(Prolog)
Seorang Manager perusahaan menghampiri ruang Direktur utama, lalu mengetuk pintu dengan pelan.
Tok! Tok!
"Iya, Masuk!" Perintah seseorang dengan suara bariton dari dalam ruangan.
"Pak, Sekretaris anda yang baru dan sesuai keinginan, sudah kita dapatkan. Dia bisa berbagai bahasa asing dan lulus berbagai test, dia berasal dari Stanford university, universitas terkenal di California," terang manager Andre, Sedangkan dibelakang lelaki muda itu sudah berdiri wanita cantik.
"Bagus, segera beritahu apa saja tugasnya," ujar Direktur berhati dingin dan tidak mudah digoda kaum wanita itu.
Andre meminta sekretaris baru untuk duduk di tempatnya dan menjalankan banyak hal yang harus dipelajari selama jadi Sekretaris Direktur.
"Tolong berhati hatilah pada setiap pekerjaan. Bos, sangat tidak suka pada pegawai yang ceroboh," kata Andre memberi sebuah bocoran.
Nayara mengangguk dan tersenyum tipis. "Aku akan berusaha keras untuk itu."
Andre menatap sekretaris baru itu nyaris tanpa berkedip. Terlihat dari ujung rambut sampai kuku kaki, semuanya cantik, wanita di depannya sungguh pandai merawat diri, aroma parfumnya dia juga sangat suka. Ditambah lagi bentuk tubuh dan body yang semuanya pas, menarik untuk dilihat.
'Dia sangat sempurna, seperti seorang Dewi.' gumam Andre dalam hati.
"Apa masih ada lagi?" Tanya Nayara
"Eh, oh, ya sudah, untuk sementara cukup itu dulu."
"Baiklah, Pak Andre. "Nayara tersenyum ramah.
Ketika Andre sedang sibuk memberi tahu tugas penting pada Nayara, Morgan memilih tetap fokus menatap pada laptopnya.
Nayara sesekali saja menatap pada sosok tampan yang tengah serius dengan benda persegi di depannya itu, tak lama lelaki berwajah dingin itu mendapat telepon dari seseorang, pasti istrinya, wajahnya lelaki itu mendadak menjadi hangat.
Nayara tahu laki-laki itu sangat mencintai istrinya dan sebaliknya, obrolan mereka terdengar satu sama lain begitu merindu.
:Hidupmu sekarang boleh saja seperti di surga Kakak, tapi akankah semua tetap indah jika lelaki yang begitu kau cintai itu tidak lagi setia. Aku akan menghancurkan mu seperti menghancurkan keluargaku.
Ya, Morgan Gultom Sanjaya adalah seorang Direktur perusahaan berusia 28 tahun, memiliki Istri sangat cantik bernama Briana Alesa Putri, berusia 25 tahun. Mereka menikah dua bulan yang lalu. Mereka berpacaran selama dua tahun. Melihat ketulusan Briana, lelaki keturunan bule itupun membalas cinta Briana dengan sepenuh hati.
Tanpa Morgan ketahui, wanita yang dipujanya, memiliki rahasia masa lalu yang masih terbungkus rapi hingga saat ini.
***
Nayara Putri Hermawan, Wanita cantik berusia 25 tahun ini telah bekerja keras demi bisa berada di satu ruangan dengan Morgan saat ini, Kedatangan Nayara untuk membalas dendam pada Briana, karena wanita itu dan ibunya yang licik telah merenggut masa depan Nayara yang harusnya sangat indah
Dua belas tahun lalu, Nayara harus mengalami sebuah masa yang paling sulit dan menyakitkan dalam hidupnya. Nayara kehilangan kedua orangtuanya disaat dia duduk di bangku kelas SMP, karena orang tuanya meninggal secara menyedihkan di tangan wanita penggoda yang tak lain Diana ibu dari Briana.
