Masa SMA adalah masa yang paling bahagia di antara masa yang lainnya. Ketika kuliah, banyak yang merasakan penyesalan karena melewatkan banyak hal ketika di masa SMA.
Kehidupan pribadi, kesempatan mengambil peluang, dan khususnya percintaan dengan sesama almamater.
Tidak semua orang bisa memiliki pengalaman yang begitu kompleks dan menyenangkan, bahkan menyedihkan.
Saat ini, Anders sedang menempuh pendidikan Magister di Melbourne University. Anders memutuskan untuk mengambil jurusan Manajemen.
“Hey, long time no see. Everything’s good?” suara seseorang terdengar dari di depan pintu kelas.
“Just so so.”
Anders adalah orang yang sangat mudah mengingat karakter suara dan wajah seseorang. Kali ini, suara itu sempat membuatnya menggali memori lama.
Tapi tak lama, salah satu dari dua orang yang saling menyapa itu memasuki kelas.
“Good morning everyone.” Sambut dosen yang baru saja memasuki pintu kelas itu.
“Good mornig, Miss.” Jawab seluruh mahasiswa
Ternyata bukan. Tidak sama seperti seseorang yang beberapa detik yang lalu ia ingat-ingat. Atau, mungkin ini adalah lawan bicaranya.
Anders dalam hati tetap mengelak, dan mencoba untuk fokus pada mata kuliah yang akan ditempuhnya pagi ini.
Manajemen Perusahaan dan Perbankan. Salah satu mata kuliah yang paling banyak digemari oleh banyak mahasiswa.
Ya, memang mata kuliah ini tidak terlalu berat, namun menurut sebagian mahasiswa dan kalangan dosen, mata kuliah ini sangat berpengaruh nantinya dengan perkembangan perusahaan yang ada di dunia.
Perkenalan singkat dilakukan oleh Miss. Evy.
“Hello everyone, my name is Evy. I’m one of the lecturers here, and I will bring you all to dive in this lecture. Corporate and Banking Management. Hope you all can adapt easily with my style. Thank you.”
Tidak ada jawaban, hanya suara bergumam dari seluruh mahasiswa yang terdengar di ruang kelas itu.
“I’m Anders. And I hope you can adapt with my studying style too, Miss. Thank you.” Anders merespon singkat perkenalan yang baru saja diberikan oleh Miss Evy.
Sontak saja itu membuat seluruh mahasiswa yang ada di kelas menoleh kepadanya.
Bagaimana tidak, mereka semua masih belum kenal satu sama lain. Dan ada salah satu orang yang sudah mencuri perhatian dengan celetukan pendeknya itu.
Miss Evy hanya tersenyum, dan tidak terlalu menanggapi serius hal itu. Ia sudah bisa memahami beragam karakter mahasiswa dari puluhan ribu mahasiswa yang pernah diajarnya.
Miss Evy memang salah satu dosen muda dan senior di kampus ini. Ia terkenal sebagai dosen yang sangat tegas ketika di dalam kelas. Namun, ia sangat humble dan bersahabat dengan semua mahasiswanya ketika berada di luar kampus.
Bahkan, Miss Evy seringkali mengajak mahasiswanya untuk menghadiri festival-festival baik yang diselenggarakan bulanan atau tahunan yang ada di Melbourne.
Tak ayal jika beberapa mahasiswa, terutama laki-laki merasa sangat disayangi dan diayomi oleh Miss Evy.
Salah satu faktor yang bisa menjadikan Miss Evy bersikap seperti itu adalah, karena ia pernah mendapatkan perlakuan yang buruk semasa ia kuliah di Amerika. Hal itulah yang menjadi motivasi besasrnya.
Ia tidak ingin mahasiswanya merasakan apa yang telah ia rasakan sebelumnya. Karena itu sangat menyakitkan, dan bisa menjadi hal yang traumatis bagi sebagian orang.
“Let me explain some notes that you have to remember in this lecture. You can write or add some notes on your book or iPad, up to you.”
Suasana sedikit berubah menjadi serius ketika Miss Evy mengatakan itu. Dan semua mahasiswa langsung memberikan perhatian penuh terhadap apa yang semuanya dijelaskan oleh Miss Evy.
