Seorang wanita keluar dari pintu kamar mandi, dia mengenakan handuk berwarna putih. Rambutnya yang panjang dan masih basah tergerai begitu saja.
Bau wangi sabun bercampur parfum menyeruak ke seluruh ruangan saat dia keluar dari kamar mandi.
Kulitnya tampak putih bersih, dia berwajah cantik berseri, hidung mancung, memiliki bibir merah alami. Tanpa menggunakan makeup up pun, wanita tersebut sudah memancarkan kecantikan yang luar biasa.
Tubuh polos yang di balut handuk itu berjalan perlahan menuju sebuah tempat tidur berukuran king dengan sprei lembut berwarna coklat tua.
Tengah santai berjalan, tiba-tiba sebuah tangan yang kekar memegang kedua lengannya. Mendorong perlahan tubuh sang wanita mendekati bed super besar itu.
Perlahan tangan kekar itu membalikkan tubuh sang wanita untuk menghadapnya.
Tampaklah wajah seorang pria tampan, hidung mancung, dengan kulit sawo matang.
Penampilan nya pun hampir sama, sang pria hanya mengenakan sebuah celana pendek, tak ada baju yang menutupi dada bidangnya.
Dengan satu hentakan, tangan sang pria berhasil menjatuhkan handuk yang dipakai oleh wanita di hadapannya.
Senyum tipis mengembang di wajah sang pria.
jadi dia primadona dari 77..
batin sang pria, dengan mata yang sudah berjalan kemana-mana, melihat sebuah pemandangan menakjubkan di hadapannya.
Tangan kekar itu perlahan mendorong tubuh polos sang wanita untuk menempati bed yang tepat berada di belakangnya.
Senyum manis mengembang di bibir keduanya, sebelum akhirnya bersatu dalam sebuah pergulatan yang cukup panas.
Sepasang tangan nakal mulai menelusuri setiap inchi tubuh polos yang berada di bawahnya. Dan mulai berhenti dan bermain di beberapa titik favorit yang di sukai nya.
Setelahnya, hanya terdengar suara hentakan demi hentakan di bed super besar itu.
Di selingi juga suara rintihan atau kadang juga teriakan dari keduanya.
Di kamar mewah sebuah hotel bintang lima keduanya berada. Dingin AC tak membuat keduanya terganggu, keringat malah semakin mengucur deras dari tubuh keduanya.
Ntah sudah sejak kapan mereka memulainya, sudah berapa posisi juga yang sudah mereka coba.
Terdengar sebuah suara dari sang pria,
"mmhh...mmmhhh..."
menandakan suatu permainan baru saja terselesaikan.
Tubuh pria itu lemas terbaring di samping sang wanita, dengan mata terpejam dan tubuh penuh keringat sang pria berkata.
"Kau sungguh luar biasa...tak rugi aku telah membayar mahal untukmu..."
Dengan secepat kilat sang pria mencium lembut pipi sang wanita yang berada di sampingnya.
Sang wanita pun hanya terkikik pelan, lalu segera menjawab.
"Kalau begitu berikan aku tips jika kau puas denganku malam ini..."
sang wanita menatap pria di sampingnya dengan senyum menggoda.
"Haha....tentu saja sayang...akan aku berikan untuk wanita berbakat sepertimu..."
jawab sang pria dengan mencubit dagu wanita yang sedang menatapnya menggoda.
Pria itu pun bangun, lalu segera memakai lagi pakaiannya, mengambil jas yang tergantung di ujung ruangan, menyahut tas kecil yang ada di sudut meja, lalu mengambil beberapa lembar uang di dalamnya.
"Ini untukmu.."
kata sang pria dengan menyodorkan lembaran uang pada sang wanita.
"Terimakasih...telfon aku jika kau membutuhkanku lagi...."
jawab sang wanita yang tentu saja menerima uang yang di sodorkan padanya.
"Tentu saja sayang..."
jawab sang pria lalu secepat kilat mencium lembut bibir ranum yang ada di depannya.
"Gunakan kamar ini sesukamu....aku telah menyewanya sampai besok pagi..."
imbuh sang pria lagi sebelum benar-benar meninggalkan kamar.
"Baiklah...terimakasih tampan..."
jawab sang wanita setengah berteriak, karna sang pria sudah menghilang dari pandangan.
