Tentang Mentari :
🌻🌻 Mentari adalah seorang gadis berusia dua puluh tahun tahun, yang tinggal di kompleks perumahan yang tidak terlalu jauh dari pasar.
Mentari yang akrab di panggil Tari itu hanya tinggal berdua dengan ibunya, sedangkan ayahnya sudah lama meninggal sejak ia berusia sepuluh tahun.
Mentari juga memiliki sahabat yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri, dan sahabatnya itu tinggal tepat di sebelah rumah Tari.
Meskipun Tari bersahabat dengan lawan jenis, dan sahabatnya itu adalah laki - laki tapi persahabatan mereka murni seperti saudara.
Tidak ada perasaan cinta yang tumbuh di antara mereka, hanya rasa sayang dan rasa perduli serta saling melindungi satu sama lain.
**
" Mentari... Bangun nak hey... Bangun sayang" Kata ibu yang dari tadi terus membangunkan Mentari yang sangat susah sekali untuk di bangunkan.
" Tidak... Jangan pukul aku, sakit... Jangan pukul aku lagi hiks hiks hiks..." Kata Mentari yang masih tidur sambil mengigau.
Ibu mentari yang melihat mentari tidur sambil menangis terus berusaha untuk membangunkan nya.
" Tari bangun nak...Ayo bangun sayang " kata ibunya lagi sambil menggoyang tubuh Tari.
" Tidak... Jangan tidak..." kaget Tari yang langsung terbangun.
" Kamu kenapa nak, mimpi buruk lagi ?" tanya tanya ibunya yang sambil mengusap bahu Mentari.
" Iya Bu, Tari mimpi buruk lagi, Tari bermimpi gadis yang sama sedang di siksa dan Tari pun juga merasakan sakitnya Bu, badan Tari sakit semua " jawab Tari
Begitulah Mentari, hampir setiap malam ia bermimpi seseorang yang sangat mirip dengannya itu di siksa oleh seseorang. Dan setelah bangun dari tidurnya Tari juga merasakan sakit yang sama dengan orang yang ada dalam mimpinya itu.
" Ya sudah sekarang kamu cepat bangun, mandi terus sarapan. Setelah itu temani ibu ke pasar untuk menjual sayuran. " kata Bu Diah ibunya Mentari.
" Iya Bu Tari mandi dulu " kata Mentari yang langsung pergi ke kamar mandi, sedangkan ibunya langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Setelah selesai mandi dan bersiap, Mentari langsung menuju dapur untuk sarapan bersama ibunya.
Saat sedang sarapan, tiba-tiba pintu rumah di ketuk dan suara seseorang memanggil mentari.
Tok tok tok...
" SPADA... Assalamualaikum " panggil orang itu dari luar.
" Iya sebentar..." jawab Bu Diah dari dalam.
" Sebentar ya sayang ibu lihat dulu, kamu lanjutkan saja sarapan nya " kata Bu Diah pada putrinya itu.
" Iya Bu, palingan juga Bagas. Kebiasaan deh tu orang pagi - pagi sudah bertamu di rumah orang saja " Kata Tari sambil memakan makanannya.
" Hush... Kamu tidak boleh ngomong gitu, biar bagaimanapun dia itu sahabat kamu. Ya sudah ibu mau buka pintu dulu, kasihan kelamaan diluar bisa garing nanti " kata Bu Diah yang langsung keluar untuk membukakan pintu.
" Eh nak Bagas " kata Bu Diah setelah membuka pintu.
" Iya Bu, assalamualaikum " kata Bagas sambil tersenyum
" Walaikum salam, ayo silahkan masuk nak, kebetulan kita lagi sarapan yu sarapan bersama. " kata Bu Diah yang mengajaknya untuk sarapan bersama.
" Wah kebetulan banget Bu saya belum sarapan, saya ikut sarapan ya " kata Bagas lagi.
" Iya ayo langsung ke dapur saja " kata Bu Diah yang langsung di anggukan oleh Bagas dengan sangat antusias.
Bagas pun langsung masuk mengikuti Bu Diah menuju dapur, setelah sampai di dapur Bagas melihat mentari yang lagi asyik sarapan.
" Selamat pagi Tari, wah enak banget nih kayaknya bagi dong " kata Bagas yang langsung duduk di sebelah Tari.
" Enak saja, ambil sendiri sana. ngapain Lo pagi - pagi sudah datang ke rumah orang " kata Mentari ketus, sedangkan ibunya hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat mereka berdua karena sudah biasa.
