NovelToon NovelToon

CEO Kejam Dan Romatis

Rayyan Alexander Sanjaya

"Bunuh dia, dan jangan tinggalkan jejak sedikitpun!" ucap Rayyan dengan suara datar. Lalu tanpa menoleh ke belakang lagi, ia pergi bersama asisten pribadinya, Farhan.

Mereka masuk ke dalam mobil terbaru seharga tujuh milliar, mobil yang sudah di di modiv sehingga keamanannya cukup kuat.

"Kita mau kemana lagi, Tuan?" tanya Farhan, sambil fokus menyetir. Dia adalah asisten pribadi dan juga tangan kanan Rayyan. Farhanlah yang selalu menemani kemanapun Rayyan pergi. Bahkan ia juga merangkap sebagai sopir, sehingga tak perlu memakai jasa sopir lagi. Karena dulu pernah pakai jasa sopir, tapi sopir itu malah berkhianat pada mereka berdua.

Sejak saat itu, baik Rayyan ataupun Farhan merasa trauma untuk terlalu dekat dengan orang lain apalagi sampai memberikan mereka kepercayaan buat menjamin keselamatan mereka berdua terutama Rayyan, selaku pewaris dari Perusahaan Besar yang ada di negara In. Menjadi seorang pewaris sangatlah tidak mudah, karena ada banyak musuh di mana mana. Bahkan Rayyan hampir beberapa kali kehilangan nyawanya karena musuh Daddynya itu. Di tambah saat mereka tau, jika Rayyan akan jadi pewaris, semakin banyak yang ingin menggulingkan posisinya. Harta membuat banyak orang rela saling membunuh, saling menjatuhkan dan saling nyerang, tak peduli ada ikatan darah sekalipun. Bagi mereka, harta di atas segalanya.

Rayyan sendiri juga sebenarnya tak mau untuk menjadi pewaris, toh dia juga sudah membangun beberapa perusahaan miliknya sendiri yang saat ini juga mulai merayap ke kancah internasional. Jadi ia gak perlu rebutan dengan para sepupunya itu.

Namun, Kakeknya-Ronald Alexander Sanjaya memilih Rayyan untuk menjadi ahli warisnya, yang akan memimpin semua perusahaan yang berada di bawah naungan Alexander. Dari kecil, bahkan dari saat umur lima tahun, Rayyan sudah di didik dengan sangat keras bersama dengan Farhan tentunya, anak dari tangan kanan Ronald. Umur Farhan dan Rayyan cuma selisih satu tahun. Saat ini umur Rayyan sudah 29 tahun dan umur Farhan 30 tahun. Mereka sudah bersama sedari kecil bahkan sudah seperti saudara yang saling melindungi satu sama lain.

Ayahnya Farhan juga sudah meninggal saat Farhan baru aja lulus SD. Sedangkan Ibunya Farhan meninggal saat melahirkan Farhan. Sehingga Farhan di titipkan ke Ronald. Tentu Ronald mendidik Farhan dengan sangat keras, karena Ronald memang menyiapkn Farhan buat menjadi asisten pribadi dan tangan kanan Rayyan. Jadi Farhan di latih keras baik secara fisik maupun mental. Begitupun dengan Rayyan yang juga mendapatkan latihan keras. Namun baik Farhan dan Rayyan tak ada yang mengeluh, mereka menerima semua latihan itu, walaupun menguras fikiran dan tenaga. Namun pada akhirnya semuanya membuahkan hasil.

Farhan dan Rayyan mampu menyelesaikan studi S3-nya di umur mereka yang dua puluhan. Tentu prestasi mereka merupakan kebanggaan tersendiri buat keluarga besar Alexander. Dan sejak saat itulah, Rayyan mulai terjun ke perusahaan bersama dengan Farhan yang emang selalu ada di dekatnya. Farhan dan Rayyan bekerja sangat keras siang malam untuk  membuat Perusahaan Alexander semakin maju dan berkemmbang pesat. Bahkan karena ide cemerlang Rayyan membuat Perusahaan Alexander sampai membuka cabang di beberapa negara dan juga sudah di akui sebagai perusahaan yang mampu bersaing dengan para pengusaha dari kalangan atas.

