Selamat datang di cerita terbaru aku.
...-First Love Greeting- ...
Di part ini aku akan memperkenalkan tokoh dalam cerita ini. Semoga sesuai dengan keinginan kalian ya ^-^
Nama lengkap : Kaivan Rafandra Adhitama.
Nama panggilan : Kaivan, Ian (panggilan sayang dari Ayli nantinya)
Tanggal lahir : 20 April 2000
Umur : 18 tahun
Kelas : XII IPA 1
Bersekolah di SMA NEGERI RENVARICA
Memiliki sifat ramah, baik, pemikiran dewasa, sedikit cuek dan perhatian hanya pada Ayli.
Ig : @Kai_tama
Id line : Rafantama_
Nama lengkap : Ghanesi Aylliscia Rahardhan
Nama panggilan : Ayli, Ay (panggilan sayang dari Kaivan nantinya)
Tanggal lahir : 20 April 2001
Umur : 17 tahun
Kelas : XII IPA 1
Bersekolah di SMA NEGRI RENVARICA
Memiliki sifat cuek, pendiam dan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Namun aslinya gadis yang manja, baik, perhatian dan penyayang.
Ig : @AyliGhanes20
Id line : Ayli_Rahardhan.
Nama lengkap : Farrel Zibrano Rahardhan.
Nama panggilan : Farel
Tanggal lahir : 31 Agustus 1995
Umur : 23 tahun
Fakultas : Ekonomi Bisnis
Kuliah di Universitas Veteran
Memiliki sifat jutek, dingin dan tidak tersentuh terutama pada Ayli sang adek.
Ig : @FarrelRahardhan
Id line : Farrel_Zibran
Nama lengkap : Viona Putri Enggrita
Nama panggilan : Vio atau Vivi
Tanggal lahir : 12 September 1996
Umur : 22 tahun
Fakultas : Manajemen
Kuliah di Universitas Veteran
Memiliki sifat ceria, baik, sangat ceroboh dan sedikit bawel. Tapi penyayang terhadap anak kecil
Ig : @Vio_Enggrita
Id line : PutriVio_
Nama lengkap : Fachry Dhanurendra
Nama panggilan : Fachry
Tanggal lahir : 04 November 1990
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Dokter di salah satu Rumah Sakit Elite
Bekerja di Rumah Sakit Jeovelin menjadi dokter muda berprestasi.
Memiliki sifat dingin, cuek dan penyayang diwaktu bersamaan terlebih pada setiap pasiennya.
Ig : @Dr.Fachry
Id line : Dr.Fachry
...****...
...-First Love Greeting-...
Kala cinta menyapa dengan penuh kehangatan.
Setinggi dan setebal apapun balok es akan mencair juga.
Aku kira hidup hanya tentang menunggu kematian datang menyapa.
Berjalan digelap nya malam tanpa penerangan.
Berteman dengan sunyinya kehidupan.
Hingga kedatanganmu membawa kehangatan.
Memberikanku banyak arti dalam hidup.
Menjadi lentera dalam jalan ku melangkah.
Kini aku tau artinya hidup.
Rasanya diinginkan dan dilindungi.
Sapaan cintamu lah yang membuatku semangat untuk tetap hidup.
Terima kasih Kaivan.
^^^Tertanda^^^
^^^Ayli.^^^
Tetaplah di sampingku untuk selamanya.
Akanku ajarkan bagaimana menikmati hidup bersama ku.
Mungkin aku tidak bisa memberikan dunia untuk mu.
Tapi aku akan memperkenalkanmu pada dunia.
Hangatnya mentari pagi.
Sampai indahnya pesona senja.
Mungkin cintaku menyapa dengan sederhana.
Tapi selalu ku pastikan sapaan cinta ini akan selalu terkenang dalam kisah kita.
Tetap lah tersenyum Ayli ku.
^^^Tertanda^^^
^^^Kaivan.^^^
...****...
.
.
.
...-First Love Greeting-...
Hai semua,
Gimana udah mulai penasaran gak sih sama ceritanya?
Kalian tenang aja mulai besok akan aku up bab pertamanya 😁
Sabar ya😁
Dicerita ini aku akan buat beda dengan cerita yang seblumnya. Dan semiga menghibur kalian semua untuk tertarik membacanya🥰
Sedikit info buat kalian yang mampir kesini jangan lupa mampir juga di novel aku sebelumnya. Sama Chat Story pertama aku.
• Novel
• Chat Story
Kepoin cerita asik mereka.
