Bumi tidak lagi menjadi tempat tinggal yang cukup bagi manusia. Mereka ingin mencari hal baru di alam semesta lain. Hingga pada saat mereka menjelajah ke suatu galaksi lain, mereka menemukan sebuah planet kerdil yang mirip dengan Bumi. Planet itu dinamakan Ezean. Manusia Bumi memutuskan untuk menjadikan planet tersebut sebagai tempat tinggal baru. Mereka sudah memulai kehidupan di sana selama 300 tahun. Planet Ezean juga menyimpan sejuta misteri, harta, serta legenda. Semua itu menjadi pencarian besar-besaran bagi para ilmuwan maupun penjelajah.
Seiring berjalannya waktu, manusia membuat peradaban di Ezean menjadi semakin berkembang pesat dengan kemajuan teknologi, juga berkat sumber daya alam di sana. Mereka mulai menggunakan sihir yang pada dasarnya dianggap sakral dan mitos di Bumi. Sihir juga menjadi sumber keperluan sehari-hari mereka. Hal itu sudah menjadi kebiasaan umum yang belum pernah terjadi di Bumi tempat tinggal mereka dulu.
Kehidupan damai di Ezean menjadi kacau balau akibat adanya kasus dan teror dari berbagai penjuru negeri yang muncul secara tiba-tiba. Salah satunya adalah kasus terjadinya pemberontakan di suatu negeri. Pemberontakan itu juga melibatkan satu keluarga. Gadis bernama Rheina Jane hendak ditangkap oleh pasukan pemberontak. Ibunya pun datang untuk melindunginya.
"Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya ibunya.
STAB!
Tanpa disadari, ibu Rheina tertusuk tombak. Darahnya mengalir deras dan menahan rasa sakit yang terlalu amat perih.
"Anakku … mau bagaimanapun keadaannya … kamu harus jadi lebih kuat supaya bisa menempuh jalan kebenaran, juga demi masa depanmu nanti …." Setelah memberi pesan terakhir pada putrinya, dia menghembuskan nafas terakhirnya.
"IBU …!" Rheina memeluk ibunya dan menangis tidak tertahankan. Tak lama, dia ditangkap oleh para pemberontak. Ayahnya segera menolong, tapi dihajar habis-habisan. Kemudian, ada seorang ahli sihir datang menolongnya, juga ayahnya. Setelahnya, orang itu membuka sebuah portal yang tidak lain adalah pusaran lubang hitam. Rheina hendak dibawa ke portal oleh si ahli sihir tersebut.
"TIDAK … AYAH …!" Rheina dibawa masuk ke dalam portal lubang hitam. Tak lama kemudian, dia terlempar jauh ke sebuah pulau terpencil sampai tidak sadarkan diri. Saat terbangun, dia langsung memikirkan kejadian tadi. Dia pun menangis tersedu-sedu.
"Tidak … ini tidak mungkin terjadi …," isaknya meratapi kejadian yang menimpa keluarganya, "Ibu … Ayah …."
Sekian lama menangis, Rheina teringat pesan terakhir ibunya yang berkata bahwa dia harus menjadi lebih kuat. Pada akhirnya, dia pun bangkit dan merelakan kepergian ibunya. Sesuai pesan ibunya, dia harus bertahan hidup di pulau itu. Selain bertahan hidup, memperdalam ilmu sihir sangat penting dilakukan mengingat dia juga bisa menggunakan sihir. Rheina bertahan di pulau itu selama setahun.
"Sepertinya, ini sudah cukup. Rheina harus segera pergi agar bisa pulang ke rumah!" Rheina hendak meninggalkan pulau serta melakukan perjalanan panjang setelah setahun dia lalui. Dia pergi menyeberangi sebuah pulau utama menggunakan rakit buatannya sendiri. Akhirnya, dia memasuki pulau utama yang dikenal sebagai Preludo. Rheina juga menduduki wilayah suatu negeri, yaitu Indi Pina.
