NovelToon NovelToon

Sungguh!! AKU MENCINTAIMU

#01 pertemuan tak sengaja

Sinar mentari pagi tidak malu-malu mengeluarkan cahayanya untuk memberikan sinarnya pada penghuni bumi, dia menampakkan sinarnya yang sangat syahdu dan menyegarkan, membelai dan merangkul bumi untuk memberikan sinar kehangatannya sehabis dimandikan embun pagi yang menyapa dedaunan yang menghijau, sangat menyejukkan suasana yang merasakannya bagi orang-orang yang mulai melakukan aktifitasnya dipagi hari dan mulai dari besar kecilnya kendaraannya.

Terlihat seorang gadis cantik yang sedang berjalan menuju kearah yang akan ditujunya yaitu tempat kerjanya sebagai pelayan kedai kopi yang ternama dikota tersebut, dia berjalan santai menikmati suasana pagi yang hangat dengan sinar mentari pagi yang menerpanya, dia adalah Rania Ishyabel, gadis cantik yang mempesona dengan kesederhanaannya, dengan senyumanya itu dia terus berjalan dan terdengar ponselnya berbunyi dia pun langsung menjawab panggilan itu yang ternyata dari sahabat yang dikenalnya dikota itu saat pertama kali dia pergi dari kotanya untuk bekerja mencari pengalaman dan banyaknya uang untuk ibu dan saudara tirinya, setelah kepergian sang ayah meninggal dunia Rania dipaksa ibu tiri dan kakak tirinya bekerja dan mereka berdua hanya duduk manis menikmati hasil dari kerja keras Rania, Tania lah yang menawarkan pekerjaan dikedai kopi milik keluarganya yang dikelola Tania sendiri sebagai Bos dikedai tersebut yang selalu ramai dengan pembeli karena kedai kopi Tania cukup terkenal dikotanya itu.

" Iya Tania..." jawab Rania.

" Kamu sekarang dimana?" tanya Tania.

" Dijalan menuju tempat kerja." terangnya.

" Nggak usah dulu kamu ketempat kerja, kamu cepatlah kekantor DEV Group." terangnya.

" DEV Group? untuk apa?" tanyanya, dan dia tidak tahu dimana kantor itu, karena dia meresa tidak ada panggilan kerja untuknya dikantor itu, lagi pula dia juga tidak tahu letak kantor tersebut.

" Sudahlah jangan banyak tanya, aku tunggu kamu dekat persimpangan lampu merah dekat kedai ku ya, karena aku menunggu disana, cepat sekarang juga nanti aku jelaskan, aku lagi dibengkel memperbaiki kendaraan ku karena ban motorku mengalami kebocoran, kamu tahukan bengkel diujung jalan dekat lampu merah akasia?" ucapnya pada Rania,

" Iya aku tahu, aku segera kesana sekarang." jawab Rania kemudian diapun menyudahi pembicaraannya.

" Ada-ada saja Tania, kenapa aku disuruhnya kekantor DEV Group sih, akukan tidak memasukkan lamaran disitu." ucapnya bergegas berjalan menuju arah bengkel yang disebutkan Tania, terlihat hilir mudik kendaraan berlalu lalang untuk memulai aktifitas mereka dipagi hari sampai sore tiba.

Dan diantara kendaraan itu terlihat seorang lelaki tampan yang sedang duduk dibelakang stir mengendalikan kuda besinya dengan nampak tenang, dingin dan fokus menatap kearah depan, beberapa saat kemudian telepon genggamnya berdering, dengan teknolagi canggih saat ini, dia langsung menerimanya melalui stir mobilnya yang terhubung dibagian tombol yang ada dibagian mobil pribadinya itu tepatnya dikendali kuda besinya tersebut.

" Hallo Bos..." terdengar suara William, sekretarisnya merangkap asisten pribadinya di kantor yang sangat dipercayanya, bukan Dia saja yang mempercayainya, namun orang tua tunggalnya pun sangat mempercayaai William Admaja itu.

" Iya ada apa?"

" Sekarang Bos dimana?"

" Dijalan..."

