NovelToon NovelToon

Sang Penakhluk Pria

Bab 1 Aib Yang Terungkap

Azkia Bellona Davira dan Asha Elina Meera, merupakan putri dari Harry Prakoso dan Aida Anindya. Awal kehidupan keluarga mereka sangatlah bahagia dan harmonis. Sampai orang tua mereka merayakan hari pernikahan mereka yang ke-24 tahun, sebuah kenyataan pahit terungkap.

"Kak Asha, apa semua sudah siap? Jangan sampai Ayah dan Bunda tahu rencana kita, kita harus melakukannya diam-diam," bisik Kia.

"Tenang saja Kia, semua sudah aku urus. Tempat, kue, makanan dan tamu undangan semua sudah di atur tante Geya. Tugas kita hanya membawa Ayah dan Bunda ke tempat itu," jawab Asha.

"Wah tidak sabar melihat reaksi Ayah dan Bunda, pasti mereka senang. Tidak menyangka ya Kak, pernikahan mereka sudah hampir seperempat abad. Semoga aku bertemu dengan pria yang baik dan setia seperti ayah," ucap Kia.

"Iya, semoga pernikahan mereka langgeng terus. Aku juga berharap menemukan pria yang sebaik Ayah," balas Asha.

"Hahaha, kita sudah mengkhayal sangat jauh ya, Kak," ucap Kia.

"Tidak apa-apa, siapa tahu di amini malaikat," balas Asha.

Harry Prakoso merupakan sosok ayah yang baik bagi mereka, dia adalah panutan bagi kedua putrinya. Dia adalah pria yang mapan dari segi finansial, namun tetap sederhana dan rendah hati dalam kesehariannya. Sifatnya yang dermawan dan baik kepada siapa saja membuatnya di sukai banyak orang.

"Halo, Yah. Jangan lupa nanti jam 7 malam datang ke kafe Bintang ya, kita akan makan malam bersama. Tidak ada penolakan, titik," ucap Kia.

"Iya, Sayang. Ayah akan datang, bagaimana dengan Bunda?" tanya ayahnya.

"Bunda nanti juga datang kok. Ya sudah sampai ketemu nanti Ayah," ucap Kia lalu mengakhiri panggilan.

♥︎♥︎♥︎

Sehabis magrib mereka bersiap-siap ke kafe Bintang, kafe itu adalah milik salah seorang teman Kia jadi lebih mudah untuk mereservasinya.

"Tante Geya, bagaimana semuanya?" tanya Kia.

"Semua beres, sebentar lagi tamu-tamu pasti datang." jawab wanita itu.

"Bunda dan Ayahmu apa sudah datang?" tanyanya.

"Bunda sudah di depan sama kak Asha, tapi ayah belum datang, mungkin sebentar lagi," jawab Kia.

"Ya sudah aku tinggal dulu ya Tante, takut bunda curiga," ucap Kia.

"Ok," jawabnya.

Kia segera bergabung dengan bunda dan kakaknya. Beberapa menit kemudian Ayah mereka tiba. Mereka segera memberi aba-aba untuk membawa semua makanan dan para tamu ke dalam.

"Aku ke toilet sebentar ya," ucap ayahnya.

"Iya, Yah. Jangan lama-lama ya," pinta Asha.

"Iya, Anak Cantik Ayah," jawab Ayahnya.

Sudah 10 menit namun ayah mereka belum juga kembali.

"Ayah kok lama sekali, Bunda susul dulu ya," kata bunda mereka, segera menyusul suaminya.

"Duh bagaimana ini Kak, Ayah dan Bunda malah pergi. Ayo kita susul saja biar mereka cepat kesini," ajak Kia.

"Ya sudah, ayo," jawab Asha.

Ibu Aida segera mencari suaminya di toilet, namun di toilet pria tidak ada orang. Ketika ia akan kembali ke depan sayup-sayup ia mendengar suara suaminya dengan seorang wanita di dalam ruangan. Ia kemudian mendekat dan menajamkan pendengaran.

"Sampai kapan kita seperti ini, Mas? Aku sudah lelah menutupi hubungan kita ini," ucap wanita itu.

"Sabar, Sayang. Aku akan mengatakan kepada Aida pelan-pelan, bagaimanapun dia ibu dari kedua putriku. Jika dia tidak bisa menerima hubungan kita maka putriku juga akan membenciku," balas suaminya.

