"Saya terima nikah dan kawinnya Viona Wijaya dengan mas kawin emas seberat 100 gram di bayar tunai"
Ucapan lantang dan tegas dari Lucas Danuarta.
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah....." saut semua anggota keluarga
Pernikahan itu kini sudah resmi.
Viona kemudian menyalami tangan Lucas yang kini sudah menjadi suaminya.
Dengan wajah datarnya Lucas memasangkan cincin pernikahan pada jari Viona.
Pernikahan sederhana yang di laksanakan di rumah sakit itu tak banyak di ketahui orang, hanya keluarga inti saja yang menghadirinya.
Selesai menyalami papa nya Lucas langsung beranjak dan akan pergi.
"Loh mau kemana nak, kita foto bersama dulu" ucap bu Lidya (mama Viona) yang kini sudah menjadi mertuanya
"Ada yang lebih penting dari sekedar foto bersama"
ucap Lucas sambil memakai jasnya tanpa melihat ke arah bu Lidya
"Loh kamu baru saja menikah, sekarang kamu mau ninggalin Viona di sini?"
Tanpa menggubrisnya Lucas mendekat ke ranjang papa nya
"Aku pergi dulu pa"
Tanpa menunggu jawaban dari p. Arman (papanya) Lucas langsung pergi keluar di susul oleh Romi asisten nya.
"Kok pak Arman biarin Lucas pergi sih, bagaimana dengan anak saya. Belum 5 menit menikah dia sudah meninggalkan anak saya seperti ini" tanya bu Lidya pada pak Arman
"Mohon di maklumi bu. Kalian kan tau sendiri Lucas sebenarnya menolak pernikahan ini, dia menikah hanya karena menuruti permintaan saya.
Jadi bu Lidya harus membuat Viona bersabar hingga Lucas bisa menerimanya"
"Benar ma apa kata pak Arman, mungkin ini masih sangat sulit bagi Lucas. Lama-kelamaan Lucas pasti akan menerima Viona" sambung pak Surya suaminya.
"Iya pa, tapi...."
Viona hanya terdiam sedari tadi mendengarkan orang tua dan mertuanya.
Viona merasa sangat di acuhkan oleh Lucas, ia lalu pergi keluar tanpa berpamitan pada orangtuanya.
"Loh Viona, mau kemana kamu, Viona..." bu Lidya mencoba mengejarnya namun di cegah oleh suaminya
"Ga usah di kejar ma, biarkan saja"
Sepasang pengantin baru itu pergi masing-masing seperti tak ada apa-apa di antaranya.
Pernikahan ini adalah pernikahan karena perjodohan.
pak Arman yang sedari kecil sudah bersahabat baik dengan pak Surya memang berniat akan menjodohkan anak mereka.
Dan bukan hanya karena itu, pernikahan ini terjadi karena pak Surya meminta bantuan pada pak Arman karena perusahaannya sedang dalam keadaan mendesak dan akan mengalami kebangkrutan.
Dengan menikahkan Viona anaknya sendiri dengan Lucas, maka dengan itu otomatis perusahaan nya akan bisa aman berkat bantuan dana dari perusahaan pak Arman karena Lucas adalah putra tunggal dari Danuarta Grup.
Lucas mau menikah hanya karena menuruti papanya yang kini sudah mulai sakit-sakitan.
Sejujurnya dia sangat terpaksa, apalagi mengingat usia Viona yang lebih tua 6 tahun darinya.
Danuarta grup adalah perusahaan besar yang di dalam nya memiliki berbagai macam bisnis, seperti properti, tambang batu bara dan tambang minyak bumi.
*****
Dari rumah sakit Lucas langsung pergi menuju kantornya.
Sesampainya di kantor semua karyawan menyambutnya dengan berdiri dan memberi salam padanya.
Lucas Danuarta di kenal sebagai pengusaha muda, tampan, kaya-raya dan di segani banyak orang.
Tak ada orang yang pernah melihatnya tersenyum, yang ada hanya wajah datar dengan matanya yang tajam.
"Apa jadwal ku hari ini" tanya lucas pada Romi
"Jam 13.20 tuan ada meeting dengan klien dari Malaysia" jawab Romi
"Hanya itu?"
"Sudah tuan, hanya itu"
"Baiklah"
Lucas masuk ke ruangannya dan mulai melakukan pekerjaannya.
Begitupun Romi, dia mulai mempersiapkan keperluan meeting nanti.
Tepat jam 13.20 Lucas sudah ada di ruang meeting namun kliennya tak juga datang.
Dia menunggu sambil memainkan jemarinya di atas meja, 5 menit berlalu kini sudah 10 menit dia menunggu.
Kesabarannya kini sudah habis, Lucas beranjak dan akan pergi dari ruangan itu.
Namun ketika Romi membuka pintu klien nya datang.
"Maaf tuan Lucas, kami sedikit terlambat" ucapnya
Dengan menatap kliennya itu dengan mata tajamnya, sambil mengangkat alisnya sebelah
"Sedikit? Waktu saya terbuang sia sia hanya demi menunggu orang yang tidak disiplin seperti anda?"
