Assalamualaikum…….
Wahai emak - emak, empok- empok, nenek – nenek, onty - onty, teteh – teteh, kakak – kakak, mbak – mbak, adik – adik semuanyahhhh yang keceh badai…… Apa kabar ???? Baik – baik ajah dong pastinya…..
Othor mau ucapin “ Welcome back “ di lapak othor yang tulisannya bahkan ceritanya masih nanggung…. Masih tahap belajar …. Tahap penyesuaian…. Tapi othor berharap, tulisan othor kali ini Kembali bisa menghibur semuanyahhh….
Syukur – syukur bisa bikin kelean ketawa ketiwi….
So…. Stay tune di sini dan jangan kemana – mana karena othor akan mulai berkisah ….. I Lop Yu Pulllll Epribadehhhh…..
___________________________________________
“ KICK “ teriak seseorang dari tengah lapangan sepakbola. Suara riuh terdengar membahana. Teriakan – teriakan histeria begitu kental terdengar dari setiap sudut lapangan.
Mentari sore yang biasanya di kenal dengan nama Senja, tak menyurutkan semangat kesebelasan Desa Bojong Burut dan kesebelasan dari Desa sebelah, yaitu desa Bojong Soang.
Dug
Salah satu pemain menerima umpan bola dengan kepalanya, lalu mengodek bola menuju ke depan, hingga berjarak beberapa meter dari gawang yang sudah di jaga dengan super ketat oleh penjaga gawang.
Srettt
Dug
Dan bobollah gawang lawan. Kesebelasan desa Bojong Burut berhasil memasukkan bola ke gawang lawan dan mencetak gol. Skor sementara 1 – 1.
Plok … Plok ….. Suara tepuk tangan dari para supporter Bojong Burut saling bersaut menandakan mereka senang dengan keberhasilan seorang striker dari tim mereka.
“ ANGGOROOOOOOOO….. “ teriak salah seorang laki-laki yang sedang berlari menuju ke arah striker yang telah berhasil mencetak gol tadi.
Seseorang yang di panggil Anggoro tadi menunjuk dan mendorong kening si pemanggil dengan jari telunjuknya saat orang itu hendak memeluknya.
“ Bukan muhrim. Loe di larang keras buat meluk – meluk gue. Entar emak gue nyuruh gue mandi tobat malem – malem. Sama di kasih kembang tujuh rupa. “ sengak orang yang di panggil Anggoro tadi.
“ Mana ada mandi taubat pake’ kembang tujuh rupa. Emang mau ngusir sye_tan? “ jawab temannya tadi.
“ Emang. Kan elo sye_tannya. Kalau sampai loe meluk gue. “ sahut si Anggoro.
“ Bo_do amat! “ laki-laki itu tetap saja memeluk temannya yang berhasil mencetak gol tadi.
“ Loe emang penyelamat kita, Nggor… “ ucapnya kemudian.
“ Isss… Lepasin Put. “ si Anggoro mendorong tubuh jangkung sahabatnya yang Bernama Putra itu.
“ Loe amnesia lagi? Nama gue ANDHARA pe’a!! Loe kira gue kucingnya si Mumun? “ protes orang yang tadi di panggil Anggoro oleh temannya dan ternyata Namanya adalah Andhara.
“ Kucingnya si Mumun mah Anggora. “ sahabatnya yang lain menimpali sambal menoyor kening Andhara.
“ Penampilan loe kalau lagi kayak gini tuh pantesnya di panggil Anggoro. Nah, kalau pagi nih, mulai hari Senin sampai Sabtu, baru deh loe pantes pakai nama loe yang Andhara. “
“ Oyyy. Jadi lanjut maen nggak nih? Apa mau arisan aja? “ teriak seorang laki – laki dari kesebelasan lawan.
“ Eh, gue belum ngalahin loe ya. “ sengak Andhara sambil menunjuk laki -laki tadi dengan jari telunjuk kanannya.
