NovelToon NovelToon

Pernikahan Rahasia Anak SMA 2

Perjodohan

"Zara! Ayo kok malah bengong, entar Pak Andra marah loh, tahu sendiri kalau tuh guru suka buat hukuman!" seru Anita kepada Zara.

"Iya iya, bentar!"

Zara meletakkan ponselnya ke dalam tas, baru saja Ia berkirim pesan dengan sang Mommy jika besok adalah waktunya Zara harus menikah dengan seseorang yang belum Ia kenal, Zara diketahui telah dijodohkan dengan seorang laki-laki pilihan kedua orang tuanya.

"Ah sialan! Masa sih Aku harus nikah sama cowok yang nggak pernah Aku kenal sama sekali? Ah Daddy dan Mommy nggak asik!" gerutu Zara dengan ekspresi manyun, Ia berjalan menuju ke lapangan dimana sekarang kelas 12 B sedang pelajaran olahraga.

Semua teman-teman Zara sudah berbaris, tinggal dirinya yang berjalan santai menuju ke barisan di antara teman-temannya. Namun, kedatangannya tak luput dari perhatian guru olahraga nya.

Affandra atau yang biasa disapa Pak Andra adalah guru olahraga Zara, pria berpostur tinggi tegap itu berjalan menghampiri Zara yang main masuk saja ke barisan murid-muridnya.

"Sedang apa kamu?" seru Andra kepada Zara.

"Baris, Pak!" jawabnya santai.

"Kamu lihat ini jam berapa?" Andra berkata sembari menunjukkan jam tangannya kepada Zara.

"Emm ... jam tujuh lewat lima menit, Pak!"

"Kamu tahu kamu sudah terlambat lima menit, jadi kamu tidak bisa mengikuti pelajaran Bapak lagi, silahkan keluar!" titah Andra kepada Zara. Andra adalah sosok guru yang tegas dan disiplin, Ia tidak bisa men-tolerir siswanya yang terlambat meskipun cuma lima menit saja.

"Huffftt! Ini kan cuma lima menit, Pak! Masa nggak bisa di maklumi sih, tadi Emak saya nelpon, Pak! Makanya Saya terlambat." ucap Zara beralasan. Andra membalikkan badannya dan menatap wajah Zara dalam-dalam.

"Saya tidak perduli kamu nelpon siapa kek, nelpon pejabat kek, nelpon Pak presiden kek. Kalau terlambat ya sudah! Itu sudah peraturan jika mengikuti pelajaran Saya. Harap semua diperhatikan! Siapapun di antara kalian jika masih ingin mengikuti pelajaran Saya, mohon dipatuhi perintah Saya, tidak boleh datang terlambat meskipun itu cuma lima menit, harus tepat waktu, lima menit sebelum pelajaran dimulai harus sudah hadir, mengerti!" seru Andra kepada semua murid-muridnya.

"Mengerti, Pak!" jawab semuanya serentak.

"Sekarang kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan, pergilah! Hari ini kamu saya tulis A di jurnal saya." setelah mengatakan hal itu Andra pun segera pergi meninggalkan Zara.

Perlahan Zara keluar dari barisan dan pergi menjauh dari teman-temannya. Ia terlihat menatap kesal wajah Andra, sembari mengumpat, "Dasar guru galak! Awas saja ya! Aku bilangin Daddy biar dipecat tuh guru belagu."

Ayah Zara adalah pemilik sekolah dimana Zara menimba ilmu, sementara Andra hanya guru honorer yang mengajar pelajaran olahraga dan merangkap sebagai guru BP. Namun siapa sangka Andra dibalik sikap tegas dan dinginnya, Andra menyimpan sejuta pesona, dengan wajahnya yang tampan dan cute tak sedikit murid-murid ceweknya banyak yang mengidolakan sosok Andra, wajah nya yang cool dan tak membosankan membuat hampir seluruh siswi di sekolah itu terpesona dengan ketampanan seorang Andra.

Namun berbeda dengan Zara, sedari dulu Zara dan Andra selalu bertemu di ruangan BP, Andra sering menangkap Zara yang sedang bertengkar dengan teman ceweknya, jambak-jambakan dan saling serang, disitulah ada Andra yang menangani Zara, salah satu siswi yang terkenal bandel di sekolah.