🥰 Hai teman-teman, semoga suka ya dengan kisahnya.🙏🙏
" Enak saja, ambil sendiri sana. Ngapain Lo pagi- pagi sudah kerumah orang " kata mentari ketus, sedangkan ibunya hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat mereka berdua karena sudah biasa.
" Yaelah Tar, Lo kenapa sih sensi amat pagi - pagi, gue cuma mau nebeng sarapan. " jawab Bagas yang langsung mengambil makanannya sebelum di suruh.
" Ya sudah buruan, gue sama Mak gue mau ke pasar jualan sayur, Lo bantuin ya " kata Tari lagi
" Sip dah, gue makan dulu " kata Bagas yang langsung di anggukan oleh Tari.
Setelah sarapan Mentari dan Bagas membantu Bu Diah berjualan sayur di pasar, setelah dagangan mereka habis terjual mereka bertiga pun langsung pulang berjalan kaki, karena rumah Bu Diah tidak terlalu jauh.
Saat di perjalanan mereka bertiga langsung di hadang oleh beberapa preman pasar.
" Bagi duit..." kata salah satu preman itu
" Enak saja, kalau mau duit kerja dong " kata Tari
" Wah berani juga nih cewek cepat bagi sekarang, kalau tidak jangan salahkan kami kalau kami akan mengambilnya dengan paksa. " kata preman itu lagi.
" Wah maksa nih Tar rupanya, belum tahu mereka siapa kita " kata Bagas
" Benar, ya sudah kita urus mereka sekarang " kata Tari
" Punya nyali juga mereka, ayo hajar mereka sekarang " kata preman itu yang mengajak temannya untuk menghajar tari dan Bagas.
Tanpa babibu Tari dan Bagas langsung melawan semua preman yang berjumlah sepuluh orang itu.
Sedangkan Bu Diah langsung menjauh dari sana, dan membiarkan anak dan sahabat anaknya itu menghadapi semuanya.
Tidak butuh waktu lama, semua preman itu pun tumbang di bawah kaki Tari dan Bagas.
" Ampun... Ampun maafkan kami nona" kata salah satu preman itu yang tergeletak di bawah kaki Tari.
" Cepat pergi dari sini, kalau tidak gue patahin kaki Lo pada " kata Tari
" Dan ingat jangan pernah lagi mengganggu kami, kalau tidak ... Habib Lo - Lo pada " kata Bagas juga
Mendengar itu, seketika semua preman itu langsung pergi terbirit-birit, sedangkan Tari dan Bagas langsung menghampiri ibunya yang berdiri agak jauh dari sana.
" Kalian tidak apa-apa ?" tanya Bu Diah
" Tidak apa-apa Bu, ayo kita pulang sekarang " jawab Tari yang langsung di anggukan oleh Bagas.
" Syukurlah Alhamdulillah, ayo kita pulang sekarang " kata Bu Diah yang langsung di anggukan oleh mereka berdua.
Itulah Mentari seorang gadis yang berpenampilan sedikit tomboi, bukan hanya cantik tapi ia juga sangat mahir dalam ilmu bela diri, yang di ajarkan langsung oleh Bu Diah yang menguasai ilmu bela diri tingkat tinggi.
Setelah sampai di rumah mereka bertiga langsung membersihkan diri dan memasak untuk makan siang.
" Ngapain Lo masih di sini, betah amat kayanya " kata Tari pada Bagas
" Yaelah Tar, paling tidak biarin gue makan dulu di mari, baru Lo boleh ngusir gue. Ya kan Bu " kata Bagas yang meminta pembelaan dari Bu Diah.
" Iya nak Bagas makan dulu baru boleh pulang " kata Bu Diah
" Tu dengerin, ibu saja tidak masalah gue di mari, kenape Lo yang sewot " kata Bagas pada Tari.
" Ya sudah buruan makan sono, terus buruan pulang gue mau istirahat " kata Tari lagi
" Iye - iye sensi amat Lo, sudah di bantuin juga bukannya terimakasih malah ngusir. " kata Bagas lagi.
" Sudah - sudah ayo cepat makan nanti keburu dingin makanannya " kata Bu Diah yang melihat tingkah laku keduanya yang selalu berdebat.
Begitulah hari - hari yang Mentari jalani dengan ibu dan juga sahabatnya itu, suka duka mereka hadapi dan jalani bersama.
Meskipun terkadang mereka saling bertengkar adu mulut, sebenarnya itu hanya di bibir saja tidak sampai mereka masukan kedalam hati, karena pada dasarnya mereka semua saling perduli dan saling menyayangi.
