...Pagi itu hujan turun sangat deras memukuli atap rumah nenek buyut ku....
...Suasana lebaran pun tampak terasa damai meski hujan membasahi langkah langkah orang yang keluar merayakan indahnya hari lebaran meski sudah masuk hari ke delapan....
...Saat ini aku sedang menginap di rumah ibu dari nenek ku atau yang biasa kami sebut buyut....
...Aku yang masih duduk di kursi teras rumah itu termenung menatap genangan air yang mengalir dari pancuran seng menuju selokan, meski begitu aku tak memikirkan apapun dan hanya menatap dengan kosong....
"Lah ngopo toh leh, kok ngelamun wae?" Tanya buyut ku sambil memberikan secangkir teh panas.
"Ra Ono toh uyut." Jawabku.
..."Yoh mangan ndisik Kono, segane Selak adem toh leh." Ucap nenek buyut ku sambil berjalan masuk kedalam rumah itu....
..."Boten." Jawabku....
...Namun demikian aku masih saja duduk dan menatap hujan yang masih bernyanyi kan lagu gemersik....
...Setelah beberapa saat aku termenung, tiba tiba sebuah mobil putih berhenti tepat di sebelah rumah nenek buyut ku....
...Ya! memang ada sebuah rumah di sebelah itu, tapi rumah itu telah lama kosong....
...Dan kabar yang aku dengar, rumah itu berhantu karena sudah 5 tahun tidak di huni....
...Banyak kaca jendela rumah itu yang pecah dan suasana rumah itu tidak enak seperti menaburkan hawa mistik....
...bahkan banyak orang berkata bahwa mereka yang lewat tempat itu sering di takut takuti hantu....
...Beberapa orang keluar dari mobil dan mengangkut barang-barang dari mobil putih itu, sepertinya mereka sedang pindahan rumah....
...Beberapa saat kemudian seorang wanita keluar dan membuka payungnya....
...Lalu ada seorang gadis kecil dengan wajah yang nampak pucat keluar dan di tuntun oleh wanita itu, sepertinya anak itu sedang sakit....
...Entah lah! entah mengapa aku terus menatap gadis kecil yang berjalan dengan tubuh yang tampak lemah tak berdaya itu.......
...Ada apa dengannya, apa dia sakit, wah mengerikan....
...Tiba tiba gadis itu menoleh ke arahku sambil tersenyum!...
...Senyumnya tampak manis dan menyejukkan hati, wah entah apa yang merasuki aku hingga tiba tiba jantungku berdegup kencang dan tubuhku bergetar....
Perasaan apa ini, apa yang terjadi padaku.
...sumpah, ini semua baru pertama kalinya terjadi padaku....
Mataku pun tak dapat berpaling dan jantungku mulai menyiksaku.
Oh pandangan mu sungguh mengiris iris seluruh tubuhku.
Aku tak dapat menahan rasa ini, hingga dalam hatiku terdengar nada nada cinta dan lagu lagu rindu para pujangga.
Bila ada di dekatmu
Detak dadaku mengencang
Pesona indah di dirimu buat ku mabuk kepayang
Jalan panjang yang kita lalui
Bukanlah sebatas mimpi
Baru kini ku merasakan jatuh cinta sesungguhnya
Kau membuat jantung berdebar
Tubuhku bergetar saat dengar bisikan mu kasih
Senyummu selalu di hati
Sabarlah menanti ku kan bawa kau pergi
Cerita cinta para pujangga
Tak seindah kisah kita
Dan takan ada yang bisa
Merangkainya dalam kata-kata
huoooo huooo
Kau membuat jantung berdebar
Tubuhku bergetar saat dengar bisikan mu kasih
Senyummu selalu di hati
Sabarlah menanti ku kan bawa kau pergi
Kau membuat jantung berdebar
Tubuhku bergetar saat dengar bisikan mu kasih
Senyummu selalu di hati
Sabarlah menanti ku kan bawa kau pergi
Seperti lagu inilah aku membayangkan mu, siapa gerangan dirimu yang cantik dan mempesona itu..
Keluarlah sejenak, tegur lah aku, berikan senyuman indah itu dan biarkan aku terlena dalam hayalan ku tentang kehidupan dan masa depan yang begitu luar biasa bersamamu.
