Hari ini Aurel diliputi perasaan yang begitu bahagia setelah melihat daftar kelulusan siswa di kelasnya. Dideretan nama siswa-siswi namanya juga sudah tertera disana.
Walaupun tidak di dampingi oleh sang Bunda, Aurel tetap datang dan menjelaskan kepada pihak wali kelasnya bahwa sang Bunda sedang sakit, jadi tidak bisa menghadiri untuk pengambilan hasil kelulusan.
"Begini Aurel, karena orangtuamu berhalangan datang, jadi Ibuk, akan menyampaikan kepadamu kabar bahagia ini. Dengan hasil nilaimu sangat bagus maka pihak sekolah memberikan beasiswa untuk kamu melanjutkan ke universitas sesuai jurusan yang kamu ambil," Jelas Bu guru.
"Alhamdulillah... Terimakasih banyak Bu, Saya sangat bahagia mendengar berita ini," gadis yang berumur delapan belas tahun itu tak kuasa menahan haru. Akhirnya apa yang dia cita-citakan akan terwujud.
Dengan hati senang Aurel pulang membawa kabar bahagia yang akan ia sampaikan kepada sang Bunda. Ia ingin meneruskan perjuangan untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang dokter spesialis Nefrologi. Ia ingin menyembuhkan penyakit sang Bunda yang menderita gagal ginjal.
Di jarak beberapa meter dari kediamannya, ia melihat para tetangga seperti sedang panik. Aurel mempercepat langkahnya.
"Maaf Buk, ada apa ini?" Tanya Aurel cemas.
"Rel, Bunda kamu tadi tiba-tiba pingsan," jawab salah seorang tetangganya.
"Pingsan? Ya Allah, Bunda..." Gadis itu segera berlari masuk kedalam rumahnya.
Aurel melihat sang Bunda lemah tak berdaya diatas kasur sederhana dengan wajah pucat.
"Bun, kenapa Bunda masih tidak mendengar apa yang aku katakan? Dokter sudah melarang agar tidak boleh kerja berat tapi kenapa Bunda tidak mengindahkan peringatan dari dokter!"
Gadis itu begitu sedih melihat kondisi sang Ibunda. Dengan derai air mata ia menggenggam tangan Bunda yang begitu dicintainya.
Aurel benar-benar bingung apa yang harus dia lakukan untuk menyembuhkan penyakit Bunda, dokter menyarankan agar Bunda segera melakukan cangkok ginjal. Tapi dimana ia harus mendapatkan uang sebanyak itu?
Kembali ingatannya kepada beberapa hari yang lalu seseorang pernah datang menawarkan dirinya untuk menjadi TKI di negri Jiran. Dijanjikan dengan upah lumayan besar. Apakah ia harus menerima tawaran dari Pria itu demi mendapatkan biaya pengobatan sang Bunda.
Aku tidak punya pilihan lain, aku harus mendapatkan uang untuk biaya cangkok ginjal Bunda, aku akan menerima tawaran dari bang Nando, untuk menjadi TKI. Gumam gadis itu dalam hati.
Aurel bertekad untuk menjadi ART di negeri tetangga, ia terpaksa untuk mengubur cita-cita saat ini. Jika nanti berhasil maka ia akan meneruskan perjuangannya itu. Yang penting baginya saat ini adalah kesembuhan sang Bunda yang utama.
***
Hari ini tepat di akhir bulan Desember, Wanita cantik yang baru lulus sekolah menengah atas itu,akan berangkat ke negeri tetangga mencari pundi-pundi uang untuk biaya pengobatan ibunda tercinta.
Aurel dijanjikan gaji yang besar sebagai Asisten rumah tangga. Karena memang sangat butuh maka ia menerima tawaran dari seorang calo migran yang bernama Nando.
Dengan menitipkan Bunda pada Bibi Ana, yaitu tetangga yang sudah dianggapnya saudara, Aurel berjanji akan mengirimkan biaya untuk pengobatan Bunda setelah ia mendapatkan gaji bulan depan.
"Bunda, aku pergi dulu ya. Bunda jangan melakukan apapun, aku janji akan segera mengirimkan biaya pengobatan agar Bunda segera sembuh," pamitnya pada sang Bunda
"Aurel, jangan pergi,Nak, Bunda tidak ingin berpisah denganmu. Tetaplah disini Nak, tidak apa-apa jangan cemaskan Bunda," lirih Bunda dengan air mata mengalir.
"Bun, percayalah! Aku tidak akan lama, setelah Bunda sembuh aku pasti akan kembali. Aku mohon tolong lepaskan aku dan Do'akan agar aku berhasil di negri orang," ujarnya tak kuasa menahan tangis yang sedari tadi berusaha untuk tetap tegar.
Akhirnya Bunda melepaskan dengan ikhlas meskipun berat, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena semuanya keinginan putri semata wayangnya itu. Ia akan berjanji akan berusaha untuk tetap sembuh agar sang anak cepat kembali.