Ronald tentu bangga dengan cucunya itu, Reyhan dan Yunita sebagai orang tua Rayyan pun ikut bangga, tak menyangka jika di tangan Rayyan, Perusahaan Alexander semakin maju melesat hingga meraup keuntungan berkali-kali lipat.

Dan dari keuntungan itulah, Rayyan di beri beberapa persen saham. Namun Rayyan merasa tak puas, diam-diam Rayyan membangun perusahaan sendiri yang di bantu oleh Farhan. Dan perusahaan itu di beri nama RAS Group. RAS sendiri singakatan dari Rayyan Alexander Sanjaya.

Melihat Rayyan yang selalu di puji oleh Ronald, membuat sepupunya-Rizal sangat membenci Rayyan hingga beberapa kali mencoba untuk melukainya. Namun, sayangnya rencanannya selalu gagal, karena ada Farhan yang selalu melindungi Rayyan. Bagi Farhan, Rayyan bukan hanya majikanya, tapi juga sudah ia anggap seperti sahabat dan saudaranya sendiri. Bahkan Farhan rela mempertaruhkan nyawanya demi menyelematkn Rayyan. Baginya, Rayyan adalah  segala-galanya, yang harus selalu menjadi perioritas utamanya. Karena tanpa Rayyan dan keluarganya, mungkin Farhan tak akan bisa menjadi seperti ini. Hidup dalam kemewahan, mendapatkan kasih sayang yang tulus dari Ronald, Reyhan dan juga Yunita. Walaupun mendapatkan didikan keras, tapi Farhan tau, semua itu demi dirinya sendiri, agar kelak bisa melindungi dirinya dan juga Rayyan. Untuk itu, Farhan gak pernah mengeluh, sesakit apapun dan sekeras apapun latihannya.

"Tuan?" panggil Farhan karena Rayyan sedari tadi hanya diam sambil fokus melihat tabnya.

"Pulang aja, tadi Mommy kirim pesan, minta aku untuk pulang," jawabnya masih dengan suara datar, bahkan wajahpun datar. Namun sedatar apappun, tak bisa menguragi ketampanannya. Wajah Rayyan, sangat tampan sekali, bahkan belum ada yang bisa menandingi ketampanannya dan juga kecerdasannya itu. Apalagi kekayaannya, yang melimpah ruah. Rayyan memang sangatlah sempurnah, di lihat dari lubang manapun, tetap aja akan selalu terlihat tampan dan sempurna. Namun di usianya yang hampir kepala tiga, Rayyan belum juga pernah dekat dengan wanita, jangakan Rayyan, Farhan pun juga belum pernah karena mereka selalu sibuk kerja hingga tak ada waktu buat kencan.

"Baik, Tuan," jawab Farhan sambil mengemudi dengan kecepatan sedang.

Setelah itu tak ada suara lagi, mereka sama-sama diam, dan seakan sibuk dengan fikirannya masing-masing.

Wanita Yang Menggaggu

Satu jam lebih berada di jalan, akhirnya mereka pun sampai di depan kediaman Alexander Sanjaya.

Saat melewati pagar yang setinggi lima meter, dua satpam membukan pagar itu lebar-lebar. Lalu Farhan pun melajukan mobilnya itu memasuki halaman yang sangat luas, sangking luasnya hingga hampir mencapai satu hektar, hanya untuk halamannya saja.

Sesampai di depan rumah yang mirip sebuah istana itu, dua orang yang berdiri di depan rumahnya berlari kecil untuk membukakan pintu buat Rayyan dan Farhan.

Lalu Rayyan dan Farhan pun turun dari mobil dan berjalan tanpa menoleh ke kanan kiri, mereka menatap ke depan dengan tatapan dingin. Farhan berjalan di belakang Rayyan.

