Kisah Mbah Buyut
Septin Anggia adalah gadis pemberani di desa nya, dan dia selalu mendengar kan cerita cerita horor dari Mbah Buyut nya, dan dia juga sering bertentangan dengan hal hal mistis di desa nya.
Anggara Syahputra laki-laki dengan paras tampan tak serta merta membuat Septin jatuh hati padanya.
Rafael Pratama cowok berperawakan tinggi kurus yang selalu setia mengikuti kemana Septin pergi selama ini, dia juga pemberani namun kadang kala ia nyali nya menciut ketika mendengar kan penuturan dari Mbah Buyut Septin yang menceritakan masa lalu nya.
Mbah Niti Rejo adalah Mbah Buyut Septin yang selalu menceritakan kisah hidup-nya di masa lalu. Di mana di masa itu beliau menjadi tentara saat penjajahan Belanda, di mana beliau sering melihat semua warga di kampung itu di paksa bekerja oleh tentara Belanda.
*-*-*-*-*-*-*-*
Siang ini matahari begitu terik, Septin mengayuh sepedanya untuk mendatangi rumah Mbah Buyut nya yang lumayan jauh ketika di temouh dengan memakai sepeda ontel, Ayah Septin sendiri sudah berada di sana sejak pagi tadi, karena beliau harus benerin rumah Mbah Buyut yang bocor ketika di guyur hujan.
"Kapan sampainya sich, lama banget mana panas lagi, andai aku bisa bawa motor ke rumah Mbah, pasti nggak akan lelah seperti ini dech," Keluh Septin seraya terus mengayuh sepeda ontel nya.
Dengan nafas naik turun Septin mencanggrak sepedanya di halaman rumah Mbah Buyut nya. "Lagian kenapa Ayah harus berangkat pagi pagi sich, aku kan harus sekolah dulu jadi kayak gini kan kalau di tinggal sendirian," Gerutu Septin sembari masuk ke dalam rumah bude nya, di mana sang Buyut tinggal, Mbah Buyut nya terkenal sebagai orang pintar di desa sebelah, dulu beliau mantan tentara ketika jaman penjajah dulu. Waktu itu semua hewan masih bisa berbicara, dan semua barang barang mati bisa berseru dan menangis ketika sudah di buang oleh pemiliknya.
"Assalamu'alaikum budhe," Sapa ku dengan mengucapkan salam ketika melihat budhe yang tengah menyuapi Mbah makan.
"Waalaikum salam," Jawab budhe dengan senyuman yang mengembang di bibir tipisnya.
"Mbah sedang makan?" Tanyaku dan mengulurkan tangan seraya mencium punggung tangan nya.
"Iya, Mbah mu nggak enak badan makanya budhe suapin dia untuk makan, soalnya sedari tadi pagi nggak mau makan," Jawab budhe yang terus menyuapi Mbah Buyut.
"Mbah makan dulu ya, Septin mau ke ayah dulu sebentar? Habis ini Septin ingin mendengarkan cerita Mbah Buyut seperti biasa oke," Ujarku dan berlalu.
Aku berjalan ke samping rumah, di mana di sana sudah banyak orang yang sedang ngebantuin budhe untuk benerin atap rumah Mbah Buyut yang di bongkar semua nya. Karena plafon beserta kayu kayu yang lain nya sudah pada rapuh semua, jadi mau tak mau harus di bongkar semua nya.
"Kamu sama siapa kesini nak?" Tanya Ayah yang menghentikan aktifitas nya sejenak.
"Septin sendirian Yah, lagian Ayah dan Bunda nggak nunggin Septin pulang sekolah?" Rengek Septin yang jelas menjadi pusat perhatian orang orang di sana, karena lucu saja Septin hampir 17 tahun tapi dia masih bersikap seperti layaknya anak kecil yang meminta makanan pada sang Ibu nya.