"Haaahh...."
wanita itu menghela nafas panjang, lalu menghempaskan tubuhnya begitu saja di bed yang ada di sampingnya.
Wanita itu melihat lembaran uang yang ada di tangannya, lalu ia lemparkan begitu saja di meja yang berada di sampingnya.
"Rupanya dia pria yang cukup kaya...."
kata Wanita itu sambil tersenyum penuh kemenangan karna telah selesai menjalankannya tugasnya.
Ya....dia adalah Tamara, wanita penghibur yang telah melayani banyak pria.
Dia adalah wanita bebas, dia tak memiliki orangtua, saudara atau siapa pun yang akan melarangnya.
Hidupnya berjalan begitu saja sesuai dengan keinginannya.
Parasnya yang cantik juga permainan panas yang selalu dia lakukan, mampu membuatnya menjadi primadona di tempatnya bekerja.
"77" adalah sebuah rumah yang menyediakan jasa pelayanan khusus untuk pria. Disanalah Tamara bekerja, dia menjadi salah satu anak buah yang melayani pelanggan disana.
Bukan hanya Tamara yang bekerja disana, tapi masih ada puluhan wanita lainnya yang melakukan pekerjaan sama sepertinya.
5 tahun sudah Tamara menjadi pekerja di rumah 77, sebelumnya dia bekerja sebagai penjaga toko dengan penghasilan pas-pasan.
Hidupnya serba kekurangan sampai akhirnya dia memutuskan bekerja sebagai wanita malam yang mengubah 180 derajat kehidupannya.
Wajahnya yang cantik dapat memikat siapa saja untuk menyewa jasanya, hingga kini Tamara sudah memiliki rumah sendiri dari hasil jerih payahnya ini.
Kehidupannya kini pun tergolong mewah dengan segala fasilitas yang dia miliki, uang bahkan berlimpah. Kini Tamara bahkan bisa pergi ke luar negeri hanya untuk berjalan-jalan dan berfoya-foya disana.
*
Tamara menarik selimut lembut yang telah terjatuh di lantai akibat permainan panas yang baru saja di mainkan. Dia menyelimuti tubuh polosnya, lalu segera memejamkan matanya ingin terlelap karna tubuhnya yang sudah merasakan lelah.
Tapi baru saja dia hendak masuk ke dalam alam mimpinya, tiba-tiba suara ponsel berdering berasal dari tas kecil yang dia bawa.
"huuhhh...."
Tamara mendengus kesal, tapi tetap mengangkat panggilan yang masuk.
"Halo...Ara.. kau sudah menyelesaikan tugasmu dengan baik...dia sangat puas denganmu..dia mengatakan akan menyewamu lagi suatu saat nanti...kerja bagus Ara...."
Suara ibu bos yang menelpon Ara dari rumah bordil 77.
"Hmm...pasti..."
jawab Tamara kesal.
"Apa ada yang akan kau sampaikan lagi Buu...aku lelah...aku mau tidur...."
imbuh Tamara lagi.
"Apa tidur...hey tugasmu belum selesai...2 jam lagi kau harus melayani pria ...apa kau lupa..."
"Aku lelah Bu...biarkan aku istirahat malam ini...katakan padanya aku akan ada untuknya besok...."
"Hey...enak saja...aku sudah berjanji padanya...kau jangan macam-macam ya...katakan dimana kau sekarang...aku........."
Suara ocehan Bu bos terputus begitu saja, karna Tamara memutus sambungan telponnya.
"Gila apa...dia pikir aku ini robot...seenaknya saja membuat janji...kalau mau datang saja sana sendiri..."
kata Tamara cemberut sambil melempar ponselnya.
dia tak akan bisa marah padaku...karna tanpaku mungkin rumah bordil nya tak akan laku...
batin Tamara dengan tersenyum sinis.
"Aku ingin menikmati fasilitas bintang lima ini sampai besok pagi....lumayan ini gratis bukan...haha..."
kata Tamara tertawa lebar sambil menarik selimutnya lagi.
.
.
.
.
.
.
Bersambung...
Triing....triing...
suara ponsel Ara berdering kencang.
"Hooaammm...."
Ara baru saja terbangun dari mimpi indahnya karna dering nada ponsel yang terdengar keras di telinga.
