Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang, tengah membelah jalan raya yang tidak terlalu padat. Seorang pria muda yang sedang berada di dalam mobil sengaja menebar pesona kepada setiap kaum hawa.
"Hai." sapanya kepada dua orang gadis yang juga mengendarai mobil sedang berhenti di lampu merah.
Kedua gadis itu hanya tersenyum manis, mereka sangat terpesona dengan ketampanan milik pria lampu merah itu.
Rambu lalu lintas berubah menjadi warna hijau yang menandakan jalan.
Mobil gadis tadi melaju dibelakang mobil milik Ammar, dan tentu saja itu membuat Ammar bahagia akhirnya dia mendapatkan mangsa baru.
Cit!
Bunyi rem mobil Ammar yang tiba-tiba.
Ammar turun dari mobil dan menghampiri mobil gadis yang kala itu berada di belakangnya.
Tok tok
Ammar mengetuk jendela kaca mobil tersebut.
Gadis berambut pirang kecokelatan membuka kaca mobilnya.
"Hai," sepa gadis tersebut ketika sudah melihat wajah tampan milik Ammar.
"Boleh kita kenalan?" Ammar mengerlingkan mata.
Gadis itu tersipu malu.
"Audrey." ujarnya seraya mengulurkan tangan.
"Wah, sepertinya kita berjodoh. Namamu dan namaku hampir sama, aku Ammar." Alden menjabat tangan gadis itu.
"Elsa." gadis di sebelah Audrey menyambut uluran tangan Alden.
"Em, kalian mau kemana?"
Kedua gadis itu membuka pintu mobil dan turun.
Mata Ammar membola sempurna ketika melihat body kedua gadis di depannya yang sangat aduhai, apalagi milik Audrey yang sangat bagus bak gitar spanyol.
"Kami baru pulang dari klub dan ingin kembali ke rumah." ucap Audrey menjawab.
Ammar hanya mengangguk. "Usia kalian berapa?" tanyanya bersidekap.
"Dua puluh dua tahun." sahut Audrey.
"Apa kita bisa bertukar nomor ponsel?" Ammar mulai melancarkan aksinya.
Audrey dan Elsa saling tatap.
"Tentu." sahut Elsa sembari mencatat nomornya di ponsel milik Ammar begitupun dengan Audrey.
"Baiklah, hati-hati dijalan dan see you." Ammar menjauh dari mobil Audrey.
Audrey melambai dan masuk ke dalam mobil.
***
Empat puluh menit kemudian.
Mobil Ammar telah sampai dihalaman rumah, dia segera turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah dengan bersiul.
"Darimana kamu?" ucap seorang wanita yang kala itu duduk di sofa ruang tamu.
"Biasa Mam, habis nongkrong bareng teman-teman." jawab Ammar dengan santai.
Wanita yang duduk di kursi bangkit dan berjalan menghampiri Ammar.
"Apa kamu tidak bisa sedikit saja mengubah kebiasaan hidup kamu, Ammar?"
Ammar menatap wanita disampingnya dengan tatapan tidak peduli, dia segera berjalan menaiki anak tangga.
"Apa seperti ini caramu berperilaku terhadap orang yang lebih tua darimu, Ammar Arsalaan?" ujar Aresha dengan suara meninggi.
Ammar yang ingin menapaki anak tangga terhenti dan menoleh ke arah sang Mama.
"Sejak kapan Mama peduli padaku? Bukankah yang selama ini Mama pikirkan hanya kak Amman saja?''
"Jaga bicaramu, Am—" ucapan Aresha terputus.
"Mama cukup!" pria lain yang wajahnya sangat mirip dengan Ammar berjalan menuruni anak tangga.
"Ada apa ini? Mengapa malam-malam seperti ini kalian harus bertengkar?"
"Kakak tanyakan saja kepada Mama." Ammar langsung pergi menaiki anak tangga.
"Ammar! Ammar Arsalaan!" bentak Aresha namun tidak dihiraukan oleh Ammar.
"Ma, sudahlah. Jangan berteriak ataupun emosi, aku tidak ingin tensi Mama naik lagi lalu Mama jatuh sakit seperti kemarin." pinta Amman menenangkan sang Mama.
"Tapi anak itu keterlaluan, Man! Semenjak Ayahmu pergi ke luar negeri, dia jadi berbuat sesuka hatinya dan tidak pernah mendengarkan perkataan Mama!" Aresha menghembuskan nafas kasar.
"Sebaiknya Mama istirahat, hari sudah menjelang malam. Angin malam sangat tidak baik untuk kesehatan Mama." Amman membujuk sang Ayah.
Amir hanya pasrah dan mengangguk, dia berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Untung saja Amman sangat pengertian dan paham akan keadaanku, jika tidak entah apa yang akan terjadi." gumam Aresha seraya mengelus dadanya.
•
•
TO BE CONTINUED
SELAMAT MEMBACA.
MOHON DUKUNGANNYA DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN OTHOR 🤗**
YANG MASIH INGAT DENGAN KEDUA PUTRA AMIR-ARESHA PASTI AKAN PAHAM DENGAN CERITA INI, SEE YOU BYE BYE 😘
Dua hari kemudian.