Diana yang waktu itu menjabat sebagai sekretaris Hermawan, Papa Nayara. Sengaja mengirimkan foto mesra hasil rekayasanya pada Sarah, ibu kandung Naya yang waktu itu sedang sakit. Karena foto palsu itu Sarah mendadak kronis, dan dia akhirnya meninggal.
Tak lama Hermawan menikahi wanita itu karena dijebak tidur bersama di hotel. Setelah penipu handal itu berhasil mencuri semua dokumen perusahaan dan harta benda, wanita itu pergi meninggalkan Hermawan dan Nayara.
Saat wanita itu Meninggalkan rumah, Hermawan dalam kondisi koma, dan hasil diagnosa dokter karena terlalu banyak konsumsi obat berbahaya, siapa lagi pemberi obat kalau bukan Diana.
Peristiwa paling diingat Nayara adalah Diana dan Briana tertawa sangat puas ketika melihat Hermawan sudah membujur tak berdaya.
Briana menjulurkan lidah pada Nayara dan mengeluarkan umpatan. "Anak jelek, siapa yang sudi menjadi saudaramu. Kamu itu cengeng dan manja.
"Akhirnya Papa kamu sebentar lagi mati juga, dan kamu sama siapa si dunia ini? Aku tidak sudi merawat kamu, menyusahkan saja," ujar Diana keji.
"Bagaimana kalau kita jadikan santapan singa di kebun binatang saja, Ma?"
"huaaaaa, jangan, aku mohon jangan dijadikan santapan singa," kala itu Nayara hanya bisa menangis histeris.
Nayara kecil yang malang hanya bisa menangis di dekat Hermawan. Diadukannya sikap ibu tiri yang kejam pada papa, tapi apa yang bisa diharapkan dari tubuh yang sudah mati suri tak berkutik itu.
Di lain hari...
Siang hari udara begitu menyengat, penjual ice cream lewat sambil menyalakan lonceng yang terdengar khas untuk memanggil anak-anak.
"Ma, aku ingin es krim," ujar Briana yang waktu itu baru melihat pedagang ice cream lewat di depan rumah.
Nayara yang mendengar rengekan Briana pada Diana waktu itu, dia juga ingin merasakan dinginnya ice cream dilidah hingga melewati kerongkongannya. " Aku juga mau, Ma. Aku mau rasa vanila, stroberi dan coklat," celoteh Nayara
"Kamu mau ya, Anak manis? Baiklah kita akan beli.
Digandengnya tubuh Briana kecil sedangkan Nayara berada di satu sisinya dan dibiarkan jalan sendiri.
Ketika sebuah mobil lewat dengan kecepatan tinggi, Diana dengan sengaja mendorong Nayara hingga mobil itu menabrak tubuh mungilnya.
Tubuh mungil dengan kulit putih itu terpental jauh hingga wajahnya membentur trotoar darah segar mengalir diwajahnya. Semua orang mengira Nayara sudah mati, begitu juga Diana dan Briana.
"Mama!" Briana sangat ketakutan melihat banyak darah, memeluk erat tubuh Diana.
Saat Nayara di rawat di rumah sakit, Hermawan meninggal, Diana tidak lagi datang ke rumah sakit untuk menjenguk karena sibuk acara pemakaman suaminya, Hanya Aunty Julie dan Uncle Bram yang menunggu Nayara di rumah sakit.
Bram dan Julie yang baru datang dari Amerika mulai merasakan ada sebuah kejanggalan.
Bram dan Julie diam-diam bekerja sama dengan dokter, memberi informasi palsu dengan memulangkan peti mayat dengan isinya bangkai hewan yang di bungkus kain, ke rumah. Namun ia membawa Nayara ke salah satu rumah sakit di America.
Karena kebencian yang sangat besar, Diana tak pernah ingin membuka peti itu, dia dan putrinya yakin Nayara yang parah pasti akan mati.
Setelah tiga belas tahun berlalu, Nayara tinggal di America dan kuliah di universitas terkenal, wajahnya yang pernah terluka parah kini semakin cantik karena sentuhan dokter hebat di America.