"Nggak usah bersikap seperti itu, malu di liatin orang? Kamu ini sudah hampir beranjak dewasa tapi sikap mu menunjukkan masih berusia 5 tahun saja, suka merajuk dan merengek nggak jelas githu," Sela sang Ayah, Septin sendiri langsung menatap para tetangga di sana yang emang sedang membantu juga, tengah menatap ke arah Septin yang tengah merajuk pada Ayah nya.
"Biarin sajalah, mereka menatap aku seperti itu Yah? mungkin mereka tidak pernah melihat wanita cantik seperti aku ini," Jawab Septin narsis seraya memutar bola matanya jengah.
"Sudahlah! lebih baik aku mendengar kan cerita Mbah Buyut saja di depan, lagian di sini nggak asik banget, so nggak ada cowok ganteng nya sama sekali," Tutur Septin, "Adanya cuma tua semua," Lanjut nya lalu memutar tubuhnya dan meninggalkan sang Ayah begitu saja yang masih berdiri seperti layak nya patung.
"Dasar bocah gedek, ya jelas disini pada tua semua nya," Gumam sang ayah menggeleng gelengkan kepalanya, melihat tingkah konyol puteri nya tersebut.
"Bunda nya dulu ngidam apa'an sich, sampai sampai punya anak gadis petakilan seperti itu," Lanjut nya lagi dan menghampiri semua para tetangga yang emang datang membantu benerin rumah Mbah Niti tersebut.
"Anakmu Rip?" Tanya salah satu tetangga pada Ayah.
Ayahku bernama A siarip, namun para tetangga lebih banyak memanggil Orep mungkin karena gampang manggilnya.
"Iya, dia puteri ku yang nomor dua," Jawab Ayah, sedangkan tangan nya sedang memegang golok untuk membelah bambu yang akan di jadikan tatakan genteng nantinya.
"Kamu sudah punya dua anak?" Tanya lagi tetangga yang satunya.
"Iya, yang pertama cowok dan yang kedua barusan itu," Balas Ayah menunjuk ke arah ku yang kini tengah bersama Mbah Buyut ku.
Aku yang mendengar obrolan Ayah pun tak menggubris dan masih pura pura tak mendengar perbincangan mereka berdua, padahal aku kan sering datang ke rumah Mbah Buyut, namun tak pernah bertemu dengan semua tetangga yang saat ini tengah membantu dirumah Mbah Buyut.
Mbah Buyut kini sudah selesai dengan makanan nya, beliau sedang meminum kopi hitam nya agar lebih melek lagi dalam menceritakan kisah masa lampau nya pada semua cucu cucu nya yang mau mendengarkan kisah nya, di saat mereka semua mendatangi rumah Mbah Buyut. Namun berbeda dengan yang lain nya, cucu cucu Mbah Buyut tak tertarik dengan cerita Mbah saat ini, tapi aku sangat antusiasme sekali mendengarkan ceritanya? yang menurut ku menarik. Selain menceritakan masalah peperangan, horor, barang ajaib sampai hewan dan semua barang bisa berbicara pada masa itu.
Aku sendiri percaya dan tidak percaya sich mendengar itu semua, tapi setiap petuah selalu menceritakan hal yang sama ketika ditanya oleh cucu cucu nya termasuk aku sendiri.
Ayahku bukan anak kandung dari Mbah Buyut, melainkan beliau adalah anak angkat yang di tinggal oleh kedua orang tua nya, ketika masih kecil. Namun Mbah Buyut tidak pernah membeda bedakan antara anak angkat dan anak kandung sejak dari kecil. Semua di samakan? sampai saat ini, namun lagi lagi Ayah yang mendapat kan ilmu dari Mbah Buyut karena di nilai sebagai putera tertuanya. Semua pusaka yang pernah ia temukan semasa muda nya di berikan kepada Ayah agar bisa di jaga dengan baik, baca'an baca'an yang bisa membekali dirinya sendiri juga Mbah Buyut kasih pada Ayah.
.
.
.
Terima kasih yang selalu dukung karya receh Al-mahyra selama ini.
Terima kasih🙏🙏🙏😘😘😘💕💕
Hari semakin sore dan aku sudah sangat siap untuk mendengarkan kisah Mbah Buyut.