Saat mereka berada satu meter sebelum menuju pintu, pintu utama terbuka secara otomatis. Sehingga mereka tak perlu membuka sendiri yang membuat tangan mereka kotor, karena bisa  jadi, pintu itu berdebu hanya saja tidak terlihat.

"Son, sudah pulang?" tanya Reyhan yang tengah ada di ruang tamu dan sedang memegang laptop dan beberapa berkas penting.

"Iya, Dad. Mommmy, mana?" tanyanya sambil duduk di kursi sedangkan Farhan berdiri di samping Rayyan.

"Ada di kamar, Son. Tumben kamu pulang jam segini?" tanya balik Reyhan.

"Mom yang nyuruh aku cepet-cepet pulang," jawabnya dengan wajah datarnya itu.

"OH ya Son, kemaren ...." belum selesai Reyhan bicara, Rayyan langsung memotongnya.

"Please, don't call me Son again, Dad. Not good to hear. Call me Rayyan or Ray, okay," ujarnya membuat Reyhan terkekeh, begitupun dengan Farhan yang diam-diam ikut menertawakan majikannya itu.

"Okay, sorry. Dad ulang ya, kemaren Salsa datang ke sini, nyari kamu," tuturnya memberitahu. Mendengar nama Salsa, membuat Rayyan menghela nafas kasar. Ia kenal Salsa saat umurnya tujuh belas tahun. Ronald membuat perayaan besar-besaran dan mengundang banyak para pengusaha kalangan atas dan juga semua karyawan yang menempati posisi penting di Perusahaan Alexander pun ikut hadir di pesta itu. Termasuk Sandy, seorang manager di Perusahaan Alexander. Sandy adalah Papanya Salsa. Sandy juga temennya Reyhan saat SMA sampai Kuliah. Untuk itu Sandy dan Reyhan cukup akrab. Sehingga sesekali Sandy datang ke rumah Reyhan untuk berbincang hangat atau sebaliknya Reyhan yang akan datang ke rumah Sandy untuk bermain seperti saat mereka masih muda dulu.

Saat Rayyan merayakan umurnya yang ke tujuh belas tahun, waktu itu Salsa masih umur dua belas tahun dan baru kelas satu SMP sedangkan Rayyan waktu itu sudah kuliah dan sudah semester akhir. Ya, umur mereka selisih lima tahun.

Namun sejak pertama lihat Reyhan, Salsa langsung jatuh cinta pada Rayyan. Namun sayangnya Rayyan, tak memperdulikannya bahkan bersikap dingin padanya. Karena dari dulu sampai detik ini, Rayyan tak berminat untuk mencari pasangan, ia hanya ingin terus mengembangkan bisnisnya dan juga bisnis keluarganya agar selalu berada di puncak atas. Jadi, ia gak mau bermain perasaan yang pada akhirnya akan membuat dirinya menjadi pria lemah. Apalagi wanita itu sulit di mengerti, dan cowok selalu serba salah di matanya. Dan Rayyan juga gak suka jika ada yang merecoki hidupnya. Jadi, dia memilih untuk sendiri dulu. Masalah jodoh, biarkan Tuhan yang mengatur, jika emang sudah waktunya dan dirinya sudah siap, pasti akan ada waktu dimana ia akan menikah bersama wanita yang ia cintai tentunya.

"Ngapain sih dia datang terus, Dad?" tanyanya tak suka.

"Ya cari kamu, sayangnya kamu gak ada di rumah. Jadi dia langsung pulang lagi. Dia cuma bentar di sini, gak sampai lima belas menit," jawabnya. Reyhan tau, jika putranya itu tak suka sama Salsa. Tapi ia juga tak bisa terang terangan mengusir Salsa, setiap kali  Salsa datang ke rumahnya. Atau meminta Salsa tak lagi mencari keberadaan putranya itu, karena Reyhan tak enak sendiri ke teman akrabnya itu, siapa lagi kalau bukan Sandy, papanya Salsa.

