NovelToon NovelToon

Promise!

Perkenalan visual tokoh

Sebelum baca cerita ini, ada baiknya baca dulu kisah pertamanya di "Retaknya Mahkota". Jadi, kalian tidak akan bingung nantinya.

Ini kisah yang menceritakan Sakya dan Chana. Mereka yang akan membuka tuntas semua yang belum selesai di kisah pertama.

Sebelum memulai kisahnya, lebih baik kita berkenalan dulu dengan masing-masing tokoh, ya. Biar kalian punya gambaran saat mereka berlakon nanti.

Yang pertama tentu saja Sakya

dan yang ini adalah Chana

berikutnya adalah Prameswari Hayatun Rasyda. Biasa dipanggil Aya

selanjutnya ada Razendra Mahardika Efendy. Atau kita panggil saja die Ze.

Selanjutnya ada Marissa Shakeela. Dia dipanggil Ela.

Selanjutnya ada Aurora Maghenta yang biasa dipanggil Tata.

Itu perkenal visual dari para tokoh utama di sini. Hayoo, bisa tebak gak mana karakter jahatnya?

Daripada penasaran, yuk kita ikuti saja kisah mereka.

Happy reading, guys.❤️

Gagal lagi

"Mba, lihat gelang aku gak yang ada kupu-kupunya?" tanya Chana panik karena dia dikejar waktu.

"Saya tidak lihat, Non. Saya mana berani menyentuh barang-barang milik Non Chana."

"Aduuuh, di mana ya?" Chana semakin panik. Dia berjalan ke sana kemari. Melihat di kolong-kolong, lalu kembali berdiri. Membuka selimut, buku, atau apa saja yang bisa dia angkat.

"Mau ke mana, sih? Kencan lewat aplikasi lagi?" tanya Sakya yang tiba-tiba ada di ambang pintu kamar adiknya.

"Kepo!"

"Gak bosen terus-menerus kencan, date dari cowok dapet nemu di aplikasi? Minta Mom sama Dad aja kali nyari calon buat kamu."

"Berisik! Bantu nyari kek."

"Ogah! Bleeee!"

Chana mengangkat ujung bibir bagian atasnya.

"Duuuuh, di mana, sih?" tanyanya dengan suara yang lembut.

Chana, gadis cantik yang memiliki suara lembut dan halus. Dia yang tidak pernah bisa meninggikan nada bicaranya meski sedang marah.

Anak kecil yang imut itu kini tumbuh menjadi gadis cantik yang sembrono dan pelupa.

Lain halnya dengan Sakya. Pria tampan itu menjadi sosok berwibawa dan penuh tanggung jawab. Dia yang selalu serius menghadapi segala sesuatu dan selalu tepat waktu.

"Kenapa tidak pakai gelang lain saja, Non." Pelayan pribadinya memberi saran. Galuh namanya.

"Gak bisa, Mba Galuh. Itu, tuh, gelang keramat. Gelang keberuntungan."

"Pakai atau tidak pakai gelang itu, Non adalah wanita yang sangat beruntung, kok."

Chana mendesah karena lelah mencari gelang yang tidak kunjung ketemu.

"Kalau aku beruntung, gak mungkin juga aku terus-menerus kencan lewat aplikasi, pas ketemu selalu gagal, Mba. Gak pernah ada yang mau lanjut."

"Masa? Apa mata mereka buta? Non itu cantik banget kayak bidadari."

"Tuh, kan, bener." Chana mendekati pelayannya. "Aku ini cantik, merekanya aja yang katarak, iya, kan?"

Galuh menanggapi dengan serius sambil mengangguk mantap membenarkan ucapan majikannya.

Sementara itu di ruang makan, Sakya dan orangtuanya sedang menikmati makan siang di hari libur ini.

Sakya nampak serius sedang membahas pekerjaan kantor bersama Iksia. Kepintaran Sakya memang berbeda dengan Chana. Sakya berhasil melalui pembelajarannya di universitas dengan melompati beberapa semester. Tapi tidak dengan Chana. Dia masih harus berjuang dengan perkuliahannya.

"Mana adik kamu?" tanya Arzhan.

"Sibuk berhias."

"Apa dia akan pergi kopi darat dengan pacarnya yang online itu? Benar-benar, ya, anak itu."

"Sudah, biarkan saja. Selama masih dalam batas kewajaran, kita jangan melarang dia ini itu. Biarkan dia melakukan apa saja yang dia mau, kita sebagai orang tuanya hanya harus mengarahkan itu pun kalau dia sudah melewati jalur."

"Kamu, tuh, ya, Mas. Selalu saja membela dia, makanya Chana jadi semaunya sendiri."

