NovelToon NovelToon

Oh... My Sexy Girl

Sayap Suci Night Club

Bagaimana jadinya jika seorang casanova berusia tiga puluh lima tahun yang memiliki jam terbang tinggi jatuh cinta dengan gadis yang masih berusia dua puluh tahun.

Begitu juga yang di rasakan Maxim Vellfire dengan Alice Mercy. Padahal waktu pertama kali bertemu dengan Alice di klub malam, Maxim sama sekali tidak tertarik dengan Alice, namun karena ada satu kata Alice yang membuat harga diri Maxim sebagai seorang casanova senior terinjak-injak, membuat Maxim pun terobsesi untuk menaklukan hati Alice agar Maxim bisa membawanya ke atas ranjangnya.

💋 💋 💋

Sayap Suci Night Club

Musik pemersatu bangsa berkumandang di dalam klub, semua pengunjung klub Sayap Suci pun turun kelantai dansa untuk berjoget terompet khas klub Sayap Suci.

Disaat musik pemersatu bangsa itu sedang berkumandang, Maxim Vellfire, Nicholas Rush dan Ozcar Camry baru saja datang ke klub Sayap Suci itu.

Mereka pun langsung naik ke lantai atas dimana table khusus untuk pemilik kartu member klub berada.

Dari atas, mereka bisa melihat para pengunjung yang sedang berjoget terompet.

Musik pemersatu bangsa pun berhenti, bertukar dengan musik jedag-jedug yang sering wara-wiri di aplikasi Toktok.

Saat musik jedag-jedug itu di mainkan oleh DJ, mata Nico dan Oscar tertuju pada sekelompok anak muda yang terdiri dari empat perempuan dan tiga laki-laki sedang berjoget pargoy.

"Max, Max, lihat sekelompok anak muda itu, mereka korban Toktok." Ucap Nico pada Max yang matanya sedang fokus ke layar ponsel.

Max pun mengalihkan pandangannya ke arah lantai dansa dimana sekelompok anak muda itu terlihat sangat jelas dari table Max berada, merasa tidak menarik dengan tingkah sekelompok anak muda itu, Max pun kembali menatap layar ponselnya.

"Kampungan!" Celetuk Max.

"Itu bukan kampungan Max, itu trend jaman anak muda sekarang!" Balas Ozcar.

"Maklum saja Oz, dia kan sudah tua, mana tertarik dengan trend anak muda." Timpal Nico.

Plug.

Mendengar itu Max langsung melempar korek api gas ke arah Nico.

"Kalian pikir kalian itu masih muda? Tidak tahu diri!" Dumel Max.

Hahahaha...

Nico dan Ozcar tertawa terbahak-bahak mendengar omelan Max.

"Kami bukan tua, tapi kami pria matang." Balas Ozcar.

"Cih, pria matang! Pria gosong, baru betul!" Balas Max masih tidak terima.

"Sudah lah Oz, jangan mengajaknya berdebat. Hanya membuang energi saja. Lebih baik kita turun ke lantai dansa dan bergabung dengan mereka." Ucap Nico sambil menunjuk sekelompok anak muda itu.

Dan di balas dengan anggukkan kepala oleh Ozcar.

Ozcar dan Nico pun berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Max sendiri yang masih fokus dengan layar ponselnya.

Di layar ponselnya Max sedang melihat-lihat foto-foto wanita yang di kirim Mommy Mesye. Wanita-wanita yang akan di jodohkan dengan Max.

Jadi Mommy Mesye menyuruh Max untuk memilih sendiri mana wanita yang mau dia jadikan istri untuk Max.

"Astaga Mommy, Mommy!! Kenapa wanita-wanita seperti ini yang dia berikan pada ku!" Dumel Max.

"Yang ini sudah pernah ku pakai, yang ini juga, yang ini juga, yang ini juga, yang ini juga.." ucap Max sambil terus menggeser layar ponselnya.

Ada sepuluh foto wanita cantik yang Mommy Mesye kirim, tapi ternyata ke sepuluh wanita itu sudah pernah Max ajak naik ke atas ranjang.

TRING. Bunyi notifikasi pesan masuk di ponsel Max.

Pesan masuk dari Mommy Mesye.

📱 Mom Sye : Cepat pilih salah satu dari mereka! Biar Mommy langsung beritahu pada teman Mommy yang anaknya kau pilih!

Melihat isi pesan Mommy Mesye, Max menghela nafasnya kasar.

📱 Max : Maaf Mommy, tidak ada satu pun yang Max suka! Semua wanita itu sudah pernah Max pakai.

Balas Max.