***
Pagi pun berganti siang dan waktu menunjukan pukul setengah dua.
...Ayahku baru saja tiba untuk menjemput ku pulang....
Ia masuk sejenak untuk beristirahat dan sekaligus bertegur sapa dengan kakek buyut ku.
Aku menginap di rumah ini bukan karena keinginan ku namun karena motor kami tidak muat jika harus pulang sekaligus.
Keadaan yang masih belum memadai untuk menambah motor lagi membuat kami harus bergantian saat ingin bepergian.
Setelah setengah jam duduk dan berbincang bincang ayahku kemudian mengajak aku untuk pulang, karena ia tak dapat berlama lama karena masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.
...Aku pun segera berkemas dan tak lupa berpamitan dengan nenek dan kakek buyut ku namun, rasanya ada yang membuat aku gelisah seperti melupakan sesuatu namun Aku tak tahu apa yang aku cari....
...Aku terus saja kebingungan gelisah dan terus berpikir apa yang aku lupakan dan apa yang aku cari, hingga hal itu membuat ayahku marah!...
...Akhirnya aku mengiklankan diri dan berdamai dengan hatiku, lalu perlahan naik keatas sepeda motor Honda milik ayahku....
...Meski masih merasa janggal, aku akhirnya mulai pergi meninggalkan rumah nenek dan kakek buyut ku sembari menatap rumah yang berada tepat di sebelah mereka....
...Benar, itu adalah rumah gadis manis itu....
Oh ternyata hatiku menunggu ia muncul walau hanya sekejap.
Walau hanya sedetik, namun ia tak jua muncul.
...Mungkin ini perpisahan dan mungkin aku tak akan pernah bisa berkenalan dengan dia....
Lagi pula siapa lah aku ini, tak akan pernah cocok dengan nya, jangankan menjadi pacar teman pun tak mungkin, aku terlalu jelek dan kusut sedangkan ia sangat cantik dan anggun.
Tapi jika menatap nya apakah aku tak boleh, maka keluarlah, keluarlah walau hanya sebentar dan obati lah rasa ingin bertemu walau sesaat saja.
...untung saja ayahku mengendarai motornya dengan pelan jadi aku dapat melihat kearah rumah itu sembari menikmati detik detik terakhir....
...Namun sebuah hal tak terduga memberiku sebuah harapan, entah lah aku rasa ini sebuah anugrah, dari kejauhan aku melihatnya menatapku dari sebuah jendela kecil....
Aku pun tercengang menatap nya tanpa kata, melihatnya tersenyum padaku, ya senyum itu pasti untuk ku
...hal ini juga membuatku merasa malu....
Dan juga aneh, aku tak tau cara mengekspresikan perasaan ini, aku bahkan tak mengerti dengan perasaanku ini, ini pertama kali nya di dalam hidupku ini merasa begitu, begitu apa ya.
Begitulah!
...Aku juga tak mengerti harus berkata apa, ini sungguh bukan diriku...
...Oh entahlah, hatiku sedang tidak baik baik saja, semoga aku tak terkena serangan jantung atau pun menjadi gila....
Dalam hati aku terus bergumam.
Tuhan terima kasih karena kau telah memberikan aku kesempatan walau hanya untuk menatap nya saja, aku sangat bersyukur dan sangat bahagia, Mungkin melihatnya saja sudah merupakan suatu kebahagiaan yang teramat sangat luar biasa.
Mungkin begitulah caraku mengutarakan betapa cantiknya gadis itu, sungguh nikmat manakah yang aku dustakan.
Tuhan aku tak akan meminta permintaan yang tidak masuk akal, aku hanya ingin menatapnya dan kau mengizinkan itu, terima kasih Tuhanku, sekarang izinkanlah aku melupakan nya agar aku tak mencintai sesuatu yang tidak mungkin bisa kumiliki.
*****
...Seminggu telah berlalu, samar samar aku mulai melupakan semua kenangan singkat tentang gadis itu....
...Hari hari yang aku jalani membuat aku dengan mudah melupakan itu....
...Ya lagi pula aku tidak mengenal dan tidak pernah berbicara dengan dia, jadi untuk melupakan hal semacam ini sangatlah mudah....