Aku juga mau ucapin terima kasih buat kalian yang udah dukung cerita cerita aku sebelumnya.
Berkat like, komen dan vote kalian aku jadi lebih semangat lagi dalam berkarya.
Makasih untuk kalian 💞💞🥰🥰
...-Kembali sekolah-...
Liburan panjang telah usai dan hari ini seluruh siswa SMA NEGRI RENVARICA kembali beraktifitas dalam menuntut ilmu. Beragam ekspresi terlihat pagi ini, ada yang gembira karena hari pertama sekolah, ada yang malas karena merasa liburan telah usai dan ada juga yang merasa bodo amat seperti gadis pendiam satu ini contohnya, Ayli namanya.
Ghanesi Aylliscia Rahardhan atau yang sering di sapa Ayli, ya walau pada nyatanya tidak ada yang pernah menyapanya. Sikap Ayli yang pendiam dan penutup terhadap orang sekitar membuatnya minim dalam hal pertemanan atau mungkin tidak ada yang mau berteman dengan gadis sepertinya yang membosankan.
Tapi siapa sangka dengan sikapnya yang pendiam dan penutup dirinya adalah putri dari pengusaha properti terkenal di Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari mereka berpikir Ayli adalah anak yang sombong melihat sikap tidak kepeduliannya.
Ada juga kabar beredar dirinya terlahir menjadi anak pembawa sial membuat beberapa teman mau pun guru takut berdekatan dengannya, takut kena sial juga katanya. Walau pun begitu Ayli tetap tidak menanggapi dan terkesan bodo amat.
Dirinya sudah terbiasa hidup tidak diinginkan, yang bisa ia lakukan adalah menuntut ilmu dengan baik.
Seperti saat ini Ia berjalan dengan santainya menuju kelas baru, dimana ia sekarang sudah kelas XII. Masa masa terakhir dirinya sekolah, entah apa yang akan ia lakukan setelah lulus dari sekolah ini. Mungkin Mati, maybe.
“Awas gais ada anak pembawa sial mo lewat, ups” ucap siswi berambut pirang pada geng nya saat melihat Ayli di ambang pintu kelas.
Dia Renata, cewek centil sok cantik di kelas Ayli dan ketua geng dari The Beauty. Renata ini suka membully adek kelas dan suka menyebarkan gosip tak sedap, salah satu korbannya Ayli sendiri.
“Yah kog sekelas lagi si sama ni anak pembawa sial Ren? Kan gua jadi takut jadi korbannya dia” sahut antek antek Renata.
“Kan ngeri kalo gua kenak sial karna terus terusan sekelas ma dia Ren”
“Tenang aja gais, selagi kita enggak deketan ma tuh anak pembawa sial. Di jamin deh kita selamat. Tapi gua sendiri juga gak bisa jamin sih” jawab Renata mengibaskan rambutnya.
Masih banyak hinaan lagi untuk Ayli. Ayli yang memang bodo amat dan tidak peduli tetap melangkah masuk dan memilih meja paling belakang di sudut ruang dekat dengan cendela. Tidak lupa ia memakai earphone yang tergantung di lehernya dan mulai mendengarkan musik dari pada cemoohan orang orang padanya.
Jika saat kecil dulu ia menangis maka berbeda dengan Ayli yang sekarang. Ia sudah terlalu kebal dengan segala hinaan yang ia terima. Ingin menyangkal tapi untuk apa? Tidak berguna baginya.
Yang dia inginkan adalah kematiannya esok hari, sefrustasi itulah Ayli? Dirinya pun tidak tau.
“Ck sombong banget sih tuh anak pembawa sial” kesal Sisil salah satu geng Renata.
“Ya udah lah Sisil lagian gak guna juga kita itu ngomong sama dia, lo mau ketiban sial juga?” ucap Ayumi.
“Ih gua mah ogah” sewot Sisil.
“Yuk cabut gais” ajak Renata sambil melenggak lenggokkan tubuhnya.
Ayli melirik kepergian mereka menghela nafas. Beberapa menit lagi akan ada upacara penerimaan siswa siswi baru dan itu cukup membuat Ayli malas.
Bukan takut panas, Ayli hanya malas bertemu dengan para manusia di sekolah ini. Terlebih upacara hari ini pasti akan sedikit lama.m dari upacara bendera biasanya.
Triingg
“Tidak berguna” lirih Ayli mendengar bel sekolah berbunyi nyaring.