*

*

*

Sementara di kediaman keluarga besar Harun, persiapan untuk pernikahan putri mereka sudah siap sembilan puluh persen, besok yang kebetulan hari Minggu, Zara akan melangsungkan pernikahan dengan seorang laki-laki pilihan Harun dan Hasna, kedua pasangan suami istri itu sengaja menikahkan putri mereka dengan seorang laki-laki yang sudah mereka pilih, mereka sangat yakin jika pria tersebut mampu membimbing Zara dan akan membuat Zara bahagia.

"Semoga saja Zara bisa menerima keputusan kita ya, Mas?" ucap Hasna kepada suaminya yang sedang duduk di kursi roda, sang suami didiagnosis menderita kanker, dan itu yang membuat Zara terpaksa menyetujui permintaan sang Daddy, Zara tidak ingin melihat sang Daddy bertambah sakit dengan menolak perjodohan itu.

"Aku sangat yakin, Zara berada di tangan yang tepat, Aku cuma ingin sebelum akhir hidupku nanti, Aku bisa menyaksikan putriku menikah dengan pria yang tepat, Aku sangat yakin kita tidak salah pilih dengan calon menantu kita, dia putra dari Almarhum sahabat ku." ungkap Harun, Ayah Zara sekaligus pemilik sekolah dimana sang putri menimba ilmu.

"Jangan berkata seperti itu, Mas! Mas pasti sembuh, dan kita akan melihat Zara bahagia, apa Mas tidak ingin melihat cucu kita kelak?" seketika Harun tersenyum kala membayangkan menggendong cucu yang akan Zara berikan untuk mereka berdua.

"Entahlah! Aku juga berharap bisa melihat cucu kita, semoga saja Zara bisa mencintai suaminya dan bisa menerima suaminya apa adanya."

*

*

*

Sementara di sekolah, Zara terlihat duduk-duduk di bangku depan kelas sembari memperhatikan teman-temannya yang sedang mengikuti pelajaran olahraga, tiba-tiba datang seorang teman laki-laki Zara sedang menghampiri gadis itu.

"Zara! Kamu ngapain di sini? Nggak ikut olahraga?" tanya Kelvin siswa kelas 12 A, dimana dirinya adalah pacar Zara.

"Nggak! Malas!" jawabnya singkat.

"Malas? Atau jangan-jangan kamu terlambat, ya?" tebak Kelvin yang seratus persen benar.

Zara cuma jutek dan terlihat cuek saat Kelvin berkata seperti itu.

"Pasti tuh! Ya udah kamu nggak usah jutek gitu dong! Jelek tahu. Gadis secantik kamu nggak pantes berwajah lesu gitu, eh besok kita jalan yuk! Aku mau ngajak kamu jalan-jalan." ajak Kelvin kepada pacarnya itu.

"Emm ... kayaknya besok Aku nggak bisa deh! Ada acara keluarga di rumah!" Zara menolak ajakan sang Pacar. Kelvin terlihat menundukkan wajahnya, akhir-akhir ini Zara terlihat berubah, tidak seperti dulu lagi, Zara terlihat sering menghindari Kelvin, dan itu membuat Kelvin tidak terima.

"Zara! Kamu kenapa sih akhir-akhir ini selalu menghindari ku? Kamu ada masalah?" tanya Kelvin kepada sang pacar.

Zara tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Enggak! Aku nggak apa-apa kok! Cuma seperti nya kita harus break dulu deh, Aku butuh waktu untuk sendiri."

"Tapi kenapa? Apa kamu sudah bosan dengan hubungan kita?"

"Bukan! Bukan itu masalahnya, kamu tahu kan Daddy sedang sakit, jadi Aku udah berjanji sama Daddy untuk fokus pada sekolah dulu, Aku nggak mau pacaran dulu, jadi Aku mohon kamu bisa mengerti." ucap Zara sembari menatap wajah pemuda yang berusia hampir sama dengan dirinya itu.

"Tapi Aku tidak bisa, Zara! Sampai kapanpun Aku tidak akan pernah bisa melepaskanmu, Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk terus menunggu mu sampai lulus sekolah nanti, dan Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri kelak untuk menjadikan mu sebagai istriku." ucap Kelvin sembari memegang tangan Zara.

Sementara dari kejauhan, terlihat sepasang mata tengah memperhatikan Zara dan Kelvin. Pria itu tampak mengepalkan tangannya melihat tangan Zara yang dipegang oleh Kelvin.

