NovelToon NovelToon

Dinikahi Musuh Sendiri

Aku dijual suamiku sendiri

"Apa! kau sudah gila, ha!"

Bentak seseorang yang emosinya langsung memuncak di hadapan suaminya.

"Ya! Aku memang sudah gila, puas. Asal kamu tahu, aku tidak punya cara lain untuk menyelamatkan perusahaan orang tuaku, selain menukarkan kamu kepada orang yang akan membayarku dengan cuma-cuma." Ucap sang suami dengan suara yang cukup keras, yakni atas keputusan yang diambilnya.

Talia Rata, perempuan yang belum lama menikah dengan lelaki yang bernama Aria Judan, lelaki yang menikahi Talia sekitar baru satu bulan lamanya.

Saat perusahaan orang tua Judan mulai naik daun, harus mengalami kebangkrutan akibat kebocoran keuangan. Tentu saja membuat Judan pusing kepalang.

Tidak mempunyai pilihan lain selain menukarkan istrinya dengan orang yang akan membayarnya dengan lunas, juga akan membantu perusahaannya untuk berjaya kembali.

Seseorang yang siap membeli istrinya, tentu saja mengharapkan imbalan yang setimpal, juga tidak cuma-cuma membeli istrinya Judan tanpa imbal balik.

PLAK!

Sebuah tamparan keras telah mendarat di pipi kanan milik suaminya dengan kuat, juga meninggalkan bekas tamparan yang cukup memerah legam di pipinya.

Judan mengusap pipinya tanpa balik menampar istrinya, karena kesalahan memang berawal darinya hingga memancing amarah pada istrinya.

Judan yang tengah merasakan perih di bagian pipinya, berusaha untuk mengabaikan rasa sakitnya itu. Sakit, perih, itu yang sedang dirasakan oleh Judan saat ini.

Seumur-umur dirinya mengenal Talia, Judan tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar darinya. Yang didapatkan oleh Judan hanyalah sikap lembut, perhatian, dan bicara dengan sopan. Tapi kini, semua berbanding terbalik dengan apa yang selama ini ia terima dari istrinya.

Judan sama sekali tidak membencinya, juga tidak akan menyalahkan istrinya, karena semata-mata hanya demi perusahaannya tidak mengalami kehancuran.

'Kalau bukan karena perusahaan yang bangkrut, aku tidak sudi menukarkan istriku pada orang lain. Susah payah aku sudah merebutnya dari Geo, dan sekarang aku harus menukarkan istriku pada orang lain, itu tidak akan mungkin.' Batin Judan dengan napas yang memburu, tentu saja dengan segala emosi dan juga pikirannya yang benar-benar sudah frustrasi.

Talia yang masih berada di hadapannya, sungguh tak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh suaminya yang begitu kejam untuk menukarkan dirinya dengan lelaki lain demi menyelamatkan perusahaan orang tuanya.

Talia yang merasa harga dirinya diinjak dan serasa dilecehkan oleh suaminya, benar-benar dongkol, juga tumbuh dengan rasa kebencian kepada lelaki yang dicintainya itu.

"Kamu tidak perlu khawatir, kamu akan dijadikan istri sahnya. Karena istri pertamanya akan segera diceraikan dalam kurun dekat ini, dan kamu cukup memberinya keturunan untuknya. Dia lelaki kaya, juga seumuran denganku. Jadi, kamu tidak akan kecewa ketika berhubungan dengannya." Ucap Judan seolah tidak ada beban untuk berucap.

PLAK!

Judan kembali mendapatkan tamparan keras pada pipi kirinya, benar-benar merasa wanita mur_ahan dihadapan suaminya sendiri.

Judan mengusapnya kembali pada pipi kirinya yang terasa teramat perih juga sakit. Lagi-lagi Judan tidak membalasnya, tetap ingat dengan tujuannya itu yang sudah direncanakan sebelumnya.