''Mbah, kalau jadi Tentara tu ngapain saja?'' tanyaku memulai pertanya'an yang mengarah akan kisah Mbah Buyut di masa silam.
''Tentara jaman dulu tidak memerlukan ijazah atau melakukan tes semacam nya, namun mereka siap untuk berperang melawan para Tentara Belanda yang tengah menjajah Negeri kita tercinta, hanya sebagian orang yang bisa memegang pistol dan senjata tajam nya lain nya, itupun hasil dari merampas para penjajah waktu itu.'' ceritanya sembari mengingat ngingat kejadian masa lalu nya ketika Negeri nya di jajah oleh para Tentara Belanda.
''Terus Mbah sendiri bawa apa saat berperang?'' tanya ku yang mulai di landa penasaran.
''Mbah hanya membawa bambu runcing dan sebuah katapel untuk melawan mereka, ya bukan nya berperang secara bergerombol? tapi Mbah menggunakan itu untuk menjaga keluarga Mbah saja ketika ada penyisiran tentang para Tentara di Negeri ini, Mbah waktu itu hanya memakai bekas karung goni yang di sobek menyerupai baju, dengan itu kita bisa mengelabui para penjajah waktu itu, ada juga yang membuat lubang besar di bawah tempat tidur nya, untuk bersembunyi ketika para Tentara Belanda melakukan penyisiran untuk di jadikan pekerja paksa. Ya mereka yang tertangkap di jadikan pekerja paksa yang bahkan tanpa menggaji nya sekali pun, sebenarnya Mbah merasa kasian kepada mereka yang berhasil di tangkap, tapi Mbah nggak bisa berbuat apa apa kalau harus melawan mereka semua sendirian,'' Ucap nya menjeda cerita nya.
''Mereka kenapa nggak melawan sich Mbah, mereka semua kan bisa melawan para Tentara itu mbah?'' sahut ku membuat Mbah Buyut mendengus.
''Tidak semudah itu ***? mereka yang tertangkap tidak memiliki keberanian untuk melawan mereka semua, mereka terlalu banyak untuk di hadapi dengan sendiri sendiri,'' balasnya menatap ku sendu.
''Mbah juga pernah tertangkap waktu itu, kami disuruh bekerja siang dan malam tanpa mengenal rasa lelah, dan mendapatkan belas kasian dari mereka semua, bahkan ada juga yang tengah sakit di paksa untuk bekerja keras! karena dia sedang sakit? makanya dia lemah dan tidak giat dalam bekerja nya, mereka denganntrganya mwncambuki sampai orang tersebut meregang nyawa karena cambukan itu, kami yang tau dia sudah mati tidak bisa berbuat apa apa karena kami juga tidak boleh beristirahat sama sekali, mereka menaruh nya begitu saja dan mereka juga langsung menimbun dengan semen, karena waktu itu kita semua sedang menggali tanah, ada juga yang mengangkut batu ke galian tersebut untuk membangun sebuah benteng.''
Aku menatap iba pada Mbah Buyut ku yang kini sudah sangat sepuh, hidupnya penuh dengan derita di masa lampau nya.
''Mbah Buyut sendiri bisa kabur dengan cara apa?'' tanyaku lagi.
''Mbah bisa kabur karena keberanian dan tekad untuk bertemu dengan orang tua Mbah dan juga adik adik Mbah di rumah. Mbah bisa membunuh 3 orang yang bertugas jaga waktu itu, namun kadang ada Tentara Belanda yang baik sama Mbah dan suka cerita suka dukanya dia menjadi penjajah Negeri lain nya.
Demi mengindari para Tentara Mbah kadang manjat pohon, kalau di bayang untuk saat ini pasti bakalan di tertawakan sama kamu ***, karena seperti monyet yang bergelantungan nunggu kesempatan untuk turun dari atas pohon. Sampai akhirnya Mbah Buyut mu ini menemukan hal Ghoib waktu berada di atas pohon tersebut.'' tutur nya menatap lurus kedepan.
