NovelToon NovelToon

Janda Kembang Season 2 ( Ternoda )

Ditangkap polisi

Braaakkk..

''Tidaaaakkk... jaaangaaaannnn.. aaaaaa... Kak Rayyaaaaannn... aaa...''

''Nggak! Aku nggak mau!''

''Lepas!! Lepas!!! Aaakkkhhh... sakiiiiiittt... aaaaaa...''

''Zahra!!! Zahraaa!!! Bangun nak!! kamu kenapa??'' panggil Mama Rani sembari mengguncang tubuh Zahra yang tiba-tiba kejang-kejang sendiri.

''Hikss... lepaskan aku!! Hiks.. kamu jahat!!! Kak Rayyaaaaannn....!!!!!''

''Zahraaaaa!!!''

Plaaakkk.

''Astaghfirullah!!! Dek!! Kenapa di pukul kayak gitu anaknya?!'' pekik Papa Reza

Mama Rani menoleh dengan tatapan sendu nya. ''Lalu , aku harus apa Bang?? Sudah seminggu ini Zahra seperti ini. Makan tidak mau. Tiap kali terlelap pasti memanggil nama Rayyan! Kasihan Zahra Bang! Hiks.. putriku...'' Isak Mama Rani sembari memeluk tubuh ringkih Zahra.

Papa Reza menghela nafasnya. ''Kita harus apa Coba? Dibawa kerumah sakit, Zahra selalu menolaknya. Ia hanya ingin Rayyan. Sebenarnya apa yang terjadi? Abang masih bingung. Sangat terlihat jelas jika Zahra begitu ketakukan. Apakah ada sesuatu yang terjadi, hingga menimbulkan trauma yang mendalam seperti ini??Abang harus cari tau. Abang harus tanya Rayyan tentang masalah ini.'' Kata Papa Reza menatap kasihan pada putri keduanya itu.

*

*

*

Sementara di kediaman keluarga Bhaskara, saat ini Rayyan sedang di sidang oleh Papi Gilang, Lana, dan Ira.

Wajah mereka begitu dingin ketika mengetahui jika Rayyan mendapat masalah di sekolah.

''Jelaskan!'' titah Papi Gilang

Rayyan tak menyahut. Tatapan matanya kosong. Ia menatap lurus ke depan, dimana ada figuran sang sahabat. Yaitu, Zahra dan Dimas. Mata bening milik mirip Mama Vita itu mengembun.

Tes.

Tes.

Tes.

Ia usap dengan kasar, kemudian menoleh pada Papi Gilang. ''Tidak ada yang perlu Abang jelaskan! Semua itu kesalahan nya! Abang hanya ingin menolong Zahra. Apa itu salah??'' ucap Rayyan pada Papi Gilang.

Lana menghela nafasnya. ''Tapi apa yang kamu lakukan itu salah dek.. selama ini Abang tidak pernah mengajarkan ilmu bela diri untuk menganiaya orang lain. Kamu salah Dek! Belum lagi yang kamu pukul hingga kritis itu adalah Dimas. Sahabat masa kecil kamu sendiri. Abang heran. Sebenarnya.. ada masalah apa kalian berdua hingga berkelahi sampai masuk rumah sakit seperti itu? Apakah ada yang kamu sembunyikan dari kami Ar Rayyan??''

Deg!

Deg!

Jantung Rayyan bergemuruh hebat. Tangannya mengepal erat. Urat-urat lehernya mencuat. Wajahnya merah padam.

Semua yang ada disana terkejut melihat Rayyan. Mami Alisa mendekati putra nya itu. ''Nak?? Apa... ada yang terjadi kah? Em.. Maksud Mami... apakah terjadi sesuatu dengan Zahra di sekolah itu??''

Deg!

Deg!

Deg!

Lagi, jantung itu semakin bergemuruh dengan hebat. Wajah Rayyan semakin mengeras. Mami Alisa dengan segera memeluk putra Papi Gilang itu.

''Sssssttt... tenangkan dirimu. Tidak baik menahan amarah seperti ini. Istighfar nak.. istighfar sayang! Ingat Allah ketika hatimu di kuasai oleh api kemarahan. Jika kamu menurutinya, maka kamu sendiri yang akan terbakar. Istighfar! Istighfar!'' peringat Mami Alisa pada Rayyan.