“ Ra, mending loe pulang aja deh. Bantuin emak loe nyuci baju sama masak. Loe nggak pantes di lapangan. “ seru yang lain lagi.
“ Nggak usah loe suruh kalau itu mah. Entar. Kalau gue udah bobol gawang kalian lagi dan desa Bojong Burut bawa piala pulang, gue bakalan bantuin emak nyuci baju, nyuci celana, nyuci piring, nyuci gelas. Bahkan mulut loe juga bakalan gue cuci biar bersih mengkilap. Kalau perlu gue gosok tuh pake’ gerenjeng. Biar halus mulus. Nggak bergelombang. Apalagi keriting tuh bibir. “ ejek Andhara.
Ha… Ha … Ha …. Terdengar gelak tawa dari tim kesebelasan desa Bojong Burut mendengar ucapan Andhara.
“ Nggak usah banyak ba_co* deh loe. Mending loe siap – siapin tuh mental buat menerima kekalahan ! “ jawab kapten tim Desa Bojong Soang sambil berlalu meninggalkan Andhara dan teman-temannya dengan tangan terkepal.
Andhara Nurmalia, anak gadis dari emak Komsah, yang gadis di dalam, tapi laki di luar. Itulah sebutan yang sering teman-teman bahkan orang – orang desa Bojong Burut sematkan buat seorang Andhara. Pakai rok hanya jika ke sekolah. Selebihnya, celana jeans belel panjang, maupun pendek selutut dan kaos kebesaran selalu menjadi fashion stylenya.
“ Lagi ada pertandingan sepakbola ya pak? Kok ramai ? “ tanya seorang laki – laki saat mobil yang ia tumpangi melintas di dekat lapangan sepakbola.
“ Iya, pak. Lagi ada tanding. Desa Bojong Burut sama Bojong Soang. “ jawab seseorang yang di tanya.
“ Kayaknya ramai banget pak. “
“ Iya. Desa kami memang musuh bebuyutannya desa Bojong Soang. Hampir di setiap pertandingan, kemenangan yang di raih sangat tipis. Bahkan seringnya, mereka harus adu pinalti karena skor mereka sama. “
“ Kalau pertandingan kali ini, dalam rangka apa pak ? “
“ Oh… Ini pertandingan memperebutkan juara 1 piala Bupati pak. Dalam rangka memperingati tujuh belasan. “
“ Oooo…. “ jawab laki - laki itu sambil manggut – manggut. “ Berhenti sebentar deh pak. “
“ Iya? “ beo pak RW yang sedang mengendalikan kemudi.
“ Saya kok pengen lihat. “
“ Oh, pak dokter suka sama sepakbola juga? “ Tanya pak RW.
Laki – laki itu mengangguk. “ Cuma suka nonton aja sih pak di televisi. Belum pernah lihat live kayak gini. “
“ Okelah pak dokter. Saya menepi dulu. “ lalu pak Rw menepikan mobilnya ke pinggir. Setelah itu, laki – laki yang di panggil pak dokter itupun turun dari dalam mobil dan ikut merapat ke pinggir lapangan bersama suporter untuk melihat secara live pertandingan sepakbola yang mungkin jauh dari kata bak liga Eropa.
Pak dokter nampak menikmati pertandingan itu. Sesekali ia ikut mengepalkan tangannya saat tim yang ia jago kehilangan bola. Laki -laki itu bahkan tidak tahu mana tim desa Bojong Burut tempatnya mengabdikan diri selama satu tahun ke depan dan mana tim lawan. Ia hanya mengikuti nalurinya untuk menjagokan tim berkaos merah dan bercelana putih. Sesekali ia juga tersenyum, tertawa bahkan ikut berteriak.
Pak RW melirik ke sebelah, lalu mengulum senyumnya. Ia tidak pernah menyangka jika orang sekeren dokter itu yang bahkan mungkin baru kali ini menginjakkan kakinya di perkampungan tengah asyik menikmati pertandingan receh anak – anak muda di kampung itu.