"Siapa sih ganggu tidur aja..."
kata Ara sedikit tak jelas karna nyawa yang belum terkumpul sempurna.
Ara pun mengangkat panggilan itu.
"Hallo siapa..."
jawab Ara dengan sedikit melunakkan suaranya.
"Siapa-siapa..baru bangun tidur ya...ini aku Ra...Heni...gimana sih..."
yang berada di sebrang terdengar kesal.
"oohh...ada apa hen..."
Ara menjawab tanpa rasa bersalah.
"Ra..kau beneran gak mau tugas malam ini....Bu bos lagi marah-marah nih cari pengganti mu..."
"Kalau kau mau gantikan saja...aku udah capek..malam ini aku mau tidur..."
"Bu bos kasih bonus sama siapa saja yang mau gantiin kau...beneran gak mau...bos bilang dia pengusaha kaya Ra..."
"Udalah hen...aku gak mau kerja malam ini...aku gak peduli, mau bos marah atau bonus berapa pun itu...aku lagi capek....bilang aja suruh siapa pun gantiin...atau kalau mau besok aku akan datang...tapi tidak untuk malam ini..."
"Bonusnya dua kali lipat Ra..."
"Aah...udah dulu ya..."
tuut...tuut...
dan lagi-lagi Ara memutus panggilannya secara sepihak.
"Hey...Ra...dengerin aku dulu...ya ampun dasar...seenaknya saja nutup telponnya..."
kata Heni kesal sendiri sambil memandang ponselnya.
"Gimana..."
tanya bu bos pada Heni.
Teryata bu bos yang menyuruh Heni, sahabat baik dari Ara untuk menelponnya. Bu bos meminta Heni untuk membujuk Ara agar dia mau datang dan melayani pelanggan barunya malam ini.
Bu bos sangat berharap jika Ara mau untuk melayani pelanggan kayanya kali ini, dia akan puas dan akan sering menyewa jasa dari rumah 77 miliknya. Karna Bu bos tau Ara sangat mahir dan lihai jika sudah menyangkut pekerjaan yang satu ini, parasnya yang cantik juga dapat mendatangkan sebuah pesona tersendiri pada setiap pelanggannya, tak heran Ara menjadi wanita nomor satu di rumah 77 miliknya.
Tentu juga harga sewa Ara lebih tinggi dari pada wanita-wanita lainnya, Bu bos menjual Ara dengan harga 2 kali lipat dari yang lainnya. Tapi pelanggan yang setiap kali selesai dengan Ara selalu merasa puas padanya, bahkan juga selalu memberikan bonus pada Ara.
"Maaf bos...Ara gak mau...dia nutup telponnya..."
"Ya ampun ya...emang benar-benar nih anak susah banget di aturnya...kau udah tanya dimana dia sekarang...aku akan menjemputnya..."
kata Bu bos dengan penuh kekesalan
"Maaf bos...belum sempat tanya dia udah nutup gitu aja telponnya..."
"Aahh....terus siapa yang mau gantikan Ara...ini pelanggan kaya raya...dia mau wanita cantik dan hebat seperti Ara...aku gak mau kehilangan pelanggan yang satu ini....dia sumber uang buat kita..."
Bu bos sudah berbicara panjang lebar sambil berjalan mondar-mandir di kamar Heni.
"Kalau gitu aku saja Bos.."
jawab Heni sambil cengar-cengir.
"Aah...kamu gak ada apa-apanya dengan Ara..."
Bu bos berbadan gemuk itu malah meninggalkan Heni begitu saja sambil membuang muka, mengibaskan tangannya di udara menolak usulan Heni mentah-mentah.
Sementara Heni yang melihat reaksi Bu bos malah tertawa sambil menutupi mulutnya, sudah bisa menebak kalau usulannya akan di tolak begitu saja oleh bos nya. Mengingat Heni adalah wanita nomer kesekian di rumah 77 milik Bu bos.
Rasain kau Bos....bingung gak tuh di cuekin Ara kayak gini....memangnya dia pikir Ara gak capek apa...dia kan tadi baru aja ada tugas di luar...sekarang mau di suruh layanin orang lagi...jelas gak mau lah dia...
kata Heni masih dengan tawa tanpa suara.