"Kenapa Aku sangat tidak suka melihat Zara dan Kelvin bersama? Apa yang terjadi padaku?"

...BERSAMBUNG...

...Sukses dengan novel Pernikahan rahasia anak SMA, kali ini author akan membuat kedua bertajuk sama Pernikahan rahasia anak SMA 2 , yang mengisahkan tentang perjodohan siswa SMA, dimana banyak keseruan yang akan terjadi di dalamnya, penasaran? Yuk segera favorit kan untuk mendapatkan notifikasi update berikutnya, dan jangan lupa beri like, komen, hadiah dan vote nya, Sayang! 🙏🙏🥰🥰❤️❤️...

Hukuman

"Maafkan Aku, Vin! Aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi, Aku sudah berjanji kepada Daddy, dan Aku tidak mungkin membantah perintah Daddy, Aku lebih menyayanginya dari siapapun, termasuk kamu!" setelah mengatakan hal itu Zara segera pergi meninggalkan Kelvin yang merasa tidak terima jika Zara memutuskan hubungan mereka begitu saja.

"Zara, tunggu!" Kelvin menyusul Zara dengan sedikit berlari, pemuda itu tampak meyakinkan Zara bahwa dirinya tidak bisa menerima keputusan Zara yang mengakui hubungan mereka berdua.

"Apa lagi, sih?"

"Aku mohon Zara! Plis jangan lakukan hal itu, Aku sayang banget sama kamu!"

"Sudahlah, Vin! Lebih baik kamu terima saja keputusanku, hubungan kita tidak akan pernah bersatu."

"Tapi kenapa, Zara? Kenapa? Apa ada cowok lain di hatimu?" pertanyaan Kelvin seketika membuat Zara teringat akan ucapan sang Daddy.

"Daddy akan menikahkan mu dengan seorang pria yang baik, Daddy ingin melihatmu menikah dengan pria tersebut, kamu tahu sendiri keadaan Daddy sudah seperti ini, hanya satu permintaan Daddy, tolong! Kabulkan permintaan Daddy sekali saja. Daddy ingin melihatmu menikah dengan pria pilihan Daddy, kamu mau mengabulkan permintaan Daddy kan, Zara?"

Zara terkesiap saat ucapan sang Daddy terngiang di telinganya. Ia pun tetap kekeuh berpisah dengan Kelvin demi sang Ayah, Ia rela mengorbankan cintanya kepada Kelvin, karena sejatinya Zara masih sangat mencintai Kelvin.

Zara menghela nafasnya dalam-dalam dan setelah itu Ia berkata sesuatu kepada Kelvin. "Mulai saat ini kita putus dan mulai saat ini juga kita tidak punya hubungan apa-apa lagi, jadi Aku minta tolong sama kamu untuk tidak mengejarku lagi." setelah mengatakan hal itu Zara segera pergi meninggalkan Kelvin, tak perduli jika Ia tidak terima dengan keputusan sepihak dari Zara.

"Zara! Aku tidak akan membiarkan mu pergi sebelum kamu mengatakan hal yang sebenarnya, katakan! bagaimana bisa kamu berkata seperti ini kepada ku, Aku tidak bisa terima ini, tidak bisa!" Kelvin terus memaksa Zara untuk mengatakan hal yang sebenarnya.

"Pergi kamu, Vin!"

"Tidak! Sebelum kamu mengatakan yang sebenarnya, Aku tidak akan pergi."

"Lepaskan tanganku, Vin!" Kelvin terlihat mencengkram erat lengan Zara, sehingga membuat gadis itu berontak, tentu saja pemandangan itu membuat Andra menghampiri mereka berdua.

"He Kelvin! Lepaskan dia!" titah Andra kepada Kelvin.

"Bapak mendingan nggak usah ikut campur urusan saya dengan pacar Saya, ini urusan kami berdua." jawab Kelvin kepada Andra.

"Iya Aku tahu itu urusan kalian berdua, tapi Aku tidak suka saja Kamu memaksa dan kasar dengan Zara, lepaskan dia! Kalau dia tidak mau tidak usah dipaksa!" seru Andra mencoba menengahi mereka berdua.

Kelvin pun terpaksa melepaskan tangan Zara, Ia pun menatap wajah Zara dengan serius.

