Alfid menjatuh kan tubuhnya dikasur empuk berukuran besar. Dia memejamkan matanya sebentar sebelum membersihkan tubuhnya.
"den Alfid, ayah den nunggu dibawah buat ngobrol sebentar," ucap bi Narsi.
Alfid membuka matanya dan langsung mengubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk.
Alfid mengangguk kemudian mengusir bi Narsi dengan kodean. Alfid merenggangkan badan lalu melihat ke samping tempat tidurnya.
Terpajang dua orang kakak beradik yang sedang tersenyum bahagia menatap kamera disana. Alfid tersenyum mengingat momen momen bersama sang adik yang hilang tanpa kabar.
Tak lama dia bangkit lalu membersihkan tubuhnya. Setelah beberapa saat, dia selesai dari mandinya lalu mengenakan kaos hitam dan celana pendek coklat. Kemudian ia turun ke bawah untuk menemui sang ayah.
"Good afternoon pa." sapa Alfid.
"*Good afternoon boy*. Come here," Pharsa menepuk sofa dipinggirnya. Alfid mengangguk lalu duduk.
"Papa bakal menikah lagi, apa kamu setuju?" tanya Pharsa menatap lembut anak sulungnya.
"Kenapa enggak? Papa bahagia bukan menikah lagi? Itu artinya papa sudah move on." Jawab Alfid tenang.
Pharsa tertawa pelan. Dia menatap Alfid sambil tersenyum.
"Kalau semisalnya kamu tidak setuju dengan ibu baru mu, Papa akan membatalkannya." Ucap Pharsa.
"Papa enggak mau ngasih ibu yang salah buat kamu, papa mau menikah dengan wanita muda." Jelas Pharsa mendekati Alfid.
Alfid menoleh dengan tatapan terkejut.
"Berapa umurnya?" tanya Alfid.
"20 tahun," jawab Pharsa.
"Jangan Pa, nanti dia naksir aku, cari yang lain." Titah Alfid, Pharsa tertawa.
"Hahaha, bercanda. Umurnya 30 tahun, apa kamu setuju? Dia akan makan malam bersama sekarang, membawa anak gadis nya," ucap Pharsa.
"All right, Alfid mau tau dulu dia gimana." Alfid memainkan handphonenya.
"Awas ya, jangan bilang anaknya itu pacar kamu lagi kayak kemaren. Tau taunya mana? Sekarang kamu putus sama dia." Ucap Pharsa menatap Alfid kesal.
Alfid terkekeh. "Tenang pa, sekarang Alfid lagi fokus belajar, enggak akan pacar-pacaran."
"Bagus kalo gitu." Pharsa bangkit dari duduknya. "Papa bakal siap-siap dulu, kamu juga siap-siap ya, Fid, kita berangkat setelah salat isya."
"Oke," jawab Alfid sambil memberi hormat.
***
"Nay, mau berapa lama lagi? Perasaan mama yang akan dilamar bukan kamu!" teriak Swita.
Nayla keluar dari kamarnya mengenakan drespink tua selutut dengan high heals yang sewarna dengan dresnya. Rambutnya dia ikat dan menempelkan jepitan bintang dipinggirnya. Makeup yang digunakan sangat banyak, mengesankan menor untuk anak seusianya.
"Maaf mah, tadi eyelinernya luntur," ucap Nayla sambil menghampiri ibunya.
"Yaudah ayo," ajak Swita.
***
"Fid," sapa Pharsa.
"Hmm?" jawab Alfid yang tengah fokus kepada ponselnya.
"Kamu akan menikah usia berapa?" tanya Pharsa.
Alfid menyudahi aktivitasnya dan menatap lekat ke arah ayahnya. "Kenapa?".
"Kamu akan menikan muda seperti papa dan bunda dulu?" tanya Pharsa lagi.
Alfid menggeleng. "enggak, entar jadi duda muda" jawab Alfid santai.
Pharsa terkekeh. Dia sudah mengenal jelas perilaku anaknya itu. Frontal dan tajam yang membuat orang yang baru mengenalnya akan merasa sakit bila bicara dengan nya.
Tak lama dua orang wanita datang menghampiri mereka. Pharsa tersenyum dan langsung menyuruh mereka duduk di kursi sebrang.
"Assalamualaikum mas, maaf aku agak telat," ucap Swita. Alfid meliriknya.
"Waalaikumsalam, tidak papa. Kenalkan, ini anak saya Alfid, dia agak sedikit frontal kalo ngomong, yaa tolong di maklum saja, hehe," jelas Pharsa.