.
.
.
.
Di bandara Internasional seorang pria muda tampan melangkah santai dengan menarik koper ditangannya, wajahnya yang tampan menjadi daya tarik tersendiri bagi orang orang di bandara terutama para kaum wanita.
Kepulangannya kali ini sangat berbeda dari biasanya, karena ia akan menetap di Indonesia setelah sekian lama di luar negri tepatnya Negara Kincir Angin, Belanda.
Pancaran aura positif dan bahagia menyelimuti dirinya. Sampai kedua matanya menangkap siluet wanita paruh baya yang sangat Ia rindukan 2 tahun terakhir.
Pria muda itu mempercepat langkahnya tak sabar untuk memeluk wanita paruh baya yang masih cantik diusianya yang sudah tak muda lagi.
“Mama” panggil pria itu membuat wanita yang dipanggil menoleh.
“Putraku!” Pekik wanita paruh baya lalu menerima pelukan sang putra mengabaikan seseorang yang tak suka melihat mereka berpelukan.
“Lepaskan pelukanmu anak nakal” kesal pria paruh baya sambil menarik tubuh sang istri dalam pelukannya.
Pria muda tampan itu tak marah dan malah tertawa melihat tingkah sang papa.
“Ih apaan sih mas ganggu aja deh. Aku kan kangen sama Kaivan, lagian dia juga putraku” cubit sang istri.
“Aduhh sakit loh sayang” gumam pria paruh baya itu.
“Sabar ya pah, Kaivan ternyata lebih nganggenin dari pada papah” sahut pria tampan yang ternyata Kaivan namanya sambil memeluk sang mama.
Kaivan Rafandra Adhitama, kalian bisa memanggilnya Kaivan. Putra sulung keluarga Adhitama yang sejak kecil bersekolah di Belanda dan tinggal bersama Kakek Neneknya, tuan besar Adhitama.
Dan sesuai permintaan sang mama ia akan kembali ke Indonesia saat dirinya sudah SMA.
“Dasar anak nakal” ketus papa Kaivan.
“Udah udah, sekarang papa bawain kopernya Kaivan. Sekarang kita pulang, yuk sayang mama udah masakin makanan kesukaan kamu. Special buat kamu” ajak mama Kaivan merangkul lengan sang putra.
“Dah papah, semangat” ejek Kaivan.
Seperti itulah Kaivan dan sang papa yang selalu memperebutkan sang mama. Sungguh kekanakan.
“Ck dasar anak nakal bisa-bisa merebut istriku” gumam papa Kaivan.
Di dalam mobil mama Kaivan memilih duduk di jok belakang bersama sang putra membiarkan sang suami menyetir di depan sendiri, udah mirip supir pribadi.
“Kamu tuh nakal banget si, masak udah 2 tahun enggak pulang. Jarang hubungi mama lagi” gemas mama Kaivan.
“Ya maap ma, kan sekalian aja Kaivan gak pulang 2 tahun trus pas pulang menetap di Indo. Hehehehe maaf ya mamaku sayang”
Memang setiap 1 tahun sekali Kaivan akan pulang menjenguk sang mama, tapi 2 tahun terakhir ini ia memang sengaja tidak pulang sekalian hari ini pikirnya, lebih tepatnya saran dari sang kakek.
“Adek kamu kabarnya gimana? Kemarin kakek kamu bilang kalo adek kamu lagi demam” tanya sang mama khawatir.
“Mama tenang aja adek udah sehat kog dia kan strong woman kek mama” canda Kaivan.
“Kalian ini bener- bener cuekin papah ya? Udah berasa jadi supir pribadi kalian tau gak?” Sungut papa Kaivan merasa tidak terima.
“Tau gini kan papa bawa mang Cecep biar gak sendirian di depan, udah istri papa direbut lagi” sambung papa Kaivan berapi-api.
Kaivan dan sang mama tertawa melihat wajah kesal pria paruh baya itu. Dalam setiap moment yang tercipta Kaivan selalu bersyukur dan berdoa untuk kesehatan keluarganya.
...****...
.
.
.
.
...Kaivan & Ayli...
...-Awal Pertemuan-...
Ayli terbangun saat merasakan silaunya mentari pagi yang menembus dari celah cendela kamarnya.
“Sudah pagi aja” gumam Ayli menatap kedepan melihat taman kecil dari cendelanya.
Kamarnya memang terletak di lantai satu dekat taman kecil milik Alm. Bundanya yang sampai sekarang masih terawat. Dan sudah pasti Ayli lah yang merawatnya.