"Tenang, setelah kamu memberinya keturunan, kamu akan mendapatkan kompensasi yang cukup besar darinya. Setelah itu, kita bisa menikah lagi, begitu juga dengannya akan menikah lagi dengan istrinya. Kita sama-sama mendapatkan keuntungan yang sama besarnya, dan kita akan memulai kehidupan yang baru lagi." Ucapnya lagi menjelaskannya pada sang istri.

Talia menatap suaminya dengan penuh amarah yang terkumpul didalam otaknya yang terasa mendidih, hingga berubah menjadi kebencian yang tidak pernah dapat untuk dilupakan.

Pernikahan yang diharapkan kebahagiaan, tapi kenyataannya seperti terjerembab di dalam lubang yang begitu dalam. Penyesalan tinggallah penyesalan, Talia tidak bisa mempertahankan pernikahannya.

Napas yang awalnya teratur, kini seperti dikejar anj_ing yang menggo_nggong, ngos-ngosan.

Saat itu juga, Judan mendapatkan telpon dari seseorang. Secepatnya ia segera menerima teleponnya, yang jelas dirinya benar-benar sangat takut kehilangan kesempatan.

"Siap, nanti malam aku akan mempertemukan istriku dengan Bos kamu itu, kirimkan alamatnya sekarang juga." Ucap Judan dengan entengnya, sudah seperti menjual barang dagangan.

Setelah itu, panggilan langsung terputus.

Talia yang sudah geram dan kesal dengan suaminya, langsung masuk ke kamar tanpa berucap sepatah katapun pada suaminya.

Judan yang khawatir jika istrinya akan melarikan diri, segera menyusulnya.

Benar saja, rupanya Talia tengah mengemasi pakaiannya dan memasukkannya kedalam koper.

"Kamu mau kemana mengemasi semua barang-barang kamu ini, Talia?"

Talia menepis tangan suaminya yang hendak menahan tangannya yang tengah memasukkan pakaiannya kedalam koper. Kemudian, Talia menatap tajam pada suaminya dengan sorot matanya yang tajam, juga dengan napasnya yang tak beraturan.

"Masih tanya aku mau pergi kemana? tentu saja pulang ke rumah orang tuaku, puas." Jawab Talia dengan suara penuh kebencian, dan napas yang terasa sesak.

Judan langsung mencengkram lengan istrinya cukup kuat dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya membuka layar ponselnya untuk melihat pesan masuk.

"Kamu tidak akan bisa kabur dariku, ingat itu. Sekarang juga, kamu akan aku antarkan ke tempat yang sudah dijanjikan." Ucap Judan yang tidak akan membiarkan istrinya kabur begitu saja.

Talia yang tidak bisa berbuat apa-apa saat suaminya menahan dirinya dengan tenaganya yang cukup kuat, hanya bisa pasrah.

"Kamu benar-benar suami brengs_ek, tega menjual istrimu sendiri demi keuntungan kamu dan keluargamu." Ucap Talia dengan lantang.

Judan yang tidak ingin berdebat dengan istrinya, langsung menariknya dengan paksa sampai di depan rumah.

"Lepaskan! lepaskan tanganku. Kau benar-benar suami brengs_ek yang selama ini aku kenal, cuih!"

Talia tidak lupa meludah ke sembarang arah untuk melampiaskan kekesalannya, Judan tidak menanggapinya sama sekali.

Dengan terpaksa, Judan mendorong tubuh Talia masuk ke dalam mobil dengan bantuan salah satu orang suruhannya, yakni untuk menjaga istrinya agar tidak kabur.

Didalam mobil ada tiga orang suruhannya, satu sebagai supir dan satunya duduk di depan bersama pengemudinya, satunya lagu duduk di sebelah Talia, dan Judan sendiri juga duduk di sebelah kiri istrinya.

Talia yang terhimpit oleh dua lelaki, tidak bisa berkutik sama sekali. Talia menyandarkan kepalanya dengan napasnya yang terasa sesak juga panas.