Nayara dewasa menjadi idola lelaki kampus. Namun, hingga usia ke 25, Nayara tidak memiliki kekasih. bukan tidak laku, banyak teman kampus dan pengusaha konglomerat yang naksir padanya, tapi dia sudah berjanji tidak akan berpacaran apalagi menikah sebelum dendam yang tersimpan bertahun itu terbalaskan.
Keinginan Nayara mendapat dukungan kuat dari Julie dan Bram. Nayara kembali pulang setelah selesai kuliah.
Semua kekayaan Hermawan atas nama Nayara jatuh ke tangan Diana dan Briana hingga membuat dia kaya-raya sampai saat ini.
Kekayaan dan perusahaan yang dimiliki, membuat namanya menjadi golongan konglomerat dan membuat Briana mudah menikahi kaum konglomerat juga.
Setelah Nayara dewasa, Kini waktunya tiba, Nayara mulai kembali ke negara asal untuk menghancurkan rumah tangga Briana dan merampas kekayaan miliknya kembali, seperti yang dilakukan oleh Diana dulu.
Nayara kini tinggal di sebuah apartemen yang tak jauh dari perusahaan Morgan. dan mulai mengintai gerak gerik musuh yang tak lagi mengenalinya.
*Hallo teman, terimakasih sudah mampir di cerita Sekretaris Nakal (Balas dendam) yuk !! baca episode selanjutnya. jangan lupa tinggalkan jejak kalian. like, komentar dan Vote.
Pulang kerja, Nayara sengaja menunggu Morgan keluar ruangan pribadinya, lebih sering bertemu menurutnya akan semakin bagus.
Namun, ditunggu tak kunjung terlihat, justru malah Manager Andre yang nongol dari ruangan. lelaki itu sedang bersiap untuk pulang.
"Hai Nay, kamu nggak pulang?" Sapa manager Andre.
"Em, sebentar lagi." Nayara menggigit bibir bawahnya, terlihat berfikir. Sambil bersandar pada dinding, tangannya dilipat dibawah dada.
"Kamu bawa mobil?" tanya Andre. Kalau Nayara naik Angkot Andre tak mau kehilangan kesempatan mengajak Nayara pulang bareng.
"Em, apartemenku dekat, aku lebih suka bawa motor. Lain kali aku akan bawa mobil," jawab Nayara ramah.
"Jangan terlalu sering bawa motor, sayang kulitnya nanti terbakar sinar matahari." Manager Andre menatap Naya dengan jarak sangat dekat, bahkan satu tangannya mengunci tubuhnya.
"Sinar matahari malah bagus bagi kulit di pagi hari. Pak Andre." Nayara tetap berusaha ramah, meski dia mulai tak suka dengan Manager Andre yang terlihat begitu agresif mendekatinya.
"Jaga jarak anda, Pak. kita ini di kantor." Naya mendorong dada bidang lelaki yang usianya sekitar 36 tahun itu.
"Maaf, Ya sudah, aku duluan Nay!" Manager Andre akhirnya pergi duluan.
Naya hanya mengangguk.
Lama ditunggu akhirnya Direktur Morgan keluar, Naya sengaja berjalan pelan menyusuri jalan menuju lift, supaya lelaki itu menyusul langkahnya. Sepatu hak tinggi yang dipakai semakin memperindah langkah kaki jenjangnya.
Hotpants yang dipakai membuat pinggulnya bergerak indah.
Morgan yang terkenal jutek dan dingin, menanggapi keindahan di depannya dengan biasa saja, meski dalam hati mengakui sekretaris barunya sangatlah cantik, tapi dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak tergoda sama siapapun kecuali istrinya.
"Selamat siang pak." Nayara menyapa Morgan kaku. Sepertinya bakat menggoda yang dia pelajari selama ini mendadak menjadi tak berguna.
