Nasha segera berlari begitu turun dari mobilnya yang terjebak macet di tengah jalan.
Untung saja jalan itu dekat dengan stasiun kereta bawah tanah. Ia segera memesan tiket dan segera menaiki kereta.
Selang beberapa menit, ia segera berlari setelah turun dari kereta bawah tanah.
“Tidak acaranya sudah dimulai. Terlambat lima menit bukan masalah besar.”
Nasha pun berlari dengan semangat sambil mendorong orang-orang untuk minggir.
Begitu keluar dari stasiun kereta bawah tanah, ia melihat jalanan luar yang cukup lenggang.
Ia pun memesan taksi.
Kegusaran Nasha semakin menjadi ketika ia memasuki kawasan perumahan elit.
Dimana di sana diselenggarakan acara ulang tahun seseorang yang sangat berpengaruh di dalam hidupnya.
Nasha berlari ke sana begitu ia akan memasuki ruang acara. Ia mengatur napasnya dan sedikit membenahi penampilannya.
Nasha langsung memasukinya dan suara dari seorang pria benar-benar membuat otaknya kaku seketika.
“Aku akan menikah lagi.”
Otak Nasha seakan kusut.
Nasha pikir ia salah mendengar. Rupanya Nasha memang tidak salah dengar. Jadi ayahnya pasti bercanda.
“Apakah ayah sedang bercanda? Wah candaan ayah memang lucu sekali,” ucap Nasha sambil tertawa garing, ia juga menepuk-nepukkan kedua tangannya.
Pria tua itu menggeleng. “Tidak.”
Nasha ternganga tolol. Tapi siapa yang tidak. Surya Gustama tidak akan pernah lagi menatap dunia dengan cara yang sama jika dia menikah lagi. Dengan seorang wanita yang tidak pernah Nasha ketahui asal-usulnya.
“Apa yang kamu katakan, ayah?”
“Kamu tidak setuju?”
“Ayah, berharap aku akan memberi selamat?” Tanya Nasha tak percaya. “Seharusnya aku mengatakan selamat ulang tahun pada ayah bukannya memberi selamat atas rencana pernikahan ayah.”
Terlihat sekali raut wajah Nasha yang kecewa, marah dan juga masih tidak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya.
Bagaimana bisa ayahnya yang sudah berjanji untuk tidak menikah kembali setelah kematian ibunya yang sudah beberapa tahun kini berubah pikirannya.
Rasanya Nasha ingin segera mengetahui wanita yang bisa membuat pikiran ayahnya berubah untuk segera menyengsarakan hidup wanita itu.
...♡♡♡...
Andai ada jin keluar dari lampu sebelah tempat tidurnya, Nasha akan mengajukan tiga permintaan.
Pertama, meminta ibunya kembali hidup. Kedua, ia segera mengambil alih perusahaan Gustama Corp. Ketiga, ia ingin hidup bahagia selalu.
Pikirannya mulai berputar-putar tak karuan dan tak terkendali. Ini akibat dari pernyataan ayahnya yang mengguncang seluruh sel sensorik dan motoriknya.
Nasha berbaring di tempat tidur, menatap kegelapan dan benaknya melonjak-lonjak di seantero ruangan kamarnya.
Nasha menyuruh diri sendiri untuk tidur. Ia memejamkan matanya dan berbaring diam, sangat diam. Mencoba untuk berdamai dengan dirinya.
Bermenit-menit. Ia menyuruh benaknya berbaring di sana.
“Tidur, tidur, tidur,” gumam Nasha.
Namun matanya membuka seketika.
Keesokan paginya, Nasha keluar dengan mata merah dan bengkak. Jelas sekali ada lingkaran yang samar meskipun sudah ditutupi oleh polesan bedak.
Nasha menyeret kakinya ke ruang makan. Di sana sudah tampak ayahnya dengan wajah seperti biasa. Melihat ayahnya dan memori ultimatum ayahnya kemarin membuat nafsu makannya hilang seketika.
“Sarapan, sayang.”
Suara ayahnya terdengar saat Nasha duduk di depannya.
Nasha melihat ayahnya yang makan seperti biasa dan Nasha kesal akan itu. Nasha selalu mengawasi ayahnya yang makan dengan tenang.
“Ada apa?”
Nasha menggeleng.
“Katakan, apa yang ingin kamu katakan.”