...Sore pun telah tiba, dimana bola api raksasa yang bersinar terang telah mencapai batas waktunya dan akan segera pergi menjauh....
...Warna gelap langit pun mengisyaratkan bahwa waktu bermain telah usai....
...Saat itu lah kami memutuskan untuk meninggalkan lapangan luas tempat kami biasa berkumpul bersama bermain bola....
...Di perjalananku pulang, ku lihat ada seorang kakek tua sedang membawa sekantung jagung hasil dari kebunnya berjalan menuju becak....
"Mbah, tak bantu Yo" Ujarku sambil berlari menuju kearahnya.
...Ia pun mengangguk, dan aku pun membantunya menaikkan jagung jagung dari ladang yang sudah ada di dalam karung menuju becak untuk di bawa pulang....
...Setelah selesai membantu kakek itu, ia pun memberiku 6 buah jagung sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantunya....
...Dengan hati senang aku pun pulang sembari mengucapkan terima kasih....
...Malam pun tiba, suara jangkrik yang khas di pedesaan membuat suasana menjadi semakin tentram....
...Aku dan ayahku sedang membakar jagung sedang ibuku sedang menganyam tikar berbahan pandan kering yang sudah di olah sedemikian rupa....
...Ya ini malam yang bagus, ayahku bercerita tentang kehidupan sehari-hari saat ia masih remaja, tentang perjalanannya mendapatkan ibuku....
...sambil menikmati jagung yang masih hangat aku mendengarkan ayahku yang dengan tulus bercerita....
...Terdengar lucu bagiku mendengar ayah bercerita hal pribadinya, apalagi dia bercerita ke anaknya, itu terdengar agak aneh tapi aku suka cerita itu....
...aku jadi mengerti perjuangan ayahku yang tulus membangun keluarga kecil kami, dalam hatiku aku berharap suatu saat nanti aku bisa sekeren ayah....
**
...Pagi pun tiba, setelah sholat subuh, aku pergi ke belakang rumah untuk membelah sabut kelapa yang akan di pakai ibuku untuk menanak nasi dan memasak sayur....
Itu adalah rutinitas harian ku setiap pagi sebel berangkat ke sekolah.
...Saat ini aku duduk di bangku SMP kelas 9 semester terakhir....
...Ya tentu aku masih sangat muda saat ini....
...Umurku pun masih berjalan 16 tahun, dan aku adalah tipe anak yang pendiam di sekolah....
...Tidak seperti teman temanku yang hobinya mengganggu cewek cewek di kelas, atau banyak juga yang sudah berpacaran....
...Aku adalah kebalikan dari itu semua, ya meski ada gadis yang aku suka di kelas tapi entah kenapa aku tidak berani untuk mengajaknya bicara....
...Padahal kami sudah saling kenal bahkan sejak ia pertama pindah ke sai dua hulu ini....
...Sei dua hulu adalah nama desaku, desa yang masih dalam tahap pembangunan....
...Desaku bahkan belum beraspal dan di sini sering kali terjadi banjir....
...Gadis yang aku suka itu bernama Zakia, ia pindah dari Kota Medan ke desa kami yang terpencil ini....
...Dan aku pertama mengenalnya sejak ia masuk ke sekolah SD Negeri 014631 dan duduk di bangku berdekatan dengan tempat duduk ku....
...Saat itu dia sangatlah ramah, mungkin karena itu aku suka padanya....
...Dari banyaknya teman temanku di kelas dia adalah orang paling ramah, dia sering mengajakku berbicara, duduk di sebelah ku dan sering mencoret coreti buku gambar ku....
...Bahkan ia pernah mengajak aku untuk mengerjakan tugas sekolah bersama dalam satu kelompok, kelompok itu di isi dua orang dan itu adalah percakapan bahasa Inggris yang tentu saja aku tidak pandai....
...Entah kenapa dia malah lebih aku yang bodoh ini....
...Aku ingat dia benar-benar mengajariku cara berbahasa Inggris, walaupun hanya percakapan singkat tapi aku senang sekali saat itu....
"Hai Momo, Good morning"
"Good morning Zakia, ehm, what are you doing here"
"Oh I'm shopping for food"
"How are you"
"I'm fine, and you"
"yah i'm fine, thanks you"
"well looks like i have to go now because my mom is waiting"
"Oke, good bye Zakia"
"Yah, well see you"
...kira kira seperti itulah isi percakapan yang kami lakukan....