Aida menutup mulutnya yang tak bisa menahan tangis, ia tidak percaya dengan pendengarannya. Suami yang dia anggap begitu baik dan setia ternyata telah bermain api di belakangnya. 24 tahun pernikahannya yang menurutnya sangat harmonis ternyata tidak membuat suaminya puas.

Ibu Aida mendekat untuk memastikan dengan siapa suaminya berbicara.

"Bunda...," sapa putrinya.

"Sst, diam," ucapnya pada kedua putrinya.

Mereka menurut dan tidak mengeluarkan suara.

"Tapi ini sudah terlalu lama, empat tahun aku menunggumu. Kamu selalu berjanji akan menceraikannya dan menikahiku, tapi apa sampai sekarang tidak terbukti," ucap wanita itu.

"Sabar, itu akan segera aku lakukan. Hanya dirimu yang membuatku berhasrat," balas suaminya.

Hatinya bagai di hantam sembilu, saat ini mereka bisa melihat dengan jelas seorang wanita dan pria sedang berciuman dengan rakusnya. Bahkan pria itu terlihat meremas bok*ng wanitanya.

"Ayah, tante Geya. Apa yang kalian lakukan?" tanya Kia berteriak.

Seketika keduanya panik melihat siapa yang berada di belakang mereka.

"Nak, ini salah paham. Aida ini cuma salah paham, tolong dengarkan aku dulu," ucap Harry panik.

"Apa yang salah paham, Mas? Aku sudah mendengar semuanya, apa kau pikir aku tuli? Aku benar-benar tidak menyangka kamu tega mengkhianatiku setelah 24 tahun kita bersama, apa kurangku padamu hah?" tanya Aida dengan air mata berlinang.

"Tidak, Sayang kamu pasti salah dengar. Kamu istri yang sempurna tidak mungkin aku mengkhianatimu, ku mohon percayalah kepadaku," jawab Harry.

"Cukup, Mas. Tolong segera ceraikan aku, aku tidak bisa hidup dengan pengkhianat sepertimu! Dan kamu Geya, kamu adalah sahabat terbaikku semenjak kecil. Aku selalu berbagi apa yang aku miliki denganku, aku menyayangimu layaknya saudara kandungku dan sekarang kamu justru menikam ku dari belakang. Detik ini juga kita bukan lagi sahabat dan silahkan menjauh dariku," teriak Aida.

Ia tidak mau mendengarkan lagi pembelaan dari mereka berdua, kenyataan ini terlalu menyakitkan baginya. Ia memutuskan untuk segera pergi dari sana.

"Ayah dan Tante Geya jahat, aku tidak akan pernah memaafkan kalian berdua!" teriak Asha, lalu menarik Kia menyusul bunda mereka.

Mereka tidak menyangka sosok ayah yang mereka anggap teladan justru adalah orang yang munafik. Mereka mendengar dengan jelas hubungan haram mereka ternyata terjalin sudah selama 4 tahun, dan mereka sama sekali tidak curiga terhadap mereka, betapa pintarnya mereka menyembunyikan aib. Melihat gelagat mereka tadi di pastikan mereka telah berkali-kali melakukan hubungan badan. Betapa sakit dan kecewanya hati Bunda mereka saat ini.

"Bunda yang sabar ya, Asha dan Kia akan selalu bersama Bunda apapun yang terjadi," ucap Asha menghibur bundanya.

"Iya, Bunda tenang saja kita akan balas perbuatan mereka nanti. Mereka harus merasakan rasa sakit seperti yang bunda rasakan sekarang," sahut Kia kesal.

Mereka menyeka air mata bunda mereka walaupun mereka berdua juga tak bisa berhenti menangis.

"Tidak, Nak. Kejahatan jangan pernah di balas dengan kejahatan karena tidak akan pernah ada habisnya. Biarlah Tuhan yang membalas mereka, tapi maaf ya bunda tidak dapat hidup bersama ayah kalian lagi," ucap wanita malang itu.

"Tapi itu tidak adil, mereka harus merasakan balasan atas perbuatan mereka, Bunda," protes Asha.

"Balas dendam tidak akan menyelesaikan masalah, sekarang cepat kita kemasi barang-barang. Kita akan pergi dari kota ini, aku akan secepatnya menggugat cerai ayah kalian," ucapnya.