Selama di Indi Pina, Rheina menjelajah ke berbagai provinsi di sana. Dia mempelajari hal baru, serta merasakan kesenangan dalam berpetualang. Perjalanan panjangnya membuat dirinya semakin terbiasa dengan dunia luar. Walaupun sedang bersenang-senang, dia tidak melupakan tujuannya untuk pulang ke rumah.
"Tak pernah Rheina seseru ini! Pengalaman pertama ini akan Rheina ingat sewaktu-waktu sebagai kenangan terindah!" serunya sembari melanjutkan perjalanan.
Setahun telah dilalui, Rheina memasuki wilayah negeri baru bernama Veroeland. Negeri tersebut akan menjadi titik awal dari petualangan yang sebenarnya. Di sana, dia akan mendapatkan pengalaman tak terduga kelak.
...Bersambung …....
Kedamaian dan ketenangan di Ezean dapat ditemui di berbagai tempat dengan nuansa unik, ceria, juga menyenangkan. Rheina Jane telah menemukannya. Tempat itu adalah Lariza, ibu kota kerajaan Veroeland. Lariza merupakan kota yang sangat maju dalam teknologi, serta menjadi tempat perkumpulan para ilmuwan maupun penyihir kelas atas. Lariza juga sangat ramai dikunjungi oleh para turis.
Sebelum Rheina mendatangi kota itu, suara terompet berbunyi. Pengumuman dikumandangkan dari istana. Pengumuman tersebut berbunyi, "Kepada seluruh warga kota Lariza dan sekitarnya. Kami segera mengadakan sebuah kontes pencarian para pendekar maupun petarung berbakat untuk bertanding merebutkan sebuah gelar, yaitu sebagai 'Ksatria Suci' yang berkesempatan menjadi pengawal kerajaan berdedikasi tinggi. Jika berminat, diharapkan mendaftarkan diri ke pusat kota Lariza. Terima kasih!"
Setelah pengumuman usai diumumkan itu, para warga sekitar sangat heboh. Suasana kota menjadi riuh. Kabar itu bahkan terdengar hampir seluruh penjuru negeri. Akhirnya, Rheina pun tiba di Lariza. Dia senang bukan main saat memasuki ibu kota dan melirik kiri kanan seraya berseru, "Akhirnya Rheina sampai juga! Ini, kah, Lariza, ibu kota Veroeland? Ramai sekali!"
Tak lama, perut Rheina berbunyi. Dia telah melakukan perjalanan panjang, tetapi lupa makan. Segeralah dia pergi mencari tempat untuk makan siang, serta beristirahat.
Rheina menemukan sebuah bar dekat taman kota. Setelah masuk ke sana, dia langsung memesan makanan. Sambil menunggu, tak lama kemudian, dia melihat ada banyak orang-orang di sekitarnya bergosip seputar isu yang sedang ramai dibicarakan. Lantas, karena bingung, dia bertanya pada seorang bartender bernama Fendy di dekatnya. "Mas, apa Anda tahu mereka sedang membicarakan apa?"
"Kamu tak dengar tadi ada pengumuman dari kerajaan?" tanya Fendy si Bartender pada Rheina.
"Saya baru sampai di kota ini, jadi taktahu kalau ada hal seperti itu, hehe," jawabnya.
Sambil melayani dan memberi pesanan, Fendy menjelaskannya, "Mereka membicarakan soal kontes yang baru saja diumumkan tadi. Kontes itu diselenggarakan dengan mencari para orang-orang tangguh untuk berkompetisi mendapatkan sebuah gelar dari kerajaan."
Mendengar hal itu, Rheina matanya berbinar-binar. "Wah, kelihatannya seru! Rheina juga harus ikutan, nih!"
"Percaya diri sekali, haha. Tapi, apakah Anda yakin, Nona?" tanya Fendy. "Pesertanya semua kuat-kuat, lho …."
"Itu bukan masalah, Mas. Jika ada keinginan kuat dan usaha, pasti akan bisa!" jelasnya dengan riang.
