NovelToon NovelToon

Suamiku (Calon) Adik Iparku

SCAI - 1. Mau Kejelasan

"Sat ... kapan kamu akan menikahiku? Aku sudah memberikan semuanya yang kamu inginkan, kenapa satu permintaanku saja, kamu tak bisa mengabulkannya," ucap Vanye sambil menatap tajam Satria.

Vanye Al Burrak, itulah nama gadis yang sedang menayangkan kapan kekasihnya akan menikahi dirinya. Terhitung tujuh tahun mereka menjalin hubungan, tapi sedetikpun Satria tak pernah membahas pernikahan.

"Nanti setelah kamu sudah memberikan semuanya, Sayang," balas Satria sambil membelai lembut wajah kekasihnya. Namun Vanye langsung menepis tangan Satria.

"Apalagi yang kamu mau? Bukankah papa sudah menyalurkan dana ke perusahaan mu dan itu nggak sedikit, Sat!" marah Vanye. Ingin sekali dia memaki kekasihnya, tapi semua kembali lagi pada hati. Dia sangat mencintai Satria, sehingga Vanye selalu jatuh ke lubang yang sama.

"Bukan itu yang aku maksud, Sayang. Aku pernah bilang jika aku sangat menginginkan sesuatu yang ada di dalam sini, tapi kamu selalu saja menolak," balas Satria sambil memegang buah dada Vanye.

Merasa dilecehkan, Vanye pun mendorong tubuh Satria. Dia sangat kesal ketika Satria terang-terangan memegang hal terlarang, meski dia jarang sholat tapi Vanye tau batasan mereka harus sampai mana.

"Apaan sih kamu, Sat! Dengar ya, untuk masalah ini aku nggak mungkin mengabulkannya. Sudah menjadi prinsipku menikah dulu baru bercinta, jadi jangan coba-coba memegang sesuatu yang tak seharusnya kamu sentuh sebelum kita menikah!" tegasnya semakin membuat Satria muak.

Ada rasa sakit dalam lubuk hatinya melihat tingkah laku Satria seperti ini, membuat dia semakin yakin jika kekasihnya tak pernah serius bahkan bisa jadi hanya main-main saja. Buktinya, kalau memang Satria serius pasti dia dilamar dari dulu.

"Oke ... aku paham, jika kamu nggak mau juga tak masalah." Satria membalas dengan nada acuh. Padahal jauh dalam lubuk hatinya mengumpat hebat, karena ditolak oleh Vanye.

'Awas kamu Van! Lihat sana, aku akan menghancurkan rasa percaya dirimu itu. Tinggal tunggu tanggal mainnya saja, akan ku buat kamu hancur berkeping-keping!'

Tak ada yang bersuara setelah itu, mereka hanya saling diam dan bergelut dengan hati masing-masing. Namun, disini Vanye tak mau banyak membuang-buang waktu. Jadi, dia ingin memperjelas hubungan mereka.

"Aku butuh kejelasan Satria! Tak ada candaan dalam ucapanku. Jika dalam waktu satu minggu kamu belum juga mengambil keputusan, maka papa akan mencabut semua dana ke perusahaan mu!" ancam Vanye.

Dia tak peduli pandangan Satria seperti apa saat ini, yang jelas Vanye ingin mendapat kejelasan dari Satria. Jika dalam satu minggu belum ada kepastian, maka dia akan memilih melepaskan daripada mempertahankan.

Sedangkan Satria sama sekali tak bisa menjawab pertanyaan Vanye, dia masih bingung mau jawab apa. Apalagi tujuan awalnya hanya ingin harta yang dimiliki kekasihnya dan setelah itu dia akan meninggalkan Vanye begitu saja.

"Baiklah, karena kamu tak menjawab maka cukup sampai disini. Aku beri waktu berpikir dan jika sudah menemukan jawabannya kabari aku secepatnya." Putus Vanye.

Setelah itu Vanye mengambil tasnya dan beranjak pergi meninggalkan Satria. Dia berharap Satria bisa mengambil keputusan setelah mendengar ancamannya, tapi sayangnya pemikiran Vanye tak sama dengan Satria.

Satria justru ingin merencanakan hal buruk pada Vanye, karena merasa Vanye telah mempermalukan dia dan mencoba mengancamnya. Sehingga, rasa benci Satria semakin besar pada Vanye.

"Sial! Dia berani mengancamku sekarang! Kamu lihat saja nanti Van, aku pasti akan membuatmu malu. Memang wanita kaya hanya dirimu saja, aku bisa mencari yang lebih kaya darimu!" umpat Satria terus menendang semua barang-barang di depannya.