Sampai di rumah mereka segera berkemas, barang-barang penting seperti ijazah, surat penting, tabungan serta aset mereka amankan dan mereka bawa. Sebelum pergi mereka menatap rumah mereka untuk terakhir kalinya. Rumah yang telah mereka tempati selama puluhan tahun dengan suka duka di dalamnya, kenangan-kenangan indah yang ternyata harus berakhir dengan luka.

'Selamat tinggal' batin ketiga wanita itu.

Bab 2 Memulai Hidup Baru

"Aida, Asha, Kia kalian di mana?" tanyanya sembari berkeliling rumah mencari mereka.

Berkali-kali ia telah mengelilingi rumah, namun mereka tidak ada. Hati Harry merasa tidak enak ia segera menuju ke kamarnya, benar saja barang-barang Aida istrinya sudah lenyap sebagian. Ia bergegas menuju kamar putrinya, barang-barang mereka juga sebagian tidak ada.

Pria itu tertunduk lesu di lantai, ia menangis seperti anak kecil. Keutuhan rumah tangga yang telah ia jaga selama 24 tahun hancur seketika karena ulahnya. Entah bagaimana ia harus melanjutkan hidup tanpa mereka. Harry bertekad untuk mencari mereka dan meminta maaf.

♥︎♥︎♥︎

Seminggu telah berlalu, Asha, Kia dan juga ibu Aida telah memulai hidup baru. Beruntung mereka baru saja lulus, jadi sudah bisa mulai mencari pekerjaan untuk membantu ibu mereka. Ibu Aida telah menjual semua asetnya berupa toko dan segala isinya dengan bantuan saudaranya di kota asalnya. Uang itu ia pergunakan untuk membeli rumah kecil serta membuat warung makan sederhana untuk menyambung hidup.

Mobil telah ia jual untuk membelikan kedua putrinya motor sebagai kendaraan jika telah bekerja. Asha dan Kia awalnya sedikit susah beradaptasi namun karena rasa cinta kepada ibunya membuat mereka mau tak mau menjadi gadis yang kuat.

"Bagaimana warung makannya hari ini, Bunda?" tanya Asha setelah memarkirkan motornya.

"Alhamdulillah, Nak. Sudah mulai banyak yang makan di warung Bunda, ini tadi saja ibu kepala sekolah SD di depan itu pesan 20 kotak untuk besok," ucap ibunya bersyukur.

"Harusnya Bunda tidak perlu kerja lagi, uang simpanan kita kan masih ada. Sepertinya lebih dari cukup buat menyambung hidup sampai Asha dan Kia dapat pekerjaan," balas Asha.

"Jangan, Nak. Uang itu tabungan untuk kalian jika menikah nanti, jangan sampai sebagai istri kita menggantungkan diri kepada suami. Kita akan lebih di hargai jika memiliki uang. Berkacalah kepada Ayahmu, memang tidak semua pria seperti dia, tapi tidak ada salahnya kita waspada dan berjaga-jaga," ucap ibunya.

"Bunda benar, kita memang harus mandiri," jawab Asha.

"Oh iya, bagaimana tadi audisinya apa dapat pekerjaannya?" tanya ibunya.

"Alhamdulillah, Bunda. Asha di kontrak selama setahun penuh untuk pemotretan kalender produk perhiasan. Gajinya besar tapi ya gitu, mungkin Asha akan lebih sering di luar rumah," jawab Asha.

Asha adalah gadis yang cantik dan fotogenik, sejak kecil hobinya adalah berlenggak lenggok bak model catwalk. Di sekolah prestasinya tidak terlalu menonjol dalam hal pelajaran, namun bakatnya dalam menari dan modeling banyak menghasilkan piala kemenangan. Di usianya yang sudah 23 tahun ia masih belum mempunyai kekasih, karena ayahnya dulu sangat posesif terhadap kedua putrinya.

Ibunya menghela napas, sebenarnya ia kuatir tidak bisa menjaga kedua putrinya dengan baik. Selama ini mereka tidak pernah pergi jauh karena ayahnya selalu memantau, namun keadaan memaksanya untuk belajar melepaskan putrinya ke dunia luar.

"Kamu sudah dewasa, sudah saatnya melihat dunia luar. Bunda hanya berpesan, harus jaga diri baik-baik jangan sampai salah pergaulan. Dunia model terkenal dengan kebebasannya, jangan sampai kamu larut dan mengikuti arus. Tolong jaga kepercayaan Bunda ya, Nak," ucap ibunya.

"Aku akan selalu ingat pesan Bunda, aku akan selalu menjaga diri. Sekarang aku lapar, Bunda," ucap Asha.