“ Pak, pemain yang bernomor punggung 10 itu keren sekali mainya. “ ucap pak dokter tanpa mengalihkan pandangannya dari lapangan.
Pak RW ikut fokus ke lapangan. “ Yang memakai kaos merah, apa biru, pak dokter ? “
“ Yang merah lah pak. Saya menjago tim berkaos merah. “ jawab dokter itu tanpa menoleh.
Pak RW tersenyum. “ Kalau anak itu jangan di tanya pak. Dia memang jagonya di tim desa Bojong Burut. Dia striker andalan kami. Dia bintang di antara para bintang. Lapangan akan terasa sepi kalau dia lagi mangkir pak. “ jawab pak RW sambil tersenyum bangga.
“ jadi, saya tidak salah pilih jago ya pak ? “ tanya pak dokter menoleh sesaat.
Pak RW mengangguk sambil tersenyum.
“ Loh, dokter Julio? Kok- “ sapa seorang laki – laki menghampiri mereka.
“ Pak Kades. “ sapa pak RW sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.
Dokter yang ternyata bernama Julio Enggar Prasetya itu menoleh ke belakang. Lalu ia tersenyum dan menjabat tangan pak kades.
“ Selamat sore, pak kades. “ sapanya.
“ Dokter kenapa tidak langsung ke rumah dinas ? Apa tidak capek setelah perjalanan jauh? “ tanya pak kades.
“ Oh, ini pak. Saya kepengen lihat secara live pertandingan sepakbola. Ternyata lebih asyik nonton live daripada hanya lewat televisi. “ ujar dokter Julio.
“ Memang, dok. Tapi masih lebih keren nonton Man_chester Uni_ted di TV daripada nonton warga saya yang hanya bermain memperebutkan bola. “ canda pak kades.
“ Mereka keren kok pak mainnya. Apalagi yang bernomor punggung 10 itu. “ ucap dokter Julio, lalu ia menaikkan kedua jempol tangannya memberikan tanda hebat untuk jagoannya. Dan tiba – tiba ….
GOOOOLLLLLLL
Huwrrrrrr….. Plok ….. Plok ….. Suara riuh uforia dan tepuk tangan kembali membahana. Dokter Julio membalikkan tubuhnya untuk melihat apa yang terjadi. Pak kades juga ikut mendusel di antara para penonton untuk melihat siapa yang mencetak gol.
Dokter Julio ikut bersorak dan mengangkat tangannya tinggi – tinggi saat melihat pemain jagoannya mencetak gol. Ia melihat pemain bernomor punggung 10 itu sedang berlari berkeliling lapangan sambil melakukan cium jauh yang ia arahkan ke suporternya. Lalu pemain itu di angkat tinggi – tinggi oleh teman - teman satu timnya.
Dokter Julio sedikit kecewa karena ia tidak bisa melihat momen pemain itu saat mencetak gol karena pak kades yang mengajaknya berbicara. Tapi ia senang karena jagoannya mencetak gol kembali. Dan sekarang skor mereka menjadi 2 – 1. Nampak tim kesebelasan lawan kesal.
Tak lama, pertandingan di mulai kembali. Pertandingan yang sudah tidak se- slow yang tadi. Tim kesebalasan Bojong Soang nampak grusak – grusuk dalam bermain. Skor yang menandakan mereka berada di bawah tim Bojong Burut sang musuh bebuyutan, membuat tim Bojong Soang bermain kasar di detik - detik terakhir.
Srak
Duk
“ Aaaaaa….. “ terdengar pekikan kesakitan dari tengah lapangan. Suasana yang tadi riuh, kini menjadi lengang. Semua mata menatap ke arah lapangan dengan pandangan mata tajam. Sang idola, sang maskot, terkapar di tengah lapangan sambil memegangi kakinya kesakitan.