Sementara di lain tempat, Ara masih menikmati segala fasilitas hotel bintang 5 yang sudah di sewa oleh pelanggannya malam ini.
Dia bahkan mendapat makan malam mewah disana, dengan segala menu yang super lezat.
Ara malam itu berjalan-jalan di koridor hotel, dengan menggunakan gaun simpel berwarna merah muda yang menawan, gaun selutut itu memperlihatkan dengan jelas kaki jenjangnya pada siapa saja yang melewatinya.
Tanpa sengaja Ara yang berada di lantai atas restorant hotel melihat Susi salah satu wanita pekerja juga di rumah 77.
Dulu Susi adalah primadona di rumah 77 tapi setelah adanya Ara disana dia terlupakan, sekarang dia jarang melayani pelanggan baru kecuali pelanggan lama yang memang sudah menyukai Susi sebelumnya.
Parasnya juga cantik, memiliki kulit putih, tubuhnya juga ideal, secara fisik Susi memang sempurna tapi bu bos selalu bilang bahwa pelayanan yang di berikan Ara jauh lebih memuaskan dari pada Susi.
Untuk itulah Bu bos menjadikan Ara sebagai primadona disana, sekaligus wanita dengan sewa paling mahal disana. Akibatnya Susi dan Ara mempunyai hubungan yang kurang baik, itu karna Susi yang tidak terima karna posisinya sebagai primadona di rumah 77 harus tergeser karna hadirnya Ara, yang tentu mempengaruhi pendapatan Susi yang tinggi selama ini.
"Susi... kenapa dia ada disini..."
kata Ara lirih sambil menatap Susi penuh penasaran.
Ara pun terdiam cukup lama disana, dia menatap segala tingkah Susi dari lantai atas. Tak lama setelahnya Susi di hampiri oleh 2 orang pria berbaju sama, yang mempersilahkan Susi untuk mengikuti mereka.
Dari situ Ara baru faham bahwa Susi lah yang sedang menggantikan posisi Ara sekarang.
"Oh jadi dia yang gantiin aku....rupanya pelanggan baru itu orang yang kaya raya...dia sampai punya bodyguard segala...aah...siapapun dia aku tak peduli...yang penting sekarang aku mau menikmati segala fasilitas hotel ini..."
kata Ara sambil tersenyum memandang ke lain arah dan mulai berjalan lagi, dia melirik lagi tas kecil yang tergantung di bahunya, disana terdapat 1 voucher tanpa limit pemberian sang pelanggan yang bisa Ara pakai untuk membeli dan menikmati apapun di hotel tersebut, tentu Ara tak mau kehilangan voucher langka itu begitu saja.
Malam itu pun Ara gunakan untuk bersenang-senang, memakan dan membeli apapun yang dia inginkan.
Pagi pun tiba, menjelang siang setelah selesai melakukan sarapan super mewah di hotel tersebut Ara kembali ke rumah 77, dia hendak memberikan sebuah gaun baru untuk sahabatnya Heni yang telah di belinya semalam.
"Ya ampun Ra...ketok pintu dulu kenapa kalau masuk kamar...kayak hantu aja tiba-tiba disini kaget tau'..."
kata Heni kesal yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Hehe...maaf aku baru saja masuk...ini...aku cuma mau kasih kamu ini..."
"Apa ini Ra..."
jawab Heni antusias dengan paperbag yang dibawa Ara.
"Yee...giliran di kasih aja ..cengar-cengir..."
ledek Ara yang melihat wajah antusias Heni.
"Hehe...apa ini Ra...waah gaun...bagus banget..."
"Ya...itu khusus buat kau...."
"Eeh...eeh...aku ada berita heboh nihh...untung kau tak mau melayani pelanggan tadi malam...dan kau tau siapa yang menggantikan posisimu..."
kata Heni mencecar tanpa jeda yang langsung di potong oleh Ara.
"Susi kan..."
"Loh kok tau..."
"Aku ketemu dia kemarin di hotel tempatku menginap..."
"Wahh...memang ya nasib beruntung slalu memihak padamu Ra...Heni sekarang di rawat di rumah sakit tau'..."
"Loh kenapa emangnya..."
kini giliran Ara yang berwajah penasaran.