"Siang, bukankah jam pulang harusnya sudah sejak tadi." Tanyanya sinis.
"Em, masih ada sedikit pekerjaan yang tidak aku pahami, jadi aku sengaja untuk mempelajarinya."
Morgan yakin Nayara pasti menunggunya, karena hal itu sering sekali dilakukan oleh sekretarisnya yang terdahulu. Menggoda dan basa-basi.
Nayara berhenti di depan lift menunggu pintu terbuka, begitu juga dengan Morgan.
Morgan menatap Nayara sebentar, lalu segera berpaling. Lelaki itu terlihat meneguk salivanya meski sudah payah. Morgan tak sengaja melihat dua kancing kemeja Naya yang terbuka, hingga dua bukit ranum nan kencang itu mengintip.
Naya tersenyum dalam hati melihat ekspresi Morgan yang tengah berusaha menolak pesonanya dengan keras.
Sekuat apapun mental lelaki, tak akan tahan dengan pesona Nayara, wanita dengan kulit seputih susu dan mata indah serta bulu mata panjang alami nan lentik itu begitu memikat. Senyumnya bagai bius yang mampu menghilangkan kewarasan kaum Adam dalam sekejap.
Saat keluar dari lift, Naya sengaja keluar lebih dulu dan Morgan di belakang, Nayara keseleo karena berjalan dengan tergesa. "Awww."
"Hey, kamu sengaja melakukan itu semua di depan saya? Kamu ingin menggoda saya ya?"
"Ti-dak, rupanya anda terlalu percaya diri." Nayara meringis kesakitan, karena ini bukan bagian dari rencananya.
"Aww, ini sakit sekali," rintihnya, Nayara memaksa berjalan hingga sedikit pincang.
Morgan menatapnya dengan acuh, sebenarnya ada yang ingin dia lakukan, tapi Morgan khawatir Nayara akan semakin ngelunjak,
Tak tahan dengan rasa sakitnya, Nayara terpaksa duduk sebentar di sebuah kursi dan mengurut kakinya pelan.
Sambil mendesis kecil, Nayara terus mengurut kakinya. Sedangkan Morgan berlalu meninggalkan Nayara sendiri.
'Keterlaluan, dia benar-benar tak punya hati, Bisa bisanya dia sama sekali tak membantuku, atau sekedar bertanya.' batin Nayara, sambil terus mengumpat dalam hati.
Nayara rupanya salah besar, lelaki itu kembali dengan kantong kresek hitam di tangan. Rupanya Morgan baru saja dari klinik perusahaan, meminta salep pada dokter yang berjaga.
Lelaki itu tiba-tiba berjongkok di depan Nayara dan mengambil kaki wanita yang terus menatapnya, mengelus pelan untuk melihat adanya memar. Disentuh oleh lelaki yang baru dikenalnya tiba-tiba darah Nayara berdesir.
Nayara mengutuk dirinya yang bodoh, 'Naya, ingat tujuanmu adalah balas dendam, jadi jangan coba-coba kau menggunakan hati dalam rencana ini. Lelaki di depan sangat mencintai wanita yang kau benci.'
"Tidak seberapa parah, setelah memakai salep ini, sakitnya akan segera reda." Kalimat terpanjang yang di dengar Nayara dan keluar dari mulut si angkuh.
"Morgan sama sekali tak berani menatap ke atas, pandangannya hanya fokus pada persendian kaki Nayara, Nayara juga terlihat tak nyaman, dia sedikit merapatkan kakinya.
Morgan berdiri dari duduknya meletakkan salep di pangkuan Nayara. Tanpa Nayara duga sedikitpun lelaki itu merengkuh tubuhnya dan membawanya ke mobil.
Sepanjang perjalanan menuju mobil, Nayara dan Morgan sama-sama tak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya saja Nayara takut terjatuh, dia melingkarkan lengannya di tengkuk Morgan.