“ ANGGOROOOOOO ….. “ teriak teman- teman satu tim Andhara.
Yah, Andhara yang menjadi target sasaran kekesalan tim lawan, sengaja di tendang kakinya oleh salah satu tim lawan dan membuat tulang kakinya terasa nyeri. Ia sampai bergelung di tanah sambil memegangi kakinya.
bersambung
Priiitttttt
Priiiitttt
Peluit panjang di bunyikan oleh wasit yang menandakan waktu telah usai untuk bertanding. Skor 2 – 1 menandakan jika desa Bojong Burut memenangkan pertandingan. Tanpa harus ada perpanjangan waktu atau adu pinalti.
“ Anggoro, kaki loe patah ? “ pertanyaan absurb keluar dari mulut tak berfaedah Putra.
Pluk. Sebuah sepatu mendarat indah di punggung Putra.
“ Waddtauwww…. “ pekik Putra kesakitan sambil mengusap punggungnya sekenanya. “ Njirrr ! Sakit bege !! Kenapa loe pukul punggung gue pakai sepatu kuda loe Son! “ sarkasnya.
“ Sapa suruh loe kasih pertanyaan yang unfaedah kayak itu. Kaki si Anggoro itu bukan patah, bege. Kaki dia Cuma retak. “ jawab Soni.
“ Ha … Ha …. Ha …. “ Putra dan Soni malah tertawa bersama – sama. Sungguh teman dan sahabat lucnut. Temannya kesakitan, bukannya di tolingin malah di ketawain.
“ Dasar kalian sahabat nggak ada akhlak. Awas ya loe pada. Bukannya nolong-in. “ ujar Andhara sambil mendesis kesakitan.
“ Oyyy, ayo kita angkatin lah tubuh Andhara. Kita bawa ke puskesmas. “ seru kapten tim kesebelasan Bojong Burut.
Sayang, Julio sudah tidak ada di sana. Ia sudah meninggalkan pinggir lapangan dengan pak RW sesaat setelah Andhara mencetak gol kembali. Waktu yang sudah hampir petang, membuat Julio harus segera ke rumah dinas. Karena ini adalah hari pertamanya datang ke desa ini.
“ Ro.. Kalau kita angkatin tubuh loe, kira – kira emak loe marah nggak sama kita? Kan gue bukan muhrim loe. “ tanya Putra.
“ Iya nih. Takutnya entar loe di suruh mandi kembang tengah malam. “ tambah si Soni.
“ Noh yang sukanya mandi kembang tengah malam tuh bang Caca Han_dika. “ jawab Andhara kesal sambil meringis kesakitan.
“ Buru… bantuin gue !! “ teriak Andhara.
“ Iya – iya ah. Sabar ! “ sahut Soni.
“ Ro, loe maunya gue gendong ala bridal style, atau mau ala koala, atau mau ala Osh_in? “ tanya Soni sambil mengambil ancang – ancang untung menggendong Andhara.
“ AH !! Kelamaan loe Son. Panggilin helikopter noh sekalian. “ pekik Andhara kesal.
“ Ya… gue kan mau nanya dulu Ro. Kali aja loe pengen gue gendong ala pengantin baru gitu biar romantis. “ jawab Soni.
“ Kalau Andhara maunya di gendong ala penganten baru, biar gue aja yang gendong. Biar asoyyy… “ sahut sang kapten tim yang bernama Birawa itu.
Sebuah tonyoran Putra hadiahkan buat Birawa. “ Mau nyelem sekalian ngelek kuda laut loe ! “ sarkasnya.
“ Udah deh Son. Buruan loe gendong tuh si Anggoro. Kesian dia kesakitan gitu. “ ujar Putra.
“ Kenapa nggak loe aja yang gendong Anggoro, Put ? Gue takut sama emaknya. Kalau sampai emaknya tahu gue gendong anak perawannya, bisa di sunat lagi pakai linggis gue. “ jawab Soni sambil bergidik.