" Perusahan yang ada di Singapura yang menjalin kerja sama dengan kita menanyakan persetujuan dari perusahan kita Bos."

" Sudah kamu katakan tentang dananya yang aku beritahu kamu itu?"

" Belum Bos."

" Kenapa?"

" Apakah tidak terlalu berlebihan bos..."

" Kasih tahu saja sekarang...dan siapkan rapat pagi ini."

" Siap Bos...Tapi Bos tentang kerjasama it..." Belum selesai Wiliam berbicara sambungan telpon itu pun langsung terputus secara sepihak.

" Itu...yaelah ni Bos, selalu aja seperti ini belum lagi selesai bicara malah dimatikannya sambungan telponnya, sudahlah kalau kek gini, namanya juga Bos, apapun selalu benar..." ucap William tersenyum sembari menggelengkan kepalanya sambil menatap layar ponselnya dan diapun langsung mengerahkan semua karyawan kantor untuk menyambut sang Bos yang sebentar lagi datang, memang kebiasaan mereka setiap pagi harus menyambut sang bos yang setiap kali datang kekantor, kalau kebiasaan itu tidak dilakukan Bos mereka pasti akan marah dan keluarlah segala macam ceramahnya.

" Ayo, cepat kita berbaris seperti biasanya didepan pintu lobby, kalau kalian terlambat kalian akau merasakan akibatnya pedasnya ceramah Bos Devan Dharmendra." ucap William karena dia kenal betul sikap dan sifat Bosnya tersebut karena semua perintah dan peraturannya tidak bisa terbantahkan, yang hanya bisa membantah adalah Bu Melany sang Mamah tercintanya Devan Dharmendra, karena perusahaan yang bergerak dibidang proferti itu adalah rintisan dari sang Mamah Bu Melany Prameswary, disaat usia Devan masih belia tepatnya kala itu masih duduk disekolah tingkat pertama, Devan sudah kehilangan sang papah untuk selama-lamanya karena mengalami sakit parah yang tidak bisa tertolong karena kala itu kehidupan keluarga Devan sangat sulit sekali, setelah kehilangan sang papah, sang Mamahlah yang menjadi tulang punggung keluarganya dan menghidupi Devan dan Adiknya Lana Dharmendra yang sekarang sedang menuntut ilmu di Negeri kangguru.

Kala itu Devan memasuki jenjang sekolah menengah atas dan lulus dengan nilai yang memuaskan sampai akhirnya diapun tidak ada keinginan untuk berkuliah karena dia ingin membantu sang Mamah melebarkan usahanya, tepat dua tahun lamanya dia pun menekuni usaha yang dirintis sang Mamah, sampai akhirnya dia ingin melanjutkan kuliah yang berhubungan dengan usaha sang Mamahnya itu, lima tahun dia menjalani kuliah tersebut dan sampailah waktunya dia lulus dengan nilai yang terbaik, dan saatnyalah dia diserahkan sang Mamah perusahan yang sudah mulai melebar kemanca negara.

Devan mengendarai mobil pribadinya dengan tenang, terlihat lampu lalulintas menyala berwarna Merah, saat dia hendak berhenti terlihat dari arah berlawanan sebuah mobil berwarna putih sangat kencang melaju melanggar ketertiban lampu lalulintas dan dari arah kiri terlihat seorang wanita berjalan setengah berlari dan tanpa pikir panjang lagi Mobil Devan yang posisinya berada disebelah kiri pun langsung menghadang gadis tersebut dan gadis tersebut langsung terkejut karena dihalang mobil Devan, gadis itu adalah Rania yang tergesa-gesa melangkah. Rania terkejut dan dia pun seketika menghentikan langkahnya dan dia terdiam sembari mengurut dadanya karena terkejut dia tidak menyangka diriya hampir saja menabrak mobil Devan, kemudian Devan membuka kaca mobilnya dan menoleh sesaat pada Rania, dan Rania menjongkokan badannya melihat siapa yang berada didalam mobil tersebut.