"Ya sudah. Semoga beruntung, Nona." Setelah selesai makan, Rheina membayar tagihan, lalu segera meninggalkan bar. Saat Rheina keluar, seorang pria berpakaian jas serba hitam hendak masuk ke dalam. Di sini awal pertemuan Rheina dengan pria misterius itu.
"Kontesnya menarik, sih. Jika Rheina ikut, mungkin saja Rheina bakalan lama di sini. Bagaimana jika misalkan Rheina menang, ya?" pikirnya. "Hmmm … kalau begitu, lanjut jalan dulu saja, deh …!"
Rheina lanjut jalan-jalan ke pusat kota. Dia melihat ke sana kemari sampai tidak melihat bahwa ada seseorang di depannya. Karena tidak melihat ke arah depan, dia pun menabrak seorang pria. Rheina pun jatuh tersungkur sambil berteriak, "ADUH!"
"Aduh … maaf, Mbak. Apa Mbak terluka?" Si pria hendak menolong Rheina.
"T-tidak. Harusnya saya yang minta maaf karena tak lihat-lihat …," sesalnya lalu bangkit dibantu oleh pria itu.
"Jalanku lambat. Aku harus berhati-hati lain kali. Maaf, ya, Mbak."
"Saya bukan mbak-mbak, hehe. Nama saya Rheina. Rheina baru sampai ke kota ini sekitar sejam yang lalu."
"Maaf, haha. Aku Andi Zin, salam kenal. Aku juga bukan warga di sini."
"Hai, Andi. Salam kenal! Bagaimana kalau kita sambil jalan bareng?" ajaknya pada pria bernama Andi itu.
"Boleh tuh." Mereka pun berjalan-jalan bersama. Andi bertanya-tanya tentang kedatangan Rheina. Rheina pun menjelaskan perjalanannya secara rinci. Andi menjadi heran setelah mendengar Rheina melakukan perjalanan selama 2 tahun dari Indi Pina ke Veroeland. Rheina berpikir harus menyembunyikan sesuatu yang terjadi padanya ke orang lain. Jadi, dia memilih untuk tidak menjelaskan lebih dalam. Andi pun memakluminya.
Kemudian, Rheina balik bertanya pada Andi, "Bagaimana Andi bisa sampai di negeri ini?"
"Aku? Hmmm, aku lupa kapan terakhir kali pulang. Jadi, yah, aku tidak punya tujuan …," jawab Andi merasa kebingungan tentang jati diri sebenarnya.
"Begitu, ya. Dia lupa tentang diri dan tujuannya. Pria yang rumit. Apakah Rheina harus membantunya …?" batinnya.
Tak lama kemudian, suara bel raksasa berbunyi. Itu artinya waktu sudah tengah hari. Andi pun berencana untuk pergi, juga segera berpamitan pada Rheina, "Wah, aku harus pergi. Ada urusan yang ingin aku selesaikan. Senang bertemu denganmu, Rheina."
"Oh … baiklah kalau begitu, Andi. Sampai jumpa lagi!" Rheina pun melanjutkan perjalanannya. Kemudian, dia teringat tentang kontes itu dan memutuskan untuk mengikutinya. Dia bergegas pergi menuju ke pusat kota untuk mendaftar. Sesampainya di sana, sudah banyak orang-orang mendaftarkan diri ke kontes itu. Ada Princess Veroeland, Lira, yang juga membantu proses pendaftaran.
Beberapa langkah saat Rheina berjalan menuju ke sana, tiba-tiba suara dari megafon berbunyi, "Pendaftaran untuk gelombang pertama telah memenuhi kuota. Silahkan datang lagi besok untuk pendaftaran gelombang kedua. Terima kasih!"
"Duh … pendaftarannya sudah habis. Tapi tak apa, masih ada kesempatan kedua!" Rheina kembali jalan-jalan ke pusat kota sampai hari menjelang sore. Rheina letih berkeliling seharian. Dia segera mencari sebuah penginapan dan menginap satu malam untuk hari esok. Dia tiba di sebuah penginapan dekat alun-alun, lalu memesan satu kamar. Malam pun tiba, dia ingin mencoba tidur, tetapi tidak bisa. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah potret dirinya bersama keluarganya.