"Ahh sangat tampan. Kenalkan juga, ini Nayla. Dia orangnya lemah lembut dan penurut, dia juga suka dandan, makanya agak sedikit menor, hehe maklum la yah, anak gadis," balas Swita tersenyum lebar.
"Yaudah ayok makan." Ajak Alfid yang langsung mengambil makanannya dan meyantapnya tanpa menunggu yang lain.
Swita dan Pharsa tertawa. Meraka sibuk dengan cerita masing-masing. Nayla hanya menatap Alfid heran. Dia jijik melihat cara makan Alfid yang tidak ada spasi nya sama sekali.
"Ngapa lo liatin gue?" tanya Alfid.
Nayla tersadar dari lamunannya. "Pelan-pelan kek makannya, kayak enggak pernah makan aja," ketus Nayla.
Alfid mengangguk lalu melanjutkan makannya.
Setelah selesai makan, baru lah mereka mengobrolkan hal tentang pernikahannya.
"Kalau begitu Swita. Mau kah kau menikan dengan ku?" tanya Pharsa menggenggam tangan Swita.
Swita tersenyum bahagia. Dia menatap Nayla dan dibalas dengan anggukan. Lalu menatap Alfid yang dibalas dengan senyumanan ramah. Dia yakin bahwa dia akan melanjutkan kehidupan yang sangat harmonis dan bahagia. "Mau mas."
Semua tersenyum bahagia.
"Kapan pa?" tanya Alfid.
"Besok." Jawab Pharsa.
"APA?" jawab kompak Nayla dan Alfid.
"hehe, kita sudah mempersiapkannya dari jauh hari, makanya kita langsung akad besok. Kamu undang temen-temen kamu ya Fid," jelas Pharsa. Alfid mengangguk.
"Kamu juga sayang," Pharsa mengelus rambut Nayla dan di balas anggukan.
***
"Wihhh enak-enak nih!" seru Kelvin membawa makanan ke piring nya.
"Ini juga enak!" sambung Angga.
"ini enggak enak, huek." Vaisal memuntahkan makanannya.
"jorok anjir!" seru Noval.
"Kemana nih si Alfid. Geng kita kan jadi enggak senama gini tanpa dia," ucap Kelvin sambil mencari batang hidung Alfid.
"Bilang aja lo kangen." Ucap Angga sambil menyuapkan eskrim ke mulutnya.
"Najis!" ketus Kevin.
"Hallo guys! Maaf buat nunggu. Kenalin nih adek cewek gua, Nayla namanya. Nay, ini Kevin, Angga, Vaisal, sama Noval," jelas Alfid memperkenalkan adik tirinya kepada temannya begitupun sebaliknya.
"Akhirnya kesampaian juga punya adek cewek," ucap Vaisal.
"Emang dari dulu gue punya adik cewek bege!" Seru Alfid menjitak kepala Vaisal. "Aww."
"Gue permisi ya, mau nyamperin temen gue," pamit Nayla yang dibalas dengan anggukan.
"Cantik ugha," ucap Noval mengusap dagunya.
"Awas lo gebet, gue tabok!" ancam Alfid.
Karena semua teman-temannya itu selalu memainkan wanita termasuk dirinya, namun Alfid sudah taubat, jadi ia tidak ingin jika adik tirinya menjadi korban karena bagaimana pun, dia sangat bermimpi menjadi kakak yang hebat dalam menjaga adiknya.
"Ampun bang," balas Noval pengajungkan dua jari.
"Lo enggak bawa cewek Fid?" tanya Angga menaik turun kan alisnya.
"Ada tuh," Alfid menunjuk salah satu teman Nayla.
"Mau bareng gue enggak?" tanya Alfid kepada Nayla. "Enggak ah entar gue digosipin" jawabnya.
"Yaelah, gue kan kaka, kalau lo enggak sama gue, lo berangkat sama siapa?" tanya Alfid lagi.
"Gue enggak ngenez kale!" seru Nayla jalan mendahului Alfid.
Dilihatnya motor ninja hijau dengan pengemudi mengenakan seragam sma yang asing didepan gerbang.
"Siapa dia?" tanya Alfid.
"Lahhh kepo banget. Udah ah gue duluan. Bye," pamit Nayla dan pergi menginggalkan Alfid.
Alfid mengangkat bahunya acuh dan langsung masuk kedalam mobil lalu pergi menuju sekolah Cilaksa.
***
"Si Nayla beruntung banget punya kakak kek si kak Alfid, guanteng, cuci mata tuh tiap hari!" seru Gissel.