...Hal yang paling ku ingat adalah waktu dia datangi aku setiap aku sedang menyendiri dan menjauh dari keramaian....
aku berpikir bahwa dia sangat mengerti aku.
...Tapi sekarang sudah berbeda, seperti ada jarak di antara kami sejak kami masuk SMP dia mulai menjauh, jauh dan semakin jauh....
...Tak pernah lagi tegur sapa, walaupun terkadang ia sering melihat kearah ku namun sepertinya dia enggan untuk menyapa atau sekedar tersenyum....
...Ada apa Zakia, mengapa kau berubah seperti itu....
...Sayup sayup aku dengar dia sedang bercakap-cakap dengan Irma dan teman teman lainya, sepertinya sedang membicarakan aku....
...Karena sesekali mereka melihat kearah ku lalu tertawa....
...Entah apa yang mereka katakan tapi sepertinya mereka menganggap aku aneh dan aku sadar mungkin mereka memang benar....
...aku memang aneh, bocah pemurung yang suka menyendiri dan selalu menjauh dari aktivitas yang dilakukan oleh para teman-teman ku....
...Dandanan ku juga kelihatan seperti cupu, pangkas gondrong namun tidak rapi dan tak bertata, tidak seperti mereka mereka yang keren dan penuh gaya....
...Aku sadari itu semua, wajarlah jika ia menjauhi aku, jika ada yang mendekati ku mungkin hanya sebatas ingin minta di buatkan gambar, karena cuma itu keahlian ku....
**
Bell berbunyi, tak terasa hari sudah siang.
...Guru guru menyiapkan para murid untuk merapikan kursi dan menyapu kelas sebelum pulang....
...saat itu aku tengah ketiduran dan kebetulan Zakia sedang piket di kelas, ia pun membangunkan aku yang saat itu tidur di pojokan....
"Oi bangun." Ucap Zakia sambil memukul meja ku.
"Hmm, apa udah pulang." Jawabku lesu sambil menarik tubuhku bangun, aku tak sadar saat itu jika ia yang membangunkan aku.
"Orang-orang udah pada pulang, kau mau di kunci di sini." Ucapnya tanpa senyum dan melangkah keluar.
"Tidur aja kau ini, kayak gak punya semangat hidup" Sahut Nur'aini yang juga sedang piket.
...Aku pun bangkit, menggendong tas ku dan melangkah pulang bersama mereka....
...Kami berjalan pulang bersama, tapi aku jauh di belakang mereka,...
...Risma Wati menegurku dan mengajak pulang beriringan namun aku enggan ikut dalam rombongan mereka dan memilih berjalan sendiri di belakang....
...Rasanya aku malu jika berjalan bersama mereka para gadis-gadis, apalagi ada dia di situ....
"Momo, sinilah bareng." Ucap Risma.
aku cuma tersenyum di belakang namun tidak juga menyusul.
"sinilah kami tunggu." Sahut Nur'aini yang juga menungguku.
...Namun dia tak menoleh sedikitpun bahkan ia tak berhenti seperti mereka....
"Cepat sini, kami tunggu." Ucapnya lagi oleh Risma.
"Tak mau dia, malu dia sama Zakia" Sahut Irma sambil tertawa.
Mereka pun langsung tertawa, dan mulai menggoda ku dengan menunjuk nunjuk Zakia,
nampak respon nya yang dingin seolah tak peduli.
Tiba tiba Irma melontarkan kata yang membuat ku terkejut.
"Momo, Zakia kirim salam."
"Seh, Cemana Momo apa jawabanmu" Sambut Risma sambil memainkan alisnya.
Aku hanya tersenyum malu.
Namun respon tak terduga datang dari Zakia, dengan lantang ia berkata.
"Ih amit amit, najis tau."
"Gak ngimpi pulak aku suka sama dia."
...kata katanya yang sedikit namun sangat menyayat bagiku....
...Membuatku terhenti dari langkahku, rasanya kata kata itu terus terulang di telingaku....
Irma, Nur'aini dan juga Risma tampak juga terdiam sejenak, mereka melihat kearah ku yang terhenti di jalan.
