🥀🥀🥀🥀🥀
.
.
Saat ini Salsa sudah bersiap-siap untuk berangkat menonton pertandingan basket yang akan di pimpin oleh kakak kembarnya. Malam ini gadis itu mengenakan celana jeans panjang yang di padukan dengan baju kaos berwarna putih dan jaket di luar nya.
Tok...
Tok...
"Sayang ini Mama, Nak." pangil Ayla dari luar kamar sang putri yang sekarang sudah berumur hampir delapan belas tahun.
"Iya, Ma! Masuk aja pintunya tidak di kunci." sahut si princes Erlangga yang masih bersiap-siap memasukan apa saja yang akan di bawanya ke dalam tas ransel.
"Wah ... anak Mama sudah cantik."
"Kan cantik nya Mama pindah ke Salsa." gadis itu tersenyum sambil berjalan mendekati sang mama.
"Nanti bila ingin ke toilet atau ke mana saja, jangan pergi sendirian ya? Mama hanya takut ada orang jahat yang tidak kita sangaka-sangka, ada di sekitar kita." ucap Ayla mengelus kepala putrinya.
Sampai saat ini kebahagiaan keluarga mereka tidak pernah surut. Rian benar-benar membuktikan janjinya yang akan membahagiakan sang istri beserta kedua buah hati mereka.
Si kembar yang terlahir dari dua keluarga kaya raya. Membuat kedua nya begitu di manja. Belum lagi Nando dan Sari, meskipun mereka sudah memiliki satu orang putra yang bernama Aditya. Juga tidak mengurangi rasa sayang terhadap Arsya dan Salsa. Bagi mereka sebesar apapun si kembar tetaplah anak kecil seperti dulu.
"Em ... Mama tenang saja, si Ale sama Aditya juga ikut bersama kami. Mana mungkin kakak meninggalkan Salsa duduk bersama para sahabatnya." jawab Salsa tersenyum karena kakak nya memang begitu posesif. Maka dari itu sampai saat ini Arsya tidak mau memiliki kekasih. Dia takut bila sudah memiliki kekasih waktu untuk menjaga adiknya akan terbatas.
"Itu lebih bagus! Mama senang bila kedua adikmu juga ikut." mendengar nya Ayla langsung merasa lega. Meskipun orang-orang dari Erlangga group selalu menjaga kedua anaknya. Tetap saja sebagai ibu Ayla masih merasa khwatir.
Kejadian masa lalu menjadi pelajaran untuk nya. Agar lebih berhati-hati lagi. Sebab saat Rian diberi obat perangsang, para pengawal mertuanya juga ada di sana. Namun, tetap saja masih bisa kecolongan. Bukan hanya Rian, dia dan suaminya pernah kembali lagi di jebak saat malam acara pernikahan Nando sahabat sekaligus kakak angkatnya.
"Mama sama saja seperti kakak. Terlalu posesif, coba seperti papa ... santai karena orang-orang suruhannya sudah menjaga kami." walaupun berkata seperti itu, tapi Salsa sangat menghargai apapun keputusan dari kakak dan juga mamanya.
"Benarkah Kakak sama mama posesif terhadap, mu?" suara Arsya membuat kedua wanita yang berbeda usia itu melepaskan pelukan mereka.
"Kakak! Sejak kapan Kak Arsya ada di sini?"
"Sejak tadi. Hanya saja Kakak sengaja ingin mendengar apa yang kamu katakan pada mama." Arsya menarik hidung sang adik yang sama seperti hidungnya sama-sama mancung seperti papa mereka.
"Apa mau berangkat sekarang, Kak?" tanya Ayla yang sekarang bergantian memberikan pelukan pada putranya.
"Iya Ma. Tolong do'akan agar kakak kembali menang ya." Arsya memang tidak pernah lupa meminta do'a restu pada sang mama setiap akan melakukan pertandingan.
Meskipun dia sangat hebat tidak membuat Arsya melupakan restu dari mamanya. Dia memang menjadi kapten di tiem basket dari sekolah milik keluarga nya. Kehebatan Arsya yang selalu menang di setiap melakukan pertandingan. Membuat putra sulung Rian itu bagaikan selebritis.
Hampir seluruh perguruan menengah atas sudah dia taklukan dengan skor yang sangat cantik. Maka dari itu malam ini dia tidak hanya menghadapi SMA dari sekolah lain. Namun, juga menghadapi anak-anak dari Universitas Bima Sakti. Tapi untuk babak yang ke-dua, karena babak pertama lawan mereka adalah anak SMA yang tidak kalah hebatnya dari Arsya.