"Bukan kayak, emang dia!" balas Zahra menjitak kepala Gissel. "Aelah galak amat!" Ketus Gissel.
"Kalian ngintip apa?" tanya polos Aqila.
"Ih La! Jangan berisik deh," titah Zahra berbisik.
"Ih siapa juga yang berisik, orang nanya doang," ucap Aqila melanjutkan perjalanannya menuju bangkunya dan duduk manis.
"Hai teman-teman!" seru Nayla datang ke kelas.
"ih Nayla! kangen deh, gimana rasanya satu rumah sama pangeran kerajaan?" teriak Gissel histeris sambil menarik lengan Nayla.
"B aja tuh, dia ngeselin, ngeganggu gue mulu!" ketus Nayla.
"Tuh, kak Alfid tuh ngeselin, mau aja sama dia!" seru Zahra menoyor kepala Gissel.
"Ih sebel!" dengus Gissel.
"Eh Qil, gimana pedekatean lo sama kak Kelvin? Lancar?" tanya Gissel.
"Kek BAB aja lancar, pdkt an aja enggak, kok ditanya." ketus Aqila.
"Ih galak amat jadi cewek, jomblo seumur hidup loh!" balas Nayla.
"Lo doa enggak pernah bener ye." Aqila menoyor kepala Nayla.
"Eh udah malah asik sendiri," ucap Zahra memisahkan mereka berdua.
Tak lama kemudian bu Hany datang.
"Mohon perhatiannya anak-anak. Ibu akan mengumumkan pengumuman penting kepada kalian. Selasa dan Rabu kalian belajar dirumah." Jelas bu Hany.
"Yeayyyy!" teriak semua murid kompak.
"Jangan senang dulu saya belom selesai ngomong!" seru bu Hany. Semua pun langsung terdiam.
"Kalian ada tugas dari ibu. Kalian harus membuat 1 novel minimal halamannya itu 100 dan maksimalnya 1000 juga boleh. Kalian cukup memberi pdfnya saja, nanti ibu akan pilih mana cerita yang menarik untuk diterbitkan. Oh iya, tugas ini di kelompok oleh 4 orang bebas. Jadi ibu mau, kamis kalian sudah memberi pdfnya. Ceritanya bebas boleh apa saja dan gimana saja. Oke kalau begitu ada yang ingin di tanyakan? " jelas bu Hany dan diakhiri pertanyaan.
"Tidak." Jawab murid serempak.
"Baiklah ibu permisi, assalamualaikum." Pamit bu Hany.
"Kesempatan bagus nih, kerjain di rumah lo yu Nay!" seru Gissel.
"Allohuakbar," ucap Aqila.
"Boleh tuh, lagian bokap gue juga lagi diluar kota," balas Nayla.
"Modus," ketus Zahra. "Sirik ae," balas Gissel.
"Udah yok ke kantin." Ajak Aqila bangkit dari duduknya lalu diikuti oleh ketiga temannya.
***
"Jadi gimana ni bro, kita harus belajar kelompok dimana? " tanya Angga.
"Rumah Kevin aja. Kan lucu ada bayi kembar," jawab Vaisal.
"Lebih lucu di rumah Alfid," sambung Noval menaiki alisnya.
"Dia udah punya pacar, mau lo gebet?" ketus Alfid. "Kalem we." Balas Noval memutar bola matanya.
"Gue boleh gabung enggak!" seru Nayla yang tiba-tiba datang.
Belum saja ada sautan dari para lelaki, dia dan Aqila sudah duduk manis dibangku kosong sebelah Alfid.
"Ih di kelas aja apa susahnya sih," ketus Zahra.
"Lo jaim banget tinggal duduk apa susah sih?" ketus balik Aqila.
"Ye malah ribut, udah yo makan." Ucap Nayla.
Para wanita pun menyantap makanan mereka dengan tenang. Tanpa sadar para lelaki dihadapannya menatap mereka dengan kebingungan.
"Ngapain liat sampe segitunya? Keberatan?" ketus Aqila.
Alfid menggeleng, diikuti semua teman temannya.
"Maaf ya, temen gue agak galak. Maklum aja, siklus cewek," jelas Gissel mencairkan suasana. Aqila acuh dan sibuk memakan basonya.
"em, tadi kita lagi ngomongin apa ya?" tanya Kevin mencairkan suasana.
"Kerja kelompok," jawab Alfid.
"Nah iya! Jadi di siapa nih kerja kelompoknya?" tanya Noval.