Mata itu mengembun lagi. Tubuhnya berguncang di pekukan Mami Alisa. Beliau terkejut. ''Nak?? Ada apa?? Kenapa?? Cerita sama Mami, hem? Barangkali Mami bisa bantu??'' bujuk Mami Alisa lagi.

Papi Gilang menatap nanar pada putra sulungnya itu.

''Apa yang kamu sembunyikan nak, dari kami? Apakah terjadi sesuatu dengan calon istrimu? Papi tidak pernah melihatmu begitu marah seperti ini? Ada apa? Belum lagi tadi bang Reza juga telepon. Ia juga mengatakan hal yang sama, jika Zahra juga memanggil namanya? Ada apa ini??'' bisik Papi Gilang di dalam hati.

*

*

*

Sementara di kediaman Dimas sahabat Rayyan dan Zahra, saat ini mereka sedang berbicara dengan pengacara untuk membawa kasus penganiayaan ini ke jalur hukum.

Papa Rian, Papa nya Dimas tidak terima Jika putra sulungnya dianiaya hingga kritis seperti itu oleh sahabat anak dari rekan bisnis nya sendiri.

''Segera laporkan! Saya tidak terima putra saya harus dianiaya seperti itu! Saya akan. menuntut kelurahan Bhaskara karena kelakuan putra mereka ini. Laksanakan Pak Herman! Dalam waktu dua puluh empat jam, saya sudah menerima hasilnya!'' tukasnya penuh amarah.

Dadanya naik turun, menghela nagfas berulang kali. ''Baik tuan! Akan segera saya kerjakan! Saya permisi,'' sahut Pak Herman selaku pengacara keluarga Papa Rian.

Ia mengepalkan tangannya saat melihat putra semata wayangnya nya terbujur kaku tak berdaya dengan seluruh alat medis terpasang di seluruh tubuhnya.

''Kau akan tau Saudara Gilang. Dengan siapa kau akan berhadapan! Jangan main-main dengan ku!'' tukasnya lagi masih dengan amarah yang menggebu-gebu.

*

*

*

Keesokan harinya.

Pukul sembilan pagi kediaman Papi Gilang jadi gaduh, akibat Rayyan yang akan dibawa ke kantor polisi karena kasus penganiayaan. Namun, Rayyan tidak mau. Ia bersikeras dan mengatakan jika ia tidaklah salah dalam melakukan hal itu.

Bahkan kejahatan Dimas lebih lah berat ketimbang ia pukul hingga kritis seperti itu. ''Mari saudara Rayyan, bekerja sama lah dengan kami agar kami tidak memaksa anda nantinya!'' kata salah satu pak polisi.

Rayyan menatap dingin pada kedua polisi itu. ''Katakan pada kedua orang tua Dimas, saya tidak akan masuk kantor polisi ataupun penjara, karena yang saya lakukan itu tidak lah salah! Putranya yang bersalah! Saya disini hanya sebagai pembela!'' tegas Rayyan lagi.

Sudah berulang kali Rayyan menolak panggilan polisi itu, hingga membuat polisi itu jengah.

''Baik, jika anda menolak maka jangan salahkan kami jika kami memaksa anda!''

Dengan segera kedua polisi itu membekuk tangan Rayyan ke belakang, tapi Rayyan bisa melepaskan diri dengan cara memutar tubuhnya hingga berbalik arah.

Malah sekarang, kedua polisi itu yang dibalas bekuk oleh Rayyan.

''Aaaakkkhh.. lepaskan saudara Rayyan! Anda akan kami tuntut dengan pasal berlapis karena telah berani menganiaya petugas polisi!'' ucap salah satu polisi yang tangannya semakin sakit di putar oleh Rayyan.

Sungguh kuat tenaga Rayyan. Padahal saat ini pemuda itu masihlah kelas tiga SMA. Mami Alisa terkejut melihat perbuatan putra sambung nya itu.

''Astaghfirullah!! Lepaskan nak! Mami mohon! Jangan seperti ini! Menurut lah! Algi! Segera hubungi Papi!'' seru Mami Alisa dengan suara meninggi.

Algi mengangguk, dengan segera ia berlari ke meja makan dan mengambil ponsel milik Mami Alisa dan menghubungi Papi Gilang yang sudah pergi sehabis subuh karena ada meeting mendadak di kantor Bhaskara group.

''Rayyan! Lepaskan nak!'' seru Mami Alisa lagi.