Malam ini benar-benar malam sangat menegangkan bagi para peserta yang akan mengikuti pertandingan. Tapi tidak dengan Arsya, pemuda tersebut malah terkesan santai. Baginya siapapun lawan mereka nanti, tetap sama saja.
"Tentu Mama akan mendo'akan agar putra Mama menang. Tapi jangan karena ingin menang, Kakak melakukan hal yang membahayakan, dan bermainlah dengan jujur jangan hanya ingin menang saja." setiap memberikan restunya untuk sang putra baik Rian maupun Ayla selalu memberikan nasehat yang sama.
"Terima kasih! Arsya sayang Mama! Mama tidak perlu khawatir, Arsya juga nggak mau menang bila merugikan orang lain." jawab Arsya dengan yakin.
"Mama percaya kamu tidak akan melakukannya. Kalau begitu ayo kita turun. Papa pasti sudah menunggu di bawah." Ayla pun mengajak si kembar turun menemui suaminya yang tadi menunggu di ruang tengah.
"Sudah siap semuanya, Kak?" Rian berdiri menyambut putranya yang malam ini akan bertanding. Lelaki yang masih sangat tampan tersebut memeluk buah hatinya untuk memberikan do'a dan dukungan sebagai orang tua.
"Sudah, Pa. Tolong do'akan agar bisa Kakak menang lagi." Arsya juga melakukan hal yang sama seperti pada mamanya tadi.
"Tentu Papa akan selalu mendo'akan agar jagoan Papa bisa kembali menang seperti pertandingan sebelumnya. Tapi ingat jaga keselamatan juga." ucap Rian melongarkan pelukannya karena si putri bungsu sudah ikut-ikutan memeluk dia dan Arsya.
"Adek juga hati-hati, jangan pergi sendirian bila kakak mu sedang bertanding." pesan yang sama juga untuk putrinya.
"Tentu Pa, Mama juga sudah bilang jangan pergi sendirian. Kan ada si Ale sama Aditya yang menemani adek saat kakak nggak ada." ucap Salsa setelah mereka selesai berpelukan.
"Bagus! Kalau begitu berangkat saja sekarang. Agar di jalanya bisa santai." kata Rian melihat jam di pergelangan tangannya.
Lalu setelah mendapatkan do'a restu dan pelukan dari kedua orang tuanya. Arsya dan Salsa langsung berangkat menjemput saudara angkat mereka yang nanti bertugas menjaga Princes saat Arsya melakukan pertandingan.
"Sama saja seperti papa nya. Mau berangkat ke kantor waktu berpamitan nya sampai setengah jam." ucap Ayla setelah kedua anaknya pergi.
"Benarkah? Kan mereka memang anak-anak ku." Rian tergelak seraya memeluk tubuh istrinya yang masih tetap cantik sama seperti dua puluh tahun lalu.
"Ya, ya! Memang anak mu. Aku hanya mengandung nya saja." kata Ayla yang sebetulnya sangat bahagia.
Sedangkan di dalam mobil Arsya. Sudah ramai karena sudah bertambah penumpang dua orang yaitu anak Nando dan Andre yang sekarang tinggal satu kompleks dengan keluarga Rian.
"Kak Ar, katanya lawan kakak malam ini sangat hebat. Kakak hati-hati ya mana tahu mereka bermain curang. Kata teman-teman Ale sih kalau anak-anak perguruan, kebanyakan nya suka bermain curang." ucap Ale setelah mobil Arsya mulai masuk jalanan ibu kota.
"Hem! Kalian tidak perlu khwatir, meskipun mereka mainya licik kakak pasti bisa atasi." jawab Arsya menyakinkan ketiga adiknya yang sangat takut bila dia kalah dalam pertandingan malam ini.
*BERSAMBUNG*...
.
.
.
Terimakasih bagi yang sudah mampir ke sini lagi. jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya ya 🤗
Like.
Vote.
Vaforit.
Bintang lima dan hadiah nya.😍😍
🥀🥀🥀🥀🥀
.
.
Selama di perjalanan menuju gedung tempat pertandingan nya berlangsung. Ketiga remaja yang berada di dalam mobil mewah Lamborghini Aventador edisi terbatas tersebut. Sedang memperingati sang kakak yang akan menjadi kapten dalam pertandingannya nanti. Ketiga saudara angkat itu sangat takut bila kakak mereka di curangi.