“Apa yang ada di pikiranmu, yah?” tanya Nasha.
“Kamu.”
“Aku?” ujung garpunya bergerak e arah dadanya sendiri.
“Ya.”
“Ayah tahu maksudku kan? Pernikahan gila ayah. Jangan ayah membuat alasan menikah lagi karena aku. Ayah tidak tahu, ada lingkaran hitam di mataku, ini semua akibat ulah ayah”
“Aku benar-benar melakukannya untuk kebaikan kita berdua.”
Nasha tersenyum miring.” Kebaikan kita atau kebaikan ayah?”
“Ayah akan menikah lagi dan aku juga akan memiliki anak lagi supaya aku bisa mewariskan GustamaCorp untuknya serta membebaskanmu dari beban ini, Nasha.”
Rasa takut seketika menjelma ngeri ketika ia mencoba untuk memproses ucapan ayahnya.
"Ayah akan menikah lagi. ayah akan mempunyai anak lagi dan aku tidak akan pernah mewarisi GustamaCorp.”
Nasha begitu marah. Sejak ia lahir, Nasha selalu mempercayai bahwa ia adalah satu-satunya pewaris sah GustamaCorp dan tidak ada satu pun orang yang bisa mengambil alih posisi itu. Apalagi saudara tiri.
“Apa yang merasuki pikiranmu, ayah? GustamaCorp adalah milikku.”
Nasha menekan emosinya dan merapalkan kalimat itu melalui gigi-giginya yang merapat geram.
Ayahnya mendesah. “Aku merasa bersalah memaksamu menerima tanggung jawab karena kamu adalah satu-satunya anakku. Kamu belajar untuk menerimanya meskipun itu membebanimu. Ayah sudah cukup memaksa dan menuntutmu hingga akhir.”
“Itu sama sekali tidak benar!” sergah Nasha.
“GustamaCorp memerlukan pewaris.”
“Ya, itulah fungsiku. Aku adalah satu-satunya pewaris itu.”
Ayahnya menggeleng dan itu membuat Nasha menjadi semakin frustrasi. Ia melempar sendok dan garpunya dan menatap ayahnya dengan marah.
“Kamu tidak memenuhi syarat itu, Nasha.”
“Kenapa? Apa aku bukan ana
k kandung ayah?”
“Tentu saja tidak, sayang.”
Nasha langsung mendengus.
“Masalahnya...”
“Masalahnya?”
“Masalahnya, kamu tidak ingin menikah. Sementara ayah terlalu menyayangimu untuk memaksamu melakukan hal yang tidak kamu sukai. Ayah sudah memutuskan untuk membebaskanmu dan mengambil tanggung jawab ini. Kamu dapat hidup bebas.”
Nasha merasakan emosi yang sulit dijelaskan. Suara Nasha bergetar halus ketika ia membuka mulut dan mengomentari penjelasan tersebut.
“Jadi...jadi karena aku tidak ingin menikah?”
Ayahnya mengangguk. Ayahnya tidak ingin GustamaCorp tidak memiliki pewaris setelah Nasha memegang kendali sepenuhnya atas GustamaCorp. GustamaCorp yang dibangun dengan jerih payah, tetes-tetes keringat haruslah berjalan dan bergenerasi.
“Jadi kalau aku menikah, maka semua akan selesai?” Nasha berucap penuh penekanan.
“Ya, kalau kamu menikah seperti orang-orang pada umumnya.”
“Aku akan melakukannya. Aku akan menikah.”
Entah apa yang merasuki Nasha, tapi wanita itu terlihat bersungguh-sungguh mengatakannya.
...♡♡♡...
Nasha memutuskan untuk tidak pulang terburu-buru. Duduk di ruang kerja menghadap sebuah meja kerjanya. Nasha menghela napas panjang dalam-dalam dan mengatupkan kelopak matanya cukup lama. Meresapi apa yang dihadapi untuk hari ini.
Ia menoleh ke sebelah kanan setelah matanya terbuka sempurna, menatap sahabatnya.
“Jadi kamu ingin aku mencari pria yang sesuai.”
Nasha hanya mengangguk pelan. Sementara Manda mendesah pelan karena Nasha hanya memberinya waktu seminggu untuk mendapatkan pria yang sesuai dengan kriteria sahabatnya.
“Ayahku akan menikah bulan depan. Jadi aku bilang aku akan menikah satu minggu lagi.”