"Huh, lain kali usir aja, jangan merasa gak enak terus, Dad. Emang Daddy gak bosen apa, hampir tiap hari juga Salsa datang ke sini?" tanyanya. Karena memang Salsa itu datang ke rumahnya itu kadang seminggu tiga kali, kadang bisa empat kali.

"Daddy gak enak sendiri, Son. Nanti dia ngadu sama Papanya," sahutnya. Reyhan orangnya emang gak tegaan, dan takut jika akan melukai perasaan orang lain, berbeda dengan Rayyan yang bisa bersikap dingin pada siapa aja. Jangankan melukai perasaanya, Rayyan bahkan tak akan segan membunuh siapa saja yang sudah mengusik hari-harinya apalagi buat mereka para pengkhianat, tak akan ada ampun bagi Rayyan.

"Astaga, kapan sih Daddy mau berubah? Kalau daddy gini terus, akan ada banyak yang memanfaatkan kebaikan Daddy," tutur Rayyan kesal.

"Ya mau gimana lagi, Dadddy emang dari dulu kayak gini," balasnya santai.

Rayyan lagi-lagi hanya bisa menghela nafas. Untung Perusahaan Alexander gak di pimpin langsung oleh Reyhan, kalau itu terjadi, bisa jadi Perusahaan Alexander akan bangkrut di tangan Reyhan. Ronald hanya memberikan Reyhan posisi yang biasa aja, itupun keseringan Reyhan bekerja di balik layar, sehingga Reyhan lebih sering di rumah untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia hanya pergi ke kantor jika ada rapat bulanan, rapat sesama pemegang saham, dan rapat-rapat lainnya.

Namun walaupun dapat posisi biasa aja, Reyhan gak pernah marah, karena ia lebih nyaman seperti itu. Yunita pun mendukung suaminya, ia gak akan memaksa selagi itu bisa membuat suaminya nyaman mengerjakan pekerjaanya. Yunita malah senang Reyhan kerja di rumah karena ia bisa selalu berada di dekat suaminya dan ia gak perlu takut suaminya akan di ganggu pelakor, karena suaminya hampir gak pernah ketemu wanita lain selain dirinya, para asisten rumah tangga dan keluarganya.

Jika pun keluar, kadang Reyhan selalu mengajak Yunita kemanapun dia pergi. Sehingga mereka tak pernah terpisahkan, seperti magnet kemana mana selalu berdua.

Saat mereka tengah berbincang, Yunita datang.

"Loh sudah pulang, kenapa gak langsung menghampiri Mommy?" tanyanya, ia sedari tadi menunggu di kamar, enggak taunya putranya sudah sampai di rumah dari tadi.

"Aku juga baru sampai, Mom," dustanya. Padahal sudah dari tadi.

"Farhan, ayo duduk. Ngapain berdiri di sana, emang gak capek?" tanya Yunita yang menganggap Farhan seperti anak kandungnya sendiri.

"Enggak, Mom," jawabnya karena memang Yunita yang dulu meminta Farhan memanggil dirinya Mommy, sama seperti Rayyan. Awalnya Farhan gak mau, tapi karena dipaksa, akhirnya Farhan pun menurutinya.

"Sudahlah, duduk aja, Farhan. Atau kamu bisa kembali ke kamar kamu, gak papa. Lagian kita gak akan keluar lagi hari ini," tutur Rayyan. Mendengar Rayyan bicara seperti itu, Farhan pun memilih untuk diri. Karena ia gak mau mengganggu keharmonisan mereka bertiga. Ia juga sadar diri, dirinya di sini hanya orang luar. Walaupun sudah dianggap keluarga, tetap saja, dirinya hanya orang luar.

Farhan tinggal di Paviliun, rumah dengan luas 10X12 meter. Ukurannya tak terlalu besar dan hanya dua lantai saja. Rumahnya juga ada di belakang rumah utama, dan di sana hanya ada dua asisten rumah tangga yang membersihkan rumahnya dan membuatnya makanan.