"Pokoknya kakak harus hati-hati ya. Ale takut mereka benar-benar bermain curang." kata anak remaja laki-laki bernama Alexander yang biasa di panggil Ale oleh orang-orang terdekatnya.
"Iya Ale-Ale! Kakak akan berhati-hati. Tidak akan Kakak biarkan mereka menang bila bermain curang." jawab Arsya diiringi senyum. Senyum yang hanya bisa di lihat oleh saudara atau teman dekatnya saja.
Arsya memang sangat mirip dengan Tuan Heri dan Rian papa nya. Mereka bertiga tidak pernah tersenyum, kecuali pada orang-orang terdekatnya saja. Namum, bila sedang berkumpul bersama keluarga, justru kebalikannya. Mereka akan tertawa seperti manusia pada umumnya.
"Setuju banget Kak Ar, jangan biarkan mereka menang bila mainya curang." sambung Aditya yang umurnya beda empat tahun kurang lebih dari Arsya dan Salsa.
Meskipun dia masih kecil, tapi sudah bisa melindungi Princes Erlangga. Ale dan Aditya boleh di katakan bodi guard si Princes Salsa. Apabila sang kakak tertua lagi tidak ada di dekat saudara perempuannya. Maka mereka yang mengambil alih tugas tersebut.
Mereka semua memang sangat menyayangi Salsa, karena hanya itulah saudara perempuan satu-satunya. Baik Andre maupun Nando memang tidak ada yang menambah anak lagi. Maka dari itu para anak-anak saling sayang dan melindungi meskipun hanya saudara angkat.
Si kapten basket Arsya. Nama panggilan dari kedua adik angkatnya adalah Kakak Ar. Jadi jangan pada bingung ya. Bagi kedua remaja yang berbeda usianya, panggilan itu adalah nama kesayangan.
"Aman, aman! Yang penting saat Kakak main kalian jangan jauh-jauh dari Princes. Yang ada nanti Kakak kalah karena tidak fokus. Gara-gara khawatir pada nya." ucap Arsya mengacak rambut sang adik yang sudah rapi mengunakan satu tangannya.
"Kakak! Kenapa malah di acak-acak. Nanti Salsa jadi jelek rambutnya berantakan." sungut gadis yang paling beruntung di dunia pernovelan pada kakak nya yang tertawa bersama kedua adik angkatnya.
"Kakak tu mau seberantak apa pun rambutnya tetap cantik. Makanya kita bertiga selalu jagain kakak, karena jangankan anak besar, teman-teman ku saja banyak yang menyukai Kak Salsa." apa yang Ale katakan adalah benar. Banyak dari teman-teman sekolahnya yang menyukai Salsa.
"Ha ... ha ... memangnya Princes kita nggak laku apa, masa mau pacaran sama anak ingusan." Aditya yang mendengar langsung tertawa.
"Iih adek sudah tahu pacar-pacaran ya? Awas kalau berani macam-macam Kakak aduin bunda sama ayah." ancaman Salsa setelah adiknya menyebutkan pacar.
"Kalian tidak boleh pacaran sebelum sebesar Kak Ar. Kakak sendiri saja nggak tahu namanya pacaran." tambah Salsa lagi, karena walaupun dia banyak di gilai oleh para kaum Adam. Tapi Salsa memang belum pernah yang namanya pacaran. Begitu juga dengan Arsya kakak nya.
"Eh ... Adit belum pacaran, Kak. Aku mau pacaran setelah menjadi hebat seperti Kak Ar dulu. Nanti kita tidak perlu mencari pacar, karena para wanita yang akan datang dengan sendirinya." kehebatan Arsya memang menjadi panutan bagi kedua remaja tersebut. Mereka ingin mengikuti Arsya yang hebat dalam segala bidang.
Seiring berjalannya waktu yang di selingi canda dan obrolan lainnya. Mobil mewah tersebut sampai juga di halaman gedung khusus mengadakan pertandingan basket.
"Wah Kak sepertinya ramai sekali. Coba kalian lihat, sangat banyak mobil mewah yang terparkir. Tidak seramai pertandingan sebelumnya." suara Ale mengalihkan mereka dari membahas pacar.
"Iya, Kak Ar. Ini benar-benar ramai dari pertandingan sebelumnya. Pasti sebagian mobil-mobil ini milik para pemain dari anak-anak universitas yang akan menjadi lawan kakak." Aditya pun tak kalah kagetnya.