Manda lagi-lagi mendesah. Dari pada sekarang ia mengharapkan seseorang jatuh dari langit dan menikahi Nasha.
“Nasha, kamu mau menikah atau mau buat kue. Menikah masa tenggat Cuma satu minggu, itu pun calonnya belum ada.”
“Itu urusan kamu, oke. Sekarang aku mau pulang dulu. Bye.”
Begitu Nasha pulang ke rumahnya ia langsung disambut oleh ayahnya. Jelas sekali ekspresi ayahnya sangat kecewa. Nasha tahu penyebabnya.
Malam ini sebenarnya ada makan malam dengan calon istri ayahnya. Namun Nasha pulang telat untuk menghindari calon istri ayahnya.
Tapi hal tak terduga terjadi, wanita itu rupanya menunggunya. Nasha terpaksa makan malam bersama wanita itu dan ayahnya.
Sekarang ia tahu kenapa ayahnya ingin menikah. Ketika Nasha duduk di depan semakin besar dorongan Nasha untuk lebih cepat mendapatkan pasangan. Karena Nasha perlu menyelamatkan ayahnya dari wanita mata duitan.
Hanya sekali lirik, Nasha sudah tahu wanita tipe apa Roseana Teasa. Wanita yang tak jauh berbeda dengan usianya sekarang.
Nasha hampir mencibir ketika melihat kelakuan mereka berdua. Wanita itu terkikik geli ketika ayahnya membisikkan sesuatu di telinganya dan Nasha benar-benar bisa berharap seandainya ia bisa menenggelamkan Roseana di kursi yang kini tengah di duduki. Ia akan melakukannya.
Nasha meriah gelas air putihnya dan menyesapnya.
“Kami tidak bisa menunggu lagi sayang.”
Nasha tersedak, ia benar-benar tersedak ketika mendengar kalimat itu tiba-tiba keluar dari mulut ayahnya. Apa maksud ayahnya? Tidak bisa menunggu apa?
“Kamu tidak apa-apa sayang?” tanya Roseana.
Nasha masih terbatuk, ia mengangkat telapak tangannya untuk meminta mereka agar tidak khawatir. Setelah beberapa detik, setelah Nasha yakin ia berhasil untuk mengendalikan tubuhnya dan kembali bernapas normal. Ia langsung melotot ke arah mereka berdua terutama ke arah ayahnya.
Nasha meraih gelas air putihnya dan menyesapnya.
“Kami tidak bisa menunggu lagi sayang.”
Nasha tersedak, ia benar-benar tersedak ketika mendengar kalimat itu tiba-tiba keluar dari mulut ayahnya.
“Kamu tidak apa-apa sayang?” tanya Roseana.
Nasha masih terbatuk, Nasha mengangkat telapak tangannya untuk meminta mereka agar tidak khawatir. Setelah beberapa detik, setelah Nasha yakin ia berhasil untuk mengendalikan tubuhnya dan kembali bernapas normal. Ia langsung melotot.
Keningnya berkerut samar. Sesaat sempat Nasha merutuki kebodohannya. Tak lupa ia juga merutuki dua manusia yang di depannya.
“Apa? Apa yang tidak bisa kalian tunggu?” Nasha bertanya, tidak yakin ia ingin mendengar jawabannya.
“Kami tidak bisa menunggu lama lagi. Kami akan mengumumkan pertunangan kami, segera.”
Nasha mendapati dirinya tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya kelopak matanya yang menutup dan membuka. Hanya tunangan kan? Belum sampai menikah kan?
“Bagaimana dengan dirimu?”
“Aku?”
“Kamu bilang, kamu juga akan menikah. Kamu sudah mendapatkan calon suami?”
“Oh, apakah Nasha juga akan menikah?” tanya Roseana. Senyum jahatnya jelas seakan mengejeknya.
“Ya, aku sudah mendapatkannya,” sembur Nasha.
Ayahnya tertawa seolah Nasha baru saja melontarkan lawakan paling lucu sedunia.
“Jadi, kapan kamu akan memperkenalnya? Ayah, sudah tidak sabar lagi.”
“Tentu, aku akan memperkenalkannya segera.”
Nasha akan membawa kejutan ke hadapan ayahnya, sial.
...♡♡♡...