"Pak aku bawa motor," ucap Nayara ketika dia melihat Morgan membawa tubuhnya pada sebuah mobil mewah, di dekat mobil itu sudah berdiri sopir pribadi yang sudah siaga.
"Buka pintu!" Perintah Morgan, dengan cepat lelaki itu segera membuka pintu belakang.
Nayara tak bisa menolak, selain pasrah dengan perlakuan Morgan. Tapi dia tentu saja harus memikirkan nasib motor jadul kesayangannya. Kata bibi motor itu dulu dipakai mamanya intuk pergi kuliah.
Seolah bisa membaca apa yang dipikirkan Nayara, Morgan kembali bicara. "Jangan khawatir, sudah aku minta seseorang untuk mengantarkan motor butut itu."
"Pak, bisakah anda tidak menghina. Biar butut yang penting aku suka dan nyaman memakainya.
Nayara lama l-lama kesal didekat lelaki super sombong. Kalau tidak ingat misi, dia pasti tak akan sudi berada pada posisi saat ini.
Hanya lima belas menit, Mobil Morgan sudah sampai di basement apartemen, Nayara segera turun tanpa menunggu Morgan memapahnya.
Tapi lagi-lagi lengan kekar berotot serta berbulu lebat itu merengkuh tubuhnya.
"Turunkan, aku bisa sendiri."
"Kamu yakin?"
"Tentu aku yakin," ujar Nayara ketus.
"Morgan kali ini benar-benar menurunkan tubuh Nayara dan membiarkan gadis itu berjalan pincang.
"Awww." Nayara mendesis.
Morgan ingin melihat sejauh mana Nayara bisa bertahan dan akhirnya hatinya kembali terketuk untuk membantu gadis itu sampai apartement.
"Merepotkan sekali," gumamnya sambil menggendong tubuh Nayara yang terlihat mungil di gendongannya. Nayara kembali melingkarkan tangannya di tengkuk Morgan dan kali ini Nayara mencoba melihat wajah lelaki pemilik aroma tubuh wangi itu.
"Suamimu memang sangat tampan kakak, kau pasti akan menangis darah ketika lelaki ini jatuh ke pelukanku.' batin Nayara hingga menciptakan senyum tipis di bibir nya.
Morgan tak pernah menyangka apartemen hunian Nayara lumayan mewah, dan Nayara juga tinggal sendiri di apartment itu, Nayara juga mempunyai asisten bernama Bi Nunik.
"Tuan, Nona Nayara kenapa?" tanya bibi.
Bibi terlihat panik melihat majikannya yang berada dalam gendongan lelaki yang tak dikenalnya. Apalagi saat menggendong Naya, kancing kemeja lelaki itu terbuka hingga menunjukkan dada bidang yang ditumbuhi bulu halus.
Bibi terpana melihat lelaki yang menggendong Naya, darahnya berdesir melihat lelaki tampan . Bi Nunik memang masih muda, usianya sekitar empat puluh dan dia seorang janda.
"Mas ganteng, pertanyaan saya kok nggak dijawab. Nona Naya kenapa?"
"Dia baik-baik saja, mulai besok suruh dia ganti semua sepatunya, haknya terlalu tinggi dan itu bahaya." ujar Morgan sambil merebahkan tubuh Nayara di sofa.
Naya sengaja tidak langsung melepas tangannya di tengkuk lelaki itu, hingga Morgan menghunuskan tatapan tajam pada Naya. Namun tatapan itu meredup kala melihat dada Naya yang kembang kempis. Membuat dua bukit kembarnya juga ikut naik turun.
Morgan sepertinya harus segera pulang, pusaka miliknya sudah pasti menegang karena lama tak mendapat sentuhan. Nasib baik Briana hari ini janji akan pulang. Ibunya sudah pulih setelah beberapa hari ini kurang enak badan.
"Tuan, anda kenapa buru-buru pulang? Bibi sudah buatkan jahe hangat, biar tubuh tuan tampan makin hangat." Kata bibi sambil berkedip cepat dan berulang kali menyelipkan rambutnya ditelinga.