Setelah membalas pesan itu Max langsung menonaktifkan ponselnya, karena tahu pasti setelah ia mengirim pesan itu Mommy-nya akan menelponnya dan meneriaki-nya.

...💋 💋 💋...

...Bersambung.....

Hai, Om!

Setelah menonaktifkan ponselnya, Max pun meletakkan ponsel itu di atas meja, lalu mengambil sebatang rokok dari bungkusnya, kemudian menyalakan sebatang rokok itu dengan pemantik api gas lalu menyesapnya.

Sambil menyesap sebatang rokoknya, mata Max juga melihat ke lantai dansa dimana Nico dan Ozcar telah bergabung dengan sekelompok anak muda yang di perkirakan umurnya masih dua puluh tahunan.

"Cih.. bisa pargoy juga duo gendeng itu!" Celetuk Max.

Tak lama Max senyam-senyum sendiri melihat tingkah dua sahabatnya itu.

"Kayaknya seru juga. Gabung akh." Gumam Max.

Max pun mematikan rokoknya, lalu mengambil ponselnya kemudian berdiri dari duduknya dan turun ke lantai bawah.

Lantai Dansa.

Max berjalan menghampiri Nico dan Ozcar.

"Kenapa turun?" Tanya Ozcar sambil pargoy.

"Bosen di atas sendiri. Mending gabung lah." Jawab Max.

"Katanya kampungan!" Balas Ozcar.

"Ya mau gimana lagi dari pada bosen diatas." Jawab Max.

"Ya udah pargoy lah!" Ucap Ozcar.

"Gak bisa, aku joget gini-gini aja." Jawab Max sambil berjoget tipis-tipis.

Saat sedang berjoget tiba-tiba ada seorang gadis yang berjoget di depannya. Nampaknya gadis itu tidak sadar kalau sedang berjoget di depan Max.

Melihat ada gadis yang mendekat ke arah Max, Ozcar menyenggol tangan Max, memberi kode pada Max untuk menyapa gadis itu. Ya siapa tahu saja gadis itu bisa diajak ke hotel.

Max melihat penampilan gadis itu dari belakang.

"Boleh juga. Body-nya bohay." Gumam Max dalam hati.

Max pun merapatkan tubuhnya ke gadis itu sambil berjoget tipis-tipis.

"Hai." Sapa Max.

Sontak gadis itu pun memutar kepalanya ke belakang.

"Hai Om." Balas gadis itu.

"Whaaaat??? Om??? Are you crazy!!!" Kaget Max karena gadis itu memanggilnya dengan sebutan Om.

Sedangkan Nico dan Ozcar langsung tertawa terbahak-bahak mendengar gadis itu memanggil Max dengan sebutan Om.

"Lalu aku harus panggil apa? Sepertinya umur Anda jauh lebih tua dari saya. Dan wajah Anda juga tak jauh beda dengan Om saya yang umurnya sudah empat puluh tahun!" Jawab gadis itu.

Max menganga mendengar kata-kata gadis itu.

Sedangkan Nico dan Ozcar kembali tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata gadis itu.

"Diam kalian! Tidak ada yang lucu!" Kesal Max.

Max pun pergi dari lantai dansa. Rasanya ia menyesal bergabung dengan sekelompok anak muda itu.

"Apa setua itu aku? Makanya dia memanggil ku Om!" Gerutu Max sambil berjalan menuju meja bar.

"Dan, apa tadi dia bilang? Umur ku empat puluh tahun?! Jelas-jelas masih tiga puluh lima tahun!" Max masih menggerutu.

Sesampainya di meja bar, Max langsung memesan tequila pada bartender.

Tak lama tequila pesanan Max pun datang. Sambil menyesap tequila, mata Max pun kembali tertuju pada gadis yang memanggilnya Om itu.

"Hei kau!" Max memanggil gadis yang melintas di depannya.

"Ya." Jawab gadis itu.

"Menurut mu, aku ini sudah umur berapa?" Tanya Max. Ia masih tidak terima wajahnya di bilang umur empat puluh tahun.

"Ummm.. sekitar tiga puluh sampai tiga puluh tiga-an." Jawab gadis itu.

Max tersenyum senang mendengar jawaban gadis itu.

"Benarkah?" Tanya Max sekali lagi sambil senyum-senyum.

Gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah sana pergi!" Usir Max.

"Cih! Dasar pria aneh!" Decih gadis itu lalu berlalu dari hadapan Max.

Max pun kembali melihat gadis yang memanggilnya Om itu di lantai dansa.

"Dasar mata mu saja yang rabun!" Gerutu Max.

Tak lama Max melihat gadis itu keluar dari lantai dansa dan berjalan menuju toilet.

Senyum licik pun mengembang di pipi Max.