Mereka sudah duduk di sofa yang berada tepat di meja kerja Nasha. Sofa berwarna putih gading yang sewarna dengan dinding ruangan.
“Bagaimana? Itu kandidat yang aku rekomendasikan,” ucap Manda. “Aku hampir semalaman tidak tidur karena sibuk mencari beberapa kandidat pria untukmu.”
Tangan Nasha bergerak untuk meletakkan kertas itu ke atas meja. Nasha menegakkan punggungnya, ia melepaskan kekehan singkat berbarengan dengan matanya yang mulai berbarengan dengan matanya yang berair. “Tidak bisa dipercaya,” desisnya.
Ia dikejutkan oleh lembaran-lembaran yang merupakan beberapa profil latar belakang beberapa pria.
Manda mengerutkan alisnya karena merasa aneh.
“Aku tidak percaya, aku akan melakukan ini.”
Manda mengerjap-kerjapkan matanya.
“Jadi kamu tertarik yang mana?”
Nasha menggeleng pelan. “Tidak dari mereka yang memenuhi kriteria.”
Mulut Manda langsung menganga lebar. Ia sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia rela bergadang untuk melakukan riset ini dan Nasha menolak semuanya.
“Terus kamu mau yang bagaimana?”
“Dia harus tampan, kaya dan juga tidak tertarik dengan pernikahan.”
Lagi-lagi mulut Manda terbuka.
“Bagaimana bisa dia tidak tertarik dengan pernikahan tapi kamu ingin mengajaknya menikah?”
Nasha langsung melihat ke arah Manda.
“Maksud aku, kita sama-sama tidak tertarik dengan pernikahan. Aku berencana menikah kontrak. Begitu aku mendapatkan perusahaan ayahku, pernikahanku selesai. End.”
Manda menggeleng-gelengkan kepalanya dengan jalan pikiran sahabat sekaligus atasannya.
“Aku ada kandidat lain yang masuk kriteriamu itu.”
“Benarkah? Siapa dia?”
“Putra satu-satunya dari pemilik perusahaan GJ grup. Galaksi Januartha. Hanya saja ada rumor yang tidak terlalu bagus.”
“Berapa umurnya?” tanya Nasha.
“Tiga puluh tahun.”
“Hanya beda empat tahun. Beri aku alamat perusahaannya dan tempat tinggalnya.”
Keesokan harinya, Nasha datang ke perusahaan Galaksi. Ia menatap gedung pencakar langit itu.
Kacamata hitam yang ia kenakan ia lepas begitu kakinya menyentuh lantai lobi.
“Maaf, ada yang bisa saya bantu.”
“Aku ingin bertemu dengan Galaksi.”
“Galaksi? Oh presdir Galaksi. Maaf, sebelumnya. Apakah nona sudah membuat janji dengan beliau sebelumnya?”
“Tidak,” jawab Nasha.
“Maaf Nona, jika nona tidak mempunyai janji. Nona tidak bisa menemuinya.”
“Apa? Kamu belum tahu aku?”
Wanita itu menggeleng.
“Aku Nasha Gustama. Pewaris satu-satunya GustamaCorp.”
Wanita itu terdiam.
“Aku di sini untuk membicarakan bisnis dengannya.”
Wanita itu langsung meminta maaf dan segera mengantarkan Nasha ke ruangan Galaksi.
Nasha langsung mengikuti wanita itu.
Begitu wanita itu mengantarkannya tepat di depan ruang Galaksi. Nasha mengetuk pintu dan langsung membuka pintu.
Begitu ia masuk, Nasha langsung melihat sosok pria yang duduk di kursi kebesarannya. Rambut hitam, alis tebal, dengan mata yang tajam. Hidung mancung dan bibir tipis.
Sosok yang elegan, dingin dan sombong.
Nasha menatapnya tanpa rasa takut.
“Kau, siapa?”
“Ayo kita menikah!”
Galaksi menegakkan posisi duduknya dan menatap wanita yang saat ini berdiri di hadapannya.
Tangannya lalu terulur untuk menekan tombol interkom.
“Tolong ke ruanganku sekarang. Ada wanita gila di sini.”
Mata Nasha langsung membulat saat ia dikatakan orang gila. Wtf.
“Aku bukan orang gila. Aku Nasha Gustama. Satu-satunya putri dari Surya Gustama. Kamu pasti tahu kan ayahku?”
Galaksi memicingkan sebelah alisnya.