Morgan bergidik ngeri melihat kelakuan asisten rumah tangga Nayara, tapi bagi gadis itu kelakuan lucu bibi selalu membuatnya bisa tertawa.
Morgan langsung pulang tanpa meninggalkan sepatah katapun untuk Nayara.
"Bibi suka sama dia?" Goda Nayara.
"Non ini gimana, kalau ada lelaki yang mau sama bibi dan tampannya sekelas dia, sampai mati bakal bibi perjuangin.
"Dia Direktur baru Nayara, Bi. Lagipula dia sudah punya istri." jawab Nayara lalu mengambil teh hangat yang tadinya untuk Morgan.
"Daripada diberikan sama si kulkas, mending aku yang minum." Nayara menghabiskan satu gelas wedang jahe.
Demi kesehatannya, Naya tak puas jika harus diam saja, dia segera menghubungi dokter Leo untuk memeriksa kakinya, meski sakitnya memang sudah jauh lebih baik tapi Nayara tidak mau cuek dengan kondisi tubuhnya.
Cantik dan perveck adalah kunci utama untuk memikat hati Morgan supaya jatuh cinta padanya.
Tanpa menunggu waktu lama dokter Arion datang dengan sekoper alat kesehatan diperiksanya kaki Nayara dengan hati-hati setelah gadis itu usai mandi dan ganti baju santai.
"Ini sudah nggak apa-apa Nay, besok kamu sudah bisa kembali bekerja. hanya saja kamu harus pakai sepatu hak yang rendah saja dulu."
Makasi ya Arion, kamu sudah datang cepat.
"Tentu Nay, apalagi untuk kamu." kata Arion sambil menatap Nayara.
Setelah usai diperiksa Arion, Nayara yakin kalau dirinya baik-baik saja, dia tak ragu lagi untuk beraktivitas seperti biasa. Arion adalah dokter ortopedi yang hebat, dia kuliah juga di universitas yang sama dengan Nayara.
Arion adalah salah satu pria yang suka dengan Nayara hanya saja Nayara tidak pernah ingin berpacaran dengan lelaki manapun untuk saat ini dan beberapa tahun ke depan.
"Bi, aku sekarang mau istirahat, tolong jangan biarkan siapapun datang atau mengganggu, dan aku minta bibi untuk tetap hati-hati dalam menerima tamu."
"Iya Nona."
Dalam misi ini, Nayara tetap hati-hati, dia tidak ingin usahanya akan hancur sebelum dimulai. Balas dendam adalah satu-satunya tujuan hidupnya saat ini.
Tiba di mansion, Morgan segera meminta Tomi untuk segera memarkir mobil di garasi, ada sepuluh mobil mewah berjajar rapi di dalamnya.
Sebelum Morgan mengunjungi kamar sang ratu, Briana sudah mempersiapkan diri dengan berendam di bathup dan mandi bunga tujuh rupa, Briana juga memoles dirinya secantik mungkin.
Briana sudah tak sabar Suaminya datang ke kamarnya, Kamar Briana yang menjadi tempat memadu kasih setiap saat.
Ya, meski mereka tidur bersama Morgan juga memiliki kamar khusus untuk me time dikala penat karena terlalu banyak pekerjaan.
Khusus hari ini Morgan langsung ke kamar utama, dia sudah tak sabar untuk bertemu wanita yang kini menjadi istrinya.
Gairah Morgan nampak tak bisa dibendung lagi, jantungnya berdegup kencang darahnya terus berdebar setelah miliknya beberapa kali menegang melihat tubuh kencang Nayara yang begitu menggoda.
Briana sengaja tidak mengunci pintu, dia ingin Morgan langsung menemukan dirinya sudah diatas ranjang dengan tubuh berbalut lingerie, sangat seksi.
"Sayang!" Briana tersenyum menggoda. Mendapati Morgan sudah menatapnya penuh gairah di depan pintu.