Dengan terpaksa, Chana pergi tanpa gelang keberuntungannya. Dia hanya pamit kepada orang tua dan sodara kembarnya tanpa ikut makan siang bersama.

"Jalan, Pak. Kita ke caffe luminair."

"Siap, Non."

Dengan menggunakan mobil kesayangannya, Chana segera pergi diantar supir. Bukan dia tidak bisa menyetir sendiri, sebagai jaga-jaga saja jika orang yang dia temui bukanlah orang baik. Chana selalu mengajak supir sekaligus pengawal pribadinya.

Tidak butuh waktu lama, Chana pun sampai di tempat tujuan. Caffe yang sedang viral di media sosial karena banyak sekali kumpulan club' yang nongkrong di sana.

Mulai dari club' motor bebek jadul.

Moge juga berkumpul di sana.

Bahkan mereka sekumpulan club' sepeda ontel degan hiasan warna wani pun ada.

Caffe yang memiliki halaman super luas, cozzy, dan bergaya estetika itu ramai dikunjungi orang. Anak muda, kumpulan para sahabat, bahkan ada yang mengajak keluarganya.

Selain indoor, ada juga tempat duduk yang outdoor. Dimana yang outdoor itu dibuat seperti berada di pantai. Pijakan dari pasir putih buatan degan pohon kelapa di pinggirnya. Juga tempat duduk yang dibuat seperti suasana pantai sesungguhnya.

Sebuah chat masuk. Dia mengirim pesan jika dia tidak bisa datang karena ada hal lain yang mendesak.

"Aaarghh! Selalu aja kayak gini, ini pasti karena aku gak pake gelang kupu-kupu itu. Sial jadinya."

Chana menggerutu. Belum sempat dia duduk, dia harus kembali membalikkan badan menuju pintu keluar.

"Kenapa, sih, aku selalu begini? Selalu saja sial dalam segala hal tentang percintaan. Apa yang salah sebenarnya pada diri ini ya tuhaaan."

Karena kesal, Chana menendang kaleng soda yang kebetulan ada orang tidak bertanggung jawab membuangnya begitu saja.

Plukkk!

Kaleng itu mengenai seseorang yang kebetulan sedang lewat.

"Oh my God!" Chana menutup mulutnya dengan tangan rapat-rapat.

Laki-laki itu mengusap kepalanya yang kesakitan dan juga basah terkena sisa-sisa soda yang lumayan banyak.

Melihat soda itu menetes sampai membasahi pipi pria tersebut, Chana segera berlari. Sambil meminta maaf dia mengelap wajah pria itu dengan ujung dress yang dia pakai.

Chana yang panik tidak menyadari bahwa dress yang dia angkat membuat paha mulusnya terlihat dengan jelas.

Pria itu melepas jaket yang dia pakai untuk menutupi paha Chana. Dia mengikatkan lengan jaket itu di pinggang Chana.

Kaget karena Chana mengira pria itu hendak memeluknya, dengan spontan Chana menendang perut pria itu hingga terjungkal ke tanah.

"Awwww!" pria itu meringis.

"Aku udah minta maaf, udah bersedia bersihin soda yang ada di wajah kamu dengan dress yang baru saja aku pesan! eh anda malah seenaknya main peluk-peluk aja. Dasar cabul!"

Chana bahkan menendang paha pria yang masih duduk di tanah.

"Akan aku patahkan tanganmu!"

Chana kembali hendak menendang tangan pria itu, Namun sandal high heels Chana tersangkut degan pada jaket dan Chana pun terjatuh.

Beruntung ada tubuh pria itu di bawah, hingga Chana mendarat dengan aman di atas tubuh pria tersebut.

Wajah pria yang terkena sinar matahari itu nampak bersinar di mata Chana. Bulu matanya yang indah saat matanya terpejam karena silau, berhasil membuat Chana terpana. Chana terdiam untuk sesaat hingga....

"Woi, Bro! Ngapain di sini? Ini tempat umum!"

Seseorang dengan jaket yang sama menegur mereka berdua yang terlihat seperti.... Bayangkan sendiri, ya. 🤭

Pria itu segera mendorong tubuh Chana hingga gadis itu terguling ke tanah tepat di samping tubuh pria tadi.

"Aduuuh, sakit tau!" Chana mengusap sikutnya.

Chana berdiri sendiri tanpa dibantu sedikitpun dan itu membuat dia kembali marah.

"Om, saya ini perempuan. Cantik lagi. Gak ada niatan untuk menolong kah?" tanya Chana yang membuat kedua pria itu menatap tak berkedip.