...Ada rasa menyesal di wajah Irma dan Risma yang tampak saat melihatku yang semakin jauh dari mereka....
...Zakia tampak terus berjalan dengan pasti tak sedikit pun menoleh, aku yang semakin jauh dari langkah mereka menoleh ke belakang dan sesekali menatap langit....
...dari kejauhan nampak mereka berbincang-bincang dan akhirnya Zakia menoleh ke arahku namun aku pura pura tak tau....
Aku semakin jauh dari mereka dan bahkan mulai tak terlihat lagi dan berjalan sendirian.
...Hujan turun lagi, pagi itu aku berangkat ke sekolah lebih awal....
...Sampai di sekolah ternyata ada Irma yang sudah lebih dahulu sampai....
"Momo, tumben datang cepat" Tegur nya.
"Ya, aku cuma bosan di rumah jadi aku cepat cepat berangkat" Jawabku sambil melewatinya tanpa memalingkan wajah.
"Ehm! apa kau marah sama Zakia" Tanya Irma tiba tiba.
Sejenak aku terdiam lalu aku pun menjawab dengan tegas. "Untuk apa, aku gak perduli tuh."
"Yakin."
Irma pun menjelaskan, bahwa Zakia selalu bicara tentang aku, dari mulai gua rambut ku yang kuno, cara berpakaian ku yang tak rapi atau sifat ku yang pendiam.
Irma juga bercerita bahwa Zakia sering melihat mu saat di kelas, walaupun akhirnya dia berkata lain namun sepertinya Zakia peduli padamu.
Juga aku terlihat aneh menurut mereka, karena lebih senang sendirian dan juga tidur di kelas.
"Ya aku memang orang yang aneh." Ucapku lalu masuk kelas.
"Tapi dia ulang ulang itu terus, mungkin dia suka, tapi gengsi." Ucap Irma dengan yakin seolah-olah ia sudah begitu paham.
..."Aku gak perduli." Jawabku, lalu aku membuka jaket ku dan tidur....
...Tak ingin mengganggu, Irma pun diam dan perlahan lahan pergi menuju kantin sekolah yang sebenarnya belum buka karena masih terlalu pagi....
...Dalam hati aku bertanya, kenapa aku senang mendengar pernyataan irma....
...Bukankah hati ini sakit melihat sifatnya yang dingin dan kata katanya itu, tapi kenapa aku merasa memiliki celah untuk itu, seperti aku harus berubah agar mereka lebih melihat ke arah ku....
**
...Sepuluh menit berlalu bell berbunyi dan murid murid pun sudah berdatangan dan suasana kelas yang sunyi pun berubah menjadi rubut....
...Tapi karena hari masih hujan kami tidak melakukan apel pagi dan langsung masuk kelas....
...Pelajaran segera di mulai Guru sejarah masuk di les pertama dan mengarahkan murid untuk membacakan sejarah pulau sumatera....
...Sembari mendengarkan, aku melirik ke kursi kosong tempat ia biasa duduk....
...Mungkin karena hujan ia tidak berangkat sekolah....
Padahal aku ingin melihat wajah seram nya itu, dan tentu saja badan nya yang pendek dan cebol itu.
**
Hari pun berlalu dengan pelajaran dari para guru pembimbing hingga waktu menunjukan pukul sebelas,
...Karena ini jum'at kami pulang lebih awal....
...Seperti biasa aku pulang menuju rumahku dengan berjalan kaki, ya karena ayah tak punya cukup uang untuk membelikan ku sepeda motor....
...Dan sebagai anak aku tak mau merepotkan ayahku yang bekerja keras untuk kami anaknya....
...Di perjalanan aku bertemu sahabatku Andi, ia juga baru pulang sekolah....
...Andi satu tingkat dia atas ku dia saat ini sudah masuk bangku SMA....
"Cuy, ayok naik aku bonceng." Ucapnya yang saat itu berhenti di sebelah ku.
"Wah gas lah." Jawabku yang langsung naik tanpa berpikir.
"Tapi kita pangkasan dulu ya." Ajaknya.
"Okelah."
...Kami pun berangkat menuju ke tempat pangkas terdekat di daerah ini....
...Kebetulan antrian tidak ada, hanya seorang anak kecil yang di temani kakak perempuan nya saja yang ada di situ....