''Hal Ghoib yang seperti apa Mbah,'' sela ku dan mengikuti tatapan Mbah Buyut yang menatap lurus kedepan.
''Dengan memakai daun yang Mbah kasih lubang sebesar mata, Mbah melihat ke bawah dengan pemandangan yang menyerang kan bagi Mbah saat itu, di bawah ada 2 ekor hewan yang sedang berduel memperebutkan kekuasa'an nya, Harimau dengan Singa tengah berkelahi sampai mereka berdua sama sama mengeluarkan darah di sekujur tubuh nya. Sedangkan ketika Mbah melepas daun tersebut dari mata Mbah, Harimau dan juga Singa itu hilang tidak terlihat, Mbah bingung dan memakai lagi daun itu sebagai teropong dan nampak jelas mereka masih berduel di bawah sana, Mbah coba melepaskan kembali kedua hewan itu tak nampak, dan di sanalah Mbah mulai berfikir keras di atas pohon, Singa raja hutan, sedangkan Harimau juga di sebut raja hutan? mereka sekarang tengah memperebutkan kekuasa'an dan gelar mereka di hutan ini, seaka akan menjadi bukti nyata tentang masalah penjajahan di Negeri kita sekarang, pikir Mbah waktu itu. Karena itu hanya Ghoib Mbah memutuskan untuk turun dari atas pohon dan melihat Singa dan Harimau itu dari dekat, Mbah memilih duduk di samping mereka yang tengah saling cakar mencari dan saling gigit satu sama lain nya. Sampai akhirnya Mbah mendengar seseorang berkata seperti ini pada Mbah?'' Mbah Niti menghentikan ceritanya untuk meminum kopi hitam nya kembali karena kerongkongan nya yang mulai kering karena dari tadi bercerita tiada habis nya.
Aku sendiri mendengus kesal karena Mbah Buyut menghentikan ceritanya di saat aku mulai penasaran dengan orang yang berkata pada Mbah itu.
''Mbah? ayo cerita lagi, Septin sudah mulai penasaran sama orang itu,'' rengek ku yang langsung mendapatkan kekehan kecil dari Mbah Buyut ku sendiri.
''Yang bersuara bukan seseorang, tapi melainkan hewan itu yang sudah duduk di samping Mbah, tanpa sepengetahuan Mbah tadi, dia mengatakan? ''Kekuasa'an hanya akan membuat kita berperang dengan sesama makhluk Allah SWT, mereka tanpa sadar sudah di butakan oleh kekuasa'an kekuasa'an yang membuat mereka semua berpisah dengan keluarga nya, dan kamu sudah lihat sendiri bagaimana mereka menyiksa orang orang yang tak bersalah hanya demi membangun sebuah benteng di Negara kita ini kan? dulu Negeri kita aman tentram sampai akhirnya datanglah para penjajah yang ingin merampas Negeri kita dengan menjadikan semua masyarakat di sini budak nya, di pekerjakan tanpa gaji sepeserpun, bahkan mereka juga di jadikan tumbal agar benteng mereka berdiri kokoh waktu itu, banyak peninggalan para Belanda yang terlihat seram dan juga angker, karena itu semua ada mayat yang terpendam di bawah nya sebagai tumbal. Jadi jangan heran banyak bendungan air yang kokoh sekarang, itu adalah peninggalan para Belanda dengan tumbal tumbal yang berjatuhan pada masa lampau, di sana banyak menyimpan kisah misteri dan banyak juga kisah lain nya,'' cerita seekor Singa yang emang sudah menyandang raja hutan dari dulu.
''Mbah nggak merasa takut ada di tengah-tengah kedua hewan itu?'' tanyaku bergidik ngeri mendengar nya saja sudah membuat bulu kuduk ku berdiri yang mengatakan ada di tengah tengah kedua hewan buas itu.
-Jangan lupa like dan komen kalau suka dengan kisah ini kakak cantik dan ganteng.