"Gue bilang di si Kevin ada bayi lucu kembar!" seru Vaisal.
"Di si Alfid lebih lucu," ujar Noval.
Alfid menjitak kepala Noval. "Aww."
"Di rumah kak Alfid aja, kita juga mau kekel d sana. Biar saling membantu gitu, hehe," ujar Nayla.
"Apaan sih, tadi bilang di rumah gue," ketus Aqila.
"Ih kan dibatalin! Abang lo galak, takut gue," cuek Zahra.
"Tu dua cewek galak ya, atut gue," bisik Angga kepada Alfid. Alfid mengangguk.
"Udah yo balik," ajak Aqila bangkit dari duduknya.
"Ye buru-buru amat," ucap Gissel menarik tangan Aqila.
"Mau ngapain lagi coba?" tanya Aqila kembali duduk.
"Kelamaan jomblo lu galak ya La," ucap Nayla. "B aja." Balas Aqila melipat tangannya di dada.
"Yaudah ayo balik. Kak-kak duluan," pamit Nayla. Para lelaki pun memberi lambaian tangan kecuali Alfid.
"Si Aqila galak-galak cantik!" seru Kevin.
"Apalagi Zahra," sambung Angga.
"Nah, naksir lo!" Vaisal menepuk pundak Angga. "Sakit bego!" ringis Angga.
The girls✨
Nayla Amanda : yoii mau kemari jamberr?.
Zahra Farhrezi : bentar gue lagi nyagu.
Gisselawan : gue otw mandhy.
Nayla Amanda : Aqila mana?.
Gisselawan : wallohualam.
Nayla Amanda : ihh benerr.
Aqila Savira : apa.
Zahra Fahrezi : gue ke rumah lo ya Qil.
Aqila Savira : oke.
Aqila langsung bangkit dari tempat tidurnya dan lanngsung pergi ke kamar mandi. Hanya perlu waktu 15 menit dia telah selesai membersihkan tubuhnya dan memakai baju yang menurutnya nyaman.
Tak lama pintu terbuka, menunjukkan tubuh Zahra yang lemas lesu tak berdaya.
"Qil," panggil Zahra.
"Kenapa?" tanya Aqila cemas.
"Enggak papa, udah yuk berangkat kayak nya temen-temen udah nunggu," ajak Zahra.
"Yauda ayo," balas Aqila berjalan mendahului Zahra.
"Jadi Qil?" tanya seorang lelaki yang muncul dari pintu kamar sebelah Aqila.
Aqila menoleh. "Iya bang."
"Mau abang anter?" tanya Dimas.
"enggak usah bang, kita udah ada yang jemput," jawab Zahra. Aqila mengerutkan dahi.
"Yauda kalau gitu hati-hati." ucap Dimas meninggalkan mereka.
"Apaan sih siapa yang jemput?" tanya Aqila, Zahra menarik lengan Aqila.
"Noh, dari tadi kak Alfid ada di depan rumah lo!" Zahra menunjuk Alfid dari jendela ruang tamu.
"ih ngapain coba," ketus Aqila.
"Samperin aja dulu, yuk." Zahra menarik lengan Aqila. "Ehhh."
"Hallo kak." sapa Zahra.
Alfid menoleh. "Hai, udah siap? Yok masuk."
Zahra mengangguk dan langsung duduk di bangku belakang. Dia mengunci pintu nya agar Aqila duduk di depan.
"Ih buka!" teriak Aqila.
"Di depan apa susah sih Qil, ntar kak Alfid dikira supir kalo lo dibelakang!" balas Zahra.
Aqila melirik Alfid, Alfid tersenyum. Aqila pun membuka pintu depan dan duduk disana.
Tak lama mobil pun berjalan dengan keadaan yang canggung.
***
The boys🤘
Kelvin Adyan : yoii gue otw!
Angga Gezan : 2.
Vaisal Muhammad : 3.
Alfid Bachtera : kalian diem aja di teras, gue ada urusan bentar.
Noval Amar : woke.
***
"Waduh rame nih, kayak mau rajaban aja!" seru Swita yang baru datang dari dapur.
"Eh tante, hehe, maaf ya tan, rumahnya mau dipinjem arisan," ucap Gissel sambil mencium punggung tangan Swita. Yang lain pun mengikutinya.
"Eh ayo Sel ke kamar!" ajak Nayla.
"Itu si Aqila sama Zahra?" tanya Gissel.
"Em, kakak-kakak, bolehkan kalo ada mereka suruh ke kamar gue?" pinta Nayla kepada para lelaki yang sedang ngemil di ruang tamu.