"Om, tunggu sebentar." Chana mendekatkan wajahnya pada pria yang sudah menderita karena ulahnya.

Pria itu terdiam. Dengan seksama Chana memerhatikan dengan detail bulu mata pria tersebut dengan mata kagum dan bibir tersenyum manis. Tentu saja itu membuat pria itu salah tingkah dibuatnya. Tidak tau harus berbuat apa, pria itu hanya diam menahan nafas.

Wanita penggoda? Siapa? Aku?

"Napa cemberut aja? Hahaha, gue bisa tebak, nih kayaknya. Pasti Lo gagal lagi dengan cowok temuan Lo di aplikasi. Iya 'kan?"

Chana hanya diam mendengar ocehan kembarannya. Di antara banyaknya manusia di rumah mewah itu, Sakya memang orang yang paling senang melihat kesengsaraan Chana. Terlebih jika itu berkaitan dengan masalah pria.

"Ha ha ha. Lo harus nyari dukun yang sakti biar itu cowok pada nempel sama Lo."

"Berbisik bener ya Allah. Punya sodara cowok lemesnya melebihi emak-emak komplek."

"Alasan dia apa lagi? Apa dia gak sanggup bayar makanan yang Lo pesen? Atau dia terkejut melihat bodyguard Lo dan lari ketakutan? Atau dia bilang merasa insekyur sama Lo? Atau ... dia kaget liat Lo makan banyak?"

"Kak, bisa gak Lo diem sebentar aja? Maksud gue ... mulutnya tutup sebentar aja. Ini gue lagi kesel sama bapak-bapak."

"Bapak-bapak? Maksudnya cowok temuan Lo itu bapak-bapak?"

"Bukan!"

"Terus?"

Di caffe saat itu ....

Pria itu mendorong kepala Chana dengan telunjuk agar menjauh dari wajahnya.

"Hei, Nona. Modus seperti ini tidak akan berguna untuk menggoda pemimpin kami."

"Modus? Memangnya mengagumi mata dia ini sebuah modus? Modus untuk apa? Anda bilang menggoda? Memangnya saya terlihat seperti wanita penggoda, Pak?"

"Ha ha ha. Biasanya para wanita sering sekali menggoda teman saya ini dengan berbagai cara seperti insiden tidak berguna atau trik murahan lainnya."

Waja Chana yang sudah memerah karena terik matahari, semakin merah karena kesal dengan ucapan pria itu.

"Tolong jaga ucapan Bapak. Saya ini memang tidak bisa menahan diri pada sesuatu hal yang indah, tapi bukan berarti saya ada niat menggoda. Lagi pula kenapa saya harus menggodanya, gak penting banget. Mau dia pemimpin kalian, mau dia presiden pun saya tida peduli."

"Kamu benar-benar tidak tahu siapa dia?"

Chana menggelengkan kepala. "Memangnya dia siapa? Anak pejabat?" tanya Chana polos.

"Maaf, Nona. Ada apa ini?" bodyguard Chana menghalangi tubuh Chana. Dengan tatapan tajamnya, dia menatap dua pria tadi.

"Jika ada masalah katakan pada saya. Apa Nona saya melakukan kesalahan?"

"Ya, dia --"

"Tidak, tadi dia tidak sengaja menendang botol soda dan mengenai kepala saya."

Bodyguard itu menoleh ke belakang pada Chana. Gadis itu tersenyum ketakutan.

"Kalau begitu, saya minta maaf." Bodyguard itu menundukkan kepala sebagai tanda permintaan maaf.

"Tidak apa-apa."

Bodyguard itu langsung membalikkan badan.

"Ayo pulang," ucap bodyguard itu dengan tegas.

Chana berusaha melepaskan diri saat bodyguardnya itu menggendong paksa Chana. Namun, dia sadar itu adalah hal yang mustahil. Untuk itulah dia hanya pasrah sambil tidak berhenti menggerutu.

"Dia bahkan punya pengawal pribadi, apa dia anak bangsawan sepertimu juga, Bos?"

Pria itu menatap Chana tanpa jeda hingga Chana benar-benar luput dari matanya.

"Kenapa lama banget, Bro! Ada masalah?" tanya seseorang yang memakai jaket sama. Jaket club' motor Harley yang sedang nongkrong waktu itu.

"Ada sedikit inside tadi."

"Cewek lagi?"

"Iya, tapi sepertinya dia gadis yang berbeda. Tidak seperti gadis-gadis lainnya. Dia bahkan tanpa malu menatap wajah Willi dari dekat. Dia bahkan terang-terangan mengatakan suka pada matanya. Tapi yang lebih mengejutkannya lagi dia tidak tahu siapa Willi dan dia juga memiliki seorang bodyguard."