Satu jam berlalu tidak terasa, semua penjelasan tentang hal-hal penting yang harus diingat dalam mata kuliah Manajemen Perusahaan dan Perbankan telah disampaikan dengan baik.
Dan, tidak ada satupun mahasiswa yang tertidur, kecuali Anders.
“Excuse me, did you sleep in my class?” tanya Miss Evy sedikit geram.
Teman sebelah Anders seketika langsung bergegas berusaha membangunkan Anders dengan mencolek bahu kanannya.
“Sshh.. hey, you called by her! Wake up man! C’mon!” bisik Mark kepada Anders
Anders pun bangun dengan tatapan tak bersalah. Ia masih nampak sangat santai, dengan mengabaikan seluruh wajah mahasiswa yang ada di kelas yang kini sudah tertuju padanya.
“Hello, can I get your attention right now?” tanya Miss Evy kembali.
“Of course why not? I already got your single point since I’ve fall asleep,”
“Wow.. really? Prove it, Mr. ?”
“Anders.” jawab tegas olehnya.
“Okay, let's see how far you can explain my point. Sir, Anders.” sindir Miss Evy karena sudah dibikin merasa kesal sedari tadi oleh mahasiswa satu ini.
Anders pun menjelaskan dengan detail satu per satu apa yang tadi diucapkan dan dijelaskan oleh Miss Evy di kelas.
Penyajian materi tak terduga oleh Anders, pengemasan kata-kata yang singkat singkat namun sangat mudah dipahami oleh teman sekelasnya.
Banyak dari teman-temannya yang terkejut dengan cara Anders memilih kata-kata dalam presentasi dadakan tersebut.
Tak lupa Miss Evy, ia sangat kagum dengan bagaimana Anders menyampaikan materinya. Bahasa-bahasa industri dan manajemen yang cukup asing bagi mahasiswa bisa disampaikan dengan sangat mudah.
Bagi Anders melakukan sebuah presentasi di depan umum adalah hal yang sangat mudah. Sedari kecil ia memiliki bakat dalam public speaking.
Di masa ia SMA, sejak dari kelas X ia sudah sering mendapat amanah sekolah untuk memimpin acara. Mulai dari acara yang sangat santai seperti pentas seni hingga acara formal penyambutan kunjungan Gubernur di daerahnya.
Itulah kelebihan Anders, bahkan tanpa persiapan sama sekali pun, ia bisa melakukan hal itu dengan lancar dan tanpa ada kendala.
Ia memang murid yang cerdas dan teman-teman sekelasnya dulu juga mengakui hal itu. Tak terkecuali guru-guru yang ada di sekolahnya dulu.
Ia cukup membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh detik untuk membaca cepat satu lembar catatan teman di sebelahnya. Setelah itu, ia akan berbicara panjang lebar.
“Great job, Mr. Anders!” Puji Miss Evy kepadanya.
“Yep.” hanya itu balasan dari pujian yang sudah dilontarkan
“I apologize for doubting you.”
Baginya, Miss Evy tidak mengganggu tidurnya. Namun, memang sudah kebiasaan jika Anders merasa mata kuliah akan mudah, ia memutuskan untuk tidur dengan sengaja dan tidak mau membuang energinya.
Bagi Miss Evy kejadian seperti itu sudah menjadi hal lumrah baginya. Karena bagaimanapun, Andreas adalah salah satu muridnya yang memiliki karakter seperti itu, jadi dia tidak akan berusaha terlalu keras mengubah hal tersebut.
Kelas pun dilanjutkan seperti biasa, banyak mahasiswa yang masih antusias dengan mata kuliah ini. Tapi, juga sebagian lainnya sudah mengalihkan fokus kepada gadgetnya masing-masing.
Hal ini biasanya menandakan bahwa jam mata kuliah tersebut akan habis dalam kurang lebih lima menit.
Di Melbourne University, lima menit terakhir adalah jam yang bebas. Baik bagi dosen maupun mahasiswa.
Disana semuanya tepat waktu dan sama-sama saling menghargai waktu, karena hal itu sudah menjadi sebuah kebiasaan.
Dosen pun bisa mengakhiri sesi kuliahnya di lima menit terakhir tersebut, dan mahasiswa dibebaskan melakukan apapun asalkan tidak meninggalkan kelas mendahului dosen.