"Tunggu sebentar lagi, Ayah. Rheina akan segera kembali. Semoga …." Rheina memeluk potret itu.
Rheina memandang indahnya bintang-bintang di langit malam sambil menulis sebuah diary yang bertuliskan, "Hari ini, Rheina sudah sampai ke suatu ibu kota bernama Lariza. Rheina senang karena ini adalah perjalanan kedua Rheina. Semoga nanti Rheina bisa bertemu dengan keluarga karena mereka pasti sudah menunggu Rheina.
- Rheina di Kota Lariza …."
...Bersambung …....
Keesokan harinya, Rheina buru-buru mempersiapkan diri untuk pergi. Dia bergegas menuju ke pusat kota tempat pendaftaran itu. Diketahui, pendaftaran itu memiliki batas 16 kuota saja. Sesampainya di sana, dia dengan beruntungnya berada di barisan nomor 4 dari depan. Tiba giliran Rheina mendaftar. Sifat cerianya Rheina yang berisik membuat dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. Saat itu juga, dia melihat sang Princess Veroeland, Lira, berada di sampingnya. Rheina hendak menyapa, tapi pandangan Princess Lira terhadap Rheina menunjukkan sikap cuek dan merasa tidak senang.
"Apaan, sih, kekanak-kanakan banget! Baru ini ada gadis cerewet begini mendaftar kontes besar ini. Gak asik, ah!" gerutu Princess Lira dalam hati.
Saat selesai mendaftar, Rheina diberi tahu untuk menunggu. Dia harus pergi ke tempat bernama arena saat tengah hari. Waktu masih sekitar pukul 9 pagi, artinya dia masih memiliki waktu luang untuk mempersiapkan diri dan beristirahat. Kebetulan saat bangun pagi tadi, dia belum sarapan. Dia kembali ke taman kota, lalu pergi ke bar milik Fendy untuk makan. Lagi-lagi, sudah ada seorang pria berjas hitam ala mafia yang duduk di sana. Tapi, pria itu akan segera keluar meninggalkan bar itu setelah Rheina masuk.
"Ini uangnya, kutaruh di sini." Pria itu menaruh uang tagihan di meja, lalu meninggalkan tempat. Fendy si Bartender itu menyambut datangnya Rheina. Rheina juga menyambut dengan riang gembira sembari memesan makanan. Fendy bertanya pada Rheina tentang kontes itu. Rheina menjelaskan keberhasilannya saat mendaftar. Lalu, datanglah seorang pria bertopi kupluk. Pria tersebut segera duduk di samping Rheina.
"Halo, Nona. Aku duduk di dekatmu tak apa-apa, kan?" tanya pria itu.
"O iya, silahkan!" jawab Rheina dengan senang hati.
Seorang gadis berkerudung hijau pun juga muncul mengantarkan makanan dan dia terkejut saat melihat Rheina. "Nasi tumis dengan … eh, kamu kan …," ucap si gadis kerudung hijau terkejut.
Sebelumnya, Rheina pernah bertemu dengan gadis berkerudung itu di taman kota pada saat acara perlombaan memanah. Gadis tersebut juga mengenal Rheina saat sedang menyemangatinya. "Wah! Kamu yang kemarin mengikuti lomba memanah itu, bukan?"
"Benar, haha. Aku jadi termotivasi saat kau menyemangatiku kemarin." Gadis itu menaruh pesanan Rheina. "O ya, tak kenal maka tak sayang. Namaku Zihan dan aku pekerja sambilan di sini. Salam kenal!"
"Ah, iya. Saya Rheina. Salam kenal juga, Zihan!" Rheina berjabat tangan dengan Zihan.
Pria topi kupluk menyela, "Hai, Zihan. Sapa aku, dong."
"Cih … kau lagi. Tak ada pentingnya menyapamu, huft …!" resah Zihan.
"Wah, jahat bener, haha," usik si pria itu.