Rumah utama sendiri, luasnya sebesar 112X150 meter dengan empat lantai. Dan ada sekitar 75 kamar. Paling luas adalah kamar Rayyan, yang merupakan kamar utama karena di kamar itu di bagi menjadi beberapa bagian yang saling terhubung satu sama lain.

Di rumah itu juga ada 30 asisten rumah tangga yang di bagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama akan membersihkan lantai dasar, kelompok kedua akan membersihkan lantai dua, kelompok ketiga akan membersihkan lantai tiga dan kelompok empat akan membersihkan lantai keempat.  Untuk memasak ada dua koki terkenal yang sudah mempunyai banyak pengalaman di bidang makanan dang gizi. Untuk cuci baju dan lain sebagainya itu masuk ke kelompok kelima. Untuk koki, tidak masuk kelompok itu karena peran mereka penting di sini. Dan ada satu kepala pelayan yang akan mengurus mereka semua termasuk dua koki itu. Jadi walaupun dua koki itu tidak masuk dalam lima kelompok namun tetap mereka berdua berada di bawah naungan kepala pelayan.

Kapan Akan Menikah?

Setelah Farhan pergi, tak lama kemudian, pelayan datang membawakan minuman dan camilan. Yah, tanpa di suruh, mereka akan menyiapkannya. Semua pelayan juga tau apa makanan dan minuman favorit mereka termasuk kebiasaannya.

"Son, kamu kapan akan menikah?" tanya Yunita terus terang.

"Astaga, Mom. Kenapa sih itu lagi yang ditanyakan, emang gak ada pertanyaan lain?" tanya balik Rayyan. Ia merasa jengah karena Mommy nya itu selalu aja menanyakan kapan dirinya akan menikah.

"Mommy gak akan bertanya, asal kamu sudah menikah. Mommy ini sudah tua, Mommy ingin gendong Cucu. GrandPa juga sudah gak sabar ingin menggendong cicitnya," sarkasnya. Yunita sudah berumur lima puluh tahun, tahun ini. Dulu ia menikah saat umurnya dua puluh tahun dan melahirkan Rayyan saat umurnya dua puluh satu tahun. Yah, dia memilih untuk menikah muda. Tapi walaupun umurnya sudah lima puluh, ia masih terlihat seperti umur tiga puluh tahunan, karena Yunita selain rajin olah raga, ia juga menjaga pola makannya, tidur teratur dan tentu selalu menjaga kecantikannya itu dengan mendatangkan salon terkenal ke rumahnya semingu sekali. Harga skincare-nya pun puluhan juta. Jadi, wajar jika dirinya terlihat cantik, bahkan tak ada kerutan sedikitpun di wajahnya. Atau di bagian yang lain.

"Tapi aku belum siap buat menikah, Mom. Aku juga belum punya calon buat aku jadikan istri," ujarnya kesal.

"Kenapa kamu gak nikah aja sih sama Salsa, dia cantik, baik, pintar. Papanya juga teman dekat Daddy, kamu kenal Salsa juga sudah lama. Apa salahnya jika kamu memberikan dia kesempatan buat deket sama kamu?" tanyanya. Yah, dia berfikir kalau Salsa cocok buat putranya itu. Toh seumur hidupnya, hanya Salsa yang mau dekat dengan Rayyan, karena selama ini Rayyan dan Farhan selalu menghindar dari yang namanya kaum hawa. Kecuali Yunita dan keluarga besarnya.

"Salsa? No. Aku tidak suka dia. Bahkan jika stok wania terakhir adalah Salsa. Aku tetap tidak akan pernah mau jatuh cinta padanya."

"Why?" tanya Yunita heran.

"But aku emang gak suka dia dari awal. Aku gak suka cara dia natap aku, cara dia mencari perhatian ke aku, cara dia bersikap, cara dia ngomong ke aku, dan cara dia bergaul. Aku gak semuanya, dan bagi aku Salsa itu gak cantik, biasa aja. Bahkan terlihat membosankan di mataku," jawabnya jujur.