Ammar masuk ke dalam sebuah diskotik dengan pesona yang mampu membuat semua wanita melirik ke arahnya.
Dirinya duduk di sebuah sofa dengan memangku sebelah kaki, tak lupa Ammar menyalakan rokok guna membuat hatinya tenang.
Terlihat seorang wanita cantik dengan menggunakan pakaian seksi berjalan ke arah tempat duduk Ammar.
"Hai, apa kamu butuh seorang teman? Aku bersedia menemanimu." ucap wanita itu dengan suara yang serak-serak basah.
Ammar memindai penampilan sang wanita dari atas sampai bawah.
"Silahkan." Ammar menggeser duduknya.
Wanita tersebut tersenyum manis dan duduk disebelah Ammar, tak lupa dia duduk dengan sangat sensual hingga paha mulusnya terpampang jelas di mata seorang Ammar Arsalaan.
Ammar yang memang seorang cassanova langsung tersenyum tipis.
"Apa kau sengaja menggodaku?"
Rasa berani yang ada di dalam diri Ammar membuatnya langsung menyentuh paha mulus itu.
Wanita tadi hanya tersenyum ke arah Ammar. "Jika Anda membutuhkan kehangatan, aku bersedia menemani Anda. Asal—" lanjutnya sambil memberi kode bayaran.
"Oh, bayaran? Kau tenang saja, aku adalah orang kaya. Berapa pun uang yang harus aku keluarkan, itu tidak terlalu menjadi masalah." Ammar ingin mencium bibir indah milik wanita itu, tetapi deheman seorang wanita lain mampu menghentikan aktivitas Ammar.
Ammar menatap ke asal suara dan dia menjauhkan tubuhnya dari wanita yang duduk disebelahnya.
"A—audrey? Kamu ada disini?'' ucap Ammar terbata.
"Ya, aku dan Elisa memang sering datang ke tempat ini. Kamu juga ada disini? Dan—?' Audrey menunjuk ke arah wanita disebelah Ammar.
"Oh, bukan." Seakan tau apa yang ingin Audrey katakan, Ammar lansung membantah apa yang Audrey pikirkan. "Dia hanya menemani aku duduk disini, tidak lebih." lanjutnya sambil melirik wanita tadi dengan gugup .
Sang wanita memasang raut wajah masam, hampir saja dia mendapatkan bayaran dan sekarang sudah hilang begitu saja.
"Aku permisi." Ucap wanita itu sambil beranjak dari tempat duduk.
"Nah, perempuan itu sudah pergi. Sebaiknya kamu yang menggantikan dia duduk disini untuk menemani aku sebentar." Ammar menepuk bangku yang ada disampingnya.
Audrey tersenyum tipis dan duduk disebelah Ammar, sementara Elisa dia pergi ke tempat lain bersama dengan teman sefrekuensi nya.
"Apa kamu tidak minum?" Ammar melirik wajah cantik Audrey.
Audrey menggeleng. "Aku tidak suka meminum alkohol." lanjutnya.
"Jadi untuk apa kamu datang ke tempat ini jika bukan untuk minum?" Ammar menjadi penasaran.
"Aku hanya ingin refreshing sejenak."
"Apa kamu—?"
Audrey mengerti apa yang Ammar pikirkan, dia menggeleng dan tersenyum tipis. "Aku bukan wanita seperti itu. Meskipun aku sering pergi ke diskotik, tetapi aku tidak pernah melakukan hal maksiat apapun. Aku bisa menjaga diri karena semua yang ada di dalam diriku hanya untuk suamiku."
Ada rasa kagum tersendiri di dalam hati Ammar ketika Audrey ternyata tetap menjaga kehormatan untuk suaminya nanti.
'aku semakin penasaran dengan gadis ini.' Ammar membatin.
Mereka kembali mengobrol dan Ammar lupa dengan hasrat yang tadi ingin disalurkan.
"Apa kamu sudah memiliki kekasih?" akhirnya Ammar memberanikan diri untuk bertanya tentang status Audrey.
Audrey menggeleng. "Sudah enam bulan aku putus dengan kekasihku. Ya, dia meminta untuk berciuman."
"What? Hanya berciuman saja kamu tidak mau?"
Audrey kali ini mengangguk. "Aku tidak pernah melakukan hal apapun selama berpacaran, paling lebih ke pegangan tangan saja."
Ammar tidak menyangka ternyata di dunia yang sudah semakin modern ini masih saja ada wanita seperti Audrey.
•
•
•
**TBC
HAPPY READING
JANGAN LUPAKAN DUKUNGAN, TERIMA KASIH 🙏**
Keesokan paginya.
Amman telah bersiap untuk pergi ke kantor.
"Apa Ammar tadi malam tidak pulang ke rumah?" gumamnya sambil menuruni anak tangga.
Sesampainya dimeja makan, Amman melihat sang Mama yang sudah berada disana.
"Selamat pagi, Mah."
"Pagi sayang." sahut Aresha dengan tersenyum.
"Apa tadi malam Ammar tidak pulang ke rumah?''