Emosinya tak dapat dibendung lagi, setelah dia tahan saat ada di depan Vanye. Sampai akhirnya dia menemukan cara efektif untuk membalas perbuatan Vanye tadi.

"Kamu pasti menangis darah, Van! Bahkan untuk keluar pun kamu pasti akan malu, lihat pembalasanku!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hai ....

Emak kembali, semoga kalian nggak bosan ya dengan cerita emak yang selalu pengen di up kalau ada ide 🤭

pokoknya, love sak kebon untuk kalian.

SCAI - 2. Lamaran

Vanye menatap cermin dengan perasaan gugup. Dia sama sekali tak menyangka jika Satria akan melamarnya setelah dua hari mereka bertengkar, ada rasa bahagia tapi juga takut. Entah kenapa hatinya merasa akan ada sesuatu yang terjadi, namun Vanye berusaha berpikir positif.

"Ya ampun, Mbak Vanye cantik banget. Sampai pangling aku, Mbak masih lamaran saja seperti ini, apalagi saat menikah," kata MUA yang mendandani Vanye.

"Ah, Mbak bisa saja. Aku jadi malu, kan!" Vanye tersipu malu.

"Jangan terlalu memuji anakku, Mbak. Lihat tuh mukanya sudah merah banget, nanti dikira sedang flu sama keluarga pihak lelaki," ucap seorang lelaki dari balik pintu.

Seketika Vanye menoleh kebelakang, setelah mengetahui papanya lah yang berkata, Vanye langsung menggerutu. "Ish, Papa! Kebiasaan deh, godain aku!" serunya tak dapat menahan rasa malu, sampai Vanye menepuk-nepuk kedua pipinya.

"Kenapa di tepuk-tepuk, Sayang? Nanti riasanmu hilang, Satria nggak akan ngenalin kamu nantinya." Dimas mencegah tangan Vanye.

"Papa sih!" Vanye semakin cemberut di buat Dimas.

Sedangkan Dimas tertawa dan langsung memeluk erat putrinya. Matanya mulai berkaca-kaca merasa Vanye akan semakin jauh darinya, jika dia resmi menjadi istri Satria. Rasanya sangat berat, tapi Dimas harus rela melepas putrinya demi menjalani biduk rumah tangga.

"Kamu sudah besar sekarang, Van. Padahal baru kemarin kamu sekecil ini, sekarang sudah mau dilamar orang," ucapnya tak dapat menahan air mata.

"Ish, Papa jangan nangis dong. Nanti aku juga ikut nangis," ucap Vanye mulai meneteskan air mata.

Mereka pun saling berpelukan untuk saling menguatkan, sampai akhirnya salah satu keponakan Dimas memanggil mereka berdua karena rombongan Satria sudah datang.

Dengan perasaan campur aduk, Dimas menggandeng Vanye dan membawanya turun ke bawah. Acara lamaran pun berjalan sangat lancar, mulai dari pengajian, pengenalan keluarga sampai akhirnya tukar cincin. Semua orang terlihat bahagia, begitu juga Vanye, dia tak ada henti tersenyum sambil memandang cincin pertunangan mereka.

"Satria, terima kasih sudah melamarku. Aku janji akan menjadi istri yang baik untuk kamu, nanti" ucap Vanye sangat bahagia.

"Iya! Kelihatannya hari sudah semakin larut, aku harus pulang dan dirumah masih banyak pekerjaan," balas Satria sambil melepas tangan Vanye dari lengannya.

Kecewa? Itu pasti, apalagi ini hari bahagia, namun Satria begitu dingin dan tak memperlihatkan kebahagiaan sedikitpun. "Secepat itu?"

"Iya."

Sungguh hati Vanye terasa teriris saat ini, tanpa basa-basi Satria langsung meninggalkan dia sendiri di taman dan mengajak seluruh rombongan pulang. Meski mereka meminta waktu sedikit lagi, tapi Satria menolak sambil berkata jika dia akan pulang sendiri kalau orang tuanya masih mau tinggal.

Melihat itu, Dimas merasa ada yang tak beres dengan Satria. Namun, dia tak bisa asal tuduh dan harus mencari bukti. Dia tak mau asal melangkahkan, yang akhirnya nanti membuat anaknya terluka.

***

Vanye melamun di dalam kamar, sedari tadi dia menelpon Satria tapi lelaki itu tak kunjung mengangkat panggilannya. Hatinya begitu gelisah, takut jika Satria akan berubah pikiran. Di tambah mimik wajah tunangannya tadi, sangat tak berekspresi.