''Nggak akan Mami! Sebelum bapak polisi yang terhormat ini tidak mau mengalah, maka tangan ini pasti akan seperti ini sampai kapan pun!'' tegas Rayyan dengan wajah yang begitu serius.

Mami Alisa menangis. ''Lepaskan nak.. hiks.. Mami mohon sayang...'' pinta Mami Alisa dengan mengiba.

Sebenarnya Rayyan tidak tega melihat sang Mami seperti itu, tapi ia sedang menunggu Lana disana.

''Lepaskan Dek!'' seru Lana

Rayyan menoleh. Dengan segera ia melepaskan tangan kedua petugas polisi itu. ''Mari duduk dulu Pak,'' pinta Lana pada kedua orang petugas polisi itu.

Mereka berdua menurut.

Setelah duduk, mereka mulai mengatakan maksud dan tujuan mereka untuk membawa Rayyan ke kantor polisi untuk dimintai keterangan karena kasus penganiayaan terhadap Dimas.

Rayyan terkekeh namun sumbang. Lana memperhatikan mimik wajah Rayyan yang berubah saat polisi menuduhnya tanpa sebab.

''Baik! Saya akan ikut dengan anda ke kantor polisi. Tapi sebelum itu, kita tunggu Dimas sampai sadar dari koma nya. Jika dia sudah sadar, maka saya bersedia ikut ke kantor polisi. Dengan syarat, Dimas harus mengakui kejahatannya! Tapi jika tidak, saya tidak akan mau ikut dengan anda Pak polisi!''

''Anda tidak tau apapun tentang masalah kami! yang anda tau, jika saya bersalah disini! Tapi kalian semua salah! Bukan saya yang Salah. Tapi Dimas! Kejahatan saya tidak sebanding dengan kejahatan Dimas! Saya bersedia di penjara karena kasus penganiayaan ini, asalkan Dimas mau bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya!''

''Namun, jika tidak? Saya menolak masuk penjara! Saya tidak akan mau! Saya tidak mau dihukum atas kesalahan orang lain! Jika kalian ingin menghukum, hukum Dimas! Katakan pada kedua orang tuanya! Tunggu Dimas sadar! Saya tidak akan kemana pun! Saya tidak akan lari dari masalah! Karena saya bukan seorang pengecut! Sudah salah tapi bersembunyi di bawah ketiak orang tua! Itu bukan sifat saya, bapak polisi yang terhormat! Saya! Rayyan Putra Bhaskara bersedia masuk penjara, asalkan Dimas pun masuk penjara sama seperti saya!''

Deg!

''Apa?!?''

''Papi!!!''

💕💕💕💕💕

Assalamualaikum.. semua... hehehe..

Mana nih yang nungguin di janda kembang nongol? Noh... udah othor rilis di bulan ini.

Sesuai dengan janji othor kan ye?

Jangan lupa dukung srkdlu othor remehdn ini rengginang ini.

Like, komen, kembang, rate dan vote nya juga! Othor maksa nih! 😒

Hehehe.. ✌️✌️

So.. happy reading...

Zahra ingin menikah dengan Rayyan

''Anda tidak tau apapun tentang masalah kami! yang anda tau, jika saya bersalah disini! Tapi kalian semua salah! Bukan saya yang Salah. Tapi Dimas! Kejahatan saya tidak sebanding dengan kejahatan Dimas! Saya bersedia di penjara karena kasus penganiayaan ini, asalkan Dimas mau bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya!''

''Namun, jika tidak? Saya menolak masuk penjara! Saya tidak akan mau! Saya tidak mau dihukum atas kesalahan orang lain! Jika kalian ingin menghukum, hukum Dimas! Katakan pada kedua orang tuanya! Tunggu Dimas sadar! Saya tidak akan kemana pun! Saya tidak akan lari dari masalah! Karena saya bukan seorang pengecut! Sudah salah tapi bersembunyi di bawah ketiak orang tua! Itu bukan sifat saya, bapak polisi yang terhormat! Saya! Rayyan Putra Bhaskara bersedia masuk penjara, asalkan Dimas pun masuk penjara sama seperti saya!''

Deg!

''Apa?!?'' Seru Papi Gilang dengan wajah terkejut nya.

Ia berlari mendekati mereka semua yang terkejut karena setiap Papi Gilang yang begitu menggelegar ke seluruh ruangan.

''Papi!!!'' seru Rayyan saking terkejutnya karena melihat Papi Gilang begitu marah padanya saat ini.