"Aaaakh ... Kakak yang akan bertanding kenapa Aku yang deg degan." Ale menjerit seraya memeluk Aditya yang ada di sampingnya.
"Iih Kak Ale apa-apaan main peluk gini. Lepas Kak, aku susah nafas ini." sungut Aditya yang selalu menjadi korban pelukan dari sang kakak. Bila Ale sedang takut ataupun lagi gembira.
"Sudah, sudah. Ayo kita turun. Sepertinya kita sudah hampir telat." Arsya melirik jam pada pergelangan tangannya. Seharusnya mereka sudah sampai dari dua puluh menit yang lalu karena sudah berangkat lebih awal. Namun, saat di jalan ada yang mengalami kecelakaan. jadinya mereka harus berhenti beberapa saat.
"Iya Kak." jawab ketiga nya, termasuk Salsa. Lalu mereka turun dan berjalan bersama menuju tempat acara berlangsung. Begitu sampai di lapangan. Semua teman-teman Arsya sudah berkumpul termasuk para pemain lainnya.
Melihat kedatangan mereka semua mata menatap penuh damba. Termasuk para anak-anak dari universitas Bima Sakti. Baik itu laki-laki maupun perempuan, semuanya bagaikan terhipnotis melihat Arsya dan Salsa. Kebanyakan dari mereka mengira, kalau Arsya dan Salsa adalah pasangan kekasih, karena saat masuk si kembar berjalan dengan bergandengan tangan.
"Waw, benar-benar pasangan serasi." puji beberapa orang penonton yang menjadi suporter dari universitas Bima Sakti.
"Aah nggak rugi kita beli karcis mahal, kalau bisa melihat malaikat tampan seperti dia." jerit histeris wanita dari universitas juga.
"Selamat malam semuanya. Sebentar lagi pertandingan akan segera di mulai, karena kapten basket dari SMK Erlangga sudah datang." ucap pembawa acara.
"Arsya untung Lo datang tepat waktu. Gue sudah hampir ngompol di celana tau nggak. Lihat anak-anak dari universitas mental gue langsung ciut ni." kata salah satu pemain yang bernama Yuga.
"Santai! Maaf tadi kita sudah berangkat lebih awal. Tapi di jalan terjadi kecelakaan lalu lintas." Arsya menepuk pelan bahu Yuga sebelum dia berpamitan ke ruang ganti.
"Kalian di sini temani Princes. Kakak mau ganti pakaian dulu." pesan Arsya pada kedua adik angkatnya.
"Ken Lo kenapa melihat ke sana terus. Jangan bilang Lo tertarik sama pacar orang." seorang Pria menyenggol lengan laki-laki yang bernama Kenzo.
"Melihat bukan berarti suka. Gue cuma penasaran aja, kenapa tu cewek seperti di kawal oleh dua anak ingusan itu. Memangnya siapa dia." Kenzo terus mencuri-curi pandang kearah Salsa yang tidak terlalu jauh dari tempat anak-anak dari universitas.
"Awas setelah penasaran, biasanya bisa jadi kasmaran." kata temanya lagi.
"Apaan sih!" Kenzo tidak mendengar ucapan sahabatnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan sehingga terus menatap Salsa yang sekarang lagi tersenyum melihat kedatangan kakak nya.
"Kakak sudah siap!" sapa Salsa menerima pelukan dari Arsya sebelum pria itu memasuki lapangan, karena peluit sudah di bunyikan. Hal yang sama Arsya lakukan pada kedua adik laki-laki nya.
"Do'akan agar kakak menang." setelah mengatakan itu Arsya menyusul tiem nya yang sudah masuk ke lapangan lebih dulu.
Setelah peluit panjang di bunyikan para pemain mulai merebut bola tersebut untuk di masukan ke dalam ring. Hanya beberapa menit kemudian si kapten Arsya sudah berhasil mencetak dua poin. Terlihat dia tersenyum ke arah tiga saudaranya yang terus menyebutkan namanya sama seperti suporter yang lain.
Melihat ketiga adiknya yang tersenyum kearahnya. Arsya pun membalas senyuman itu. Sehingga membuat para gadis semakin menyerukan namanya. Melihat Arsya tersenyum bagaikan penomena langka bagi mereka.