Terima kasih🙏🙏🙏😘😘😘💕💕💕
''Ya nggak takut lah, kalau Mbah takut pasti dari tadinya sudah kabur, mungkin akan loncat begitu saja dari atas pohon dan lari pontang panting mencari orang untuk berlindung? namun yang di lakukan Mbah malah sebalik nya, iya kan.'' sahut nya menepuk dada yang sudah tinggal tulang serta kulit saja.
Mungkin sewaktu muda dulu Mbah begitu tampan dan juga gagah, melihat perawakan tubuh nya berkata demikian.
''Lalu Mbah menjawab perkata'an mereka seperti apa?'' tanyaku lagi, Mbah saat ini sudah berbaring mungkin beliau sudah capek dengan duduknya.
''Mbah jawab seadanya saja, soalnya Mbah juga bingung mau menjawab apa, sedangkan mereka berdua tak terlihat oleh mata biasa, melainkan menggunakan mata batin. Kalau misal jaman sekarang masih bilang ada sebuah Harimau di pekarangan mereka? itu hanyalah Harimau yang akan menjaga rumah mereka dari gangguan gangguan orang jahat. Mereka hanyalah Harimau penjaga yang sudah di taklukkan oleh orang tersebut, tak heran kalau banyak orang di jaman Mbah dulu mempunyai ilmu ilmu tingi, karena mereka semua terlalu sering melakukan puasa.
Tak harus nunggu senin dan kamis untuk berpuasa, dan juga tak harus menunggu bulan puasa untuk melakukan puasa, setiap hari mereka kelaparan dan mengarahkan merupakan semua agar berpuasa.'' Mbah Buyut menghentikan ceritanya ketika Ayah menghampiri ku saat ini.
''Ayah kenapa kemari? Septin belum selesai mendengarkan cerita Mbah Buyut,'' sela ku menatap ke arah Ayah.
''Ayah cuma di suruh Bunda untuk memanggil kamu untuk segera makan, ini sudah sore dan kamu belum juga makan?'' balas ayah Septin yang kini tengah duduk di samping Mbah seraya memijiti kaki tua Mbah Buyut.
''Coba kamu tanya sama Ayah kamu kalau nggak percaya dengan perkata'an Mbah barusan,'' suruh nya membuat Ayah bingung dengan ucapan Mbah Buyut.
''Cerita apalagi Pak?'' sela Ayah lembut pada Mbah Buyut.
''Kamu juga ikutan puasa waktu dulu kan, waktu di mana kita semua kehabisan makanan dan penghasilan tani kita di terpa banjir dan di serang babi hutan waktu itu,'' jawab Mbah Buyut menatap tajam Ayah, karena sejak Ayah masih kecil beliau sudah bekerja keras membantu Mbah untuk mencari rumput dan juga mencari padi di sawah sawah tetangga yang sudah selesai di panen oleh mereka.
''Sudah lah Pak? tak usah mengingat lagi kejadian kejadian waktu dulu, itu akan membuat Bapak sedih dan juga sakit hati saja,'' sambung Ayah mengingat kan Mbah.
'Kenapa Mbah bisa sakit hati dengan mengingat kejadian dulu, ada apa sebenar nya dengan Mbah Buyut,? pikir ku mencari cari sesuatu yang aku takkan mengetahui dengan mudah.
''Lebih baik kamu sekarang makan dan cepat ikut pulang Ayah kamu sebelum terlalu malam,'' ujar Mbah Buyut ketika aku sudah selesai makan.
''Emang kenapa kalau sudah malam mbah? nggak bakalan ada hantu di sini kan,'' jawab ku dengan santainya.
''Memang bukan hantu kalau sekarang, tapi melainkan begal yang siap di tempat nya, kalau hantu sekarang sudah nggak jaman nya kali ya. Soalnya sudah sangat banyak enerangan lampu di jalan jalan yang kita lalui, coba jaman mbah dulu? hanya memakai obor yang di buat dari Bambu memakai minyak tanah, dengan sumbu sobekan baju yang di letakkan di ujung obor.