Dan seperti biasa, Anders pun melanjutkan tidurnya.
“Anders, wake up. The class is over.” ucap Mark sambil membangunkan Anders.
“Oh, sorry. Thanks” jawab Mark singkat.
“Do you wanna go to the canteen with me?”
“I think that's not a bad idea. Is there coffee?”
“Mmm.. I think so. How? Wanna join me? I’m starving right now. The class uses up my energy so much.”
“Okay, let me tidy up my book first.”
“Okay, I’ll wait for you in front of the class.”
Anders pun merapikan bukunya secepat mungkin, dia juga merasa sangat lapar selepas kelas Miss Evy tadi. Yang dibutuhkan oleh Anders dan menjadi prioritas utamanya adalah kopi.
Makanan apapun yang ia beli dan ia makan, minumannya adalah kopi.
Anders merupakan seorang maniak kopi. Tapi, ia tidak tahu-menahu tentang banyak jenis kopi.
Yang penting ia tahu, bahwa yang dibutuhkan oleh dirinya adalah kopi hitam murni.
Anders tidak peduli bagaimana kopi itu diseduh dan dibuat, yang paling ia tunggu adalah kopi panas tersaji di depannya dan ia siap meminumnya.
“Hey.. ?” sapa Anders dengan nada menggantung.
Ya, karena Anders tidak tahu nama orang yang mengajaknya ke kantin tadi.
“Marks.” sahutnya dengan tersenyum.
“Everything’s done? Is there nothing left?”
“No, lets go.”
Mereka berdua pun beranjak menuju kantin dengan santai dan tidak terburu-buru. Meskipun mereka berdua tahu, mereka sedang menahan lapar.
Ketika melewati taman, banyak mata tertuju pada Anders dan Marks.
Marks pun merasa aneh, kenapa mereka berdua dilihat banyak orang. Marks merasa tidak ada yang salah dengan pakaiannya. Ia pun sejenak menoleh ke arah Anders.
Ia melirik dan melihat Anders cukup lama sambil berjalan. Marks juga merasa tidak ada yang salah dengan pakaian Anders.
Salah satu yang belum disadari Marks adalah, Anders memiliki ketampanan yang jarang dimiliki oleh orang Australia.
Perpaduan antara kulit warna kuning langsat dominan putih dengan mata biru yang diturunkan dari ibunya, menjadi ciri khas utama Anders.
Tubuh yang cukup tinggi untuk ukuran seorang lelaki, dengan badan yang cukup kekar karena Anders sangat menjaga tubuhnya dengan rutin melakukan gym.
Membuat tubuhnya proporsional diantara tubuh orang Australia asli yang cenderung tinggi.
Wajah dengan tulang pipi yang tegas, ditambah dengan garis dibawah mata yang cukup kontras membuat wajahnya menawan ketika berada dibawah terik matahari.
Semua orang yang ada di taman itu tertuju pada ketampanan Anders.
Namun berbeda dengan Marks yang bingung pada apa yang sebenarnya terjadi, Anders sudah mengetahui hal itu.
Sejak SMA, Anders menjadi idola para siswa perempuan. Hal itulah yang membuatnya sudah menyiapkan diri dan mencoba untuk cuek ketika hal-hal seperti ini terjadi.
“Do you know why everyones here is looking at us?”
“Ignore them.” Jawab singkat Anders karena malas menjelaskan.
“But..”
“Marks, just walk, please. I’m starving.”
“Okay, boss.”
Mereka pun tetap berjalan menuju kantin mengabaikan pandangan orang-orang.
Sesampainya di kantin, mereka berdua terkejut karena kantin milik Melbourne University begitu rapi dan tertata. Terdapat 3 lantai dalam satu gedung penuh dengan penjual dan booth makanan ringan.
Marks pun segera menuju ke booth penjual hotdog, karena ia sangat menggemari hotdog dari kecil.
Sedangkan Anders, segera mencari booth penjual kopi. Untung-untung jika ada yang menjual kopi khas Indonesia.
Ia segera menyusul Marks, dan mengatakan bahwa ia akan menuju ke lantai dua untuk mencari penjual kopi. Marks pun mengiyakan dan segera setelah hotdognya didapatkan, ia akan menuju juga ke lantai dua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!