" Kalau jalan hati-hati dan lihat-lihat kalau mau lewat jalan besar, dan perhatikan juga lampu lalu lintas jangan asal jalan saja, dan tolong kalau sedang jalan jangan berlari kalau kamu tidak ingin celaka." ucap Devan kemudian menutup kembali kaca Mobilnya dan kemudian melajukan kembali mobilnya meninggalkan Rania yang bengong dengan teguran Devan.

" Astaga! apa yang dikatakan laki-laki itu, dia yang hampir saja menabrak aku, bukannya minta maaf malah dia menceramahi aku, aneh tuh cowok, dia yang salah dia yang berceloteh, dasar dunia sudah terbalik, tapi kenapa dia menghalangi langkah ku ya, padahalkan tadi itu keadaan lampu lalu lintas menyala warna merah, kenapa dia begitu saja menahan langkahku." ucapnya sendiri sembari berpikir akan kejadian itu.

" Rania...!" panggil Tania diseberang jalan, Rania pun menoleh kearah sahabatnya itu dan diapun menoleh kekiri dan kekanan setela tidak ada kendaraan yang lewat dia pun langsung melangkah menuju kearah Tania yang sejak tadi berada diseberang jalan memperbaiki kendaraannya dibengkel tersebut, Tania memang termasuk orang berada tapi dia senang menggunakan motor pribadinya dengan alasan bisa melewati kemacetan kota besarnya itu.

#02 Penyambutan Bos

" Kenapa sampai masuk bengkel sih Tan?" Tanya Rania seraya duduk disamping Tania yang menggeser duduknya tersebut.

" Aku juga nggak tahu Ran, tadi sewaktu aku berangkat kekedai baik-baik aja kok, tapi pas mau jemput kamu eh...ternyata roda bannya mengalami kebocoran, untung saja bengkel ini pagi-pagi sudah buka, jadi aku terselamatkan." ucapnya tersenyum tapi dia melihat rona wajah Rania terlihat kesel sekali.

" Kau kenapa Ran, kamu kesel ya dengan ceritaku tadi.?" tanyanya

Rania menggelengkan kepalaya dan hanya mnatap sesat pada Tania.

" Atau kamu kesel dengan kantor Devgroup? "

Tidak ada jawaban dari Rania.

" Rania! Hey.... " Senggol Tania menatap wajah Rania, Rania tersadar.

" Iy...iya Tania, sudah selesai memperbaiki motormu?" Ucapnya.

" Belum noh! Kenapa sih dengan kamu Ran, kok terlihat sekali ada sesuatu ada apa sih? Ngomong dong "

" Huhh!!.. aku lagi kesal dengan cowok judes itu, dia yang hampir menabrak ku dia yang malah ceramahin aku, kesalkan"

" Dimana kejadiaannya?"

" Disitu dekat lampu merah, dia tiba-tiba saja langsung berhenti begitu saja."

" Tapi kami nggak apa-apakan ?"

" Iya aku nggak apa-apa."

" Mungkin orang itu baru bisa pake kendaraan kali."

" Kayanya nggak deh, orang berada sepertinya."

" Begitulah kalau orang kaya, semaunya, sudahlah jangan kamu pikirkan, yang penting kamu nggak apa-apa." ucap Tania.

" Neng, sudah selesai." ucap paman bengkel.

" Berapa paman?" tanya Tania.

" Tiga puluh lima ribu neng"

Kemudian Tania mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan memberikannya pada pemilik bengkel.

" Maaf neng nggak ada kembaliannya, nanti aja neng dikasihnya, karena paman nggak ada kembaliannya biasa neng baru buka." ucapnya tersenyum.

" Buat paman aja kembaliannya." ucap Tania tersenyum juga.

" Tapi kebanyakan neng." ucapnya

" Nggak papa mang, karena itu tidak seberapa mang, karena saya sudah tertolong sama pamannya."

" Terimakasih banyak ya neng..."

Tania mengangguk...

Kemudian mereka meninggalkan bengkel tersbut, menuju kearah Devgroup.

Dikantor Devgroup...

" Ayo cepatan ntar Bos keduluan sampai lagi diluar, jangan lamban nanti bos marah besar dengan kita kalau ada keterlambatan." Ucap William berjalan mengomando para teman-teman kerjanya, William memang orang kepercayaan Keluarga Devan, walaupun dia sangat dipercaya dengan keluarga Devan tapi dia tidak sombong, dan dia juga tetap ramah dengan karyawan yang lain.