Hantu hantu pada berkeliaran karena arwah mereka yang mungkin bergentayangan, karena sebagian dari mereka di kuburkan secara tidak layak. cuma di gulingkan begitu saja keliang lahat tanpa menggunakan kain kafan.'' Mbah Buyut yang bercerita tiba-tiba berhenti ketika ada Budhe yang menaruh swcangkit kopi panas di meja samping ranjang Mbah Buyut.
''Di minum dulu kopinya Pak?'' kata Budhe pelan, aku hanya tersenyum menatap Budhe yang juga menatap ku.
''Kalau di jaman Ayah kamu dulu hantu keluar selesai adzan magrib, karena penerangan yang minimal sekali, yang Budhe ingat waktu itu hanya memakai lampu yang terbuat dari kaleng bekas dan di isi dengan minyak tanah, terus aneh lagi ketika memakai lampu itu, ketika pagi bangun tidur lubang hidung kita semua bakalan menjadi hitam, karena asap dari lampu bron utu sendiri,'' ujar Budhe membuat rasa tegang ku menjadi kekehan mendengar cerita dari Budhe yang mengatakan hitam di hidung nya, otakku langsung berselancar? seperti apakah hidung hidung mereka ketika ceming seperti itu, pikir ku.
''Hantu jaman dulu tak pernah takut sama manusia hidup, kadang di depan nya ada yang menampakkan diri nya dengan kain putih dan di ikat di atas kepala nya,''
''Itu mah pocong Mbah?'' jawab ku ketuka Mbah membuat teka teki yang garing menurut ku.
''Ada juga kuntil anak, wewe gombel,''
''Genderuwo juga,'' celetuk ku saat itu.
''Iya dia termasuk juga, tapi bukan mengarah ke mereka semua ya, pernah Ayah mu dulu ketuka pulang ngaji di hadang segerombolan pocong pocong di depan nya, Ayah mu tak ada rasa takut sama sekali karena Mbah sudah latih dia dengan mentak kuat sekuat baja, karena kehidupan selanjutnya bakalan lebih keras lagi sehingga Mbah membentuk Ayah mu menjadi pribadi kuat dan tak mengenal takut, hanya kepada Allah lah yang kita takuti.
Ketiga teman Ayah kamu lari terbirit-birit melihat empat pocong yang berdiri di depan nya, sedangkan Ayah kamu malah cengengesan di tempat nya, malah Ayah kamu pernah bilang sama Mbah? kalau dia mengajak main Cak Gunung ke empat pocong tersebut, Ayah mu mengambil rantung dan mulai menggambar di tanah, menggambar yang akan ia permainkan dengan ke empat teman barunya. Ke empat pocong itu hanya meniru Ayah kamu yang tengah tengah loncat, pocong itu juga melompat karena sejatunya pocong tak bisa berjalan karena kedua kakinya di ikat dengan kuat.
''Rupanya kamu nggak takut sama kita kita,'' seru pocong itu.
Ayah kamu malah menjawab, ''Kenapa aku harus takut sama kalian ber empat, sedangkan kita sama? sama makhluk Allah,''
''Bocah gedek, kami bukan manusia. Kami sudah mati dan arwah kamu menjadi penasaran saat ini,''
''Bodo amat, biar nggak penasaran lebih baik kamu mati saja lagi, gampang kan?''
''Kami nggak bisa mati dua kali bocah!'' teriak salah satu dari pocong itu.
''Di depan sana ada real kereta api, kalian tiduran di sana sambil nungguin kereta api lewat, dan kalian akan tertabrak oleh kereta itu,''
''Kami mana mungkin bisa mati lagi,''
''Ya aku nggak tau kalau masalah itu, aku juga belum mati? ach sudah lah aku mau pulang, bikin kesal saja mendengar pengaduan pengaduan kalian semua. Kalian semua coba tanya sama Mbah kunti di atas pohon itu,'' tunjuk Ayah kamu saat itu.
Mbah Buyut pun menyudahi ceritanya ketika waktu adzan maghrib berkumandang.
sudah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!