Ingin rasanya berteriak sekencang mungkin, Talia sama sekali tidak bisa melakukannya. Pasrah, hanya itu yang bisa dilakukan oleh Talia.

"Cepat, kau tambahkan kecepatannya." Perintah Judan yang tidak sabar ingin menyerahkan istrinya kepada lelaki yang akan membayarnya dengan lunas.

Talia yang tangannya di ikat dengan kain yang cukup kencang oleh orang suruhan suaminya, lumayan sakit untuk digerakkan.

"Aku pastikan, kau akan menyesal setelah menukarkan aku pada orang lain." Ucap Talia sambil menatap lurus ke depan, sama sekali tidak menoleh pada suaminya.

Judan yang menoleh pada istrinya.

"Tidak ada yang menyesal, karena kita sama-sama diuntungkan. Lagi pula, kebutuhan kamu akan dicukupi oleh suami kamu nanti. Percayalah, kamu tidak akan menyesal." Jawab Judan dengan entengnya.

"Da_sar! suami gi_la."

Judan mengabaikannya, dan fokus dengan tujuannya.

"Satu tahun lamanya, tidak akan lama jika aku harus menunggumu kembali ke pelukanku." Kata Judan tanpa ada penyesalan atau merasa bersalah atas ucapannya itu.

Dipaksa

Tidak berselang lama dalam perjalanan menuju tempat yang sudah di janjikan, akhirnya Judan bersama istrinya telah sampai di tempat tujuan.

"Ayo turun, calon suami kamu sudah menunggu." Perintah Judan pada istrinya.

Talia masih diam dan juga tidak menanggapi perintah dari suaminya. Dengan napasnya yang semakin terasa panas dan juga penuh kebencian, Talia benar-benar terlihat seperti orang yang kesurupan.

"Jangan sampai aku melakukan kekerasan terhadapmu, ayo! turun." Ucap Judan dengan kalimat terakhirnya yang membentak istrinya.

"Aku gak mau turun, titik." Jawab Talia masih menatap suaminya penuh dengan amarah, juga kebencian.

Judan yang hampir saja terpancing emosinya, susah payah untuk tidak melakukan kekerasan seperti yang diucapkannya.

Tidak ada cara lain selain menarik paksa pada istrinya, hingga seperti orang yang terseret.

Salah satu orang suruhannya yang tengah melihat Talia diperlukan buruk oleh Judan, merasa kasihan dan hati kecilnya tidak tega dan ingin rasanya membantunya.

Tapi, apa daya mereka bertiga yang tidak bisa melakukan apapun untuk memberi pertolongan kepada Talia. Dengan terpaksa dan dengan hati yang terasa berat, sebisa mungkin untuk mengabaikan istrinya Judan yang terlihat dan kedengaran tengah merintih kesakitan saat ditarik paksa oleh Judan, suaminya sendiri.

"Dimana Bos kalian?" tanya Judan yang masih mencengkram lengan istrinya agar tidak kabur.

"Ada di dalam, mari silakan masuk."

Jawab salah seorang anak buah dari orang yang akan membantu Judan memberi pelunasan hutang dan juga membantunya untuk menyelamatkan perusahaan orang tuanya yang sudah diambang kehancuran.

"Baik," kata Judan masih tetap mencengkram lengan istrinya dengan kuat.

Dengan langkah kaki yang sedikit diseret, Talia berjalan dengan kedua kakinya yang terasa begitu berat untuk menopang berat badannya.

Saat sudah dipersilakan masuk ke dalam ruangan privasi, Judan kini menggandeng istrinya. Keduanya tengah berdiri bersebelahan, Talia sama sekali tidak mendongak, tetap menundukkan kepalanya.