Hari ini seperti biasa mentari kembali berjualan bersama sahabatnya, ibunya tidak ikut karena harus membantu tetangga yang sedang mengadakan hajatan.
Setelah dagangan habis, mentari dan Bagas kembali pulang. Saat di perjalanan mereka berdua kembali di hadang oleh preman pasar yang lainnya lagi.
" Hey serahkan uang kalian CEPAT..." kata ketua preman itu.
" Wah ternyata masih ada lagi sampah masyarakat nih Tar " kata Bagas
" Mm... Lo benar, kayanya jumlah mereka lebih banyak dari kemarin " kata Mentari
" Ah banyak bacot kalian, cepat serahkan uangnya kalau kalian mau selamat " kata salah satu preman itu lagi.
" Coba saja ambil kalau kalian bisa " kata Mentari lagi
" Wah berani juga kau, jangan salahkan kami kalau kami berbuat kasar padamu " kata ketua preman itu yang langsung menyerang Bagas dan Mentari.
Mentari dan Bagas pun langsung melawan dan menangkis serangan mereka, dengan jumlah preman yang begitu banyak membuat Tari dan Bagas kewalahan.
" Tar sepertinya kita kalah jumlah, sebaiknya kita pakai cara seperti biasa " kata Bagas saat mereka berdekatan saat melawan para preman itu.
" Mm... tunggu apa lagi SEKARANG..." kata Tari yang berlari dan melesat lebih dulu, kemudian di susul oleh Bagas dengan arah yang berbeda.
Para preman itu pun bingung untuk berlari ke arah yang mana, sampai ketua preman itu memerintahkan mereka untuk berpencar agar lebih mudah untuk menangkapnya.
Mentari terus berlari hingga para preman itu tidak terlihat lagi, sampai akhirnya ia menabrak seseorang.
Buukkh...
" AW... Eh maaf, maaf tuan saya tidak sengaja" kata Tari
" Tidak masalah, lain kali hati-hati nona " kata pemuda itu yang berdiri di sebelah mobilnya.
Mentari terkejut saat melihat para preman itu semakin mendekat, ia langsung bersembunyi di dalam mobil pemuda itu.
" Maaf tuan saya numpang bersembunyi sebentar dari para preman itu " kata Tari yang langsung masuk ke dalam mobil itu tanpa persetujuan dari pemiliknya.
Pemuda itu pun bingung melihat seorang wanita yang masuk ke dalam mobilnya sembarangan.
Tapi setelah melihat para preman itu mendekat, ia pun mengerti dan langsung bersikap santai.
" Maaf tuan, apa anda melihat wanita yang lari ke arah sini " tanya salah satu preman itu.
" Oh saya tadi melihat ada wanita yang lari ke arah sana " jawab pemuda itu yang menunjukkan ke sembarang arah.
Para preman itu pun langsung pergi ke arah yang di tunjukan oleh pemuda itu, sedangkan Tari ia menundukkan kepalanya di bawah kursi mobil itu agar tidak kelihatan.
Setelah para preman itu pergi dan tidak terlihat lagi, pemuda itu pun langsung memberitahu mentari kalau ia sudah aman sekarang.
" Hey keluar lah, kamu sudah aman sekarang " kata pemuda itu yang masih berdiri di sebelah mobilnya.
Mendengar itu Tari langsung keluar dari mobil.
" Terimakasih banyak tuan, kalau begitu saya pergi dulu permisi..." kata mentari yang pergi begitu saja.
" Hey, hey..." panggil pemuda itu tapi terlambat, karena Tari langsung melesat pergi dari situ.
" Oh sial... cepat sekali perginya perempuan itu, aku bahkan belum sempat menanyakan namanya. Mm... Perempuan yang unik, semoga lain kali aku bisa bertemu dengannya lagi " kata pemuda itu sambil tersenyum merekah di wajahnya, dan langsung masuk ke dalam mobilnya lalu pergi dari sana.
Sedangkan Mentari ia terus berlari hingga sampai di depan rumah nya.
Begitu juga dengan Bagas, ia juga baru sampai di depan rumah Tari dengan napas yang belum beraturan.
" Hah hah hah... Lo baru sampai juga Tar ?" tanya Bagas yang langsung duduk di depan rumah Tari.
" Iya hah hah hah... Untung gue selamat " jawab Tari yang juga dengan nafasnya yang masih belum beraturan dan juga duduk di sebelah Bagas di depan rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!