Lucas tetap keluar berjalan menuju ruangannya
"Maaf tuan kami sedikit terlambat. Mari kita mulai meeting nya sekarang"
Tanpa menggubris Lucas masuk ke ruangannya dan pintunya otomatis tertutup.
"Tuan, maaf tuan. Bagaimana dengan kerjasama kita, tuan..."
"Batalkan kerjasamanya" titahnya pada Romi
"Baik tuan"
Romi keluar dan langsung memberi tahu mereka.
"Maaf pak, kerjasama antara kita batal"
"Hah? Batal? Masak hanya karena masalah sepele kerjasama harus batal"
"Itu adalah keputusan dari tuan Lucas, permisi"
Begitu Romi hendak masuk kliennya itu menarik lengannya
"Heh, bilang sama tuan mu itu. Dia ga bisa membatalkan kerja sama sepihak begitu saja tanpa alasan"
"Tanpa alasan? Disiplin adalah salah satu syarat untuk bisa bekerja sama dengan kami, dan anda tidak memenuhi syarat itu.
Bukankan anda sudah tau bagaimana tuan Lucas sangat menghargai waktu, bekerja sama dengan anda hanya akan membuang waktu"
Jelas Romi, kemudian ia pergi meninggalkan calon klien nya itu yang masih berdiri di depan pintu.
☀️☀️☀️☀️☀️
Mau tidak mau mantan calon kliennya itu harus menerima keputusan Lucas.
Meski dalam hati mereka sangat marah dan ingin sekali membalas, tapi mereka sadar tidak ada apa-apa nya di banding kekayaan Lucas.
Akhirnya mereka pulang dengan tangan kosong.
Sore harinya Lucas memilih untuk pergi bermain golf sejenak untuk menghilangkan stresnya.
Peralatan dan tempat yang di sediakan untuk nya khusus, berbeda dari yang lainnya.
Bagaimana tidak, karena tempat itu adalah miliknya.
Berkali-kali Lucas memukul bola golf nya dan berkaki pula bola golf itu masuk tepat sasaran.
Lucas memang sangatlah tampan, parasnya seperti sebuah patung dengan pahatan sempurna.
Semua wanita pasti akan terpikat padanya dalam sekali pandangan.
Kini Lucas memilih untuk beristirahat dengan meminum segelas soda di tangannya.
"Tuan, pak Arman menelpon anda sejak tadi"
ucap Romi
"Apa katanya"
"Pak Arman meminta anda untuk ke rumah sakit sekarang"
Lucas hanya mengangguk dengan matanya yang masih tertuju pada gadis itu.
Lucas tetap duduk santai menikmati hembusan angin yang menerpanya.
Sedari tadi Lucas duduk banyak wanita sengaja lewat di depannya untuk menarik perhatiannya, namun lucas tak peduli.
Pandangan lucas hanya tertuju pada 1 wanita yang sedari tadi sejak ia datang tak sedetik pun melirik ke arahnya.
Meski teman-teman bermainnya membicarakan ketampanan Lucas, namun 1 wanita itu tetap sibuk bermain.
Yang menarik perhatian Lucas adalah cara bermainnya.
Wanita itu terlihat sangat pintar dan seakan sudah sangat mahir memainkan bola golfnya.
Semakin lama di perhatikan wajah gadis itu seperti tidak asing baginya.
"Tuan, pak Arman menelpon lagi"
"Angkat saja"
Romi menjawab panggilan itu lalu mengeraskan volumenya
"Lucas, kamu di mana nak?"
"Main golf, ada apa pa"
"Kamu kemari ya, ada yang ingin papa bicarakan sama kamu"
"Baiklah, aku segera datang"
Lucas langsung beranjak dan menuju rumah sakit.
Sesampainya di sana pak Arman sudah menunggunya.
"Apa yang ingin papa bicarakan, papa baik-baik saja?"
"Iya, papa baik-baik saja. Yang papa mau omongin sama kamu tentang pernikahan kamu"
Wajah Lucas yang awalnya biasa saja kini langsung berubah dingin.
Matanya menyipit menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan apa yang akan di bahas papa nya.
"Nak, papa tau kamu terpaksa menikah dengan Viona tapi bagaimanapun dia sekarang adalah istri sah mu. Cobalah untuk menerimanya, dia gadis yang cantik dan baik seiring berjalannya waktu kamu pasti akan jatuh hati padanya"
Lucas hanya diam dengan terus menatap lekat mata papanya.
"Apa sebenarnya yang Surya lakukan hingga papa begitu menurutinya, aku benci Surya dan keluarganya" batin Lucas
Lucas memang sejak dulu tidak menyukai pak Surya, karena Lucas tau hanya papanya yang tulus sedangkan pak Surya memiliki maksud dan tujuan di balik persahabatannya.
Viona yang pak Arman sebut baik nyatanya tidak.
Lucas sudah tau banyak tentang nya, kenakalannya.
Viona gadis yang manja dan selalu suka berfoya-foya, pemalas dan sombong.
"Pulanglah nak, Viona pasti sudah menunggu mu di rumah" pinta pak Arman
"Apa? Di rumah? Maksud papa rumah kita!"