Kemudian mereka menunggu sang bos yang belum terlihat batang hidungnya, jangan batang hidungnya mobilnya saja nggak terlihat, William menengok kiri dan kanan sesekali dia menengok jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya itu, seraya monda mandir seperti setrikaan menanti kedatangan sang bos.

Beberapa saat kemudin terlihat mobil Devan dan berhenti didepan pintu Lobby, Devan yang sudah sampai kantornya itu disambut dengan securitynya untuk mengambil alih kendaraan bosnya itu dan dia pun turun dari mobilnya dengan pintu mobil dibuka William, Devan merapikan kancing jasnya dan dia menatap para karyawannya berada didepan lobby dengan memberikan hormat padanya dengan menundukkan kepalanya sesaat sembari memberikan salam.

" Selamat pagi pak Bos!" ucap mereka, Devan hanya menganggukkan kepalanya, William langsung mendekati Devan dan mempersilahkan Devan masuk kedalam kantornya tersebut dan Devan pun melangkah menuju kearah lift sembari berbicara pada William.

" Sudah kamu siapkan ruangan rapat?"

" Sudah, dan siap digunakan sesuai perintah Bos." ucapnya tersenyum berjalan disamping Devan.

" Kamu yakin kalau rapat kali ini sudah siap dan benar semua perlengkapannya?" ucap Devan menoleh sesaat pada William sembari terus melangkah diikuti yang lainnya.

" Yess! Saya yakin Bos, bisa dicek saja ruangannya." sahutnya mantap.

" Biasanya kamu teledor, lagian dari dulu sampai sekarang keteledoran kamu dipelihara." ucap Devan melirik William yang ada disebelahnya.

" Ya nggaklah Bos, itukan dulu sering salah, sekarangkan sudah teliti." ucapnya merasa bangga dengan drinya."

" Bagus!!" ucapnya singkat

" Hehehehehe..."

" Tapi awas!! kalau sampai ada yang terlupa aku akan pecat kamu!" ucap Devan lagi membuat William terkejut namun dia masih dapat menguasai dirinyanya dari rasa terkejutnya.

" Siap Bos!" ucapnya singkat.

" Bagus!!" ucap singkat Devan untuk kedua kalinya pada William.

" Mudah-mudahan saja ruangan rapat dan berkas-berkas yag diperlukan tidak ada yang kurang." gumamnya dalan batinnya.

" Oh ya Bos, tadi Nyonya Besar menghubungi saya, katanya saat dia berada di Tanah Air nanti dia tidak ingin mendengar Bos Devan sendirian lagi setidaknya sudah ada wanita disamping mu Bos, jangan saya terus yang ada disamping Bos." ucap William tersenyum.

Memang Devan selalu menghindari soal omongan mamahnya tersebut tentang seorang wanita harus berada disisinya karena dia belum minat untuk hidup bersama dan menjalin ikatan sakral pada seorang wanita, karena baginya seorang wanita sangat rumit dihidupnya.

" Kapan mamah pulang ketanah air."

" kurag tahu Bos, tapi kata nyonya besar setidaknya bos sudah ada pacar."

" Pacar?"

" Yess Bos...! kalau tidak ada, nyonya besar akan membawakan bos gadis dari Negeri Kangguru, biar bos bisa loncat-loncat hehehehe..." ucapnya nyerocos, dia tidak menyadari kalau dia berbicara seperti itu masih banyak yang lain bersama mereka berdua.karena nyerocos tanpa dilihat situasinya dan kondisinya juga membuat Devan menatap lekat William dan menghentikan langkahnya.

William terkejut dan menyadari kecerobohannya berkata seperti itu pada Bosnya, dan didepan karyawan yang lain, dia pun langsung salah tingkah karena Devan terus menatapnya dengan lekat dan tajam dengan wajah dinginnya.