"Anak-anak bilang semalam Susi pulang dengan keadaan yang mengkhawatirkan dan Bu bos langsung membawanya ke rumah sakit Ra....sepertinya pelanggan baru ini adalah tipe pria gila..."
jawab Heni dengan memicingkan kedua matanya.
.
.
.
.
.
Bersambung...
"Maksudmu tipe pria gila gimana..."
Ara malah menyilangkan kedua kakinya naik ke ranjang Heni, semakin penasaran dengan keadaan Susi.
"Ya mungkin aja Susi di siksa atau gimana gitu...anak-anak bilang sih ada beberapa luka lebam di tubuhnya...aku gak tau pasti sih..dan aku juga penasaran gimana keadaannya sekarang .."
"Trus bos kemana...nungguin Susi di rumah sakit..."
"Mungkin...soalnya dari tadi pagi aku belum ketemu sama bos..."
"Ya udah cepet ganti baju sana..."
Ara sudah beranjak dari ranjang berjalan menuju pintu.
"Loh mau kemana Ra...?"
Heni hanya memandang Ara dengan tatapan bingung.
"Ya ayo kita lihat keadaan Susi..katanya penasaran...aku juga tau'..."
jawab Ara mendengus kesal.
"Kau mau lihat juga...ini Susi loh Ra...dia kan gak suka sama kau..pasti dia malah ngajak berantem yang iya..."
"Halah Udalah...ayo...kalo ngajak berantem nanti sekalian aku buat dia makin babak belur...udah cepet ganti baju aku tunggu di luar..."
jawab Ara sudah berjalan meninggalkan kamar Heni.
"Ya ampun nih anak...emang ya gak pernah takut sama siapa-siapa...heran deh...siapa sih ibunya ..Demit kali ya"
kata Heni lirih sambil beranjak mencari setelan bajunya.
Singkat cerita keduanya pun sampai di ruangan rawat inap susi dan benar saja Bu bos ada di sana menemani Susi.
"Bosss..."
sapa Ara sambil bergelayut manja di bahu bos nya yang berbadan gemuk itu.
"Hehe bos...selamat siang..."
sapa Heni pada sang bos dengan senyum yang di buat-buat.
Lalu sedetik kemudian Heni yang melihat Susi tengah berbaring dengan keadaan lebam disana-sini pun berkata lagi.
"Ya ampun Susi...kok jadi gitu..."
kata Heni lirih tapi masih bisa di dengar oleh semua yang ada di sana.
"Eeh Ara kau sudah pulang..."
kata Bu bos tanpa memperdulikan Heni yang juga menyapanya.
"Ya ampun...Susi kenapa bos...kok sampek kayak gini...di apain sih dia..."
kata Ara menatap Susi iba,tapi sengaja membuat suaranya nyaring di telinga Susi
Susi yang mendengar suara Ara yang sedikit berteriak, segera membuka matanya perlahan.
"Ngapain kau disini..."
kata Susi menatap Ara kesal.
"Sengaja ya mau tertawain aku..."
imbuh Susi lagi.
"Ya ampun Sus...aku itu mau jenguk kau...melihat keadaan kau...di jenguk kok malah gitu sih...iya kan Hen..."
kata Ara beranjak mendekati Susi, sambil melirik Heni.
"Iya Sus...kita cuma mau pastiin kau baik-baik saja...itu Ara juga bawain kau buah-buahan tuh biar kau cepet sembuh .."
kata Heni menunjuk parcel buah yang ada di meja di dekat Susi berbaring.
"Alasan...bilang aja mau tertawain aku kan..."
kata Susi dengan wajah yang sinis.
"Duh..udaah-udah kalian berdua ini ya...selalu aja berantem kalau ketemu....Ara cuma mau jenguk kau Sus...tuh dia juga bawain kau camilan...seharusnya kau berterimakasih sama Ara...jangan malah kayak gitu..."
kata Bu bos yang malah menyalahkan Susi.
"Sudah-sudah.. Ara dan Heni aku ingin bicara sama kalian...ayo..."
imbuh Bu bos lagi sudah berjalan keluar ruangan.
"Oke bos...hmmm Susi cepet sembuh ya ..di makan loh buahnya...aku belinya mahal loh itu...dapat tips semalem..bukan apa-apa sih...harganya juga gak ada 1% nya dari tips aku...hihihi..."
kata Ara sambil tertawa mengejek pada Susi, yang hanya di balas tatapan tajam dari Susi.