“ E lah. Badan loe kan lebih berisi daripada badan gue, Son. Gue bantuin jawab deh entar kalau emaknya keluar peliharaannya. “ jawab Putra.
“ hah. “ Soni mendesah, lalu mau tidak mau, ia berjongkok di depan Andhara menyodorkan punggungnya. “ Gue gendong Osh_in aja ya Ro. Kalau gue gendong depan, takutnya tangan gue nggak kuat nahan beratnya beban hidup loe, dan loe-nya malah jatuh. Kan udah sakit, jadi makin berdarah- darah Ro. “ ucapnya.
“ Kelamaan loe ah. Kebanyakan nonton drama di saluran ikan terbang. “ protes Putra.
“ My hunny… bunnyyy…. Sweetyyyy…. “ seorang gadis memekik dengan sangat kencang sambil berlari mendekati Andhara.
“ Busyet deh loe, Lo. Lari loe kenceng banget. “ protes temannya sambil ngos-ngosan.
Puk
Tas selempang Lila mendarat mulus di bahu Eka, sahabatnya. “ Nama gue Lila, amsyong! Lila, pake A, bukan O. Gue cewek tulen. Nggak kayak loe berdua. “ protesnya sambil menunjuk ke arah Eka dan Andhara.
Yah, mereka adalah para sahabat Andhara, yang selalu bersama di saat senang, maupun susah. Apalagi saat ada undangan makan gratus. Maka geng mereka akan berada di jajaran paling depan.
“ Ekooooo….. And loe my lovelyyyy…. Kaki gue atit nih. “ rengek Andhara manja. Jika sudah bersama Lila dan Eka, maka sifat manja Andhara akan keluar.
“ Uluh – uluh kesiyan my hunny bunny gue… “ sahut Lila sambil memeluk Andhara.
“ jagoan gue kanapa bisa sakit begini. Baru gue tinggalin bentar buat jemput si Lilo, loe udah babak belur gini. Dan loe berdua- “ tunjuk Eka ke Soni dan Putra. “ Kenapa kalian bisa sampai kecolongan kayak gini. Kenapa si bontot kesayangan kita bisa sampai terluka gini? Kalian berdua nggak jagain dia ya ? “ tanya Eka berapi – api. Eka memang seorang perempuan. Tapi sikap tegasnya dan rasa melindunginya, membuat keempat sahabatnya terkadang agak takut sama dia.
“ Eh, buruan ayo bantuin my hunny bunny. Kita bawa ke tukang urut. “ ajak Lila.
“ Nggak ! Gue nggak mau ke tukang urut. Gue nggak mau ke mak e_rot. Mending gue jalan pakai tongkat aja daripada kalian bawa gue ke mak e_rot. “ protes Andhara yang sangat ketakutan. Karena ia pernah di bawa oleh emaknya ke mak e_rot, dan alhasil ia tidak bisa berjalan selama seminggu karena rasa sakit setelah di pijat.
“ Kita bawa aja ke puskesmas. “ ujar Eka.
“ Ngapain ke puskesmas? Percuma juga kita kesana. Kan di sana nggak ada tenaga medisnya. “ sahut Putra.
“ Gue denger dari bokap, kalau hari ini, kampung kita kedatangan seorang dokter dari kota. Dan kelihatannya dia juga udah sampai. Tadi gue lewat depan rumah dinas, lampunya nyala.
“ ya udah sih. Kalau gitu, kita bawa Andhara ke rumah dinasnya aja langsung. “ usul Lila.
“ Ya udah. Kemon, let’ s to the go. “ jawab Soni. “ Buru Ro, naik ke punggung gue. “ lanjutnya.
“ Bantuin gue napa ? “ ujar Andhara sambil mengarahkan tangannya ke atas meminta bantuan. “ Awww…. SSShhhh… “ desis Andhara.
Putra membantu Andhara naik ke atas punggung Soni.