''Kenapa?? Ada apa?? Kenapa harus masuk penjara? Siapa? Apa kesalahannya?!'' tanya Papi Gilang dengan nafas memburu karena terkejut.

Ia yang baru saja selesai meeting, di kejutkan dengan suara Algi yang begitu panik memintanya untuk pulang ke rumah dengan cepat.

Papi Gilang terkejut, saking paniknya ia mengemudikan mobil seperti orang mabuk. ''Pi... duduk dulu. Minum. Biar lebih tenang.'' Imbuh Mami Alisa dengan menarik lembut tangan Papi Gilang.

''Sayang!''

''Udah.. tenang dulu. Minum dulu. Istighfar! Nggak akan menyelesaikan masalah jika dalam keadaan panik seperti ini. Hem?'' katanya pada Papi Gilang.

Beliau menghela nafasnya. ''Astaghfirullah..'' desisnya sambil minum air putih yang di suguhkan oleh Mami Alisa di depan nya.

Dirasa cukup tenang, Papi Gilang menoleh pada Lana. Lana mengangguk. Ia menghela nafasnya.

''Saya tidak tau ada masalah apa hingga putra saya harus bertengkar dan berujung ke kantor polisi seperti ini. Saya siap menerima konsekuensinya jika memang putra saya bersalah. Namun jika tidak, maka saya yang akan menuntun balik Pak Rian dan seluruh keluarga nya atas tuduhan pencemaran nama baik. Sekarang keputusan ada di tangan anda, Pak polisi! Jika putra saya sudah mengatakan hal itu, saya jamin dia tidak akan kabur kemana pun. Saya yang akan menjaminnya!'' tegas Papi Gilang.

Kedua polisi itu saling pandang. Bukan Mereka tidak tau dengan siapa mereka berhadapan, mereka sangat kenal.

Seorang pengusaha sukses. Tapi kali ini putranya yang terlibat masalah sedangkan keluarga ini tidak pernah berurusan dengan hukum seperti ini.

''Baiklah kalau begitu. Saya percaya anda tuan Gilang dan juga jendral Maulana. Maafkan kami, kami terpaksa harus mengikuti prosedur pihak kepolisian. Saya harap, anda maklum Tuan Gilang.'' ucapnya dengan sedikit merasa bersalah.

''Tidak apa-apa Pak, sampaikan pada Saudara Rian. Kami akan menerima apapun konsekuensi nya jika Rayyan putra saya memang terbukti bersalah seperti yang ia katakan tadi. Namun, jika tidak. Maka kamu yang akan menuntut balik keluarga mereka karena telah berani mencemarkan nama baik keluarga kami.'' Ucap Papi Gilang dengan tegas dan penuh penekanan di setiap kata-kata nya.

''Baik, kalau begitu kami permisi pulang Tuan Gilang, Nyonya dan jendral. Kami permisi!''

''Ya,'' sahut Papi Gilang dan Lana

Setelah nya tinggal lah empat orang itu yang saling berdiaman. ''Pi, Mi, Bang Lana, Abang harus ke tempat Zahra dulu. Hari ini tidak mau keluar kamar lagi. Hah! Jika Dimas tidak mau mengakui kejahatannya, jangan salah kan aku jika aku sendiri yang akan menghajar nya lagi!'' imbuhnya dengan rahang mengetat.

Papi Gilang dan Lana saling pandang. Mami Alisa menghela nafasnya. ''Janagn seperti itu nak.. tidak baik! Selesaikan dengan kepala dingin! jangan main hakim sendiri! Berapa kali Mami bilang sama kamu? Jangan menuruti amarahmu, karena amarahmu itu bisa saja membakarmu nanti! Benar bukan yang Mami katakan??'' ucap Mami Alisa begitu lembut namun begitu menusuk jantung Rayyan.

Rayyan menunduk. ''Maaf Mami.. Abang tau Abang salah.. Abang terpaksa melakukan nya. Semua ini Karena- ah, sudahlah. Abang mau ke tempat Zahra dulu. Abang pamit, assalamualaikum..''

Rayyan mengecup kedua tangan paruh baya itu dan juga Abang tertuanya. Setelah nya ia pergi dengan menggunakan motor bebek miliknya.

Entah kenapa sekian banyak motor gede yang Papi Gilang tawarkan, Rayyan malah memilih motor bebek.