"Astaga.Emang kamu cari istri, sesempurna apa, Son?" Reyhan ikut gregetan sendiri dengernya.

"Yang bisa menarik perhatian aku, kalem, pintar, bisa mengimbangi aku dalam semua hal, bisa masak, putih, tinggi, langsing, bisa sepuluh bahasa dari berbagai negara, faham masalah bisnis, bisa bela diri, kuat, tidak mudah di tindas, mandiri, gak cengeng, gak manja, tidak suka memakai baju kurang bahan, tidak suka centil sama lawan jenis, ramah, baik hati, suka menabung, suka bantu orang, tidak membeda-bedakan status sosial, tidak suka berkawan dengan lawan jenis, gak pernah pacaran, gak suka pergi ke club, penurut sama suami dan bersedia ikut kemanapun aku pergi," ucapnya membuat Yunita dan Reyhan melongo.

"Banyak amat syaratnya, Son?" tanya Reyhan. Padahal dulu saat ia menikahi Yunita, ia gak peduli Yunita itu pintar apa gak, kaya apa gak. Yang ia tau, saat ia melihat Yunita, ia merasa berdebar dan ingin memilikinya. Sehingga saat lulus S2, ia langsung meminta Ronald untuk melamar Yunita. Awalnya Ronald menolak, karena Yunita cuma lulusan SMA dan masih sangat muda, takutnya gak bisa mengimbangi Reyhan. Namun Reyhan meyakinkannya bahkan ia sampai bersujud di kaki Ronal agar Ronald mau mengabulkannya. Akhirnya Ronald pun mengiyakan, asal Reyhan mau memberikan cucu laki-laki sebagai pewaris dari segala kekayaannya dan Reyhan menyanggupinya. Dan setelah itu, Ronald pun melamar Yunita, tanpa ada proses lamaran atau apapun karena sebulan kemudian, mereka langsung menikah dengan pesta yang cukup mewah.

Sebenarnya Ronald punya tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Hanya saja, anaknya yang perempuan meninggal bersama sang istri saat perjalanan menuju bandara. Yah, mereka kecelakaan karena di tabrak dengan sengaja oleh musuh Ronald yang kalah dalam memenenangkan sebuah tender yang seharga puluhan milliar rupiah.

Saat itu, Ronald sangat marah sekali, ia bahkan membunuh musuhnya dan juga keluarganya tanpa menyisakan satu orang pun. Namun walaupun ia sudah membunuh keluarga itu, tetap saja Ronald merasa tidak puas dan ada yang kosong dalam hatinya. HIngga kehadiran Rayyan di dunia ini membuat hari-harinya kembali berwarna. Karena Rayyan sedikit mirip dengan mendiang istrinya.

Ah ya, anaknya Ronald yang lain bernama Ramond. Anak pertama, namun tidak bisa di banggakan karena suka bikin ulah. Ramond juga sudah menikah dengan Sinta, wanita yang Ramond ambil dari dunia hiburan malam. Sejujurnya Ronald tidak merestui hubungan mereka, tapi karena Ramond mengancam akan menyakiti Reyhan, akhirnya Ronald pun mengiyakan saja. Ramond dan Sinta memiliki satu orang anak bernama Rizal yang kini sudah berumur dua puluh delapan tahun, selisih satu tahun dengan Reyhan. Tapi mereka berdua tak pernah akrab, jika pun bertemu, pasti akan bertengkar dan saling beradu kekuatan. Bahkan mereka tidak ada yang berhenti kecuali ada yang terluka. Dan pastinya yang terluka adalah Rizal, karena Rizal walaupun bisa bela diri, namun tak sekuat Rayyan yang sudah di latih sedari kecil.