Dua tonjolan besar menggantung indah dan mencetak jelas dari luar lingerie
"Sayang aku sangat merindukanmu!" Briana mengulurkan dua tangannya.
Morgan segera melepas dasi dan jas yang melekat di tubuhnya, dilempar dua benda berwarna hitam senada itu kesembarang arah hingga mendarat di atas sofa.
Dibuka tiga kancing kemejanya dengan tak sabar lalu dia mendekati tubuh yang sudah begitu mendamba sentuhannya itu.
Tautan bibir tak terelakkan lagi, ciuman mereka begitu lama dan panjang, hanya sesekali terlepas untuk meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
Puas saling berpagutan, Morgan mendorong tubuh Briana hingga terhempas di ranjang.
"Sayang kau sepertinya sangat merindukan aku," ujar Briana senang , dengan nafas terengah, tak sabar ingin segera meneguk manisnya madu surga,
"Ya, kau pergi sangat lama. Bagaimana aku tak rindu," jawab Morgan sambil melepas seluruh kemejanya.
Lengan berotot dan bentuk perut mencetak enam roti sobek itu sangat disukai Briana. Belum lagi bulu dada halus yang menambah sensasi geli saat tubuh depan mereka bergesekan.
"Bagaimana kondisi Mama, apa sudah baikan?" Tanya Morgan di sela-sela aktivitasnya melepas kancing kemeja Briana.
"Lumayan, mama butuh seratus juta untuk biaya berobat dan lima puluh juta untuk pegangan.
"Baiklah besok akan aku transfer ke rekening kamu."
"Terima kasih sayang, aku sangat mencintaimu."
"Tidak perlu berterima kasih, mama kamu mama aku juga."
Morgan melanjutkan dengan menggigit telinga Briana, Briana merasa sensasi geli-geli nikmat.
******* kecil keluar dari bibir mungilnya. Briana suka sekali dengan Morgan yang selalu bisa memuaskannya di ranjang. Semangat Morgan kali ini lebih gila dari biasanya.
Bayangan Nayara tiba-tiba muncul, Morgan benci dengan pesona Nayara yang sampai terbayang saat bersama Briana. Morgan terpaksa menghentikan permainan.
"Sial!" gerutu Briana, ketika Morgan menghentikan permainan sejenak.
"Kenapa Sayang?"
"Tidak apa-apa, Aku ingin ke kamar mandi sebentar."
Briana sedikit kecewa Morgan melepaskan senjatanya yang memenuhi miliknya yang basah, dan pergi begitu saja saat dirinya hendak menggapai puncak.
Morgan hanya sebentar di kamar mandi, setelah mencuci muka, dia segera keluar lagi. Briana sudah kembali menggodanya dengan melepas semua yang melekat di tubuhnya.
Morgan kembali melakukan penyatuan dan kali ini dia berhasil mengusir bayangan Naya dan menyelesaikan percintaan mereka dengan begitu panas.
Setalah selesai Morgan tumbang dan berbaring di sebelah Briana. Dia masih terus berfikir kenapa Sekretarisnya kali ini begitu seksi, Morgan yakin wanita itu adalah gadis murahan yang sengaja datang untuk menggodanya.
"Sayang apa yang kau pikirkan?" tanya Briana ketika melihat Morgan gelisah.
"Tidak ada, hanya ada sedikit pekerjaan di kantor."
"Benarkah?"
"Iya."
"Tenanglah, disini ada aku yang akan membuatmu melupakan semuanya."
Briana mulai menggelitik dada bidang Morgan dan kembali menciumi wajah dada, perut dan sampai pada benda panjang dan berurat.
Milik Morgan segera kembali berdiri tegak dan Briana sangat suka.
"Sayang aku mau lagi," ucapnya sambil kembali terlentang dan berpose menggoda.
"Baiklah, kita akan melakukannya sampai pagi." Morgan segera mengungkung tubuh polos Briana.