Alasan nya cuma satu. Ia ingin membawa Mami Alisa kapanpun ia mau. Dan jika menggunakan motor gede, pastilah Mami kesayangan nya itu akan sulit untuk duduk di motor miliknya.

Papi Gilang terkekeh saat mengingat hal itu. Mamak Alisa tersenyum melihat Papi Gilang sudah terkekeh lagi seperti biasanya.

Satu jam kemudian, Rayyan tiba dirumah Zahra yang berada tepat di sebelah rumah Oma Dewi.

Sebelum kerumah Zahra, Rayyan mampir dulu kerumah Oma Dewi dan menyapa kedua orang tua itu.

Baru kemudian ia pergi kerumah Zahra. Tiba disana, terdengar jika Zahra sedang mengamuk di dalam kamarnya seorang diri.

Sementara kedua orangtuanya berdiri sambil mengetuk pintu berulang kali. ''Assalamu'alaikum, Mama! Papa!''

''Waalaikum salam, Nak! Tolong Zahra. Ia mengamuk memanggil nama mu terus sedari tadi! Tolong nak, Mama takut jika terjadi sesuatu dengan nya!'' ucap Mama Rani dengan wajah penuh air mata.

''Baik, Rayyan coba ya? Mana kuncinya Pa?''

''Ini! Kami yang membukanya tidak ia izinkan. Sudah berulang kali tapi tetap sama. Zahra hanya menginginkan dirimu..'' lirih Papa Reza dengan wajah sendu nya.

''Papa tenang ya? Udah, jangan nangis. Bawa Mama duduk dulu. Biar Rayyan yang bujuk Zahra, ya??'' ucapnya pada Papa Reza dan Mama Rani.

Mereka berdua menurut. Rayyan menghela nafasnya. Setelah itu ia segera membuka pintu kamar Zahra yang masih tertutup rapat.

''Ra... Kakak buka pintu nya ya? Boleh kan Kakak masuk?'' tidak terdengar suara gaduh lagi seperti tadi.

Yang terdengar hanya suara Isak tangis.

Ceklek,

Pintu terbuka dari dalam. Rayyan terkejut. Padahal baru saja ia ingin membuka pintu itu dengan kunci serap yang ada ditangannya.

Tak disangka pintu itu terbuka dari dalam. Rayyan semakin terkejut saat melihat kondisi tubuh Zahra yang acak-acak an seperti orang baru habis bertengkar.

Matanya mengembun lagi ketika melihat tatapan sendu Rayyan untuknya. ''Hiks.. kak Rayyan!''

Grep!!

Deg!

Kedua orang di depan pintu mematung melihat pemandangan itu. Mereka membatu di tempat begitu juga dengan Rayyan.

Tubuhnya tidak bisa bergerak sedikit pun. Tubuhnya terasa kaku karena baru pertama kali di peluk erat seperti itu oleh calon istri masa depan nya.

''Hiks.. aku mau nikah sama Kakak! aku mau nikah Sama kakak sekarang juga! Nggak mau sama yang lain! Hiks.. yang lain itu jahat!!''

Deg!

Deg!

💕💕💕💕

Kemarin othor ada salah nulis deh, tentang kelas mereka berdua?

Tapi tak apa, hari ini othor ubah. Biar cerita nya lebih nyambung. Hehehe..

Kayak tali ye?

Menikahlah dengan ku.

''Hiks.. kak Rayyan!''

Grep!!

Deg!

Kedua orang di depan pintu mematung melihat pemandangan itu. Mereka membatu di tempat begitu juga dengan Rayyan.

Tubuhnya tidak bisa bergerak sedikit pun. Tubuhnya terasa kaku karena baru pertama kali di peluk erat seperti itu oleh calon istri masa depan nya.

Tangannya mengambang di udara. Ingin menyentuh tapi itu tidak mungkin. Ingin menolak, kasihan Zahra. Calon istri masa depannya.

''Hiks.. aku mau nikah sama Kakak! aku mau nikah Sama kakak sekarang juga! Nggak mau sama yang lain! Hiks.. yang lain itu jahat!!''

Deg!

Deg!

''Ra.. jangan gini..'' pinta Rayyan pada Zahra

''Enggak! Zahra nggak mau lepasin Kakak sebelum kakak mau menikah dengan ku!''

Deg!

''Ra...''

''Hiks... Jangan tinggalkan aku sendiri Kak.. aku mohon.. hanya kamu yang baik terhadap ku.. berbeda dengannya.. hiks.. please.. menikahlah denganku?''