Bunda Ayli meninggal setelah melahirkannya ke dunia, Ayli tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Ayahnya yang sering ke luar kota tau pun ke luar negri membuatnya harus mandiri sejak kecil. Ayli punya kakak laki-laki tapi jangan tanya bagaimana hubungan mereka.
Farrel Zibrano Rahardhan namanya, setelah pemakaman san bunda tercinta mulai hari itu pula ia membenci adek kandungnya sendiri. Berpikir ini semua karena kehadiran Ayli lah, membuatnya harus kehilangan sang bunda untuk selamanya.
Setiap kali mengingat betapa bencinya Farel padanya di situlah Ayli ingin memutar waktu dan biarkan dirinya saja yang mati. Bahkan keluarga besarnya mengucilkannya, kecuali sang ayah.
Setiap acara keluarga Ayli akan memilih diam di kamar walau sang ayah berulang kali mengajaknya. Ayli juga tidak pernah menceritakan perilaku kakak serta keluarga besarnya pada sang ayah. Ayli benar-benar merasa sendiri.
Dan sejak usia 6 tahun Ayli meminta pada sang ayah untuk memindahkan kamarnya di lantai bawah setelah ia tau kalau taman kecil dekat kamar tamu adalah buatan tangan sang bunda. Jadilah yang dulunya kamar tamu menjadi kamarnya.
Ayli merasa damai dan terasa dekat dengan sang bunda, bahkan Ayli meminta pada sang Ayah untuk merenovasi kamarnya agar terhubung langsung pada taman itu.
Setiap pagi Ayli akan menyempatkan waktu nya untuk terdiam di sofa menikmati waktunya. Kebetulan hari ini tanggal merah jadi sekolah libur, padahal baru kemarin hari pertama masuk.
”Selamat pagi bunda, hari ini Ayli enggak sekolah bun tanggal merah soalnya. Padahal kemarin baru aja masuk sekolah. Ayli lapar bun” ucap Ayli seakan berbicara langsung kepada sang bunda dengan mata tertuju pada taman.
“Ayli mau sarapan tapi jam segini kak Farel belom berangkat kuliah. Bunda kan tau sendiri kak Farel gak pernah mau satu meja sama Ayli. Dari pada kak Farel gak sarapan mending Ayli nahan laper dulu” senyum Ayli terbit.
“Apa Ayli ke taman komplek aja ya bun? Di sana kan juga banyak orang jualan” Ayli diam sesaat berpikir antara pergi dan tidak.
Tapi perutnya sudah terlalu lapar jika menunggu sang kakak berangkat.
“Okay Ayli ke taman komplek aja deh bun” ucap Ayli bangkit mencuci muka dan ganti baju tidurnya dengan celana training dan hoodie. Tak lupa menguncir rambut panjangnya.
Ayli keluar lewat pintu kaca yang ada di kamarnya itu, selain terhubung dengan taman kecil juga terhubung pada gerbang kecil di samping rumah akses Ayli keluar masuk.
Gerbang itu juga baru 2 tahun terakhir di bangun, Ayli beralasan agar ia lebih mudah keluar masuk tanpa harus melalui pintu utama yang berjarak jauh dari gerbang depan rumahnya. Mengingat rumahnya yang luas dan Ayli tidak bisa mengendarai kendaraan apa pun, Ayli suka berjalan kaki atau menaiki bus kota.
Awalnya ayah Ayli tidak menyetujui alasan putrinya itu, tapi dengan bujuk rayu Ayli akhirnya gerbang ini dibangun. Walaupun begitu ayah Ayli tidak pernah lepas tanggung jawab, ia menyuruh orang untuk memasang cctv di setiap sudut rumah. Agar bisa memantau sang putri dengan baik di tengah kesibukannya.
“Ayah kapan pulangnya ya? Ayli udah lama enggak ketemu ayah” gumamnya menendang kerikil kecil.
Tidak lama ia sampai di taman komplek, terdiam sesaat menatap satu persatu penjual makanan.
“Sarapan apa ya? Bubur ayam bosen, soto? Lagi enggak pingin, tapi soto makanan kesukaan Ayli”
Mata Ayli menelisik menatap ada jajanan apa saja di sana. Setidaknya ada jajan yang bisa mengganjal perutnya dulu.
Saat sedang fokus menatap depan seseorang menabrak bahu kanannya tidak sengaja.