"Van, boleh Mama masuk?"

Vanye pun menaruh ponselnya di atas ranjang. Setelah itu dia tersenyum lembut ke arah Ratih, "Boleh, Ma. Sini duduk di samping Vanye," balasnya mempersilahkan Ratih masuk.

"Kamu sedang apa? Kenapa belum tidur, ini sudah jam sebelas loh," kata Ratih begitu lembut.

"Belum ngantuk, Ma." Bohongnya, padahal Vanye sedang menunggu kabar dari Satria.

"Oh ...."

"Iya, Ma." Vanye tersenyum kaku takut kebohongannya terbongkar. Keringat dingin mulai bercucuran, ketika mamanya terus menatapnya. Ingin sekali Vanye protes, tapi takut semakin membuat mamanya curiga.

"Van, kamu serius ingin menikah dengan Satria?" tanya Ratih tiba-tiba.

"Maksudnya, Ma? Kalau nggak serius, kenapa aku menerima lamaran dia," jawab Vanye langsung.

"Entahlah, Van. Mama merasa ada yang aneh, tapi ya sudahlah semoga itu hanya ketakutan Mama karena sebentar lagi kamu menikah," kata Ratih sekali langsung.

Vanye paham apa yang dirasakan Ratih, bagaimanapun juga dia anaknya pasti akan merasa waspada takut jika anaknya akan dipermainkan oleh lelaki.

"Ma, aku yakin Satria orang baik. Buktinya dia mau melamarku, jadi jangan khawatir lagi ya." Hibur Vanye.

"Iya, ya. Oh ya, sebentar lagi kamu menjadi istri se-seorang. Mama hanya ingin kamu hilangkan sifat manjamu, Nak. Jika sudah memiliki suami, semua harus bisa mandiri," ujar Ratih memberi wewejang pada Vanye.

"Jika suami minta kamu mengurus dapur, maka kamu harus mau. Layani suamimu sepenuh hati, jangan pernah membangkang, karena surga seorang istri ada pada suami."

Vanye menganggukkan kepala mendapat nasehat seperti itu. Dia juga sadar, jika belum bisa merubah sifat manjanya. Apalagi mengurus dapur, yang ada bisa kebakaran. Karena selalu gosong, saat memasak sesuatu. Namun, dia bertekad akan belajar semua demi menyenangkan Satria.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy Reading....

Selamat membaca, semoga kalian suka. 🍑

SCAI - 3. Tak Ada Kabar

Menjelang hari pernikahan, Satria benar-benar tak bisa di hubungi. Vanye merasa sangat khawatir, apalagi pernikahan mereka hanya tinggal menghitung hari namun Satria seperti ditelan bumi.

Vanye pikir, hari ini dia bisa bertemu Satria karena bertepatan Fitting baju pengantin mereka. Tapi, ternyata dugaan Vanye salah, yang datang hanya calon mertuanya saja, sedangkan Satria entah kemana.

Hati Vanye semakin bimbang, dia berusaha menelpon kembali Satria, akan tetapi Vanye lagi-lagi harus menelan pil pahit setelah mendapati ponsel Satria tak lagi aktif.

"Kemana sebenarnya kamu, Sat!" gumam Vanye.

"Van, kamu kok terlihat bingung gitu sih? Apa bajunya kurang bagus? Kalau iya, kamu bilang nanti kita cari yang lain," kata Dona — calon mertua Vanye.

"Ma, bolehkah aku bertanya?" Bukannya menjawab, Vanye malah mengajukan pertanyaan pada Dona.

"Tentu saja, boleh Nak. Silahkan, apa yang ingin kamu tanyakan." Dona begitu lembut membalas permintaan Vanye, dia memang sangat lembut sehingga Vanye merasa tak enak.

"Ma, apa Satria ada di rumah Mama?" tanyanya penuh keraguan, dia sempat menyuruh orang mencari Satria di apartemen, tapi sayangnya kekasihnya itu tak lagi di apartemen.

"Iya, dia ada di rumah Mama. Memangnya kenapa, Sayang? Apa dia tak memberikan kabar?" tanya Dona.

Vanye pun menggeleng. "Nggak ada kabar sama sekali, Ma. Semenjak hari lamaran kita, Satria seperti menghindar. Bahkan sekarang ponselnya tidak aktif lagi, Vanye takut Ma."