Kelakuan mereka berdua membuat Rheina cemas. Dia ingin mencoba menghentikan mereka berdua. Beruntung, Fendy menenangkan suasana dan menyuruh Zihan untuk kembali bekerja. Zihan pun bergegas pergi ke dapur.
"Senyum, dong, hehe," ucap si pria membuat Zihan tambah kesal dan berpaling muka.
"Oh iya, Nona. Nama kamu tadi Rheina, kan? Kalau aku, si Andre paling tampan ini asalnya dari Indi Pina. Salam kenal, hehe," kata si pria topi kupluk bernama Andre mulai berkenalan dengan percaya diri sambil menjabat tangan Rheina.
Rheina dengan senang hati berkenalan dengannya walau agak gugup karena tingkah Andre. Setelah itu, Andre bertanya-tanya dengan Rheina, lalu Rheina menjelaskan tentang kedatangannya. Mendengar penjelasan Rheina, Andre berkata, "Ah begitu, kupikir kamu datang dari daerah sebelah. Takmungkin juga ada gadis secantik dirimu di kota ini, hehe."
Rheina tersipu malu dan pipinya memerah. "H-haha, Andre bisa aja …."
"Santai. Tak usah dipikirkan, haha."
"Iya, hehe …."
Percakapan singkat itu berakhir saat Rheina melihat jam dinding yang menunjukkan waktu tengah hari. Dia harus segera pergi dan berpamitan, "Sudah waktunya! Kalau begitu, Rheina pergi dulu. Ini uangnya, Mas Fendy. Terima kasih atas makanannya!"
"Semangat sekali itu cewek sampai terburu-buru begitu," kata Andre.
"Dia mengikuti kontes itu," jelas Fendy.
Zihan datang mengantarkan pesanan dan menaruhnya di meja Andre. "Berjalan selangkah menghadap surut, ya. Harusnya aku ikut tapi gak punya waktu untuk itu."
"Aku pun juga mau. Sayang sekali kulewatkan kesempatan ini untuk mengumpulkan keuanganku." Andre secara tidak sadar mengambil botol saus pedas, lalu meminumnya. Dia langsung menjerit karena kepedasan, sedangkan Zihan dan Fendy menahan tawa melihat kelakuannya.
***
Rheina bergegas pergi menuju tempat yang sesuai diberi tahu saat pendaftaran, yaitu arena. Sudah ada 15 peserta di sana. Dia merasa heran saat melihat suatu pertarungan di tengah arena. Diketahui, kontes itu adalah sebuah kontes dari raja berupa pertarungan 1 lawan 1. Dalam kontes itu, peserta harus bertarung. Bagi siapa yang lolos akan lanjut ke babak berikutnya sampai menuju final. Walaupun Rheina baru menyadarinya, dia terpaksa mengikuti karena sudah terlanjur. "Gak apa, deh. Sesekali menguji kemampuan Rheina di sini boleh juga."
Setelah menunggu, Rheina akhirnya mendapatkan gilirannya untuk maju sebagai peserta terdepan. Dia menghadapi seorang petarung berbadan kekar dengan senjatanya, yaitu kapak besar. Rheina menelan ludahnya karena tidak yakin harus melawan si petarung itu. Sementara itu, Raja Veroeland, Rovin III, sang ratu, serta Princess Lira ikut menyaksikan pertarungan.
"Hoho, ternyata ada seorang gadis kecil pemberani yang mengikuti kontes ini. Semoga dia mampu bertahan." Raja Rovin memberi dukungan secara tidak langsung.
Lagi-lagi, Princess Lira mencela dan meremehkan Rheina dalam hati, "Pemberani dari mananya! Jelas-jelas dia terlihat ketakutan begitu. Aku yakin dia pasti kalah!"
Penonton di arena itu sangat padat. Ada pria berjas hitam yang muncul lagi sebagai penonton juga. Rheina memantapkan diri dan berusaha yakin untuk memenangkan posisi bertahan. "Baiklah, Rheina akan mencoba kekuatan terbaru saat Rheina latihan waktu itu. Semoga berhasil!"