Deg, deg, deg..

Dua jantung berlainan jenis itu saling betdetak dalam keheningan. Dua pasang paruh baya disana masih mematung di tempat.

Mereka masih shock dengan keadaan Zahra dan juga perkataan nya baru saja. ''Kak?? Can you help me? Will you marry me??'' tanya Zahra lagi untuk yang kesekian kalinya.

Rayyan masih mematung melihat wajah kusut, sembab dan tak terurus itu. ''Ra...''

''Kakak nggak mau ya?? Ya sudah..'' lirihnya dengan segera mengurai pelukannya dari tubuh hangat sang pujaan hati.

Ya, Rayyan putra Bhaskara adalah cinta pertama nya dari pertama ia berumur sepuluh tahun hingga saat ini. Sedari kecil, mereka berdua memang sudah sering di temukan untuk saling mengakrabkan diri.

Belum lagi mereka berdua terikat perjodohan oleh kedua orang tuanya. Zahra sangat antusias saat mendengar jika dirinya berjodoh dengan Rayyan. Calon suami masa depannya.

Zahra kecewa. Ia berlalu masuk ke kamarnya kembali dan menutup pintu dengan rapat. Zahra menangis tersedu di lantai nan dingin.

''Aku ingin Kakak.. bukan yang lain.. apakah kakak malu menikah dengan ku yang sudah kotor ini?? hiks.. aku mau kak Rayyan.. bukan yang lain.. jika bukan kak Rayyan yang menjadi suamiku lebih baik aku mati!''

Deg!

Rayyan mengepalkan tangannya ketika mendengar isakan lirih di sebalik pintu kamar yang tertutup rapat itu.

''Nak??''

''Izinkan Abang menikahi Zahra sejak dini Mami, Papi. Zahra butuh Abang. Bisakah kamu menikah dari sekarang? Abang tau jika kamu berstatus pelajar. Tapi ini demi Zahra. Bolehkan Mi? Pi?''

Papi Gilang dan Mami Alisa saling pandang. Papa Reza dan Mama Rani mendekati Rayyan.

''Kamu serius nak??'' tanya Papa Reza

Rayyan mengangguk, ''Serius Pa! Semua ini demi Zahra. Hanya Rayyan yang bisa menenangkan nya. Abang mohon.. tolong penuhi permintaan Abang ini. Selama ini, Abang tidak pernah meminta apapun pada Mami dan Papi. Tapi kali ini Abang mohon.. izinkan Abang untuk menikahi Zahra. Cukup keluarga kita yang tau. Nikah siri saja. Untuk catatan sipil nya bisa kita buat setelah Zahra tamat sekolah nanti. Mami.. Papi... Abang mohon...'' pinta Rayyan dengan wajah memelas.

Papi Gilang menatap putranya itu begitu dalam. ''Kamu menyembunyikan sesuatu dari kami nak?? Katakan! Apa yang sebenarnya terjadi? Jika kamu mau mengakuinya maka Papi bersedia untuk menikahkan mu dengan Zahra. Katakan yang sejujurnya! Ayo, kita bicara disana.'' Kata Papi Gilang pada Rayyan.

Dengan sangat terpaksa Rayyan mengangguk. Ia menoleh pada daun pintu yang tertutup itu.

''Ra... keluar dulu ya? Ada yang ingin Kakak sampaikan. Kakak tunggu di luar ya?'' ucap Rayyan sembari mengusap daun pintu itu dengan sendu.

Setelahnya, ia berlalu pergi dan duduk bersama kedua orang tuanya. Ada Papa Reza dan Mama Rani juga disana.

Rayyan duduk berhadapan dengan empat paruh baya beda usia itu. Mereka menatap Rayyan dengan tatapan yang entah seperti apa.

Sementara Zahra ia bergegas keluar. Ia mengusap matanya yang sembab karena terlalu lama menangis.

Ia mencuci wajahnya sebentar, kemudian mengelapnya dengan kain bersih. Dirasa cukup, Zahra keluar dari kamar nya yang berserakan seperti kapal pecah.

Zahra terkekeh.

Mengingat Rayyan saja ia sudah bahagia seperti itu. Senyum manis itu tersungging di bibir tipisnya.

Ceklek,

Pintu terbuka, ia keluar dengan senyum terus mengembang. Namun, senyum itu tiba-tiba surut saat mendengar perkataan Rayyan yang membuatnya menggeleng kan kepalanya tanda tidak setuju.