“Pintu keluar ada di sana,” ucap Galaksi.
“Aku suka sama kamu. Ayo kita menikah,” ucap Nasha.
“Saya memang pria yang menarik dan hampir semua wanita tertarik padaku tapi kamu bukan tipe saya.”
Galaksi terkejut ketika Nasha mulai tertawa. Tadinya, ia berpikir kalau wanita itu akan tersinggung. Ia duduk diam dan menunggu dalam kebingungan hingga tawa Nasha menghilang.
“Jadi rumor itu ternyata benar?”
“Rumor?” alis Galaksi mengernyit.
“Kamu seorang—“
Belum sampai Nasha menyelesaikan kalimatnya dua orang satpam datang dan menyeret Nasha keluar.
“Yak! Lepaskan aku! Lepaskan! Aku bisa jalan sendiri!”
Hari pertama untuk menaklukkan hati Galaksi gagal tidak menyurutkan semangat Nasha. Wanita itu masih tetap gigih pantang menyerah.
Hari kedua di saat ia selesai rapat kerja, Nasha langsung pergi ke perusahaan Galaksi dengan tujuan yang sama.
“Maaf, Bu Nasha. Presdir Galaksi tidak ada di kantor.”
“Ke mana dia?”
“Beliau saat ini ada rapat di luar.”
“Rapat? Bisa beritahu aku dimana rapatnya?” tanya Nasha begitu penasaran.
“Maaf, bu Nasha saya tidak tahu.”
Nasha menghela napas panjang lalu ide muncul di kepalanya.
“Aku akan menunggu di ruangannya," ucap Nasha.
“Maaf, bu Nasha tapi—“
“Tapi apa? Saya datang ke sini untuk membahas bisnis oke.”
Nasha langsung berjalan ke ruang Galaksi. Sesampai di sana, wanita itu langsung mengelilingi ruangan itu.
Dari sudut ke sudut. Setelah puas, Nasha duduk di sofa sambil memeriksa ponselnya. Ada beberapa pesan masuk tentang pekerjaannya.
Nasha sibuk membalas pesan-pesan tersebut hingga lupa waktu bahwa ia ternyata sudah menunggu Galaksi sampai dua jam.
Baru saja Nasha meletakkan ponselnya di tasnya, suara pintu terbuka membuat ia mendongak.
“Bu Nasha masih menunggu presdir?”
“Iya.”
“Maaf, Bu Nasha. Kemungkinan Presdir tidak datang ke kantor. Beliau selesai rapat langsung pulang.”
Nasha langsung memicingkan matanya.
“Kamu tidak sedang berbohong sama aku kan?” selidik Nasha.
Ia tentu saja tidak langsung percaya karena bukan sekali dua kali Galaksi mencoba menghindarinya.
Nasha dapat membaca mimik wanita itu yang tampak berbohong.
“Aku mau tunggu Galaksi sampai dia datang,” putus Nasha, tampak tak ingin diganggu gugat.
“Tapi—“
“Bawakan segelas es kopi,” titah Nasha kemudian.
“Baik, bu Nasha.” Wanita itu menghela napas lalu pergi dari hadapan Nasha.
Tak berselang lama, pintu kembali dibuka dengan kasar. Nasha sampai terlonjak kaget.
“Ada apa? Kenapa kamu selalu cari saya?”
“Ada apa? Kenapa kamu selalu cari saya?”
Galaksi bertanya dengan ketus namun Nasha membalas ketusan tadi dengan helaan napas.
“Tentu saja untuk melihat kamu.”
“Sekarang kamu sudah melihat saya, sekarang silakan pergi.”
Nasha langsung berdiri dan menyilangkan tangannya ke depan dadanya sambil menggeleng.
“Aku tidak akan pergi sebelum kamu setuju menikah denganku,” ucap Nasha.
Galaksi langsung berjalan hendak ke mejanya dan memencet interkom untuk memanggil satpam.
Nasha yang melihat tujuan Galaksi langsung berlari dan menghalangi Galaksi.
“Jangan berani-berani memanggil satpam untuk mengusirku.”
Galaksi benar-benar gemas dengan kelakuan Nasha. Saking gemasnya ia ingin melemparkan wanita itu ke planet mars.
“Mau mu apa sebenarnya?” tanya Galaksi yang sudah mulai lelah.