"Ingat Zara! Selamanya Aku tidak terima dengan keputusan ini, Aku akan tetap mendapatkan mu, bahkan suatu hari nanti Aku akan datang memintanya kepada kedua orang tuamu untuk menjadikan mu sebagai istriku, tunggu saja!" setelah mengatakan hal itu Kelvin pergi meninggalkan Zara dan Andra.

"Maafkan aku, Vin! Kita memang tidak akan pernah bisa berjodoh, Karena Aku akan menikah dengan pria pilihan Daddy, Aku sendiri juga tidak tahu siapa pria itu." batin Zara.

Kemudian Zara menatap wajah Andra, guru olahraga yang membuatnya kesal tadi. Sementara Andra terlihat cuek dan membuang wajahnya ke arah lain.

"Kalian berdua pacaran?" tanya Andra tiba-tiba.

"Bukan urusan Bapak!"

"Kelihatannya Kalian berdua putus, benar kan? Anak jaman sekarang, kebanyakan lebay!"

"Kok Bapak ngomong gitu sih, dasar guru aneh!" umpat Zara kesal.

"Sekarang aja bilangnya Aku akan menunggumu, Zara. Aku akan datang ke rumah orang tuamu, bla bla bla ... kamu percaya? Bapak bilangin ya! Pria setia itu satu banding seribu, lihat saja nanti kalau kalian sudah berpisah sekolah, Bapak nggak yakin bahwa Kelvin akan mengingat kata-kata itu." sindir Andra.

"Idiihh ... emangnya Bapak bisa setia? Saya juga nggak percaya, sok ngatain orang lagi."

"Apakah kesetiaan itu harus diucapkan? Jika seseorang mencintai mu dengan ikhlas, dia tidak perlu mengungkapkan nya dengan kata-kata, tapi dengan bukti." ucap pria yang berumur sekitar 25 tahun itu.

Di saat Andra tengah berbicara dengan Zara, terlihat beberapa siswa cewek datang menghampiri Andra, mereka tak lain adalah Tina dan kawan-kawan.

"Pak Andra, kami sudah selesai, Pak!" seru Tina, siswi yang terkenal dengan kecantikannya yang paripurna itu terlihat menarik tangan Andra tanpa malu-malu.

"Iya! Kalian tunggu sebentar, nanti Bapak akan ke sana! Bapak mau bicara dulu dengan Zara." balas Andra kepada Tina sambil melepaskan tangan Tina. Melihat dirinya tidak diperhatikan oleh guru idolanya itu, Tina pun berkata kepada Zara, "Eh ... kamu udah nggak ikut olahraga, sekarang ngerepotin Pak Andra lagi, jangan mentang-mentang kamu anaknya pak Harun bisa seenaknya nggak mengikuti pelajaran, main terlambat segala, padahal kamu malas kan mengikuti pelajaran Pak Andra, dasar murid pemalas!" rutuk Tina kepada Zara yang mulai tersulut emosi.

"Eh kalau ngomong di jaga dong mulutnya, nggak usah kecentilan deh jadi cewek, seenaknya ngatain orang pemalas." Zara yang tak terima dengan ucapan teman sekelasnya itu terlihat mulai marah dan menantang Tina.

"Apa? Apa lihat-lihat! Dasar cewek bar-bar, dah kayak laki aja, sok paling pinter kamu, sini Aku nggak takut!" Tina pun tidak berhenti sampai di situ, Ia pun semakin menantang Zara yang notabene nya dia adalah gadis tomboi. Dan itulah yang menyebabkan Tina mengatakan jika Zara seperti seorang laki-laki.

Tanpa pikir panjang, Zara menjambak rambut Tina dengan mudah, tentu saja Tina hanya berteriak tidak jelas, sementara itu Andra langsung memisah kan kedua muridnya itu, bukan pemandangan langka melihat mereka berdua bertengkar, hampir setiap hari Zara dan Tina bertengkar, tapi kali ini pertengkaran mereka lebih sengit, Zara yang sudah sangat geram melihat sikap Tina. Gadis yang selalu berpenampilan tomboi itu langsung menghajar Tina yang selalu bersikap gemulai.

"Aaaa ... sialan kamu Zara!" pekik Tina saat Zara berhasil menarik rambut Tina yang pirang itu.