" Hehehehe...maaf Bos...saya ceplos...maaf ya bos...tapi benar kok itu yang dibicarakan nyonya besar pada saya." ucapnya sembari tersenyum, dan Devan masih menatap William dengan kedua tangannya berada didalam saku celananya. William pun memerintahkan karyawan yang lain untuk segera keruang rapat melewati lift yang lain.

Pintu lift terbuka dan Devan memasuki lift sembari berkata dengan William.

" Cepatlah adakan rapat dengan clieant yang kerja sama dengan kita, karena aku tidak mau membuang waktu percuma dengan hal yang tidak berguna dan tidak penting, setelah rapat kerja sama ini, siapkan rapat rutin tiga jam lagi." ucapnya.

" Siap Bos! " ucap William.

Kemudian pintu lift terbuka dan Devan berjalan menuju kearah ruang rapat dimana di sudah ditunggu mereka semua termasuk utusan client yang akan mengadakan kerjasama dengan perusahaannya tersebut.

Dijalan menuju kekantor Devgroup Rania bertanya.

" Sebenarnya buat apa sih kita kekantor itu,akukan tidak melamar pekerjaan disana."

" Bukan kamu yang melamar kesana, tapi aku yang membuatkan lamaran itu, dan kamu terpilih untuk tes wawancara disana."

" Kok bisa"

" Ya bisalah, karena teman aku ada yang kerja disana, dia yang bilang ada lowongan bagian Admin kantor itu, nah aku pikir kan itu adalah kesempatan yang baik buat kamu, dengan gajih yang lumayan besar bisa buat keluaga kamu di kampung."

" Aku tak yakin Tan, diterima karena kan aku cuma lulusan SMA aja, bagian admin lagi dikantor besar seperti itu, kalau kaya aku pastinya mentok juga jadi OB."

" Ya nggak lah, siapa tahu rejeki kamu, sudahlah yang penting kamu bisa kerja dengan gajih yang besar, kan kamu sendiri bilang ingin dapat uang yang sangat banyak untuk keluargamu."

" Memangnya kenapa kalau aku kerja dikedai kamu, apakah kamu sudah nggak suka lagi ya sama aku kerja dikedai kamu?" tanya Rania pada Tania.

" Jangan berpikiran seperti itu Ran, kamu masih bisa kerja di kedai aku, tapikan gajih di kedai ku belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga kamu, karena aku lihat setelah gajih kamu terima kamu rela makan sama kerupuk aja, kadang kamu juga nggak makan, kamu kirim semua uang kamu kekampung, aku tidak tahu masalah kamu dikampung, tapi kelihatannya kamu berusaha keras untuk mendapatkan uang banyak untuk ibu dan saudaramu, kamu kan nggak pernah cerita sama aku."

Rania terdiam dan terdengar helaa nafasnya dengan berat, dan motor yang dikemudikan Tania melaju menuju arah tujuan.

#03 Interview kerja

Rania memang tidak menceritakan pada siapa pun tentang kesedihan dan masalah yang menimpanya itu,bahkan dengan Tania sekalipun tidak pernah dia ceritakan, Saat Tania berbicara tadi dia merasa sedih mengingat hidupnya dikampung halamannya, dia memang belum cerita dengan Tania tentang kehidupannya itu, karena dia tidak ingin ada yang tahu keadaannya.

Motor yang dikendarai mereka berdua berhenti disebuah gedung tinggi dengan memiliki banyak lantai bertingkat.

" Masuklah Rania, tanya dengan securitynya dan bilang ingin interview." ucap Tania.

" Baiklah...terimakasih ya." ucap Rania tersenyum.

Tania mengangguk.

" Nanti kalau sudah hubungi saja aku ya, aku jemput lagi, oyo semangat." ucap Tania tersenyum, dan dianggukkan Rania.

Kemudian Tania meninggalkan Rania yang masih berdiri didepan gedung tersebut.

" Baiklah, semangat...!!" ucapnya sembari menyemangati dirinya sendiri seraya melangkah dengan mantap menuju kepintu lobby.

" Selamat pagi pak." sapanya pada security kantor tersebut.

" Pagi Mbak, mau interview?" tanya security tersebut.

" Iya pak, saya menuju kemana ya pak untuk menunggunya?" Tanya Rania.