“Sudah jelas aku butuh kamu untuk menikahiku.”
Galaksi hendak membuka suara namun suara Nasha langsung menginterupsi.
“Aku ingin kamu menikahiku dalam waktu seminggu.”
Tidak ada pria waras yang ingin menikah dengan wanita yang tidak dikenal sebelumnya apalagi dengan Nasha yang dikenal dengan sikapnya yang pemaksa. Dan Galaksi masih waras.
“Kenapa? Kenapa kamu meminta saya untuk menikahimu?”
Nasha menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Galaksi memiliki pendapat bahwa hal itu juga tidak mudah bagi Nasha.
Wanita itu sempat terlihat enggan sebelum akhirnya kembali duduk di sofa.
“Aku perlu menikah.”
Galaksi menatap Nasha. Seakan tatapan itu mewakili pertanyaannya, Apa urusannya dengan saya?
“Tentu saja aku tidak bisa menikah sendirian. Aku memerlukan pasangan.”
“Dan kamu tidak punya pasangan,” sambung Galaksi. Jelas saja, pria waras mana juga yang menginginkan wanita seperti ini.
“Ya dan kamu adalah pria yang tepat untuk dijadikan pasangan.”
“Bagaimana bisa saya adalah pria yang tepat?”
“Karena kamu pria yang dingin, tidak tertarik dengan wanita. Pria yang ambisius. Itu poin penting untuk pernikahan rekayasa ini.”
“Rekayasa? Pernikahan sandiwara maksudmu?”
“Ya, apakah aku lupa memberitahumu sebelumnya?”
“Tidak! saya tidak mau.”
“Kenapa? Apakah kamu sudah mempunyai kekasih?”
Galaksi terdiam. Ia tidak menjawab pertanyaan Nasha.
Mata Nasha langsung membulat. “Jadi, apakah rumor itu benar adanya? Bahwa kamu, sebenarnya...”
Galaksi tahu arah pikiran Nasha dan langsung menyangkalnya. “Tidak. Aku masih normal.”
Nasha menyipitkan matanya seolah sedang memindai ekspresi Galaksi.
Ada sebagian diri dari Galaksi yang memintanya untuk mengusir wanita itu dari kantornya. Ia tidak perlu mendengarkan lanjutannya, karena tidak ada alasan yang cukup untuk membuat Galaksi menyetujui apa pun rencana Nasha.
“Jadi maukah kamu menikah denganku?”
“Tidak! Jawabannya masih sama. Saya tidak akan menikahimu.”
“Kamu!”
“Presdir.”
Sebuah suara dari asisten Galaksi membuat Nasha tidak bisa meneruskan ucapannya.
"Masih ada rapat lagi.”
Galaksi langsung mengangguk. Pria itu berjalan ke arah pintu namun sebelum benar-benar keluar ia menoleh ke arah Nasha.
“Sebaiknya kamu segera pergi. Apakah kamu tidak ada kerjaan sebagai pewaris GustamaCorp?”
Nasha langsung mendelik dan berdiri lantas ia langsung berjalan keluar. Saat ia berpapasan dengan Galaksi. Wanita itu berhenti sejenak.
"Kamu akan menikahiku suka atau tidak suka,” ucap Nasha sebelum wanita itu benar
Begitu Nasha sampai di kantornya. Manda langsung menceramahinya karena datang terlambat padahal Nasha ada klien penting.
“Kamu dari mana? Jangan bilang kamu menemui pria itu lagi,” tebak Manda.
“Iya,” ucap Nasha lalu mengambil berkas yang disodorkan oleh Manda.
“Kamu tidak kapok-kapok setelah ditolak sama dia?”
"Tidak! Demi perusahaan ini jatuh sampai ke tanganku,” ucap Nasha. “Dimana kliennya?” tanya Nasha setelah itu ia bersiap menemui kliennya.
Setelah bernegosiasi dengan kliennya yang cukup lama. Hari semakin sore. Waktunya Nasha untuk pulang.
“Ayo,” ajak Manda.
Nasha menggeleng. “Aku pulang sendiri.”
“Kenapa?”
“Aku ingin bertemu dengan calon mertua,” ucap Nasha lalu ia memasuki mobilnya sendiri.
Manda yang melihat mobil Nasha berlalu pergi ikut menyalakan mobilnya.
Nasha tersenyum saat mobilnya menyentuh halaman depan sebuah vila yang megah tak jauh berbeda dari rumahnya.