"Rasain, dasar mulut emak-emak!"

"Eh stop-stop, Kalian ini apa-apaan sih, selalu saja bertengkar! Kalian nggak bosan apa keluar masuk ruangan BP, bapak ini sudah bosan melihat tersangka nya Kalian berdua lagi, kalian lagi dan kalian lagi." ucap Andra sambil memisahkan kedua siswinya itu.

"Dia tuh Pak! Selalu cari gara-gara, dia cewek aneh dan bar-bar, Pak! Harusnya Bapak hukum dia tuh!" seru Tina sambil merapikan rambutnya yang acak-acakan seperti sarang burung.

"Enak aja, kamu tuh yang mulai duluan, dasar mulut bebek!"

Mendengar adu mulut kedua gadis itu, Andra yang notabenenya tidak banyak bicara terlihat membawa Zara pergi dari kerumunan teman-temannya.

"Eh ... eh Bapak mau bawa Saya kemana nih?" Zara terlihat begitu terkejut saat tangannya ditarik oleh Andra.

"Sudah kamu diam saja!" Andra terus membawa Zara sampai ke ruangan BP.

"Masuk!" titah Andra kepada Zara agar gadis itu segera masuk ke ruangannya.

"I-iya, Pak! Santai dong nggak usah maksa gitu!" Zara pun mengikuti perintah sang guru.

"Ngapain Bapak bawa saya kemari? Hmm pasti mau dihukum lagi, nih! Bapak mau saya membersihkan toilet? Atau bapak menyuruh saya bersihin ruangan ini, hahh bosan pak! Hukuman yang lain dong! Masa gitu mulu. Ah nggak update nih Pak Andra." celoteh Zara.

Tiba-tiba saja Andra mendekati gadis itu dan berkata kepadanya, "Kamu ingin hukuman lainnya?"

Zara terdiam dan mengedipkan matanya beberapa kali. "Kalau bapak punya stok hukuman lagi, why not! Hehehe ... canda, Pak!" jawabnya sembari mengangkat dua jarinya.

"Anjir! Nih guru bikin salting aja!" batin Zara saat Andra menatapnya matanya dengan tajam. Seolah Andra semakin mendekatkan wajahnya pada bibir Zara.

"Wait-wait, nih guru mau apa coba?" Zara dibuat gemetaran saat wajah Andra kian mendekat, dan akhirnya bibir itu saling bersentuhan.

"Haaaa ... omaigad! Pak Andra nyium bibir aku ... !" entah kenapa Zara tidak bisa menolaknya, padahal dia sadar betul apa yang telah dilakukan oleh Andra tidak pernah dilakukan oleh Kelvin, pacarnya itu.

...BERSAMBUNG...

VISUAL

Zara Adelia, 18 tahun. Gadis putri dari keluarga kaya raya yang dijodohkan dengan gurunya sendiri. Cantik, periang, keras kepala dan selalu berpenampilan tomboi.

Affandra, atau biasa dipanggil Pak Andra, 25 tahun, guru olahraga sekaligus guru BP Zara. Pria yang dijodohkan dengan Zara. Pria yang terlihat dingin dan pendiam itu nyatanya mampu membuat siswi-siswi nya klepek-klepek.

...Visual hanya penyemangat, mohon maaf jika visual kurang berkenan 🙏🙏...

Ciuman Pak guru

Zara membelalakkan matanya saat bibir lembut itu mengecupnya dengan mesra, entahlah seakan Ia merasa nyaman saat sang Pak guru menciumnya. Menikmatinya meskipun cuma sekejap.

"Tidak-tidak, apa-apaan sih ini." batin Zara yang seketika sadar tentang apa yang Andra lakukan padanya.

"Emmm ... lepaskan saya, Pak!"

"Plaaakkk!"

Spontan Zara menampar pipi Andra, setelah itu Ia pun segera keluar dari ruangan BP tanpa permisi. Sementara itu Andra hanya tersenyum tipis melihat Zara keluar dari ruangan nya.

"Cukup liar!" ucapnya lirih sembari mengusap pipinya yang baru saja ditampar oleh Zara.

Zara berlari masuk ke dalam kelas, sejenak Ia ngos-ngosan saat tiba di dalam kelas. Zara tampak berjalan lemas menuju ke tempat duduknya, mencoba mengingat kembali kejadian yang baru saja Ia alami.