Sedangkan Kenzo dibuat mengepalkan tangannya. Dia tidak suka melihat Arsya begitu di puja. Biasanya Kenzo selalu menjadi pusat perhatian para gadis. Namun, malam ini dia di geser begitu saja oleh Arsya.
ini adalah visual persi Mak author sendiri ya. Bagi yang tidak suka silahkan pakai persi kalian.😂😂
Visual kapten Arsya Mak pakai visual bapak nya, karena susah mencari yang cocok sama karakter nya. Terimakasih. 😘😘😘
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya ya 🤗
Like.
Vote.
Vaforit.
Bintang lima dan hadiah lainnya.😍
🥀🥀🥀🥀🥀
.
.
Pruiiit...
Bunyi peluit babak pertama sudah di bunyikan. Dengan skor SMK Erlangga mendapatkan sembilan belas poin dan lawan mainnya sebelas poin. Lima belas poin di raih oleh si kapten basket. Sampai sejauh ini memang belum ada yang bisa mengalahkan Arsya sebagai pencetak poin terbanyak.
Jadi tidak salah kalau Arsya di juluki kapten basket bukan saat di lapangan saja. Namun, saat sehari-hari mereka juga memangilnya kapten.
"Wuih kakak kita sangat hebat." Alexander langsung berlari memeluk Arsya yang baru keluar dari area lapangan. Sungguh pemandangan yang sangat manis bagi siapa saja yang melihatnya.
"Bukan hanya Kakak yang hebat. Kamu dan Adit juga pasti bisa seperti Kakak. Asalkan tidak malas-malasan saat berlatih." Arsya menarik hidung adik terbawel nya. Sebelum melepaskan pelukan mereka dan kembali lagi menerima pelukan dari Aditya.
Sementara itu si princes lagi menunggu giliran, karena meskipun selalu di manja. Tidak membuat Salsa tumbuh menjadi gadis yang selalu ingin di nomor satukan. Semua itu tentunya menurun dari sifat Ayla mamanya. Wanita kaya yang selalu rendah hati pada siapa saja.
"Kakak hebat!" puji Aditya yang tidak mau ketinggalan memuji sang kakak yang menjadi panutan mereka.
"Nanti kalian berdua yang akan menggantikan Kakak." Arsy mengelus kepala Aditya dengan sayang. Setelah itu dia kembali melepaskan pelukannya dengan Aditya, karena sekarang adalah giliran adik perempuan nya.
"Kakak!" Salsa tidak seperti Ale dan Aditya yang terus memuji kehebatan kakak nya. Namun, Salsa cukup memberikan pelukan saja.
"Apa? Kamu pasti takut Kakak kalah ya!" Arsya mengacak rambut Salsa dengan gemas. Sehingga semua para penonton semakin riuh karena mengira kalau mereka berdua pasangan ke kasih.
Orang luar dari sekolah Erlangga. Memang tidak banyak yang mengetahui kalau mereka kembar. Apa lagi wajah keduanya tidak sama Terkecuali anak-anak dari rekan bisnis Rian atau Tuan Heri. Itupun bila mereka kenal dekat, karena Arsya dan Salsa tidak pernah mau menunjukkan wajahnya di depan televisi.
"Tidak! Aku tidak takut Kakak kalah! Kakak sangat hebat, pasti sulit untuk mereka kalahkan." tersenyum sambil memperbaiki rambutnya yang di acak oleh sang kakak.
"Jangan senang dulu! Coba kamu lihat anak-anak dari universitas. Mereka semua adalah pemain terpilih." kata Arsya yang tidak mau terlalu percaya diri. Meskipun kemampuan nya jauh dari kata hebat.
Mendengar ucapan sang kakak. Salsa pun menoleh kearah para pemain dari Universitas Bima Sakti. Sehingga pandangan matanya bertemu dengan mata Kenzo, karena Pria itu sedari tadi memang selalu mencuri-curi pandang padanya.
Deg...
Jantung Kenzo langsung berdegup kencang. Seakan-akan dia sedang melakukan olahraga lari. Tapi tidak dengan Salsa, gadis itu langsung membuang mukanya karena merasa malu sudah ketahuan melihat kearah para pria-pria tampan seperti Kenzo dan para sahabatnya.
"Dia sangat cantik, meskipun tidak memakai riasan wajah."
Kenzo memuji Salsa di dalam hatinya.
Meskipun Salsa tidak tertarik pada Kenzo maupun pada sahabatnya. Namum, sebagai seorang gadis tentu saja dia merasa malu sudah ketahuan melihat Pria asing.