"Sudahlah, hentikan membahas masalah tadi. Bagaimana dengan rencana kita untuk touring?"

"Semuanya sudah oke, sih. Logistik untuk dibagikan ke orang-orang tidak mampu dan gelandangan pun sudah siap, tinggal angkut pake kontainer."

"Bagaimana dengan uang cash nya?"

"Sudah dimasukin ke amplop. Masing-masing isinya tiga ratus rebu. Cukup kan?"

"Ada berapa amplop?"

"Kita buat 500 pcs."

"Oke."

"Eh, Will, artis perempuan yang waktu itu tampil di acara donasi, minta nomor telpon Lo."

"Kalian saja tidak memiliki nomor ponselku bukan? Lalu kenapa aku harus memberikannya pada orang yang tidak penting?"

William Henry Ferdinand adalah pemimpin club'motor Harley. Dia seorang pengusaha kaya yang tidak hanya memiliki perusahaan di Indonesia akan tetapi juga di luar negeri.

Pria yang tertutup itu tidak pernah membagikan hal-hal pribadi pada orang lain termasuk nomor telpon. Hanya ada empat kontak di ponselnya.

Untuk urusan bisnis ada asisten khusus yang menanganinya, entah itu telpon, pesan dan lain sebagainya. Untuk pertemanan atau untuk orang-orang yang termasuk sodara di dalamnya, William mempunyai asisten sendiri yang menangani urusan telpon dan pesan.

William selalu mengisi waktu liburannya dengan touring dan melakukan aksi sosial. Dia mengeluarkan dana dari dana pribadinya dan dari teman-temannya, itu pun jika mereka memberikan tanpa diminta.

Keesokan harinya, seperti biasa rumah itu akan heboh dengan suara Iksia yang ribut membangunkan anak gadisnya.

Chana sangat sulit bangun di pagi hari, dia akan bersembunyi di balik selimut tebalnya. Sementara Iksia akan berusaha keras menariknya dari tempat tidur.

Sementara Arzhan dan Sakya hanya akan tersenyum sambil sarapan mendengar keributan dua orang wanita kesayangan mereka.

"Dad, come on. Mom sudah teriak sejak tadi tapi si kebo itu tidak juga bangun."

"Baiklah, dad lihat dulu mereka sedang apa."

Arzhan meninggalkan sarapannya yang belum sempat dihabiskan. Dia berjalan menuju kamar Chana.

"Sayang, sudahlah." Arzhan merangkul pundak istrinya yang sudah kelelahan membangunkan Chana.

"Apa, sih, maunya anak ini. Sudah waktunya dia berangkat ke kampus, masih aja tidur kayak anak kucing."

"Ya sudah, kamu sarapan dulu biar tenaganya kembali penuh."

Arzhan memeluk istrinya sebelum dia keluar dari kamar.

"Dad juga masih ngantuk, ikut bobo dong."

Dengan senyuman di wajahnya, Chana menyibakkan selimut yang semula sangat kuat menutup tubuhnya.

Arzhan berbaring di samping Chana, anaknya itu langsung memeluk erat tubuh daddy-nya.

"Seharusnya kamu segera mencari pengganti Daddy. Haruskah kamu menikah lebih awal?"

"Aku maunya sama Daddy aja. Yang lain nakal."

"Coba cari laki-laki yang ada di dunia nyata, Chana."

"Memangnya aku nyari laki-laki dari dunia ghaib, Dad?"

"Maksud Daddy itu yang benar-benar kamu kenal, yang bisa kamu lihat secara langsung. Tau orang tuanya, tau kebiasaan dan prilakunya. Jangan cari di media sosial. Dunia maya itu penuh tipu-tipu, Honey."

"Ya udah, Daddy cariin pacar buat aku."

"Kalau untuk calon suami, Daddy akan bantu. Tapi untuk pacar, Daddy gak mau. Nanti Mom marah. Mom gak ngizinin kamu atau kakak kamu pacaran kan?"

"Kolot banget, sih Mommy."

"Dia hanya ingin menjaga kamu, Sayang. Mom tidak ingin hal buruk terjadi."

Hal buruk yang pernah kami lakukan. Arzhan berbisik dalam hati.

"Ayo, sekarang mandi dan dandan yang rapi. Nanti Daddy kenalin kamu sama seseorang. Dia itu pelukis handal, dan sangat tampan."

Mendengar ucapan Arzhan, tanpa basa-basi lagi Chana langsung bangun. Dia melompat dari atas kasur melangkahi Arzhan yang sedang berbaring.

"Anak itu," gumam Arzhan, lalu tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!