" Mbak masuk saja kedalam interviewnya dilantai dua Mbak."

" Terimakasih ya pak." ucapnya sembari meninggalkan security itu.

" Waduh, lantai dua? aku harus masuk lift mana nih, aku kan belum pernah memasuki lift." ucapnya seraya berjalan perlahan menoleh kiri dan kanan mencari orang yang sama-sama interview dilantai dua.

Kemudian dia melihat dua orang laki-laki dan satu perempuan sedang menunggu dipintu lift, diapun memberanikan dirinya untuk mendekati mereka dan menanyakannya.

" Pagi, mbak..." Sapa Rania sok kenal.

" Pagi..." Balas wanita tersebut seraya menatap kearah Rania sembari tersenyum.

" Mbak mau kelantai dua?" tanya Rania

" Iya "

" Mbak interview juga?"

Wanita itu hanya tersenyum Rania menanyakan soal interview padanya.

" Mbaknya mau interview ya?" Tanya balik wanita itu.

" Iya mbak,,," jawabnya singkat.

" Ya udah barengan aja naik keatas." ucapnya wanita tersebut.

Rania terlihat senang karena dia ada mendapatkan pertolongan memasuki lift, pintu lift terbuka dan dia bersama yang lainnya memasuki lift, Rania pun melihat cara kerja lift tersebut, karena dia tidak mungkin mencari bantuan terus untuk naik turunnya melalui lift nanti jika dia diterima dikantor ini. Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka kembali mereka keluar dari lift tersebut terlihatlah beberapa orang yan sedang menunggu dikursi tunggu tersebut.

" Silahkan Mbaknya nunggu dikursi itu, menunggu nomer antrian nya dipanggil." ucap wanita yang bersama Rania.

Dia terkejut karena wanita tersebut bukan datang untuk interview, tapi dia adalah karyawan tetap kantor tersebut, wanita itu kemudian mendekati seorang lelaki dan terlihat berbicara sebentar lalu laki-laki itu pun memberikan nomer antrian pada wanita itu dan kemudian wanita itu mendekati lagi Rania dan memberikan nomer antrian buat Rania.

" Semoga berhasil ya..." ucapnya sembari menyentuh pundak Rania dan berjalan menuju kearah ruangan yang berada tidak jauh dari Rania berdiri, Rania hanya menganggukkan kepalanya saja kemudian dia melangkah dan duduk disamping para wanita dan laki-laki yang sedang menunggu dipaggil nomer antriannya.

Semua mata menatap kearah Rania, dan ada yang menatap dengan tatapan sinis dan ada yang menatap dengan tatapan yang tidak senang dan ada juga yang menatap dengan tatapan bersahabat dan berteman,tapi semua yang menatap Rania dengan tidak bersahabat itu dia balas dengans senyumannya dan dia pun terus menunggu, satu persatu orang tersebut meninggalkan ruangan itu dan sudah selesai interviewnya, akhirnya sampailah giliran Rania dengan nomer antrian yang dipegangnya tersebut, dia tersenyum dan melangkah memasuki ruangan interviewnya.

" Silahkan duduk..." ucap salah seorang perempuan yang berada diruangan itu.

Rania mengangguk, tapi dia merasa heran, tak terlihat seseorang pun yang ada diruangan itu untuk ngiterviewnya, cuma hanya ada wanita tersebut, kemudian wanita itu dihubungi melalu ponselnya terlihat ada yang berbicara dengannya terdengar ditelinga Rania dia mengatakan ' ' siap Bos...'

" Mbaknya tunggu disini dulu, karena Bos saya yang langsung interview mbaknya." Ucapnya.

" Oh iya Mbak." ucap Rania merasa terkejut, karena hanya dia yang akan ditanya jawab sama pimpinannya langsung.

" Kenapa aku langsung pimpinannya sih, kan sedari tadi bukan pimpinanya?" Pikir Rania kemudian membenarkan duduknya.

Kemudian terdengar dibelakang Rania seseorang berbicara dengan wanita itu.

" Silahkan kamu keluar dan biarkan saya langsung menginterviewnya." Terdengar suara lelaki yang dari suaranya terdengar sangat tegas.