Morgan kembali bekerja keras untuk membuat Briana bahagia, Morgan juga ingin wanita yang dinikahi dua bulan itu akan segera hamil anaknya.
Deritan ranjang dan suara hentakan milik mereka terus saja berkecipak. Bibir Briana tak henti melenguh dalam kenikmatan sepanjang malam.
Briana suka sekali permainan kasar Morgan yang mampu membuat dirinya berkali kali terbang menggapai puncak nirwana.
"Segera hamil anakku dan lahirkan bayi untukku." Suara tersengal dari bibir Morgan sambil terus memompa tubuh yang ada di bawahnya.
"Yeah ah ah." Briana mengangguk untuk membuat lelaki di atasnya percaya.
Namun, secara diam-diam. Briana minum obat anti hamil karena takut keindahan tubuhnya yang menjadi kebanggan itu akan hilang jika melahirkan. Briana tidak siap jika di tubuhnya nanti ada strechmark, belum lagi stres, dan baby blues. Semua itu akan membuatnya semakin tidak siap.
Morgan baru tidur ketika jam sudah menunjukkan angka empat pagi. Dua insan dimabuk cinta itu benar-benar melampiaskan yang telah tertunda selama seminggu.
Pagi hari Briana sudah meminta bibi untuk bekerja dengan cepat, semuanya harus sudah siap begitu suaminya bangun termasuk mengisi bathup dengan air hangat.
"Sayang, semua sudah siap untukmu, bukankah kau akan ada acara makan siang bersama dengan Tuan Akio dari Jepang."
Benar Sayang, tapi aku harus hubungi sekretarisku dulu, apakah dia sudah sembuh, karena dia yang akan menerjemahkan bahasa kami berdua saat pertemuan nanti.
"Oh, sekretaris baru itu hebat ya?"
"Sudah seharusnya dari dulu aku cari sekretaris yang bisa bermacam bahasa, karena keberadaan dia akan sangat menguntungkan bagi aku dan perusahaan.
"Aku jadi ingin ke kantor dan melihat langsung wajah sekretaris baru itu."
Briana merasa tidak suka suaminya memuji wanita lain didepannya, hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya.
"Kau pasti akan bertemu dengannya," jawab Morgan sambil memangku tubuh istrinya yang sudah kembali segar karena usai mandi.
Morgan menggigit kecil telinga Briana, wanita itu kembali memekik dalam tawanya.
"Apa semalam masih kurang sampai kau ingin memakanku lagi," goda Briana sambil menggerakkan pinggulnya memancing tiger yang sedang kelelahan.
"Entahlah, aku sejak kemarin ingin terus memakanku," kata Morgan tanpa menjelaskan alasan sesungguhnya.
Setelah bermanja sebentar di pagi hari Morgan segera menurunkan Briana dan beranjak menuju kamar mandi.
Morgan sangat suka mandi air hangat di dalam bathup. Dan berendam lama di dalamnya. Baginya itu adalah terapi kecil dan mudah untuk menghilangkan lelah usai bercinta.
Usai mandi Morgan segera memakai baju yang sudah siap di ranjang, lalu dia turun melihat istrinya yang sudah siap menyantap sarapan pagi ini.
"Sayang, maafkan aku tak bisa menemani sarapan, semua karena ulah kamu aku bangun kesiangan. Teman-teman sudah menunggu. Aku tidak mau terlambat datang, apa kata mereka nanti." Briana mengecup lembut bibir Morgan lalu pergi. Membiarkan suami menikmati sarapan sendiri, mengandalkan penuh pelayanan dari asisten rumah tangganya.
"Oh baiklah, hati hati Sayang." Morgan tidak masalah kalau Briana melakukan pertemuan seminggu sekali dengan teman sosialitanya untuk melakukan arisan mingguan.
Morgan tahu pasti wanita yang dicintai itu bosan di rumah, karena dia tidak bekerja selain melayani dirinya di ranjang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!