“ Lumayan berat juga loe Ro. Ini badan loe, atau beban hidup loe yang berat ? “ ujar Sono dengan suara mengerat dan sambil berdiri dari jongkoknya dengan Andhara yang sudah dalam gendongannya.
“ Bukan beban hidup gue yang berat. Tapi utang – utang loe tuh yang bikin berat. “ jawab Andhara tak kalah sarkas.
Soni mulai berjalan dengan sedikit tergesa supaya mereka bisa cepat sampai ke rumah dinas dokter.
“ Ro, punggung gue kenapa terasa loe lubangin di dua tempat ya. “ canda Soni.
“ Maksud loe ? “
“ Gue kira dada loe rata, Ro. Ternyata lumayan ke_nyal juga. Berasa banget di punggung gue, dada loe lumayan berisi. “ jawab Soni.
“ Apaan sih. “ sontak Andhara menjauhkan tubuh bagian atasnya dari punggung Soni.
“ Ha… ha … ha …. “ Soni tergelak karena sikap Andhara. Ia yakin, wajah Andhara pasti sudah memerah saat ini.
“ Aww… Aww… Aww… “ pekik Soni saat telinganya di jewer oleh Andhara. “ Awas loe bisa jatuh, Ra. “ lanjutnya.
“ Awas, loe ngomong macem – macem lagi. Gue cekik loe !. “ ancam Andhara.
bersambung
Para sohib reader othor yang keceh badai... Insyaallah, othor bakalan update satu episode tiap hari di sore hari ya.... Kecuali ada halangan yang membuat othor nggak bisa nulis next episode nya...
“ Assalamualaikum….. “ sapa Lila and the gank, dengan Soni yang masih membawa Andhara dalam gendongannya.
“ Permisi …. “ sapanya Kembali karena masih belum ada jawaban dari tuan rumah.
“ Coba loe ketuk pintunya. “ usul Soni. “ Bahu gue gempor nih. Ternyata nih si bontot lumayan berat juga. Padahal gue lihat dia Cuma tulang sama kulit. “ keluh Soni.
“ Enak aja loe asal nya_blak. “ protes Andhara sambil mengusap kasar wajah Soni.
“ Kaki gue makin sakit aja nih guyss… “ ringis Andhara.
Tok … Tok …. Tok …. Suara pintu di ketuk dengan lumayan keras.
“ Spada…. Anybody home??? “ teriak Lila.
“ Assalamualaikum… Permisi … Selamat sore … Punteenn …. Spada…. Any body sweety homee…. Halo …. “ teriak Lila dengan suara manisnya sambil menaruh kedua telapak tangannya di depan mulut mirip teropong suara.
Masih belum ada jawaban dari dalam. Tok … Tok … Tok …. Pintu kembali di ketuk dengan lebih intens dan lebih kencang. Siapa lagi pelakunya jika bukan si Eka alias Eko. Sedangkan si Putra malah asyik menghisap rokoknya sambil menyender di dinding.
“ Ooyyy…. Ada orang di rumah nggak sih ini ???!!!! “ teriak Lila yang kini sudah menunjukkan sisi ke bar-barannya. Sudah tidak semanis tadi. “ Temen gue kesakitan nih. “ lanjutnya.
Dor …. Dor … Dor … Ia memukul daun pintu di depannya dengan sangat keras. “ Gue dobrak juga nih pintu. Terus gue telanjangin tuh dokter baru. Baru jadi dokter aja udah kebanyakan gaya. “ omel Lila tiada henti.
“ Loe minggir. Biar gue yang dobrak pintunya. Terus kita mutila_si aja tuh dokternya bareng – bareng. “ sahut Eka sambil menyingkirkan tubuh Lila dari depan pintu.
“ Gue nggak ikutan. “ sahut Putra. “ Kalian pada sadisss bener. “ lanjutnya sambil mengepulkan asap rokoknya ke atas.
“ Sabar, Ko. “ ucap Soni.