"Princes ayo duduk sini." pangil Dito yang duduk di sebelah Farel.
"Em ... terima kasih, Kak." jawab Salsa kembali duduk, karena Arsya juga sudah duduk dari tadi.
"Setelah babak ini kita akan langsung melawan anak-anak dari Universitas. Siapa-siap aja jangan terlalu banyak berlari sebelum kita mengetahui cara main mereka." kata Arsya berdiri memberikan instruksi pada tiem nya.
"Hem apa yang Arsya katakan benar banget. Kita belum tahu cara main mereka. Apalagi kita sudah lelah sudah main dua kali. Sedangkan mereka baru babak pertama." yang di benarkan oleh Farel.
"Sudah, tidak apa-apa kita main dua kali juga. Justru kalau kita masih bisa bertahan melawan mereka. Kita pasti memiliki kesempatan untuk menang." Arsya menepuk pelan pundak Farel dan kembali lagi bersiap memasuki lapangan, karena waktu istrirahat sudah berakhir.
"Dek ... Kakak main lagi ya? Bila kamu sudah mengantuk telepon saja Om Aldi. Tadi papa sudah berpesan seperti itu." pesan Arsya yang tidak ingin adiknya menahan rasa kantuknya.
"Siap kapten!" yang di jawab oleh Salsa, Ale dan Aditya.
"Kalian---"
Arsya menahan diri agar tidak mengejar adiknya yang sedang menggoda nya.
"Sa ... doain ya!" seru Farel memberanikan diri meminta dukungan dari gadis yang dia sukai.
"Cie, cie Kak Farel!" Ale dan Aditya langsung saja tersenyum menggoda Pria itu.
Sedangkan Arsya yang mendengarnya hanya diam saja. Tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan. Lalu setelah semuanya memasuki lapangan. Pertandingan babak kedua pun kembali di mainkan. Meskipun sudah bisa di tebak siapa yang akan menjadi pemenang nya.
"Ken mata Lo kenapa? Perasaan dari tadi mencuri pandang terus sama pacarnya si kapten basket." ucap teman satu tiem nya.
"Lo nggak lihat tuh cewek cantik banget." bukan kata Varo tapi jawab teman satunya lagi.
"Yoi, gue tahu dia cantik banget. Tapi untuk merebutnya nggak mungkin banget bro. Sadar diri Woi siapa yang akan menjadi lawan kita." jawab rombongan mereka yang sama-sama belum tahu kalau Arsya dan Salsa bersaudara kandung.
"Bener banget! Cowoknya sekeren itu, mana mungkin dia akan berpaling." pujian demi pujian saling mereka ucapkan.
"Melihat cara dia bermain. Jujur gue sudah takut kalah duluan. Sebanyak itu poin dia sendiri yang masukin bola ke dalam ring. Hanya empat poin di masukin oleh temannya. Gimana nggak keren coba." ucap pemain yang tadi mengatakan kalau Salsa sangat cantik.
"Iya dia sangat hebat. Tapi kalian tidak perlu khwatir. Melawan kita nanti dia pasti sudah kelelahan. Jadi harapan untuk kita menang sangat besar." banyak orang tentunya banyak pula pendapat yang berbeda-beda.
"Sudah, sudah! Kenapa kalian malah mengagumi rival bermain kita." kesal Kenzo, lalu dia berdiri hendak menuju ke kamar mandi.
Dengan hati yang dongkol Kenzo menuju toilet Pria. Di dalam hatinya sudah muak mendengar berbagai pujian yang penonton dan temanya berikan pada Arsya.
"Berengsek! Laki-laki seperti itu mereka puja-" mengumpat kesal setelah berada dalam kamar mandi yang terlihat sepi.
"Memangnya apa hebatnya, banyak mencetak poin atau tidak nya" masih terus mengerutuk kesal entah pada siapa.
Tidak lama setelah itu Kenzo sudah keluar dari toilet Pria. Namun, saat dia ingin kembali ke lapangan. Matanya melihat sosok Salsa berjalan mengarah ke toilet juga. Tapi gadis itu hanya sendiri tidak di temani oleh kedua adiknya.
"Gadis tadi!" gumam Kenzo terhenti di tempatnya berdiri. Namum, saat Salsa ingin melewati nya. Varo menghadang langkah gadis tersebut.
"Lo mau kemana?"
BERSAMBUNG..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!