"Ya harus banyaklah, kan jadi istri aku gak mudah, Dad. Aku punya banyak musuh di mana-mana. Kalau dia gak pintar bela diri, lalu bagaimana ia bisa melindungi dirinya sendiri. Sedangkan aku gak mungkin  ada dua puluh empat jam. Dan kenapa harus cantik, putih dan langsing, biar enak aja dilihat. Kalau bangun tidur, lihat yang cantik-cantik kan bisa  bikin mata seger. Dan kenapa harus pinter masak, karena ada kalanya, aku ingin makan masakan istriku. Kenapa harus pintar bahasa, karena aku akan selalu bawa dia ke luar negeri. Dad kan tau, bisnis aku ada di beberapa negara, jadi biar dia bisa mengimbangi aku aja. Dan bisa bantu aku juga dalam mengelola perusahaan. Aku pasang kriteria kayak gitu, karena aku punya alasannya sendiri," jawab Rayyan, padahal sebenarnya, bagi Rayyan sendiri, tak peduli dia bisa apa, yang penting dia perempuan dan bisa menyayanginya dengan tulus. Tapi ia terpaksa berbohong, agar Mommy nya itu gak menjodohkan dirinya lagi dengan Salsa atau wanita-wanita lainnya.

"Wah kalau syaratnya sebanyak itu, Mommy nyerah deh. Kamu cari aja sendiri," ujar Yunita yang akhirnya memilih untuk mengalah saja. Karena cari wanita seperti itu, tentu gak akan mudah. Apalagi Salsa, dia bahkan tidak masuk sama sekali di persyaratan yang di ucapkan oleh Rayyan tadi.

"Hmm dan satu lagi. Jangan panggil aku SON. Dari tadi kalian manggil aku Son, rasanya telingaku risih dengernya," ucap Rayyan mengingatkan mereka sekali lagi. Lagian baginya, SON itu hanya berlaku untuk anak kecil. Sedangkan dirinya, bentar lagi akan berumur tiga puluh tahun, kalau orang luar denger mereka manggil dirinya SON, pasti akan sangat memalukan sekali. Lagian sudah saatnya nama panggilan itu di rubah.

"Tapi lidah Mom sudah biasa manggil kamu Son dari kamu baru lahir, jadi gak bisa di rubah begitu saja. Rasanya kaku," balas Yunita membuat Rayyan hanya bisa terdiam.

Rayyan mengambil minumannya, dan meminumnya dengan pelan dan elegant. Reyhan dan Yunita pun melakukan hal yang sama. Ngomong sedari tadi, membuat tenggorakan mereka kering dan haus.

"Oh ya Mom, nyuruh aku pulang, ada apa?" tanya Rayyan.

"Enggak ada, Mom kanngen aja, soalnya kamu sudah dua hari gak pulang," jawabnya santai membuat Rayyan geleng-geleng kepala.

"Aku gak pulang karena  banyak kerjaan, Mom. Bukan keluyuran. Lagian baru dua hari," ujarnya membuat Yunita cemberut.

"Mom gak bisa lama-lama jauh dari kamu. Bawaannya kangen terus."

"Kan ada Daddy di sini."

"Tapi tetap aja beda, Mom kan kangennya sama anaknya, Mom. Bukan sama Daddy," jawabnya tanpa rasa bersalah.

"Iya sudah mumpung Rayyan ada di sini, Mom lihat aja sampai puas. Kalau sudah puas, aku mau ke kamar, mau mandi terus istirahat."

"Emang kamu gak tidur tadi malam?" tanya Yunita.

Rayyan menggelengkan kepalanya.

"Astaga, kalau gitu kamu tidur aja. Nanti baru lanjutin ngobrolnya," ucap Yunita tak tega. Bagaimanapun ia takut Rayyan sakit karena kurang tidur

"Ya sudah." Dan setelah itu, Rayyan pun berjalan menuju lift karena kamarnya ada di lantai keempat, paling atas.

Yunita dan Reyhan hanya bisa diam melihatt Rayyan tanpa basa basi langsung pergi begitu aja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!