"Permisi, Tuan. Saya telah menepati janji, yaitu menyerahkan istri saya kepada Tuan. Percayalah, istri saya ini tidak diragukan lagi. Juga, saya baru menikah satu bulan yang lalu, masih fresh." Ucap Judan layaknya pedagang yang mempromosikan dagangannya.

Talia yang masih menunduk, dirinya mengepal kuat saat mendengar ucapan dari suaminya. Ingin marah dan melampiaskan kekesalannya, dirinya tidak bisa memberontak sama sekali.

Seseorang yang akan membeli Talia dan menjadikannya istri sebagai keuntungan, bangkit dari posisi duduknya. Kemudian, ia berjalan mendekati Talia yang masih menunduk.

Tetapi sebelumnya, mengunci pintunya terlebih dahulu. Takutnya, tiba-tiba perempuan yang ada di hadapannya itu kabur.

Setelah pintu sudah terkunci dengan tombol remot, segera mendekati Talia.

"Minggir jauh dari hadapanku, aku ada perlu dengan istrimu." Ucapnya sambil mengibaskan tangannya seraya mengusir Judan agar segera menyingkir dari istrinya.

Sesuai perjanjian, Judan hanya bisa nurut dengan lelaki yang tengah bicara dengannya. Sedangkan Talia, dirinya memilih menunduk dan tidak mendongak sama sekali. Bahkan, sama sekali tidak melihat lelaki yang akan memberi pelunasan hutang kepada suaminya.

Dengan berani dan juga tidak ada rasa takut apapun, lelaki yang sudah ada dihadapan Talia, kini memegangi dagunya dan mengangkatnya.

Talia sama sekali tidak membuka kedua matanya, dan memilih memejamkan matanya agar tidak melihat lelaki yang kini dengan berani memegangi dagunya.

"Buka kedua mata kamu sekarang juga." Perintahnya pada Talia.

Talia yang mendengarnya, pun masih diam dan juga tidak menurutinya.

Geram, kesal, itu sudah pasti, karena sama sekali ucapannya tidak dituruti.

"Cepat! kau buka mata kamu itu, apa kau tidak mau mendengarkan aku?"

Talia langsung membuka kedua matanya dengan sempurna.

Sekejap, tubuh Talia mendadak gemeteran. Bahkan kedua kakinya terasa berat untuk menopang berat badannya. Tidak hanya itu saja, kedua tangannya berubah menjadi berkeringat dingin saat apa yang ia lihat bagai cambukan pada dirinya.

"Kak-kak-kamu." Ucap Talia terbata-bata juga takut.

"Kamu masih mengenalku?" bisiknya didekat daun telinga Talia dengan suara menggoda.

Napas yang masih terasa panas karena dibuat kesal oleh suaminya, kini harus berhadapan dengan lelaki di masa lalunya.

Lelaki yang ada di hadapannya itu, rupanya lelaki yang selalu dijauhi oleh Talia, karena terus menerus mengejar dirinya untuk dijadikan pacarnya, tetapi Talia selalu menolaknya. Dan kini, takdir dipertemukan kembali dengan segala ingatan yang masih dapat diingat kembali.

Detak jantung yang awalnya biasa saja, kini berdegup kencang melebihi dikejar oleh binatang buas. Susah payah Talia menelan ludahnya, dan juga penuh dengan ketakutan.

"Siapkan diri kamu mulai dari sekarang, karena kamu sudah berada dalam genggamanku." Ucapnya dibumbui dengan ancaman.

"Pengawal! cepat kemari." Perintahnya memanggil orang-orang suruhannya. Tiga orang diantara anak buahnya, segera mendekati Tuannya.

"Ada apa, Tuan?"

"Bawa perempuan ini masuk ke dalam, pastikan semua aman dan tidak bisa kabur."

"Baik, Tuan." Jawab salah satu diantara mereka anak buah yang sudah mendapatkan tugasnya.