" Siap Bos, saya permisi .." ucap wanita tersebut kemudian meninggalkan Rania dan pak Bosnya didalam ruangan itu, Devan berjalan menuju meja kerja yang ada diruangan itu, sedangkan Rania hanya menundukkan wajahnya, rasa gemetar kemudian melandanya karena dia takut salah dalam menjawab pertanyaan dari pimpinan kantor ini.

" Ya Tuhan kuat aku...." gumannya dalam hati sembari memainkan jari jemarinya sendiri karena dalam keadaan gugup hatinya.

Devan melepaskan kancing jasnya dan langsung duduk dihadapan Rania, dia tidak terlalu mengawasi Rania tapi dia langsung membuka berkas lamaran Rania tersebut yang sudah berada diatas mejanya itu.

" Rania Isyhabell..." Ucap Devan seraya menatap kearah Rania yang menundukkan kepalanya itu dan Rania pun langsung melihat kearah Devan.

" Ya..pak.." ucapnya singkat dan membuat keduanya terkejut karena mereka berdua sudah pernah bertemu dipersimpangan tadi pagi.

" Kamu!!" Ucap Devan menatap kearah Rania dengan tanpa kedip.

" Bapak! Bapak kan yang tadi ingin menabrak saya?"

" Siapa yang ingin menabrak kamu, malah saya yang ingin menyelamatkan kamu, kalau bukan karena mobil saya menghentikan langkah kamu, mungkin saja kamu tidak bisa berada disini sekarang!" Ucap Devan santai dengan ucapannya tapi tidak dengan Rania.

" Bapak sembarangan!bapak sengaja kan tadi itu? Tidak ada saat itu kendaraan lewat, hanya kendaraan bapak saja, jangan mentang-mentang bapak menggunakan mobil mewah seenaknya bicara seperti itu dan seenaknya juga berhenti secara mendadak didepan saya yang sedang berjalan kaki." Ucapnya tidak kalah ketusnya.

" Apa kata kamu?saya sengaja?"

" Nggak usah terkejut seperti itu pak, saya yang seharusnya terkejut karena saya salah alamat masuk kantor ini, karena pemimpinnya sangat tidak bertanggung jawab, sudah mau menabrak orang eh malah ditinggal seperti itu saja." Ucapnya sembari berdiri dan hendak meninggalkan ruangan Devan.

Namun saat dia mau berjalan ujung Roknya tertindih kaki kursi yang dia duduki saat itu dan Rania pun terjatuh terduduk, karena saat itu Rania menggunakan Rok hitam panjang dan sedikit lebar.

" Aauu...Aduh!" Ucapnya sembari menggosok-gosok kakinya yang terasa sakit, melihat Rania terjatuh Devan langsung berdiri dan mendekatinya, dia pun hendak membantu Rania agar bisa berdiri,namun Rania menolaknya dengan menepiskan tangan Deven dengan kuat dan Rania pun menarik Rok panjangnya itu dengan kencang, karena dia hendak berdiri dan kebetulan sekali sepatu Devan menginjak ujung rok tersebut dan tak diurungkan lagi saat ditarik Rania tubuh Devan tidak bisa dikendalikan olehnya sendiri dan....

" Buckh!!!" Tubuh Devan jatuh diatas tubuh Rania terjatuh dan Devan pun menciun pipi Rania yang sempat memalingkan wajahnya kesamping.

" Awww..." Ucap Rania seiring tubuh Devan jatuh ditubuhnya, dan mereka sama jatuh kelantai dengan posisi terlentang dengan tubuh Devan berada didiatas tubuh Rania.

Dengan cepat Rania menepis tubuh Devan kesamping dan Rania secepat kilat berdiri dari terjatuhnya sembari berkata...

" Interview dibatalkan!!Huh!!" Ucapnya sembari berjongkok mengambil tasnya dan berjalan keluar ruangan Devan.

Devan yang posisi masih terlentang dilantai ruangan itu pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar dan menatap langit-langit ruangannya tersebut, dia membiarkan Rania berjalan keluar ruangan itu dan meninggalkannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!