Aresha menunduk sedih.
"Entah bagaimana cara berpikir adik kamu itu, jika Papamu tidak ada dirumah dia bebas pergi kemanapun tanpa menghiraukan ucapan Mama."
"Mama gak perlu sedih, aku akan mencoba berbicara pada Ammar nanti."
Aresha tersenyum tipis.
Mereka melanjutkan sarapan dengan mengobrol ringan.
Setelah selesai sarapan, Amman berpamitan pergi ke kantor.
Aresha mengambil ponsel miliknya dan terlihat menghubungi seseorang.
"Halo assalamualaikum. Nisa, kamu udah sampai di butik belum?"
📲"Waalaikumsalam, Bu. Saya masih dijalan, motor saya tiba-tiba mogok padahal sebentar lagi sampai butik.''
"Kamu lebih baik naik taksi saja, saya akan menyuruh seseorang untuk mengambil motor milik kamu. Jangan lupa jika sudah sampai di butik kamu harus cek pakaian apa saja yang akan kita rancang untuk fashion week minggu depan."
📲"Baik, Bu. Saya akan segera menjalankan tugas dari Anda."
Mereka berdua saling mengucapkan salam dan sambungan pun langsung terputus.
Anisa bingung harus bagaimana agar segera sampai di butik, dirinya sudah terlambat lima belas menit setelah jam masuk kerja.
"Kok gak ada taksi ya? Padahal masih pagi." Nisa melirik ke kanan dan kiri.
Sebuah mobil Mercedes-Benz berwarna merah berhenti tepat di hadapan Anisa.
"Mobil siapa ini?" gumam Nisa sambil terus melihat ke arah mobil, dia penasaran siapa sang pengendara mobil itu.
Sepatu yang mengkilap terlihat menyilaukan pandangan mata Anisa.
Sang pengemudi turun dari mobil dan menghampiri Anisa.
"Tuan?" ucap Nisa pelan ketika melihat Amman mendekat ke arah nya.
"Nisa, sedang apa kau berada di pinggir jalan seperti ini?''
"Begini, Tuan. Saya ingin pergi ke butik tetapi tiba-tiba motor saya mogok, padahal sebentar lagi sampai di butik. Mana taksi juga gak ada, dari tadi saya menunggu.'' jelas gadis berjilbab tersebut.
Amman terdiam dan melirik motor Nisa. "Kau bisa pergi ke butik bersama denganku. Aku akan mengantarmu dan aku akan memanggil petugas bengkel untuk mengambil motormu agar di perbaiki.'' Amman menawarkan niat baiknya.
"Eh, tdiak perlu Tuan! Saya menunggu taksi saja, saya tidak ingin merepotkan Anda." gadis manis berjilbab itu menolak halus tawaran dari Amman.
"Tidak ada yang perlu dirisaukan. Jika kamu menunggu taksi, mau jam berapa lagi sampai ke butik?"
Anisa terdiam sejenak, dia berpikir ada benarnya juga ucapan Amman.
"Baiklah, saya akan ikut dengan Anda." gadis berkerudung itu akhirnya setuju untuk pergi bersama dengan Amman.
Mereka berdua menuju ke dalam mobil dengan Anisa yang membuka pintu mobil belakang.
"Kamu duduk di depan! Saya bukan sopir pribadi kamu jadi kamu tidak perlu naik dibelakang." ucap Amman mencegah gerakan tangan Nisa.
"Maaf, Tuan." Anisa beralih membuka pintu depan.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan mobil melaju menuju butik Aresha.
🌺🌺🌺🌺
Ammar membuka mata dengan perlahan.
"Argh, kepalaku pusing sekali. Ini pasti karena aku terlalu banyak minum saat Audrey sudah pergi."
Ammar menatap ke sekeliling, ternyata dirinya masih berada di diskotik.
"Permisi, Tuan. ini bill untuk pembayaran tadi malam." pria berbadan tegap yaitu pemilik Diskotik memberikan bill kepada Ammar.
Bola mata Ammar mendelik ketika melihat nominal yang ada di kertas kecil tersebut.
"Lima juta?" pekiknya kaget.
"Tadi malam banyak anak muda yang mengatakan jika Anda teman mereka dan mereka juga mengatakan jika anda yang akan membayar minuman mereka malam itu.'' jelas sang pemilik Diskotik.
"Sial! Mereka menipuku." Ammar menggebrak meja dan mengeluarkan dompet untuk membayar semua total bill.
"Terima kasih." ucap sang pemilik Diskotik ketika Ammar menyodorkan uang dua gepok kepadanya.
Setelah pemilik cafe itu pergi, Ammar menjambak rambutnya dengan kasar.
"Selalu saja kejadian seperti ini terulang kembali! Mulai sekarang aku tidak akan datang ke diskotik ini lagi dan aku juga tidak akan mabuk-mabukan. Sungguh hari yang sangat sial!" Ammar terus saja menggerutu sambil beranjak dari sofa dan pergi keluar diskotik.
•
•
•
**TBC
HAPPY READING
MOHON DUKUNGAN DAN JEJAK MANISNYA 🙏 TERIMA KASIH**.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!