"Lepaskan! lepaskan tanganku, aku tidak mau menjadi tawanan Bos kamu itu." Teriak Talia susah payah melepaskan cengkraman dari tiga anak buah dari lelaki yang sudah menukarkan dirinya dengan pelunasan hutang suaminya.

Lelaki itu sama sekali tidak peduli pada Talia yang terus berteriak untuk berlepas diri. Judan yang melihat istrinya diperlukan buruk, rasanya begitu kasihan.

Tapi, mau bagaimana lagi, suaminya Talia sama sekali tidak mempunyai cara lain untuk menyelamatkan perusahaan besar milik ayahnya selain menukarkan istrinya sendiri yang dijadikan tumbal.

"Sekarang kau boleh pulang, perceraian kamu dengan istrimu, aku yang akan mengurus semuanya. Jadi, kamu cukup menerima bersihnya. Satu lagi, setelah istrimu menjadi istriku, kau sama sekali tidak mempunyai hak apapun terhadap istrimu, karena sudah menjadi hak-ku sepenuhnya sampai perjanjian kita berakhir." Ucapnya sesuai tujuannya.

"Kalau sampai satu tahun tidak juga kunjung membuahkan hasil, apakah mungkin akan tetap bercerai?"

"Itu hakku, kamu tidak mempunyai keputusan apapun selagi perjanjian masih berlangsung." Jawabnya, Judan mengangguk dan hanya bisa diam, juga nurut.

"Baiklah, kapan perusahaan orang tua saya akan di tangani, Tuan?" tanya Judan yang sudah tidak sabar untuk mendapatkan hasilnya setelah menyerahkan istrinya.

"Besok, semua akan diatasi dengan baik. Kamu tidak perlu menaruh curiga padaku, karena aku bukan lelaki pembohong. jadi, sekarang juga kau cepetan segera pergi dari hadapanku." Jawabnya, tak lupa mengusir Judan untuk segera pergi dan meninggalkan tempat yang dijadikan sarang untuk melakukan pertemuan dengan siapapun.

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi, mari." Ucap Judan berpamitan sebaik mungkin, agar tidak menumbuk kesalahpahaman.

Setelah perginya Judan, segera menemui Talia yang tengah di kurung di dalam kamar.

"Kalian bertiga boleh keluar kemanapun, yang terpenting masih berada di dalam area sini."

'Cih! si Bos benar-benar lagi gak wa_ras, nyuruh anak buahnya pergi, tetapi tetap tidak boleh jauh, sama aja poinnya.' Batinnya sedikit capek membayangkannya.

Bagai terpenjara

Talia yang sudah berada di dalam kamar, pintu pun terkunci dari luar. Sedangkan lelaki yang telah membelinya dari sang suami sendiri, segera menemui Talia yang terkurung di dalam kamar tamu yang sudah disiapkannya.

Dengan seringainya yang terlihat sinis, merapihkan baju kemeja putihnya, dan menggulung lengannya sampai pada titik sikunya, benar-benar terlihat tampan dan juga mempesona.

Rasa yang sudah tidak sabar ingin menemui Talia, segera membuka pintu kamar yang dikhususkan untuk perempuan yang sudah ia tukarkan dengan pelunasan hutang, pikirnya.

"Sayang, aku sudah pulangnya." Panggil seorang istri yang baru saja pulang entah dari mana, tentunya mengagetkan suaminya.

Ricardo Guvanta yang tidak lain lelaki yang menukarkan hartanya dengan sosok perempuan yang dijadikan jaminannya, ia langsung menoleh ke sumber suara. Lalita yang berstatus istri sahnya, langsung memeluk suaminya, tak lupa men_cium pipinya.

"Maaf, aku baru bisa pulang. Semalam aku sibuk di rumah Mama, soalnya ..."

Ricardo langsung menempelkan jari telunjuknya tepat di bibir milik istrinya.

"Aku tidak mau mendengar alasan darimu, segera masuk ke kamar dan cepatlah bersihkan badanmu." Ucap Ricardo, Lalita mengangguk dan nurut.