---Malaysia--
Dengan menaiki Kapal migran kini mereka telah sampai di pelabuhan. Ada lima orang wanita termasuk dirinya. Namun Aurel merasa heran saat baru keluar dari kapal, ia sudah di tunggu oleh dua orang Pria yang berbadan tegap menggunakan pakaian hitam dan berkacamata sewarna dengan pakaian mereka.
Mereka segera membawa Aurel untuk masuk kedalam mobil, sepertinya mereka sudah mengenali dirinya. Yang membuat dia semakin heran empat teman wanitanya yang lain menaiki mobil yayasan, tapi kenapa dia tidak termasuk daftar imigran yang resmi seperti mereka.
Aurel kembali mengingat dan berpikir keras, sebenarnya ia memang cukup curiga saat Nando menawarkan pekerjaan itu, padahal ia belum mempunyai kartu identitas karena belum cukup umur, tetapi Pria itu meyakinkan bahwa dirinya tidak perlu mencemaskan persoalan itu karena majikannya yang akan menjamin segala atas dirinya.
Apakah yang menjemputnya ini adalah suruhan majikannya? Entahlah ia tidak tahu yang sebenarnya. Aurel hanya berdo'a dalam hati agar semuanya baik-baik saja.
Kini mobil yang ditumpanginya telah sampai di sebuah rumah yang bak istana, namun sepertinya rumah itu jauh dari pemukiman. dan sekelilingnya adalah hutan belantara.
Dengan perasaan takut dan cemas, Aurel keluar dari mobil dan mengikuti langkah Pria tegap yang menjemputnya tadi. Pria itu terlihat sangat kaku, disepanjang perjalanan pun tak ada percakapan diantara mereka.
"Ayo naik!" Ujar Pria itu membawanya naik ke lantai atas.
Dengan gugup Aurel mengikuti langkahnya. Rumah itu terlihat begitu mewah, apakah dia mampu bekerja sebagai art di ruang sebesar istana ini.
Tok! Tok!
"Masuk!" Terdengar suara seseorang dari dalam kamar
Pria itu membuka pintu kamar dan membawa Aurel masuk kedalam. Aurel begitu kaget melihat seorang Pria yang sedang bercumbu dengan dua orang wanita.
"Maaf Tuan, ini pesanan yang Tuan minta sudah sampai," jelas Pria itu
Pria yang di panggilnya tuan itu memberi kode menyuruh dua orang wanita yang kekurangan bahan pakaian itu untuk keluar dari kamarnya.
"Apakah kamu sudah menyediakan semua surat kontraknya?" Tanya pria itu pada ajudannya
"Sudah, ini surat kontrak yang seperti Tuan inginkan." Pria itu menyerahkan sebuah map berwarna merah.
"Keluarlah!" Usir pria itu pada ajudannya
Kini tinggal Aurel dan Pria yang berperawakan tinggi semampai hidung mancung, bibir tipis, alisnya yang tebal, dia juga mempunyai mata hazel. Pria itu bisa dikatakan hampir sempurna ketampanannya.
Dengan gugup Aurel mengalihkan pandangannya dari tatapan mata hazel itu. Pria itu mendekatinya.
"Duduk!" Titahnya dingin dan tegas
Aurel segera duduk, ia tidak tahu siapa Pria itu sebenarnya. Mana majikannya. Kenapa sekarang dia harus berhadapan dengan Pria kejam ini.
Plok!
Pria itu melemparkan sebuah map yang diberikan ajudannya tadi di pangkuan Aurel.
"Baca sekarang dan segera tanda tangan!" Ucapnya tegas
Wanita itu masih ternganga, ia merasa heran kenapa pria itu bahasanya tak menandakan dengan negri yang kini ia pijaki. Bahasa Pria itu seperti bahasa negaranya.
Bersambung....
Semoga berkenan mampir ya🙏 Jangan lupa tinggalkan jejak jika menyukai alur cerita ini🙏🤗
Happy reading 🥰
"Apa yang kamu lihat?! Ayo segera baca dan tanda tangani!!" Bentak Pria itu dengan nada tinggi sehingga membuat Aurel terlonjak.
Aurel segera membuka map yang ada ditangannya, mulai menelisik secara cermat isi tulisan itu. Matanya membelalak saat membaca perjanjian surat kontrak nikah selama 6 bulan lamanya masa percobaan, jika pihak pertama merasa nyaman kontrak boleh di perpanjang.
Begitulah kira-kira isi surat perjanjian itu. Disana tidak ada tertulis surat kontrak kerja seperti di katakan oleh Nando si calo migran itu.