...Motor kami berhenti pelan, setelah di standard aku turun dari motor dan duduk di kursi berhadapan dengan seorang gadis yang sedang menunggu adiknya....
"Aku beli rokok dulu ya." Ucap Andi yang belum turun dari sepeda motor nya.
"Oke, jangan lama-lama." Jawabku.
"Aman itu."
Dia pun langsung melajukan motornya dengan sedikit atraksi yaitu menaikkan ban depan motornya (jemping).
" Mau pangkas ya bang?" Tegur gadis itu.
Suaranya yang lembut entah mengapa membuatku tergetar, perlahan aku melihat ke arah nya sambil menjawab.
..."Iya nih, rambut dah gondrong."...
...Seketika aku terkejut melihat senyum nya dan wajahnya yang begitu cantik, kulitnya yang putih seperti susu yang di tuang kedalam gelas....
"kenapa bang." tanya ia yang saat itu juga menatap ke arah ku dengan sedikit tawa di ujung bibirnya.
"Gak apa apa." jawabku terbata bata.
...Seketika aku menunduk dan tak berani menatapnya, Tapi tubuhku terus bergetar dan jantung ku rasa seperti mau copot....
...Ini hal yang sangat gila, hal yang belum pernah terjadi seumur hidupku....
"kita pernah bertemu ya" Tanya gadis itu.
"Tidak" Jawabku malu.
"Kayaknya aku pernah lihat Abang" Ucapnya meyakinkan.
...Aku pun melihatnya lagi, sambil mengingat ingat benahkah kami pernah bertemu....
...Tapi bukannya mengingat sesuatu, aku malah terpaut pada wajahnya yang begitu cantik....
...Benar benar seperti seorang bidadari, bidadari tak bersayap yang turun ke bumi....
"Ya aku ingat, di kampung tani kan." Ucapnya dengan yakin "Waktu itu hujan deras, kami pindah ke sana."
..."Aku tidak ingat." Jawabku bingung, sungguh sebenarnya aku tidak bisa berpikir sedikitpun saat ini, karena aku begitu takjub melihat senyum nya yang indah, wajahnya yang imut, rambut panjangnya dan suaranya khas....
"Abang di teras rumah nek Kasini, ngelihat kearah kami." ucapnya lagi dengan penuh rasa yakin.
mendengar nama Kasini, aku pun semakin terkejut, Benarkah yang terjadi padaku saat ini.
"Ka.. kamu gadis yang keluar dari mobil putih itu!" Ucapku sambil menunjuk nya.
"Nah iya, itu aku." Jawabnya sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Dinda Claudia".
"Aa.. ku siapa!, Eh bukan." Jawabku dengan gugup dan konyol, aku semakin salah tingkah di hadapan nya.
Apalagi sekarang aku tahu bahwa dia adalah gadis kecil yang waktu itu aku lihat.
"Hahaha kamu lucu ya." Ujarnya sambil tertawa dan langsung menarik tanganku sembari berkata "Salam kenal ya."
"Oh iya, senang mengenalmu." Jawabku yang mulai bisa mengendalikan hatiku "Panggil saja aku Momo."
"Ya senang mengenalmu bang Momo" Ucapnya agak mendayu, lalu ia kembali tertawa.
"Apa kamu mau potong rambut, sini biar aku yang potongin."
"Hah?, emang bisa." Jawabku ragu.
"Ibu ku punya salon dan aku sering belajar loh." Ucapnya dengan yakin.
Pak tukang pangkas pun juga mengangguk seperti meyakinkan jika gadis ini bisa memangkas rambut.
Bahkan memberikan isyarat kode yang aneh kepadaku supaya aku yakin.
"Ah sepertinya gak usah deh, jadi repot nanti" Ujarku.
" Udah, yakin aja dia bisa kok, dia saudara iwak nya itu." sahut pak tukang pangkas.
Mendengar ha itu aku pun langsung duduk di kursi pangkas.
Lagi pula hari ini Jum'at, jika tidak buru buru nanti kami bisa tertinggal Jamaah Jum'at.
"Yang terjadi, terjadilah" kataku dengan pasrah.
Mendengar ucapan ku gadis itu sontak tertawa.