Bahkan dirinya sampai tidak mengetahui kehadiran perempuan di rumah suaminya, lantaran sibuk dengan kebiasaannya.

Ricardo yang masih berdiri di depan kamar tamu, memilih untuk menyusul istrinya yang baru saja pulang.

Talia yang berada di dalam kamar sendirian, perasaannya masih terasa dongkol. Hancur sudah perasaannya yang ia jaga demi nama suami, kini dirinya harus dikorbankan oleh suaminya sendiri.

Kesal, benci, dongkol, semua telah menjadi satu yang tengah dirasakan oleh Talia, lantaran harus menjadi korban kebiad_aban suami sendiri yang begitu tega menumbalkan dirinya untuk dijadikan pelunas hutang perusahaan ayah dari Judan sendiri.

Talia yang tidak tahu harus ngapain saja di dalam kamar, memilih berbaring di atas tempat tidur untuk beristirahat. Seenggaknya, otaknya tidak dipaksa untuk berpikir terus-menerus.

Sedangkan didalam kamar yang lain, ada Ricardo yang juga sama halnya seperti Talia, yakni sama-sama rebahan sambil menetralkan pikirannya yang entah seperti apa untuk menentukan keputusan selanjutnya.

Lalita yang baru saja keluar dari kamar mandi, membawa aroma yang cukup menyengat, serta menambah godaan bagi yang menghirup aromanya.

Tentu saja, Ricardo langsung membuka kedua matanya dengan sempurna. Ingatannya justru tertuju pada perempuan yang sudah membuatnya gila tentang cinta.

Lalita yang sudah biasa melayani suaminya setelah mandi, kini mendekatinya untuk menjadi penggoda. Pelan-pelan, Lalita berjalan agar tidak menimbulkan suara. Kemudian, langsung ikutan rebahan seperti suaminya.

Saat itu juga, Lalita maupun Ricardo sama-sama menoleh dan saling menatap satu sama lain. Lalita tersenyum manis di hadapan suaminya dengan jari-jemarinya yang mulai aktif kemana-mana, sedangkan Ricardo membiarkan istrinya melakukan apapun yang disukainya.

Mau bagaimanapun, Lalita adalah istri sahnya, dan juga sudah membina rumah tangga bersama Ricardo sudah empat tahun lamanya. Tentu saja, tidak ada larangan apapun yang diinginkan oleh istrinya.

Meski pernikahannya dari jalur perjodohan, Ricardo tidak ada penolakan apapun atas permintaan kedua orang tuanya dulu untuk menikahkan dirinya dengan Lalita.

Sebenarnya tidak ingin menikah dengan perempuan yang tidak ia cintai, tetapi dirinya tidak bisa terus menerus melakukan hal bodoh sendirian. Tentu saja, Lalita hanya dijadikan pelampiasannya semata.

Masih dengan keaktifan Lalita yang kini sudah sama-sama polos tanpa busana, juga tidak disadari oleh Ricardo sendiri dengan kondisi dirinya sendiri tanpa sehelai benang pun yang berbaring di atas tempat tidurnya.

Talita yang selalu memulai duluan untuk melakukan pemanasan, tidak peduli baginya jika harus memulai duluan.

Ricardo yang sudah mulai terpancing oleh istrinya, langsung menc_umbui istrinya. Tidak pakai lama, ade_gan panas terus berlanjut hingga keduanya sama-sama merasa puas dan kelelahan.

Setelah itu, keduanya menyudahi perma_inannya di atas tempat tidur, dan dilanjut oleh Ricardo segera membersihkan diri setelah has_ratnya tersalurkan lewat istrinya. Sedangkan Lalita sendiri, memilih untuk lanjut tidur daripada harus membersihkan diri malam-malam.

Entah otak liciknya muncul dari mana, tiba-tiba Ricardo membangunkan istrinya yang tengah tidur pulas karena lelahnya kegiatan panasnya.