"Ya sudah makan dulu, tadi Bunda masak opor ayam. Kalau ingin menu yang lain bisa ambil di warung," ucap Bundanya.

"Siap, Bunda," jawabnya lalu bergegas ke dapur.

Ketika Asha ke dapur, tampak Kia baru datang.

"Akhirnya kamu pulang, Nak. Bagaimana hasilnya, hari ini pengumumannya bukan?" tanya ibunya.

"Alhamdulillah Kia lolos, Bun. Hari senin sudah mulai bekerja," jawab Kia sangat gembira.

"Alhamdulillah, posisinya apa kalau boleh Bunda tahu?" tanya ibunya.

"Kia di tempatkan di bagian customer service, Bun. Penempatannya juga dekat dengan rumah, itu Bank yang paling besar di ujung jalan sana," jawab Kia sembari menunjukkan kantornya dengan telunjuknya.

"Wah hebat, itu kantormu besar sekali loh. Bank paling besar yang pernah Bunda lihat selama ini," puji Ibunya.

Kia sama cantiknya dengan kakaknya Asha, namun mereka memiliki kegemaran yang berbeda. Kia lebih suka membaca sehingga tak heran prestasi akademiknya sangat bagus. Dia selalu menjadi juara kelas setiap tahun. Dia sering membanggakan nama sekolah sehingga sejak sekolah hingga kuliah ia selalu mendapat beasiswa prestasi. Tidak heran jika ia dengan mudah di terima bekerja di salah satu bank konvensional terbesar di Indonesia. Sebenarnya dulu dia tidak terlalu peduli dengan penampilannya, namun kakaknya berhasil membuatnya fashionable seperti sekarang.

"Alhamdulillah, semua ini berkat Bunda yang selalu sabar mendidik Kia selama ini," jawab Kia.

"Tidak, Nak. Itu karena kalian memang anak yang baik. Ya sudah sana makan dulu dengan kakakmu di belakang," ucap ibunya.

"Iya, Bun. Kia juga sudah lapar," jawabnya kemudian masuk ke dalam.

Asha dan Kia sebenarnya di beri kamar sendiri-sendiri, namun kedekatan keduanya membuat mereka enggan tidur terpisah. Sampai sebesar ini mereka masih tidur bersama, mereka akan saling bercerita sebelum benar-benar terlelap.

"Kak, apakah semua pria itu seperti ayah ya?" tanya Kia saat akan tidur.

"Mungkin, aku sudah tidak dapat mempercayai kata-kata pria. Ayah saja yang selama ini sangat baik ternyata bisa berbuat seburuk itu, yang lebih jahatnya wanita itu adalah sahabat bunda. Betapa sakitnya perasaan bunda di khianati oleh dua orang terdekatnya sekaligus," balas Asha.

"Iya, bunda itu wanita yang kuat. Aku sangat bangga menjadi putrinya," ucap Kia.

"Benar, jika itu menimpa kita belum tentu bisa sekuat bunda," balas Asha.

"Amit-amit deh Kak, jangan sampai bertemu pria seperti itu," ucap Kia.

"Kita kan tidak mungkin tahu, karena biasanya pria akan sangat baik di awal. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, baru menunjukkan belangnya,"

"Apa Kakak membenci ayah? Apa Kakak dendam padanya?" tanya Kia.

"Ayah sangat baik kepada kita, aku tidak bisa membencinya. Tapi aku takkan pernah memaafkan perbuatannya yang membuat bunda terluka," jawab Asha.

"Aku rasa hampir semua pria itu seperti ayah, hanya saja kemungkinan mereka tidak ketahuan," ucap Kia.

"Darimana kamu tahu?" tanya Asha penasaran.

"Karena banyak teman aku yang cerita, tentang kekasihnya, ayahnya, tetangganya, dan banyak lagi. rata-rata katanya pria itu brengs3k," jelas Kia.

"Oh, benarkah?" tanya Asha tak percaya.

"Iya, benar," jawab Kia.

"Kak, bagaimana jika kita membuat mereka tidak akan pernah menyakiti wanita lagi," ucap Kia memberi ide.

"Caranya bagaimana, Kia?" tanyanya.

"Kita lakukan seperti yang mereka lakukan selama ini," jelas Kia.

Dahi Asha mengernyit tidak paham maksud adiknya.