Rheina mencoba memberi tahu pada si petarung untuk memperingatkannya lantaran khawatir jika lawannya terluka. Namun, si petarung itu hanya diam saat Rheina mengatakan demikian. Para penonton pun dibuat heran olehnya. Begitu juga dengan Princess Lira merasa resah padanya. "Apa-apaan dia. Berkata seolah bisa melakukannya!"
Pertarungan dimulai. Si petarung menghampiri Rheina. Rheina pun menyerang dengan menggunakan sihir apinya ke arah lawan.
[Firatier: Flamethrower]
Si petarung itu berhasil menghindar. Dia terus menghampiri Rheina dan mulai menyerang. Dengan cepat, Rheina beralih ke sihir air dan membuat sebuah gelembung pelindung agar berlindung dari serangan.
[Quatier: Bubble Guard]
Si petarung langsung menyerang gelembung itu hingga pecah. Ternyata, gelembung itu bisa memukul mundur dirinya. Kemudian, si petarung menghampiri Rheina lagi. Kali ini, Rheina kewalahan dan berusaha menghindar. Dia terus menerus menghindar sampai akhirnya melakukan sesuatu.
"Bagaimana dengan ini!" Rheina mencoba sihir tanahnya.
[Grountier: Smash Boulder]
Sihir berupa gumpalan batu besar dari tanah itu membuat si petarung terpental ke atas lalu terjatuh keras sampai membuat tanah retak.
Bruak! Gedebug!
"Eh … aduh. Pasti sakit banget, tuh," cemas Rheina pada lawannya.
Para penonton dibuat takjub dan heboh. Begitu pun dengan pria berjas hitam yang melihatnya sangat terkejut juga. Raja Rovin menjadi kagum dengan Rheina, sedangkan si Princess Lira yang tadinya meremehkannya sekarang terlihat tercengang. Zihan datang di waktu tepat menyaksikan pertarungan itu.
"Wah … sudah kuduga ternyata dia hebat, hoho," ucap Raja Rovin.
Tidak sampai di situ, Rheina mencoba menjaga jarak agar tidak diserang secara mendadak. Si petarung bangkit dan menggunakan jurusnya. Dia memutar kapaknya, kemudian dilemparkan ke arah Rheina. Rheina mencegah hal itu terjadi dengan beralih menggunakan sihir anginnya agar membuat kapak itu terpental.
[Twistier: Wind Back]
Sihir angin itu cukup kuat untuk membuat kapak berbalik terlempar ke arah si Petarung, serta mengenainya.
"AKHH …!" Si petarung jatuh pingsan. Para penonton diam terpaku dan menganga melihat aksi Rheina berhasil menjatuhkan lawannya. Akhirnya, sudah diputuskan siapa pemenangnya.
"Pemenang babak pertama untuk gelombang 2 adalah Rheina!"
Prok, Prok, Prok …!
Penonton serentak memberi tepuk tangan, begitu juga dengan Raja Rovin mengagumi kemampuan Rheina. Princess Lira dan Zihan terkejut melihat hal itu. Raja Rovin yang kegirangan mulai menyukai kemampuan bertarung Rheina. Pertandingan berlangsung selama 4 jam lamanya. Rheina masih di posisi bertahan. Dia bahkan sudah hampir memasuki babak semi final. Tiba saatnya, dia sampai di babak penentuan untuk sampai ke grand final. Lawan Rheina di semi final adalah seorang penyihir juga. Penyihir itu menyerang Rheina dengan sihir kegelapan gabungan.
{Shadow: Void Sphere}
Boom …!
Rheina berhasil mengelak sihir kegelapan itu dan tiba saatnya menggunakan sihir apinya.
[Firatier: Fiery Lava]
Sihir berupa lahar panas itu dapat membuat si penyihir kalah. Rheina berhasil maju sebagai pemenang gelombang kedua. Akhirnya, Rheina memasuki babak final. Kini, dia harus melawan pemenang dari gelombang pertama. Sangat mengejutkan bahwa lawannya adalah seseorang yang baru dia kenal kemarin. Dia adalah Andi Zin.
...Bersambung …....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!