Eka, adalah sahabat Andhara. Ia adalah anak dari seorang anggota militer. Jadi, ia menuruni sikap tegas dan juga galak sang ayah. Biarpun perempuan, tapi jika sudah dalam keadaan emosi, maka ia bisa menghancurkan seluruh isi desa. Termasuk lubang semut dan kalajengking sekalian. Widdih, serem bener ya…
Dok … Dok ….
Ceklek
Baru saja daun pintu itu di gedok Lila kembali, pintu itu terbuka dari dalam hingga membuat tangan Lila yang akan menggedor pintu itu kembali melayang bebas di udara. Untung saja sang penghuni rumah gesit memundurkan badannya ke belakang. Jika tidak, sudah di pastikan, mukanya akan memar kena bogeman kepalan tangan Lila.
“ Ada yang bisa saya bantu ? “ tanya Julio setelah ia mengamati beberapa anak remaja yang sedang berdiri di depannya ini.
Bukannya menjawab, Lila, bahkan Eka malah melongo cengo sambil menatap wajah ganteng nan putih laki-laki yang berdiri di ambang pintu. Soni dan Putra menggelengkan kepala mereka setelah melihat ekspresi wajah kedua sahabatnya itu. Sedangkan Andhara, masih menunduk sambil menahan rasa sakit di kakinya.
“ Kita mau ketemu dokter baru yang baru datang dari kota tadi, om. “ ucap Soni buru – buru.
Julio mengernyitkan matanya, “ Saya dokter baru itu. “ jawabnya.
“ Oh… “ tanpa berkata apa – apa, ia langsung membawa Andhara masuk ke dalam rumah. Bahkan ia sedikit menyenggol tubuh Julio agar dokter muda itu tidak menghalangi jalannya.
Julio mengangkat sebelah alisnya, menatap anak remaja itu satu persatu. Lalu tatapannya jatuh pada seseorang yang berada di atas punggung temannya itu. Ia memperhatikan dengan seksama pakaian yang di kenakannya. Lalu melihat pakaian yang di kenakan dua orang anak laki – laki lain yang ada di sana.
‘ Seperti seragam tim sepakbola desa ini tadi. ‘ batin Julio. Lalu matanya melihat nomer punggung yang di kenakan oleh seseorang yang berada dalam gendongan temannya itu.
‘ Nomer 10 ? Anak yang mencetak gol tadi ? ‘ tanyanya dalam hati. ‘ Kenapa dia sampai di gendong begini ? ‘ tanyanya kembali.
“ Pak Dokter, ini teman saya, saya taruh di mana ini ? Sumpah ya dok… Badan saya udah capek banget bantuin teman saya ini bawa beban hidupnya sedari tadi. “ keluh Soni yang langsung di hadiahi toyoran oleh Andhara. Sedangkan keempat sahabatnya yang lain malah tertawa terbahak – bahak. Membuat Julio menggelengkan kepalanya.
“ Taruh aja di sofa situ. “ jawab Julio. “ Kenapa dia ? “ tanyanya sambil berjalan ke belakang untuk mengambil perlengkapan medisnya.
“ Taruh… Taruh … Emangnya gue paketan apa. “ gerutu Andhara.
“ Ha … Ha … Ha … “ keempat anggota gank yang menamai mereka gank Kesatria Power Rangers ini tertawa mendengar gerutuan Andhara.
“ Bukan paketan, Ro. Tapi jemuran. “ seloroh Eka.
Bug
“ Oy… Sakit pe’a. Loe pikir gue beras sekarung, Son. Main lempar aja. Pan_tat gue sakit, njirr. “ omel Andhara karena Soni menurunkannya dengan lumayan asal.
“ Sorry, Ro. Sumpah gue capek banget. Dosa idup loe gue akuin benar – benar besar, Ra. Mangkanya loe berat banget. “ keluh Soni sambil menyeka dahinya seolah ia sedang berkeringat.