"Iya lah nak, dia kan sekarang sudah jadi istri kamu. Ini hari pertama kalian menjadi suami istri, pulanglah ..."
Lucas memutarkan bola matanya lalu menarik nafas dan membuangnya kasar.
"Sudah, tak perlu banyak berpikir. Papa di sini kan ada bik Jum mang tono yang jagain. Pulanglah"
Lucas tak punya pilihan lain. Ia akhirnya setuju dan mau pulang.
☀️☀️☀️☀️☀️
Sesampainya di rumah Lucas tak mendapati Viona di sana.
Pandangan matanya mencari di setiap sudut ruangan namun sepi.
Ia lanjut masuk ke dalam kamarnya dam ternyata di sana seperti ada orang, tepatnya di kamar mandi.
Suara gemercik air terdengar dari dalam seperti ada yang sedang mandi.
Wajah datarnya berubah menjadi marah.
Kedua alisnya bersatu dengan tatapan mautnya.
Lucas berjalan ke arah kamar mandinya, tepat saat Lucas di depan pintu Viona langsung membukanya.
"Ngapain lo di kamar gue!" tanya lucas dengan arogannya
Viona yang hanya menggunakan sehelai handuk fi depannya tak merasa canggung atau malu sedikitpun, ia malah menarik ujung bibirnya dan tersenyum sinis pada Lucas
"Lo nanya kenapa gue di sini? Lo lupa kalo gue sekarang adalah istri lo, ya gue juga berhak dong dengan kamar ini" ucapnya dengan santai
Jawaban Viona semakin membuat Lucas marah.
Ia lalu menarik lengan Viona dengan kasar dan menyeretnya keluar kamar
"Au sakit Lucas, gilak ya lo au... sakit!!"
Viona meraba lengannya yang kini memerah dengan bekas tangan Lucas di sana
"Ini belom seberapa, jika nanti lo lancang dan berani menginjakkan kaki di kamar gue lagi lo akan merasakan yang lebih dari ini. Paham!"
Lucas lalu masuk ke kamarnya dengan membanting pintu di depan Viona.
"Kurang ajar! Berani-beraninya dia kasar sama gue. Lihat aja Lucas, ga akan lama lagi lo pasti akan bertekuk lutut di hadapan gue" Gerutunya
Begitu Viona hendak pergi Lucas kembali membuka pintunya.
Viona tersenyum, karena Lucas pasti berubah pikiran dan mengijinkan dia masuk ke kamarnya.
Tapi begitu dia balik arah Lucas melemparkan tumpukan bajunya tepat di wajahnya, setelah itu Lucas kembali masuk dan menutup pintunya dengan keras.
"Heh, apa-apaan ini, baju gue jadi kotor semua, Lucas!" Viona mengencangkan suaranya agar Lucas bisa mendengarnya dari dalam
Ia lalu memunguti bajunya dan membawanya sambil mencari kamar mana yang akan ia tempati.
Rumah Lucas sangatlah luas, ada banyak kamar di sana.
Namun semua pintu kamar terkunci kecuali kamar paling belakang, kamar yang ukurannya tidak besar dan sederhana dan lebih tepatnya itu kamar khusus untuk art di sana.
"Sialan! Dari sekian banyak kamar di sini kenapa hanya kamar dekil ini yang terbuka. Kurang ajar, Lucas pasti sengaja supaya gue ga betah dan minta pisah darinya. Tapi sorry Lucas, gue orangnya ga mudah menyerah. Sebelum gue bisa nguasain lo nama gue bukan Viona"
Viona dengan suka hati tinggal di kamar kecil itu, ia harus lebih berusaha untuk mendapatkan hati Lucas sebelum mendapatkan hartanya.
"Loh non ngapain di sini?" tanya bi Narsih yang kebetulan kamarnya ada di sebelahnya
Viona hanya melirik, melihat wajahnya dengan sinis kemudian masuk ke kamarnya tanpa menjawab.
"Bukannya itu non Viona, kok dia masuk ke kamar itu bukannya sekamar dengan den Lucas? Ah... sudahlah bukan urusan ku" batin bi Narsih
Saat waktu makan malam tiba, bi Narsih sudah menyiapkan makan malam di meja.
Bi Narsih lalu pergi ke kamar Lucas untuk memberi tahu bahwa makanan sudah siap.
Toktoktok...
"Permisi den, makan malam sudah siap"
"Ya" jawab Lucas singkat
Tak lama Lucas turun dan mulai makan.
Saat sedang menikmati nikmatnya makan malam, Viona datang dan langsung duduk di kursi sebelahnya.
Tanpa segan dan ragu Viona membuka piringnya dan ikut makan malam.
Wajah Lucas berubah seketika, begitupun dengan selera makannya yang tiba-tiba hilang.
Lucas lalu pergi begitu saja tanpa meyelesaikan makannya.
Viona merasa kesal tapi ia harus tetap berusaha untuk mendapatkan hati Lucas.
Tak peduli Lucas makan atau tidak, ia tetap menikmati makanannya.
☀️☀️☀️☀️☀️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!