"Apa si yang enggak buat dek ipar," goda Vaisal.
"Najis lo homo!" Noval menoyor kepala Vaisal.
"Kalo gue jadi pacarnya kan entar lo yang marah!" ketus Vaisa. Noval memutarkan bola mata.
Tak lama Nayla dan Gissel sudah hilang di tempat.
Alfid memasuki rumah di ikuti dua gadis cantik yang terkenal galaknya namun diam saat bersamanya.
"Wih! Si abang dapet dua!" Semua lelaki bertepuk tangan.
"Berisik." Ketus Aqila dan Alfid bersamaan, mereka pun saling melirik.
"Yuk Qil, ke atas," ajak Zahra menarik lengan Aqila, Aqila pun mengikutinya.
"Jadi urusan lo jemput ibu negara?" tanya Kevin.
"Berisik ah," ketus Alfid.
"Jadi ini yang udah janji kalau dia bakal fokus ujian dan enggak mikirin cewek" sambung Angga.
"Ngomongnya si enggak punya rasa apapun sama si ibu negara," sambung Vaisal.
"Tapi diam-diam, dibelakang main ama dia. Hihi." Noval mengakhiri godaan.
"Udah cepetan kerjain, makan mulu!" Alfid marah.
"Iyee," jawab KAVN serempak.
***
"Masa sihh, OMG tau gitu gue ke rumah si Aqila aja!" teriak Gissel specless.
"Ih berisik, lo tuh ya!" Zahra memarahi Gissel.
"Eh, kira-kira ngapain ya, kak Alfid ngejemput Aqila." Nayla menggoda Aqila yang sibuk memainkan handphone nya.
Aqila melirik. Semua mata memperhatikannya. Dengan acuh dia mengangkat bahu lalu melanjutkan kembali aktivitasnya.
"Ada kemungkinan enggak sih, kak Alfid ada sesuatu gitu," goda Nayla.
"Bisa jadi tuh. Ah kalau Aqila sih gue ngasih aja, yang jomblo sampe halal katenya!" sambung Gissel.
"Ya, tadi juga kayaknya gue salah nyamper si Aqila. Kak Alfid kayak enggak seneng gitu," sambung Zahra.
"Ya! Sampe kapan kalian moyokin gue. Ara juga udah pindah kekuasaan ya. Udah cepet kerjain, cuman dua hari bikin nih novel!" ketus Aqila.
"Ih galak."
***
"ANAK-ANAK AYO MAKAN DULU!" teriak Swita dari meja makan.
Seketika makanan itu digerumbuli oleh anak-anak dengan posisi cewek jajaran kiri dan cowok jajaran kanan.
Nayla berhadapan dengan Noval, Gissel berhadapan dengan Kevin, Zahra berhadapan dengan Angga, dan Aqila berhadapan dengan Alfid. Sedangkan Vaisal? Duduk di ujung seperti pemilik tahta kerajaan.
"Awas gue duduk disitu! Gue yang punya rumah!" usir Alfid.
"Ih, gue juga punya rumah duduk di sini, jaim amat," ketus Nayla.
"Nah loh, nah loh!" kompak KAVN.
Dengan berat hati, Alfid mengikuti kemauan adiknya itu. Walaupun adik tiri, Alfid tak pernah menganggap itu. Dia tetap sayang kepada Nayla sebatas kakak yang baik untuknya.
"Ayo ini dimakan. Mama yang bikin sendiri loh. Dibantuin juga sih sama bi Narsi, hehe," ucap Swita.
"Makasih tante!" jawab semua serentak.
Mereka pun dengan tenang memakan seluruh makanan yang ada di meja. Mereka begitu menikmati makanannya karena sangat nikmat.
"Wah dirumah rame nih," ucap seorang laki laki yang baru memasuki rumah dengan pakaian begitu formal. Pharsa.
"Makan om," ajak Vaisal. "Iya silahkan," jawab Pharsa.
"Kamu bersihin badan dulu ya mas. Nanti kita makan bersama," ujar Swita. "Iya sayang."
Pharsa berjalan melewati Alfid. Langkah nya terhenti saat melihat salah satu anak anak tersebut. Dia menyipitkan mata dan menatap lekat anak itu. Mirip banget ya batinnya.
"Nama kamu siapa?" Pharsa menunjuk Aqila.
"Aqila Savira om," jawab Aqila sopan.
"Oh Aqila, yaudah, selamat makan," ucap Pharsa lalu meninggalkan mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!