Akhirnya Vanye mengungkapkan rasa kekhawatirannya pada Dona, masa bodo lah jika dia dibilang manja, tapi kali ini Vanye benar-benar takut Satria menghilang.

"Takut kenapa, Sayang? Dia ada di rumah Mama kok, kalian kan memang sudah harus dipingit. Jadi sabar ya, sebentar lagi kalian bisa bertemu setiap hari," balas Dona sambil tersenyum.

Meski ucapan mertuanya benar, tapi tetap saja Vanye takut. Tak biasanya Satria seperti ini, tapi melihat Dona yang begitu yakin Satria baik-baik saja, membuat Vanye terpaksa tersenyum menanggapi ucapan Dona.

"Tapi, Satria nggak menghubungiku sama sekali Ma. Wajar kan kalau aku takut." Vanye menundukkan kepala, dia tak bisa menahan air matanya jadi Vanye terpaksa menghindari tatapan Dona.

"Mama paham, karena pernah mengalaminya. Tapi, kamu juga nggak bisa terlalu parno Sayang. Coba rileks, yakin jika semua akan baik-baik saja sampai hari H."

Bagaimana Vanye bisa rileks jika hubungannya dengan Satria terasa seperti permainan dan Vanye sangat takut Satria hanya main-main dengan pernikahan ini. Jika dugaannya benar, lebih baik dia hilang dari muka bumi.

"Sudah dong Sayang, jangan sedih terus. Lebih baik lanjut Fitting bajunya, nanti kalau sampai rumah Mama marahin Satria, karena cuekin kamu," kata Dona.

Meski malas malas melanjutkan fitting baju di saat mood nya lagi hancur, tapi Vanye tak bisa menolak permintaan calon mertuanya. Setelah selesai mengurus gaun pengantin, Dona pamit pulang.

Sedangkan Vanye masih terdiam di mobil. Tanpa henti dia menatap layar ponselnya, berharap Satria menghubunginya hingga tanpa sadar air mata mulai menetes membanjirnya pipinya.

"Kamu dimana, Sat?"

***

Vanye memasuki rumah dengan perasaan campur aduk, selama perjalanan dia hanya bisa menangis dan merasa ketakutan sendiri. Bahkan, nyawanya terasa melayang-layang entah kemana. Dunianya begitu gelap, seperti tak ada cahaya.

Tanpa sadar, sikapnya ini dilihat oleh orang tuanya yang tengah asik menikmati waktu santai. Beberapa kali juga Ratih memanggilnya, tapi Vanye tak menyahut sama sekali dan terus berjalan menaiki anak tangga.

"Vanye kenapa, Pa?" tanya Ratih mulai khawatir.

"Papa juga nggak tau, Ma. Coba kamu samperin dia, barangkali mau cerita masalahnya." Dimas menyuruh istrinya untuk menemui anaknya, karena berpikir mereka sama-sama wanita pasti akan paham.

"Papa benar, kalau begitu aku ke atas dulu ya. Kita tunda dulu rencana bikin dedeknya, kasian Vanye sepertinya dia memiliki beban berat," ujar Ratih.

"Iya, Ma. Bikin dedeknya nanti malam saja, sekarang lebih penting anak kita. Sudah sana, jangan sampai Vanye memiliki pikiran aneh-aneh."

Ratih mengangguk paham, dia segera menghampiri Vanye ke atas sedangkan Dimas memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Satria.

"Bagaimana? Apa dia masih ada?" tanya Dimas pada seorang dibalik telepon.

[Sudah pergi, Tuan. Dia membawa beberapa koper, serta pergi secara diam-diam.]

Dimas pun mengepalkan tangannya, dia saat ini ingin marah bahkan ingin membunuh seseorang. Firasat ternyata benar, Satria bukan orang baik dan hanya ingin memanfaatkan Vanye. Dimas tak terima, dia akan membuat perhitungan dengan mereka, tapi menunggu waktu yang tepat.

'Lihat saja kamu, Satria!'

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Emak : Duh, Van. Lupakan Satria, dia tuh seperti motor bagus luarnya saja pas di naikin nggak nyaman banget. 😕

Vanye : Terlanjur cinta maakk 😩😩

Emak : Cinta tak selamanya indah, Nak. Lupakan dia, nanti tak kasih yang baru dia lebih tampan dari Satria.

Rahasia : Ekhem! Daku merasa terpanggil. (penuh percaya diri)

Emak : Nah ini orangnya, ganteng kan. tunggu dia muncul ya nak, dia adalah jodohmu. 😝

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!