"Sialan tuh guru, salah sendiri main cium aja, udah bagus cuma ku tampar doang, coba kalau bukan pak Andra, udah Aku tabok tuh mulut nya pakai parutan kelapa, idiihh geli banget sumpah! Gitu amat ya rasanya dicium!" sejenak Zara tersenyum geli saat mengingat ciuman Andra yang baru pertama kali Ia lakukan.

Jam ganti pelajaran pun telah usai, teman-teman Zara yang berada di lapangan, kini kembali ke kelasnya, Anita teman sebangku Zara melihat sang sahabat sedang senyum-senyum sendiri.

"Ihhh Zara! Ngapain senyum-senyum sendiri?" tanyanya sembari duduk di samping Zara. Tentu saja Zara sangat terkejut saat Anita berada di sampingnya secara tiba-tiba.

"Eh kamu Nit! Nggak ... nggak apa-apa kok, udahlah! Kita ganti baju dulu yuk!" ajak Zara kepada sahabatnya itu.

"Hmm ... oke!"

Akhirnya mereka berdua pergi ke kamar mandi untuk mengganti baju seragam mereka, tanpa sengaja Zara bertemu dengan Andra yang saat itu sedang berjalan ke kantor guru, dari kejauhan Zara sudah memalingkan wajahnya, Ia malas harus bertemu dengan guru yang sudah membuatnya kesal tadi.

"Sialan! Ngapain juga sih ketemu sama guru cabul ini, males banget lah!" batin Zara sembari pura-pura tidak melihat wajah Andra. Saat mereka kian mendekat, tiba-tiba Anita menyapa Andra yang sedang lewat di depan mereka.

"Eh Pak Andra, mari Pak!"

"Hmm ...!" jawab Andra sembari menganggukkan kepalanya. Pria itu terlihat cuek saat Anita menyapanya, dan itu membuat Zara kesal, Ia pun mengumpat guru BP nya itu.

"Diihhh sombong amat sih jadi orang, bukannya dibalas dengan tersenyum atau apa kek, iya kek, malah dijawab hmmm ... siapa yang nggak bisa, dasar guru songong! Kali aja dia bukan guru pilihan bokap, uuhhh udah aku bejek-bejek tuh mukanya, ngeselin banget sih!" umpat Zara kesal

"Eh eh Zara, sudah biarin aja, emang dari dulu Pak Andra memang seperti itu, tapi Aku sih nggak masalah, yang penting dia keren dan ganteng banget."

Tanpa sengaja percakapan mereka didengar oleh Andra, pria itu tiba-tiba berkata kepada kedua siswinya itu.

"Siapa yang songong? Dan siapa yang ngeselin?" seketika Zara dan Anita mengehentikan langkahnya karena pertanyaan itu sepertinya tertuju kepada mereka.

Baik Zara maupun Anita membalikkan badannya dan menatap wajah Andra yang menatap serius ke arah mereka.

"Hehehe bukan apa-apa, Pak! Lupakan ucapan Zara, dari dulu Zara suka ngawur ngomongnya, iya kan, Zara?" Anita mencoba menutupi kesalahan sang sahabat. Namun, rupanya Zara tidak menampik ucapan Anita.

"Anita benar, Pak! Iya memang saya yang bilang jika Pak Andra itu songong, ngeselin dan bikin emosi tingkat tinggi, tapi saya mengatakan hal itu bukan karena ngawur, tapi memang kenyataan. Bapak itu udah bikin saya ... saya ... ihhhh pokoknya udah bikin saya kesel!" Zara berkata sembari mengerucutkan bibirnya.

Andra menatapnya dengan tajam, menatap gadis yang baru saja Ia cium saat di ruangan BP tadi.

"Aduh! Tatapan mata itu lagi, jangan-jangan dia mau nyosor lagi, dah lah pergi saja dari sini!" batin Zara sembari mengajak Anita untuk segera pergi.

"Kita pergi yuk! Permisi Pak kita mau ganti baju dulu!" ajak Zara yang tiba-tiba, tentu saja Anita dibuat bingung dengan sikap Zara yang seolah-olah ingin segera kabur dari hadapan guru olahraganya itu.

"Loh loh ... eh Zara!" Anita pun segera pergi mengikuti Zara, sembari melambaikan tangannya kepada Andra yang tampak berdiri memperhatikan tingkah Zara.