Sementara Heni yang tak mau keduanya semakin panas, berusaha menyeret Ara keluar dari ruangan untuk menemui Bu bos.
Di luar ruangan ketiganya duduk di bangku tunggu, lalu Bu bos segera membuka percakapan.
"Kita gak bisa menuntut pelanggan gila itu..."
"Loh..keadaan Susi itu sudah lumayan parah loh bos...sampe babak belur gitu...sudah masuk kekerasan itu..."
kata Heni menatap bos serius.
"Iya aku juga tau...tapi kita mau mengadukan apa dan ke siapa...sementara rumah kita itu pun ilegal di mata pemerintah...bukan malah di bela...kita malah kena denda yang iya...apalagi pelanggan itu adalah orang kaya raya hen...dia bahkan semalam memberikan tips lebih untuk Susi..."
kata Bu bos sambil memijat kepalanya yang sudah terasa pening karna melihat salah satu wanita andalannya di rawat di rumah sakit.
"Ya itu bukan tips bos...itu untuk biaya pengobatan Susi...butuh waktu lama loh buat sembuh...apa lagi itu mukanya Sampek babak belur gitu...memangnya di apain sih si Susi..."
jawab Ara sambil melihat bosnya penasaran dengan apa yang terjadi pada Susi.
"Susi bilang...pelanggan itu mempunyai fantasi yang berbeda...dia akan lebih puas jika bermain sambil melihat lawan mainnya kesakitan...kan gak masuk akal...akibatnya ya itu Susi sampai di buat babak belur gitu...namanya Jodi...dia salah satu pengusaha terbesar di negara ini...dan sekarang aku makin di buat pusing...siapa lagi yang akan menjadi korban Minggu depan kalau cara mainnya aja kayak gitu..."
kata Bu bos masih memijat kepalanya perlahan.
"Hii...ngeri juga ya...kasian si Susi..."
kata Heni sambil mengernyitkan dahinya merinding dengan apa yang menimpa Susi.
"Minggu depan bos...memangnya dia mau pesan wanita lagi..."
tanya Ara yang lebih fokus pada kalimat terakhir sang bos.
"Iya Ra...Minggu depan si Jodi itu memesan satu wanita lagi dari kita....siapa yang mau datang kalau semua aja udah pada tau keadaan Susi waktu pulang kemarin kayak gimana...pasti gak ada yang berani ambil tugas ini...si Jodi itu juga pasti gak akan tinggal diam kalau Sampek aku gak ngirim wanita kesana...bisa-bisa rumah 77 ku hancur karna dia..."
kata Bu bos lagi panjang lebar.
"Aku bos...aku yang akan datang..."
kata Ara sambil tersenyum lebar.
"Apa kau gila ya...kau gak lihat keadaan Susi gimana..."
jawab Heni secepat kilat mendengar perkataan Ara.
"Gak Ra..kau gak boleh datang ke Jodi itu...aku gak mau pelanggan lain nanti kecewa jika wajah cantikmu itu sampai di rusak oleh Jodi-jodi sialan itu...banyak tugas lain menantimu...aku saja bersyukur bukan kau yang datang kemarin...setidaknya aku masih punya wanita andalan sepertimu Ra..."
jawab bu bos memandang Ara penuh kasih.
"Lalu siapa lagi bos yang akan datang...Heni..."
jawab Ara menunjuk Heni sembarangan.
Bu bos memandang Heni sekilas yang langsung di balas gelengan kepala Heni berulang-ulang.
"Tuh kan dia gak mau bos...gak akan terjadi apa-apa kok...tenang aja bos...aman...aku aja yang bertugas ya..."
kata Ara menyakinkan sambil mengedipkan matanya nakal.
Dengan segala bujukan Ara, akhirnya bos mengiyakan permintaan Ara untuk bertugas di Minggu depan bersama pelanggan gila yang sudah membuat Susi babak belur.
Memang ya nih anak..gak ada takut-takutnya...aku aja ngeri lihat keadaan Susi...semoga kau bernasib beruntung Ra....
batin Heni ngeri melihat ke arah Ara yang malah cengar-cengir karna telah di setujui oleh sang bos.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!