tidak dengan Dinda,sedari tadi dirinya merasa cemas memikirkan kalimat apa yang akan Ia katakan pada Jerome nantinya.
Berulang kali Dinda berusaha melafalkan kalimat per kalimat yang dipelajarinya lewat internet sebelum Ia berangkat ke pesta ulang tahun bersama Carra,sahabatnya.
Tetapi seolah aneh kalimat yang sudah susah payah di hafalnya mendadak menjadi hilang dari otaknya.
" Din,gimana sudah siap."
" Carr,jujur Aku takut." Ucap Dinda sambil menghela napas panjang.
" Coba jelasin hal apa yang buat kamu takut."
"Aku takut setelah ini Jerome bakal menjauh." Ucap Dinda dengan tatapan serius.
" Din dengar,perasaan yang kamu pendam selama ini,itu berat banget.Bukannya lebih baik kamu jujur dan kasih tahu Jerome daripada kamu terus-menerus menyiksa diri sendiri?
Dia punya hak untuk tahu kalau ada seseorang yang tulus mencintainya dan terlebih lagi seseorang itu sahabat masa kecilnya."
"Tapi aku nggak tahu harus memulai dari mana,setiap kali aku mengumpulkan keberanian selalu rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatiku." Ucap Dinda dengan mata berkaca-kaca
" Aku paham Din,kadang ketakutan kita itu terasa lebih besar daripada kenyataan yang sebenarnya. Tapi coba pikirkan ini,kalau kamu tidak pernah mengatakannya tentu kamu nggak akan pernah tahu.Kamu akan selalu bertanya-tanya.
Bagaimana kalau dia ternyata juga suka sama kamu atau bahkan selama ini dia juga mencari kamu. " Ucap Carra,berusaha menyakinkan.
Dinda yang tak kuasa menahan tangisnya akhirnya meraih Carra dalam pelukannya,memeluk erat sambil terus menerus mengucapkan kata terima kasih kepada sahabatnya Carra.
Seolah tak ingin membuang waktu,Carra langsung melepaskan pelukan Dinda lalu berlari kecil mencari Dante,sahabat Jerome.
Tidak butuh waktu lama akhirnya Carra berhasil menemukan Dante di tengah keramaian para tamu undangan.
"Permisi,bisa kita bicara sebentar." Tanya Carra tanpa berbasa-basi.
"Hallo kamu Carra kan ?." Tanya Dante memastikan.
"Hhmm...yah."Jawab Carra singkat.
"Aku ingin bertemu Jerome,ada hal penting yang ingin di sampaikan.Apa kamu bisa bantu ?." Tanya Carra penasaran.
"Oh yah tentu."
"Kamu tunggu di sini sebentar."
****
"Jer ada yang nyariin lu tuh."
"Siapa."
"Ada deh,ayo ikut gue."
Dante dengan sigap menarik tangan Jerome untuk segera menemui Carra.Sesampainya di sana Carra langsung mengajak Jerome bertemu dengan Dinda yang sudah menunggu sedari tadi.
Dinda yang kaget dengan kedatangan Jerome secara tiba-tiba,cepat-cepat menoleh dan berusaha mengatur napasnya.
Ehemm..Ada yang bisa Saya bantu."Tanya Jerome dengan suara berat.
Deg...
Jantungnya seolah copot dari tempatnya,tangannya mulai dingin dan berkeringat melihat pria yang di cintainya berada di hadapannya yang tidak lain adalah sahabat masa kecilnya.
Mata mereka saling bertemu,Dinda tertegun menyadari betapa indah mata milik pria yang berada di hadapannya.
Sementara Jerome memandang Dinda dengan tatapan menilai lalu tersenyum tipis sebelum memulai pembicaraan.
"Kamu siapa yah." Tanya Jerome dengan mata mendelik.
Sebelum Dinda sempat menjawab namun dengan cepat Jerome memotong pembicaraan Dinda.
"Ah yah kamu siswi yang mendapat predikat lulusan terbaik itu kan."
"Ii..i.iyaa."Jawab Dinda terbata-bata.
"Ada hal penting apa sehingga kamu ingin menemuiku secara pribadi."
"A-aa-kku ingin bilang sesuatu,sebenarnya sudah lama aku jatuh cinta sama kamu." Jawab Dinda dengan cepat tanpa basa-basi.
"Ha ha hah ha,apa kamu sedang mabuk."Ucap Jerome dengan tatapan mengejek.
"Sebenarnya aku adalah..." Belum sempat Dinda menyelesaikan ucapannya.
Tiba-tiba Jerome melangkah maju beberapa langkah lalu meninju sebuah kaca yang ada di dalam ruangan itu.
DDUUAARRR....
Terlihat buku tangan Jerome mulai berdarah.
Dinda yang kaget tiba-tiba menangis melihat kejadian tak terduga itu.
"Biar Aku selesaikan ucapanmu,sebenarnya kamu adalah perempuan miskin dan tidak tahu malu yang berharap bisa memacari anak orang kaya." Umpat Jerome.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!