"Bangun, ini, minum dulu." Panggil Ricardo sambil menggoyangkan tubuh istrinya.

Lalita yang merasa dibangunkan okeh suaminya, ia langsung bangun dari tidurnya.

"Ada apa, sayang?" tanya Lalita dengan mata yang mengatuk.

Ricardo langsung menyodorkan satu gelas air minum untuknya.

"Ini, minumlah, biar tidurmu tidak dehidrasi." Jawab Ricardo, Lalita menerimanya satu gelas air minum.

Kemudian, Lalita segera meminumnya hingga tandas dan tidak tersisa satu tetes pun. Ricardo tersenyum melihatnya, dan tak lupa mencium kening milik istrinya dengan lembut.

"Jangan bergadang, istirahat lah." Ucapnya dengan senyumnya, Lalita mengangguk dan kembali melanjutkan tidurnya.

Ricardo yang merasa lega, membuang napasnya dengan kasar. Setelah itu, ia teringat dengan Talia yang terkunci di dalam kamar tamu.

Karena sudah membuat istrinya tidur pulas sampai esok pagi, merasa tenang dan tidak gelisah.

Meski rencananya sudah diketahui oleh istrinya, tetap saja harus mempertemukannya dengan hati-hati, agar istrinya dapat menerima keputusan yang sudah dibuat.

Ricardo yang hanya mengenakan celana kolor dan kaos oblong berwana putih, dengan cuek ia menemui Talia.

Sampainya di depan pintu kamar tamu, maju mundur untuk membuka pintunya. Takut, jika Talia akan berteriak histeris, dan tentunya akan mengganggu yang sedang tidur nyenyak, pikirnya.

Tapi, tidak punya cara lain jika tidak membuka pintunya. Dengan nekad, Ricardo melakukannya.

Saat pintu terbuka, pandangannya tertuju pada Talia yang rupanya sudah tidur dengan pulas. Entah mendapat panggilan hati dari mana, Ricardo masuk ke dalam kamar. Sebelum mendekati, tidak lupa untuk mengunci pintunya terlebih dahulu. Takutnya Talia akan melarikan diri dari rumahnya.

Ricardo yang sudah duduk di dekat Talia, tiba-tiba detak jantungnya bergemuruh hebat, seperti orang yang tengah jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tidak mempunyai cara lain, akhirnya Ricardo mengusap wajahnya dengan kasar. Juga, dirinya membuang napasnya ke sembarang arah.

Cukup lama memandangi wajah ayu milik Talia, Ricardo menyusuri wajahnya dengan jari jemarinya dengan lembut.

Kemudian, ia memejamkan kedua matanya sambil duduk, yakni dengan cara mengatur napasnya agar tidak karuan saat detak jantungnya berdegup.

Saat dirasa napasnya sudah normal, juga detak jantungnya yang tidak berdegup kencang. Ricardo ikut berbaring di dekat Talia yang begitu pulas dalam mimpinya. Lambat laun, Ricardo ikut tidur pulas di sebelahnya.

Dengan napas yang sama hangatnya, Ricardo maupun Talia, keduanya sama-sama merubah posisi tidurnya, dan alhasil saling berhadapan tanpa disadari oleh satu sama lain.

Cuaca yang mulai dingin akibat perubahan cuaca yang awalnya musim panas, kini menjadi musim hujan. Tentu saja, membuat suasana menjadi dingin.

Malam yang semakin larut, tak terasa sudah beberapa menit berada dalam satu kamar. Sambil memejamkan matanya, Talia mencari guling untuk dijadikan penghangat tidurnya. Tak peduli dengan guling yang keras atau bagaimananya, yang terpenting dapat dipeluk dan dapat menghangatkan tubuhnya yang mulai terasa dingin.

Ricardo yang dijadikan guling oleh Talia, diam dan menurutinya untuk dipeluk.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!