Setelah Zara dan Anita menghilang dari pandangan, pria itu pun tampak tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Dan setelah itu Ia pun kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kantor guru.

*

*

*

Jam pulang sekolah pun tiba, semua siswa keluar berhamburan. Zara dan Anita tampak berjalan keluar dari halaman sekolah, kemudian mereka berpisah karena Anita dijemput oleh saudaranya..

"Zara! Aku pulang dulu ya!"

"Oke! Hati-hati." Zara terlihat melambaikan tangannya kepada Anita yang pulang bersama Kakak perempuannya yang menaiki motor, sementara itu Zara masih menunggu mobil jemputan nya seperti biasa.

"Astaga! Lama banget sih. Kemana juga tuh Pak Kosim, jam segini belum datang juga." Zara melihat jam tangannya berkali-kali, menunggu mobil yang biasa menjemputnya. Dan tiba-tiba saja sebuah motor sport yang biasa dikendarai oleh Andra, tiba-tiba berhenti di depan Zara.

Zara pun terkejut melihat kedatangan Andra yang tiba-tiba.

"Idiiih ngapain sih nih orang nginthilin mulu!" batin Zara dengan mulutnya yang tampak komat-kamit.

Andra membuka helmnya dan berkata kepada Zara, "Kamu mau bareng sama Bapak? Udah mau hujan loh!" seru Andra sembari meletakkan helmnya pada pinggangnya, sejenak Zara dibuat kagum dengan ketampanan guru olahraga nya itu, tak bisa dipungkiri jika ketampanan Andra sukses membuat seluruh siswi-siswi nya berdecak kagum dan tak jarang Andra mendapatkan surat cinta dari murid-muridnya.

Tapi berbeda dengan Zara, Andra adalah guru paling menyebalkan menurutnya, apalagi Andra sering sekali membawanya ke ruangan BP dan sudah sering orang tua Zara dipanggil oleh Andra hanya sekedar untuk menasehati Zara yang sering bertengkar dengan teman-teman nya di sekolah.

"Zara, ayo! Kok malah bengong?"

"Ais gilak, dia memang tampan njiiir! No no no Zara! Kamu nggak boleh tergoda sama guru menyebalkan itu, bisa jatuh reputasi ku sebagai cewek terkece badai di sekolah ini, masa cewek se populer ini bisa tergoda dengan guru olahraga seperti itu! Dah lah nggak penting." batin Zara sembari memalingkan wajahnya.

"Eh ... kamu nggak punya telinga ya! Di tanya malah manyun." seru Andra yang mulai kesal dengan sikap cuek murid istimewanya itu.

"Saya lagi malas ngomong sama Bapak, Bapak pergi saja sendiri nggak usah ngajak-ngajak. Entar yang ada Saya diperkosa sama Bapak, oh no Pak Andra kan aslinya mesum beud!" umpat Zara kepada Andra yang terlihat tertawa geli.

"Diiih malah ketawa, dasar guru aneh!" Zara menyengir saat melihat tawa Andra yang menggelikan itu.

"Yang mau perkosa kamu tuh siapa, nggak usah ke PD an ya, cewek kayak kamu nggak bakalan ada yang memperkosa, lihat aja orang cewek kok penampilannya kayak preman! Sebelum memperkosa kamu mungkin mereka berpikir dulu, bisa-bisa kena tendangan pinalti, mampus!" seru Andra sambil memakai helmnya kembali.

"Ehh ... nih orang, kalau bukan guru udah tak pites tuh burungnya. Yang nyium bibir saya tadi siapa, yang udah maksa saya tadi siapa? Masih untung Saya nggak laporan sama Pak kepala sekolah, Kalau saya beri tahu sama pak kepala sekolah, bisa mampus Anda!" ancam Zara mengingatkan tentang perlakuan Andra kepadanya saat di ruangan BP tadi.

"Ya udah bilang aja sana, palingan nanti Bapak akan ditanya benar apa tidak kalau Bapak sudah menciummu, ya gampang saja, Bapak tinggal bilang, ya Aku menciummu dan kamu juga ikut menikmati ciuman itu, jadi tidak ada paksaan, beres kan!"

Seketika Zara terlihat salah tingkah dengan ucapan Andra kepadanya.

...BERSAMBUNG ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!