Max pun meletakkan tequila-nya lalu berdiri dari tempat duduknya dan menyusul gadis itu ke toilet.

"Dia harus meralat kata-katanya!" Gumam Max.

💋 💋 💋

Bersambung...

Bukan Selera Si Gadis Pargoy

Kini Max sudah berada di depan toilet.

Dengan menyandarkan punggungnya di tembok dan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana, Max menunggu gadis yang memanggilnya Om itu.

Setelah menunggu sepuluh menit akhirnya gadis itu pun keluar dari dalam toilet wanita.

Saat keluar dari dalam toilet, gadis itu melihat Max lebih dulu, tapi gadis itu pura-pura tidak melihat Max dan terus berjalan melewati Max.

Dan Max sendiri baru melihat gadis itu setelah gadis itu berjalan di depannya.

"Hei gadis pargoy!" Panggil Max.

Tak merasa memiliki nama gadis pargoy, gadis itu tidak menoleh sama sekali dan tetap berjalan berlalu dari hadapan Max.

Kesal karena gadis itu tidak menghiraukan panggilannya, Max pun menyusul gadis itu dan langsung menarik tangan gadis itu dan membawa gadis itu ke belakang klub.

"Lepas!! Lepas!!" Teriak gadis itu sambil memukul-mukul tangan Max.

Tapi Max tidak menghiraukan teriakan gadis itu dan tetap membawanya menuju belakang klub.

Orang-orang yang melihat Max membawa gadis itu pun tidak berani membantu gadis itu karena mereka mengenal Max, jangankan orang-orang pengunjung klub, pihak keamanan saja tidak berani menegur Max.

Bagaimana mungkin mereka berani menegur salah satu pemegang saham klub itu.

Kini Max dan gadis itu sudah berada di belakang klub.

Sesampainya di belakang klub, barulah Max melepaskan tangan gadis itu.

"Apa-apaan sih Om! Kasar banget!" Protes gadis itu sambil mengusap pergelangan tangannya yang memerah karena tarikan Max.

Bukannya menjawab, Max malah mendorong gadis itu ke tembok dan mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

Mata gadis itu membulat lebar saat wajah Max hanya berjarak beberapa centimeter saja dari wajahnya. Harum mint yang keluar dari nafas Max serta aroma tubuh Max yang maskulin tercium jelas di hidung gadis itu.

"Sekarang perhatikan wajah ku baik-baik! Apa aku masih terlihat seperti Om mu?!" Tanya Max.

Dengan polosnya gadis itu menganggukkan kepalanya.

Rahang Max mengeras.

"Apa mata mu rabun! Jelas-jelas umur ku masih tiga puluh lima tahun! Tapi kau sudah menyamai aku dengan Om mu yang berumur empat puluh tahun!" Geram Max.

Hahahaha...

Gadis itu tertawa dengan sangat kencang.

"Kenapa kau tertawa? Kau mengejek ku, hah!"

"Anda lucu Om!" Balas gadis itu sambil mendorong tubuh Max.

"Umur ku masih dua puluh tahun, itu berarti kita beda lima belas tahun. Wajar dong kalau aku memanggil Anda dengan sebutan Om. Atau Anda mau aku panggil Daddy?"

"Kau!!" Geram Max.

Tapi tak lama Max tersenyum licik.

"Boleh saja kau memanggil ku Daddy. Asal kau mau menjadi sugar baby ku, bagaimana?" Tawar Max sambil menatap tubuh gadis itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Mendengar itu, gadis itu tersenyum sambil berjalan mendekati Max lalu berjinjit sedikit untuk mendekati mulutnya ke telinga Max.

"Maaf Om, Anda bukan selera saya. Fyiiuuhhh." Jawab gadis itu dan diakhiri dengan hembusan di telinga Max.

Setelah mengatakan itu gadis itu pun berlalu dari hadapan Max dan meninggalkan Max yang sedang ternganga kaget mendengar kata-kata gadis itu.

Harga dirinya sebagai casanova jatuh terguling-guling sampai di dasar jurang terdalam karena ucapan gadis itu.

"Brengsek! Berani sekali dia mengatakan aku bukan seleranya! Apa dia tidak mengenal ku! Aku Maxim Vellfire gadis pargoy yang rabun!!! Pria dengan satu juta pesona!" Geram Max.

"Bisa-bisanya dia tidak mengenal ku! Lihat saja akan ku buat kau tergila-gila padaku!" Geram Max lagi.

Max pun pergi dari belakang klub itu.

Tanpa berpamitan pada kedua temannya, Max yang sudah sangat kesal dan merasa harga dirinya terinjak-injak memilih untuk langsung pulang ke apartemennya.

💋 💋 💋

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!