“Aduh” keluh Ayli mengusap bahunya.
“Eh maaf ya, saya enggak sengaja” ucap orang itu.
Ayli mendongak dengan wajah kesalnya tanpa bersuara ia memilih pergi begitu saja, meninggalkan orang yang menabraknya terdiam.
“Bang sotonya satu eng-“
“Enggak pakek koya kan neng, hehehe” sahut si abang soto yang sudah hafal dengan Ayli.
Ayli mengangguk tanpa senyum. Sikap bodo amatnya mode on saat diluar rumah.
Dengan kesal Ayli memilih makan soto saja. Ia duduk di kursi yang tersedia diam menunggu. Ayli tidak terbiasa membawa ponselnya saat keluar.
“Hai, boleh duduk sini?” suara seseorang menyapa telinga Ayli.
Ayli menoleh menatap pria yang tadi menabraknya. Pria itu tersenyum.
“Maaf ya soal tadi, oh iya kenalin nama aku Kaivan” pria yang ternyata Kaivan itu mengulurkan tangan pada Ayli.
Ayli memalingkan wajahnya, tidak peduli dengan pria disampingnya yang masih berdiri itu.
Kaivan yang melihat sikap cuek cewek di depannya hanya tersenyum dan menarik uluran tangannya. Dan memilih duduk di samping cewek yang belum ia ketahui namanya.
“Bang soto satu gak pakek koya ya” pesan Kaivan yang tanpa sengaja sama seperti Ayli.
“Siap mas, ditunggu ya” sahut abang soto.
Ayli sendiri tidak peduli yang penting sotonya datang, makan dan pulang.
“Kamu suka makan soto di sini?” tanya Kaivan mencoba bicara pada Ayli.
Ayli? Tentu diam menatap abang soto yang asik meracik untuk para pelanggan.
“Maaf ya tadi karena keasikan main ponsel jadi nabrak kamu” jelas Kaivan yang lagi lagi di diami.
“Permisi neng, ini pesanannya abang buatin special buat eneng” canda abang soto sambil menyodorkan mangkuk berisi soto.
Ayli mengangguk dan mulai meracik soto dengan sambal dan kecap.
“Eh mas Kaivan toh tadi? Udah lama enggak ketemu, sehat mas?” Sapa abang soto yang ternyata mengenal Kaivan. Ya jelas Kaivan kan langganan si abang soto tiap pulang ke Indo.
“Iya bang, alhamdulillah sehat bang. Abang sendiri makin laris ya, sotonya boleh Kaivan makan?” ucap Kaivan dibalas cengiran.
“Eh iya, ya ampun gustii maap ya mas saya sampai lupa. Ini nih soto tanpa koya sama kek si eneng gelis tapi cuek kek bebek hehe” canda abang soto melirik Ayli yang asik makan.
“Makasih bang” ucap Kaivan.
“Selamat di nikmati sotonya ya” pamit abang soto.
Kaivan pun mulai menyantap sotonya, sesekali melirik cewek di sampingnya. Ia berpikir bagaimana caranya agar tau nama si cewek cuek bebek seperti kata abang soto.
Ayli bangkit selesai menghabiskan sotonya dan beranjak untuk membayar di ikuti Kaivan yang lebih dulu menghabiskan sotonya, tapi setia menunggu si cewek cuek bebek.
“Totalnya dua puluh ribu neng masih harga sama kog” canda si abang soto.
Ayli merogoh saku trainingnya, ia terkejut saat menyadari tidak membawa dompet. Ayli teringat dompat yang masih di atas nakas. Ceroboh!
Kaivan yang peka akan tingkah Ayli pun menyodorkan uang tunai berwarna biru pada abang soto.
“Sotonya dua ya bang sama punya si eneng cuek bebek, kembaliannya ambil aja bang.” ucap Kaivan sambil tersenyum.
Ayli menatap kesal pria di sampingnya itu, ia merasa dikasihani saat ini dan itu membuatnya ingin marah. Tanpa mengucapkan terima kasih Ayli pergi begitu saja.
“Yah si eneng malah pergi gak bilang makasih lagi” ucap abang soto.
“Gak papa bang, ya udah saya pulang dulu ya bang” pamit Kaivan menyusul si cewek cuek bebek.
Tapi saat Kaivan mencarinya sudah tidak ada.
“Si cuek bebek ya? See again” gumam Kaivan menunduk tersenyum.
...****...
.
.
.
.
...Kaivan & Ayli...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!