Pak tukang pangkas pun juga ikut tertawa hingga aku merasa di permainkan.
Aku jadi takut jika rambut ku di acak acak olehnya dan malah menjadi semakin buruk.
...Lalu gadis itu tersenyum dan memulai melakukan pekerjaannya, ia tampak riang dan tertawa kecil....
"Rilek aja bang, jangan kaku gitu." Ucapnya sembari tertawa, ia terus tertawa setiap kali bicara atau menatapku di cermin.
"Ku usahakan, tapi gak janji." Jawabku menggeletar.
...Hal itu sungguh membuat semakin tidak karuan....
...Rasanya jantungku sesak tapi aku tetap berusaha tenang seolah tidak terjadi apapun....
"Sabar ya bang Momo, bentar aja kok ini." Ucapnya yang mulai serius.
"Kau apain rambutku." Tanyaku bingung.
"Oh ini lagi aku putusin rambutnya yang kaku, lalu aku sasak sedikit bagian atas supaya lebih rapi." Ucapnya menjelaskan.
"Apa itu bakalan bagus, aku gak pernah pangkas lain selain cepak loh." Ucapku polos.
"Wah itu terlalu jujur, kalau begitu akan aku buat yang berbeda."Ucapnya tersenyum sambil mengikat bagian depan rambut ku dengan karet.
"Tenang aja, Abang bakalan jadi lebih ganteng hehehe." Ucapnya menutupi mulutnya, ia benar benar periang.
Tak beberapa lama Andi pun kembali sembari membawa makanan ringan, ia yang baru masuk terkejut melihatku di pangkas oleh seorang wanita.
"Loh eh!!, kok gini nih" Ucap Andi kaget.
"Kenapa? Angek kau ya" sahut pak tukang pangkas.
"Kok ada bidadari jadi tukang pangkas pak." Tanya Andi.
Gadis itu cuma tersenyum tanpa menjawab sepatah katapun.
" Oh dia itu kenamaan ku." Jelas pak Harto si tukang pangkas lalu menjelaskan tentang gadis cantik ini.
"Wah bisakah aku di pangkas dia juga." Tanya Andi.
Gadis itu hanya diam membisu dan hanya fokus pada apa yang ia kerjakan.
Sesekali ia melihat cermin sambil tersenyum tapi ia mulai tak banyak bicara.
"Nah siap!" ucap pak Harto setelah selesai memangkas.
"Sini naik kau." Ucap pak Harto kepada Andi.
Namun Andi menolak karena ingin di pangkas oleh wanita ini.
"Aku sama Adek ini aja pak" Ucap Andi.
Gadis itu pun menoleh, lalu ia menggeleng kepala nya seolah menolak keinginan Andi.
"Kenapa dek?" Tanya Andi bingung dan juga kecewa.
"Maaf ya bang, aku gak bisa." Ucap nya pelan.
"Alamak, iri pulak aku sama si Momo." ucap Andi dengan gaya lucunya.
Lalu Andi pun naik ke kursi pak Harto dan berkata "Biasa pak, pangkas gaya jamet."
Tak menyerah, Andi berusaha untuk mengajak gadis itu bicara dengan bertanya tentang asal usulnya.
"Adek tinggal di mana?" tanya Andi.
"Kampung tani." jawabnya pelan.
"Loh kok Abang gak pernah lihat, padahal sering kali kesana."
"Baru pindah." Jawab gadis itu dengan singkat dan cuek.
Andi pun sedikit kesal karena merasa seperti tak di anggap, namun tetap mencoba untuk bertanya.
"Oh, udah punya pacar." Tanya Andi lagi dengan raut wajahnya yang semangat.
"Enggak" Jawab nya singkat.
"Mantap, boleh dong Abang datang malam Minggu."
"Enggak".
"Kenapa, katanya gak punya pacar?" Ucap Andi kecewa.
"Gak apa-apa!"
"Masak perempuan secantik kamu gak punya pacar" ucapku memotong percakapan mereka.
"Memang enggak, Abang mau datang." Jawabnya padaku sambil memajukan wajahnya kedepan.
aku yang malu pun jadi salah tingkah lagi.
"Lah, kok bukan aku yang di suruh." Ucap Andi.