''Jelaskan nak. Apa yang terjadi saat di sekolah seminggu yang lalu. Saat kalian pulang ke esokan paginya? Hingga membuat Zahra seperti trauma seperti itu? Jangan tutupi apapun dari kami! Kami harus tau, masalah apa yang sedang menimpa kalian berdua saat ini. Jika kamu tidak mau jujur, bagaimana kami bisa menikahkan kalian berdua seperti ini. Kami butuh jawaban! Jelaskan!'' titah Papi Gilang tak terbantahkan.

Suaranya tegas dan penuh penekanan di setiap kata-kata nya. Rayyan memejamkan kedua matanya. Tangannya mengepal erat.

''Abang... sudah menodai Zahra seminggu yang lalu saat kami terjebak dan terkunci di ruangan yang sama. Zahra sudah tidak suci lagi. Semua itu Abanglah yang merenggutnya..''

Ddduuaaarrr...

''Apa?!?!'' pekik Mami Alisa dan Mama Rani bersamaan.

Rayyan semakin mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak berani menatap dua paruh baya yang menatapnya penuh intimidasi itu.

Rayyan tau, jika Papi Gilang tidak mempercayai ucapannya. Maka beliau sengaja mendesak Rayyan seperti ini. Walau hanya dari sorot mata saja Papi Gilang tau, jika putra sulungnya itu berbohong padanya.

Zahra menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju. ''Kak...'' panggil Zahra dengan bibir bergetar.

Lagi dan lagi Rayyan menolong dirinya. Ia berlari mendekati Rayyan yang sedang tersenyum namun sendu kepada nya.

Grep!

Rayyan menerima pelukan Zahra itu. Mereka berdua menangis bersama. Saling berpelukan begitu erat. Papi Gilang menatap kedua anak manusia itu. Ia masih belum percaya dengan perkataan Rayyan baru saja.

Zahra tersedu di dalam pelukan Rayyan. Ia mendongak menatap Rayyan dengan wajah penuh air mata.

''Kak...'' lirihnya tanpa suara. Rayyan menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju.

''Biarkan Ra.. mereka harus tau yang sebenarnya. Bahwa Kakak lah yang telah merenggut kesucian mu saat kita terkunci di gudang sekolah waktu itu.''

Zahra menggelengkan kepalanya. ''Kak..''

Rayyan tersenyum, ''Apapun untukmu akan Kakak lakukan sayang! Apapun!'' bisiknya di telinga Zahra.

Zahra semakin tersedu. Ia semakin erat memeluk tubuh Rayyan. Papa Reza menatap datar pada Rayyan.

Ia menoleh pada Papi Gilang. ''Kita perlu bicara!'' ucapnya begitu dingin kepada Papi Gilang. Papi Gilang mengangguk setuju.

Dengan segera dua paruh baya itu berlalu meninggalkan empat orang yang sedang tersedu itu.

Mami Alisa menoleh pada Rayyan Dengan wajah basah air mata. ''Kenapa?? Kenapa kamu berbohong sama kami?''

Deg!

Deg!

''Bukan kamu pelakunya kan Bang?? Mami nggak percaya dengan ucapan mu! Sekarang Mami tanya sama Zahra! Jawab yang jujur! Siapa pelaku nya??''

Zahra dan Rayyan saling pandang. Zahra menatap Rayyan mencari persetujuan. Rayyan mengangguk dan tersenyum padanya. Zahra mengepalkan kedua tangannya yang berada di baju kaos Rayyan kenakan saat ini.

Ia menekan mati-matian rasa sakit, kecewa, sedih dan terluka di hatinya. Seharusnya pelaku itu yang bertanggung jawab. Tapi apa?

Malah Rayyan lah yang mengakui nya. Zahra menatap datar pada dua wanita kesayangan nya itu.

''Kak Rayyan pelakunya! Kak Rayyan yang telah menodai Zahra seminggu yang lalu saat kami terjebak di dalam gudang itu satu malam!'' ucap Zahra dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Tangan nya mengepal erat, Rayyan mencoba meluluhkan nya. Ia tersenyum. Semakin membuat dua paruh baya disana beristighfar berulang kali dan memohon ampun berulang kali.

💕💕💕💕💕

Ada yang bisa menebak siapa yang telah menodai Zahra??

Cus.. ikutini terus kelanjutan nya! 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!