“Jadi di sini rumahnya,” ucap Nasha sesaat setelah mengamati vila tersebut.
Nasha turun dari mobilnya dan berjalan anggun ke pintu depan untuk mengetuk pintu.
Setelah ia mengetuk pintu, seorang pria paru baya membukakan pintu. Di sana Nasha memperkenalkan diri sebagai pacar Galaksi.
“Semudah ini dia percaya,” gumam Nasha.
Nasha dipersilahkan untuk duduk di sofa berwarna putih tulang. Tak berselang wanita paruh baya yang sangat cantik turun dari tangga.
“Nyonya, wanita ini mengaku sebagai pacar Tuan Muda Galaksi,” ucap pria paruh baya yang Nasha yakini adalah ketua pelayan di rumah itu.
Wanita paruh baya langsung tersenyum dan duduk dengan anggun.
“Siapa namamu?”
“Namaku, Nasha Gustama. Anak dari Surya Gustama.”
“Berapa umurmu?”
“Dua puluh enam tahun.”
“Apakah kamu tidak takut dengan putraku?”
Nasha sedikit mengernyit namun detik berikutnya, ia tersenyum.
“Tidak, Galaksi bukanlah orang yang mengerikan. Dia baik.”
Mata wanita tua itu terbuka lebar dan dengan gembira meraih tangan Nasha.
“Aku sudah menantikan momen ini terjadi. Aku akan segera menyuruh Galaksi untuk segera menikahimu dan keluarga kami akan memperlakukanmu dengan baik.”
“Terima kasih, Nyo—“
“Ibu, mulai sekarang kamu panggil dengan ibu.”
Nasha sangat akrab dengan Amara, ibu Galaksi. Bahkan mereka memasak bersama untuk makan malam bersama.
Nasha duduk di samping Amara. Begitu mereka mendengar suara langkah kaki. Amara langsung berdiri.
Galaksi benar-benar terkejut melihat Nasha, sementara Nasha tersenyum saat menyambut Galaksi.
“Kenapa kamu tidak bilang sama ibu, kalau kamu sudah punya calon istri. Ibu sangat setuju kalau kamu menikahi Nasha,” ucap Amara.
Tatapan mematikan langsung menghunus mata Nasha. OMG, kali ini sepertinya Galaksi benar-benar marah.
“Bu, Galaksi perlu bicara sama dia.”
Galaksi langsung menyeret Nasha untuk menjauhi kedua orang tuanya.
Nasha langsung dihempaskan begitu saja ke tembok. Kali ini, posisi Nasha terjebak antara Galaksi dan tembok.
“Jelaskan ke saya, apa maksud kamu datang ke sini?”
“Aku hanya ingin menyapa ibu mertua dan ayah mertua,” ucap Nasha.
Galaksi tersenyum mengejek. “Tidak ada yang ingin menikahimu.”
“Ada yaitu kamu,” ucap Nasha.
“Dalam mimpimu. Sekarang, pergi dari sini.”
“Aku tidak mau.”
“Kalau begitu saya akan menyuruh satpam untuk mengusirmu.”
Mata Nasha langsung membulat seketika ia langsung menggapai lengan Galaksi, begitu pria itu akan pergi.
“Aku adalah pewaris GustamaCorp, tapi apa yang tidak kamu ketahui adalah, ayahku memutuskan untukku untuk menikah terlebih dahulu.”
“lalu?”
“Pernikahan tidak ada dalam kamus hidupku,” ucap Nasha yang membuat alis Galaksi terangkat.
“Tapi demi mengamankan hakku, maka aku tidak punya pilihan. Aku akan melakukan apa saja demi mendapatkan GustamaCorp.”
“Kamu begitu ambisius.”
“Kalau kamu bersedia membantuku. Aku akan memberimu kompensasi jika kamu menikahiku.”
“Saya tidak tertarik,” ucap Galaksi lalu pria itu kembali ingin pergi namun lagi-lagi Nasha menahannya.
“Aku tahu keluargamu kaya tapi bukankah saham dariku juga akan menguntungkan dirimu. Ayahku mempunyai saham yang jauh lebih besar dariku, tentu saja. Berkali-kali lipat.”
Nasha kembali melanjutkan, lengkap dengan senyum yang terpampang di wajah cantiknya yang sombong.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!