“ Ini kenap- “ pertanyaan Julio terhenti saat ia mendongakkan kepalanya dan melihat sosok perempuan manis duduk di atas sofa dengan memakai baju kebesaran tim kesebelasan Bojong Burut. Julio mengernyitkan keningnya.
“ Kecelakaan yang di sengaja, pak dokter. Kaki teman saya di takling lawan yang nggak terima kalau timnya kalah. “ ujar Putra antusias.
Julio berjalan mendekat sambil terus mengamati sosok Andhara yang masih sibuk menunduk sambil meringis memegangi kakinya yang terasa nyeri.
“ Patah deh nih kaki gue sepertinya. Masak iya gue harus gantung sepatu kebanggaan gue di usia gue yang masih sangat muda. “ gumam Andhara yang masih terdengar semua yang ada di situ.
Soni menoyor kepala Andhara. “ Jangan asal kalau ngomong. Patah beneran baru tahu rasa loe. Mulut loe, harimau loe. Loe mau, ucapan loe jadi doa_nya emak loe ? “ sengak Soni yang tidak suka dengan ucapan Andhara.
“ Iya nih anak. Kaki loe tuh Cuma geser doang. Nggak sampai patah. Dasar Anggoro! “ sahut Putra sambil menoyor kepala Andhara juga.
“ Oy !! Pala gue nih. Lama – lama, isi pala gue yang geser. Nggak Cuma kaki gue. Ah! “ protes Andhara sambil mendongakkan kepalanya. Lalu ia mengelus kepalanya yang tertutup topi kesayangannya.
“ Wah… Siapa nih? Cakep bener. Bening . “ ungkap Andhara tanpa rasa malu maupun sungkan sedikitpun. Ia memandang Julio yang menaikkan sebelah alisnya seolah sedang bertanya “ apa “ kepadanya. Andhara menampilkan senyuman terbaiknya ke Julio.
“ Ini tuh dokter baru di kampung kita, Anggorooo…. “ sahut Eka.
“ Andhara nama gue. Jangan suka amnesia deh. “ jawab Andhara sambil mengusap wajah Eka yang ada di sampingnya. Ia bahkan tidak memalingkan wajahnya dari wajah tampan Julio. “ Cantik – cantik gini lo panggil Anggoro. Jatuh lah pamor gue. “ lanjutnya sambil tersenyum manis ke Julio.
Ia melepas topi yang sedari tadi menempel di kepalanya. Hingga rambut yang ia selipkan ke topi lepas tergerai. Menampakkan rambut hitam lebat bak iklan shampo Pen_ten.
Julio sempat terkesiap melihat rambut Andhara tergerai. Jika bisa di jadikan adegan slow motion, maka di mata Julio, sosok Andhara saat ini seperti iklan gadis yang suka nampang di majalah dewasa yang sering ia lihat sampai detail.
Wajah cantik alami pedesaan, yang terlihat putih meski sedikit dekil karena warna kulit wajahnya sedikit berbeda dengan warna kulit tangan juga kakinya. Kulit tangan dan kakinya agak kecoklatan. Mungkin karena terlalu sering kena sinar matahari.
Terlalu banyak berjemur sepertinya nih anak. Batin Julio sambil memindai tubuh Andhara dari ujung kepala ke ujung kaki dengan netra hazelnya.
Jujur, jiwa kelaki - lakian Julio menggeliat hanya dengan melihat tubuh Andhara yang bahkan masih tertutup dengan baju kebesarannya. Tapi tak dapat di pungkiri jika Andhara memang memiliki aura istimewa yang tak terpatahkan dan tak terbantahkan. Julio memang seorang laki - laki usia matang yang mapan dari segi ekonomi. Di usia ke 28 ini ia masih belum memiliki calon pendamping hidup. Ia yang terlalu kaku dan dingin terhadap lawan jenis, membuat para lawan jenisnya mundur alon – alon saat ingin mendekatinya.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!