"Gini Kak, kita buat mereka tergila-gila lalu tinggalkan begitu saja, atau kita selingkuh dengan orang terdekatnya. Pasti mereka hancur berkeping-keping, biar tahu rasa," jelas Kia.

"Hah... ide gila," ucap Asha.

Bab 3 Di Buntuti Seorang Pria

"Ini bukan ide gila, Kak. Ini cara supaya para pria berhenti menyakiti wanita. Kita pilih yang sekiranya playboy sebagai target, dan ingat jangan pernah melibatkan perasaan dalam misi ini," jelas Kia.

"Ah entahlah, ayo kita tidur. Lihat nanti saja, aku masih tidak tega untuk mempermainkan perasaan seseorang," jawab Asha.

"Ok, biar aku yang mulai ya. Kita harus bisa bermain cantik agar misi ini berhasil. Suatu saat aku juga ingin membalas perbuatan ayah dan tante Geya," ucap Kia dengan tersenyum penuh arti.

***

Keesokan hari.

"Kak lihat ini," ucap Kia menyodorkan ponselnya.

"Roki? Siapa dia?" tanya Asha tak mengerti.

"Ini dia target pertama ku, ia bekerja sebagai teller di kantor tempat aku bekerja. Kemarin dia mengajak ku berkenalan saat lihat lokasi tempat ku bekerja. Orangnya seperti tebar pesona gitu, dia bahkan minta nomor wa ku," jelas Kia.

"Kamu yakin akan melakukan hal ini, Kia?" tanya Asha.

"Iya, Kak. Aku tidak ingin melihat banyak wanita terluka, cukup aku melihat bunda menangis setiap malam itu sudah membuat hatiku sakit sekali," jawab Kia.

"Hati-hati ya, kamu harus tetap waspada. Jangan sampai justru pria itu yang mengerjaimu, ini kota besar, Kia," pesan Asha.

"Iya, Kak. Tenang saja, aku pasti bisa jaga diri," jawab Kia.

"Hari ini Kakak belum mulai bekerja?" tanya Kia melihat kakaknya tengah bersantai.

"Besok baru mulai, sekalian tanda tangan kontrak. Kalau sudah dapat uang, kita pergi belanja ya," jawab Asha.

"Memang gajinya besar, Kak?" tanya Kia penasaran.

"Ya lumayan, uang muka 50 juta setelah tanda tangan kontrak. Sisanya di cicil selama 3 bulan ke depan," jawab Asha.

"Wah lumayan, kakak hebat," puji Kia.

"Ayo kita ke Mall, mungkin setelah ini kita akan jarang punya waktu bersama," ajak Asha.

"Tapi kita kan belum punya uang, kak. Masa iya minta sama bunda lagi," ucap Kia.

"Tidak apa-apa, besok setelah tanda tangan kontrak kan Kakak ganti langsung," balas Asha.

"Ok deh kalau gitu, ayo," ucap Kia menyetujui.

Mereka segera bersiap-siap, berganti baju dan sedikit polesan make up. Mereka berdua memang sangat cantik walau tanpa make up berlebihan, bahkan sering orang mengira mereka itu adalah artis. Setelah berpamitan mereka bergegas berangkat.

"Kak itu bajunya bagus sekali," ucap Kia menunjuk sebuah kemeja putih lengan panjang dengan aksen pita di dada dan renda di tangannya.

"Ambil saja kalau kamu suka, Kia. Itu cocok untuk mu yang seorang pekerja kantoran," balas Asha.

"Setelah dari sini kita ke tempat sepatu dan tas ya, Kia," ucap Asha.

"Siap Kak, aku pilih beberapa baju lagi dulu ya Kak," ucap Kia.

"Iya, carilah yang kamu suka. Kakak tunggu di bagian gaun sebelah sana ya," balas Asha sambil menunjuk ke arah jam 12 tubuhnya.

"Ok, Kakak," jawab Kia.

Mereka pun berpencar mencari yang mereka inginkan dan mereka butuhkan. Tampak sepasang mata mengikuti ke arah Asha pergi. Saking asyiknya berbelanja mereka sampai lupa waktu.

"Ah ketemu juga, dari tadi aku cari Kakak. Belanjaan ku sudah banyak ini Kak, ayo kita bayar," ucap Kia.

"Oh ya sudah, ayo," ajak Asha.

Sepasang mata yang dari tadi mengikuti gerak gerik Asha ternyata masih membuntutinya. Tak sengaja Kia melihatnya, awalnya dia tak menaruh curiga tapi karena ia merasa di awasi terus akhirnya ia berbisik kepada Asha.