"Kalau Abang mau datang, Bawak bang Momo ya." Ucapnya sambil membersihan sisa sisa rambut yang ia potong.
...Setelah merapikan rambut, ia pun mengatakan padaku bahwa ia sudah selesai memotong rambut ku dan menyuruhku untuk memberikan nilai....
...aku pun bangkit dan melihat berulang ulang kearah cermin dan sesekali aku melihat Andi yang tertawa melihat aku....
"Kok jadi gini" Ucap ku.
"Kenapa?" jawabnya.
"kok rambutku naik gini, ada poninya lagi."
"Itu keren loh, kayak cowok Koream" Ucapnya.
Andi pun terus tertawa hingga membuatku tidak Pede, aku merasa aneh pada kepalaku.
"Yakin deh, Abang jadi lebih keren loh."
"Tapi kok aku ngerasa aneh." Jawabku.
"Ini keren tau, yakin aja." Ucapnya sambil mengemasi barang barangnya.
...Ia pun segera pergi meninggalkan kami, namun ia sempat berkata sebelum pergi....
"Jangan lupa, kalau nanti kesana mampir ke rumah aku ya."
Mendengar kata-kata itu, perasaan ku pun campur aduk.
Dia menyuruhku kerumahnya, dia memangkas rambut ku dan menyuruh aku datang kerumahnya.
Ini benar-benar di luar bayanganku.
Aku seperti bermimpi di siang hari.
**
...Singkat cerita kami pun pulang, tak lupa mampir ke mesjid untuk menunaikan shalat Jum'at bersama....
...Di perjalanan pulang Andi terus memuji penampilanku, meski tadi iya tertawa....
...Bahkan Andi memberi pandangan baik tentang Dinda si gadis imut itu....
...Andi bilang mungkin ia suka padaku bahkan Andi memberi semangat padaku agar aku mendekati gadis itu....
Namun aku terpaku pada suatu hal,
dalam hatiku mungkin aku tidak cocok untuknya.
Aku sadar siapalah aku ini, sangat tidak pantas orang kampung sepertiku jatuh hati pada bidadari yang kian bersinar.
dan juga mungkin aku memikirkan Zakia dan masih menaruh harapan meski hanya sekecil kerikil jalanan.
Namun Andi memukul ku dan berkata bahwa aku sangat bodoh.
Ia juga menjelaskan bahwa kesempatan hanya datang satu kali dan tidak akan terjadi lagi.
Ia juga menjelaskan bahwa lebih baik datang pada Dinda yang memberikan harapan dan kesempatan yang jelas ketimbang menunggu Zakia yang bahkan tidak pernah ada gambaran akan hatinya untuk ku.
Dan Andi benar soal hal itu, Zakia memang seperti tak pernah melihat dan merasakan perasaanku.
Padahal aku sering memberikan sesuatu kepada dirinya, seperti membelikan makanan atau hal yang lain nya.
Andi adalah sahabat ku yang baik, kami berteman sejak kecil hingga sekarang.
Dan menurut ku dia adalah seorang yang jujur, dia seperti seorang Abang bagiku karena ia sering memberikan nasihat yang baik, mentraktir aku makan dan main PS.
Aku juga senang bersama sama dengan dia dan tak ragu cerita tentang Zakia kepadanya.
Sehingga ia tau betul bagaimana perasaan ku pada Zakia saat ini.
Akhirnya kami habiskan waktu sore kami dengan main PS di rental dekat rumahku.
Ya walaupun aku harus mengerjakan tugas di rumah terlebih dahulu, karena ibuku akan murka jika pekerjaan ku tidak selesai.
Lucunya Andi sering membantu agar pekerjaan lebih cepat selesai dan kami bisa ke rental.
Dia juga sering makan di rumahku dan bermain sampai senja hari.
Kami main sampai 3 jam dan itu adalah game Mortal kombat Shaolin monkey.
kalian yang hidup di jaman itu pasti tau.
setelah selesai main PS aku pun kembali kerumah dan membantu ayahku di ladang menanam timun.
Ayahku dan ibuku adalah seorang petani, mereka menanam sayur dan menjualnya ke agen agar mendapatkan uang untuk keperluan dapur.
Ini adalah pekerjaan yang membosankan karena harus setiap hari rawat sedang kan untuk masa panennya hanya sebentar.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!