"Kak, itu pria yang di arah jam 12 kita dari tadi membuntuti kita loh. Sejak di outlet pakaian sampai di foodcourt ini dia ngikuti terus," bisik Kia.

"Yang berjaket merah topi hitam itu bukan?" tanya Asha sambil melirik ke arah yang di tunjuk Kia.

Kia mengangguk cepat.

"Ah biarkan saja selama tidak mengganggu, mungkin hanya orang iseng," balas Asha.

"Duh kok jadi kebelet pipis sih, Aku ke toilet bentar ya," ucap Asha.

"Ok, Kak. Jangan lama-lama ya," balas Kia.

"Iya, ngapain juga lama-lama di toilet," jawab Asha sambil terkekeh.

Kia tetap mengawasi pria itu karena penasaran. Ternyata tidak lama setelah Asha pergi pria itu ikut beranjak dan pergi ke arah kakaknya tadi berjalan.

"Hah mau kemana pria itu, apa jangan-jangan akan menyusul Kakak?" tanya Kia berbicara sendiri.

"Oh, tidak." ucapnya lalu bergegas mengikuti pria itu.

Pria itu berjalan dengan cepat sehingga ia kehilangan jejak. Ia menoleh ke segala arah tapi pria itu menghilang. Akhirnya ia melangkahkan kaki menyusul kakaknya ke toilet. Ia melihat kakaknya baru saja keluar dari sana. Ketika ia akan menghampirinya ternyata pria tadi sedang menatap kakaknya dari dekat pintu toilet pria. Tiba-tiba Kia menghampiri pria tadi.

"Heh, kenapa kamu dari tadi mengikuti kakak ku?" tanya Kia sembari menarik tangan pria itu agar keluar dari pintu toilet.

"Maksud kamu apa, aku tidak mengerti," ucap pria itu sedikit gugup, ia terkejut dengan kehadiran Kia.

"Sudahlah mengaku saja, dari tadi kamu itu mengikuti kakak. Sejak di outlet baju, lalu ke foodcourt terakhir kakak ke toilet kamu juga membuntutinya," teriak Kia kesal karena pria itu menyanggahnya.

"Ini kan tempat umum, jadi bebas aku mau pergi kemana saja terserah aku. Jangan seenaknya menuduh orang tanpa bukti begitu," kilah pria itu tetap tidak mengaku.

"Tanpa bukti bagaimana aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kamu selalu menatap ke arah kakakku, masih tidak mau mengaku. Pria pengecut kamu itu," ucap Kia semakin kesal.

Asha yang melihat adiknya ribut dengan pria itu segera menghampiri mereka yang sudah menjadi tontonan orang-orang yang hendak ke toilet.

"Ada apa, Kia? Jangan ribut di sini, malu itu di lihat banyak orang. Kalian sudah dewasa jika ada masalah selesaikan baik-baik jangan di tempat ramai seperti ini," ucap Asha.

Pria itu menatap Asha dengan tatapan penuh arti. Namun ia tetap bergeming.

"Ini dia Kak, pria yang selalu mengikuti Kakak dari tadi. Sampai kakak ke toilet dia juga ikut, makanya aku segera menyusul kakak kemari," jelas Kia.

Kia menatap pria itu tajam, ia merasa tidak pernah mengenal pria ini sebelumnya. Ia merasa heran kenapa pria itu mengikutinya.

"Apa kita pernah saling kenal sebelumnya? Mengapa kamu mengikuti aku? Apa kita punya masalah?" tanya Kia ramah.

Mereka penasaran dengan jawaban pria tadi, namun pria itu justru hanya diam dan menundukkan kepalanya membuat Kia kehilangan kesabaran.

"Heh kamu tuli ya, di tanya malah bungkam. Tadi saja bicaranya lancar giliran kakak bertanya jadi bisu," maki Kia.

"Kia, tidak boleh begitu bicaranya jangan kasar. Biarkan dia menjelaskan dulu," ucap Asha halus.

"Ayo jawablah pertanyaan ku tadi, kalau kamu tidak mau menjawab kita akan pergi saja," ucap Kia.

Pria itu masih diam, karena tidak ingin memperpanjang persoalan ini Asha segera menarik Kia untuk segera pergi.

"Tunggu," cegah pria itu.

Mereka pun berhenti dan menoleh kepada pria tadi menunggu penjelasannya.

"Sebenarnya, aku..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!