"Maaf Tuan, tapi perjanjian awal tidak seperti ini! Saya datang kesini hanya untuk bekerja!" Bantah Aurel sedikit berani
Pria itu menatap dengan sorot menyala, dan mencengkram dagu gadis itu dengan kuat. "Dengan siapa kau membuat perjanjian itu Hah?! Kenapa kau tidak menayangkan pada orang itu untuk apa kau datang kesini! Aku tidak butuh pembantu karena pembantu dirumah ini sudah cukup banyak! Aku hanya butuh pera wan untuk hasratku, agar aku tak berhubungan lagi dengan jala ng. Tapi ingat!Jika kau tak bisa memu askan hasratku maka akan kubuang kau kepulau!" Ujar Pria itu penuh ancaman
Aurel benar-benar tidak percaya. Apakah nasibnya benar-benar akan berakhir? Tidak, ia tidak ingin lemah dihadapan pria kejam itu. Tujuannya datang ke negri ini hanya untuk menghasilkan uang demi biaya pengobatan sang Bunda.
Jika memang masa depannya akan hancur, maka dia akan tetap berusaha bagaimanapun caranya mendapatkan uang untuk pengobatan Bunda.
Lama wanita itu terdiam dan berfikir langkah apa yang harus ia ambil, Aurel menyadari bahwa dirinya telah di tipu oleh Pria yang bernama Nando itu.
"Ba-baiklah Tuan, saya akan menandatangani kontrak nikah ini, asalkan Tuan memberi saya uang sebanyak 150 juta!" Ujar gadis itu bernegosiasi.
Pria itu tersenyum sinis menatap penuh kebencian. Dia berpikir semua wanita memang tak ada ubahnya.
"Dasar wanita murahan! Apakah kau masih perawan? Aku akan memberimu senilai uang yang kau mau, tapi aku akan membuktikan dulu jika kau masih perawan atau tidak!" Ujarnya sinis
"Seketika air matanya jatuh saat mendengar kata-kata yang rasanya begitu menyakitkan, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Semua sudah terlanjur, kemana dia harus pergi? Kemana harus mengadu. Yang harus ia lakukan adalah menguatkan hatinya yang rapuh itu.
Maafkan aku Bun, apapun akan aku lakukan demi kesembuhan Bunda. Berjuanglah untuk sembuh, aku juga akan berjuang melawan pahitnya kenyataan ini. Aku bertahan demi Bunda! Gumam gadis itu dalam hati, dengan dada sesak ia menghapus air mata.
"Tuan, tidak perlu meragukan saya, jadi saya mohon tolong berikan uang itu sekarang, karena saya sangat membutuhkannya," ucapnya memohon
"Baik, aku akan transfer uang itu. Tapi ingat! Jika kau berani membohongiku maka tubuhmu ini akan kuberikan pada singa peliharaanku!"
Aurel segera memberikan no rekening Bibi Ana, hatinya terasa lega saat Pria itu mengatakan telah mentransfernya.
"Doni..." Panggil pria itu pada asistennya
"Ada apa Tuan?" Ucap Pria yang bernama Doni itu masuk
"Persiapkan semua untuk ijab qobul malam ini!"
"Baik Tuan!" Pria itu kembali keluar
***
Dengan satu kali sentak kalimat sakral itu mengesahkan bahwa dirinya sudah menjadi istri dari seorang lelaki kejam yang bernama Arseno Abraham. Aurel berdo'a berharap ada sedikit kebahagiaan dalam pernikahan sementara itu.
Walaupun sebenarnya ia sudah bisa menyimpulkan bahwa tidak akan ada kebahagiaan ia dapat selama enam bulan kedepan. Berharap hari cepat berlalu agar ia segera terlepas dari belenggu Tuan kejam itu.
Setelah selesai melaksanakan ijab kabul. Semua saksi dan penghulu sudah pergi, kini hanya tinggal mereka di kamar itu.
Tanpa aba-aba Arsen mendorong tubuh Aurel ke atas ranjang, Pria itu segera melu mat bibir Aurel dengan rakus dan kasar, nafasnya yang memburu sehingga membuat gadis remaja yang berumur delapan belas tahun itu dilanda rasa takut yang begitu dalam.
Semakin ia memberontak maka Pria itu semakin gencar melakukannya dengan secara kasar, semua pakaian Aurel telah terlepas paksa.
Air mata gadis itu tumpah dalam kungkungan suaminya, semua rasa bercampur baur dalam hati. Sehingga tubuhnya tergeletak tak berdaya diatas ranjang Tuan kejam itu.
Setelah puas menyalurkan hasratnya, Arsen segera membersihkan diri. Saat keluar dari kamar mandi ia masih melihat istri kecilnya itu masih menangis sesenggukan.
"Segera bersihkan dirimu! berhentilah menangis! Aku muak melihat tangismu itu!!"
Dengan perlahan Aurel berdiri dengan segala rasa sakit yang ia rasakan, baik itu dari segi fisik maupun batin.
Setelah selesai mandi Aurel menatap tubuhnya di cermin besar yang ada dikamar mandi itu, banyak sekali tanda kepemilikan tercetak di bagian tubuh sensitifnya.
Wanita itu tersenyum getir, Hancur sudah! Itulah yang dapat ia katakan, tak ada lagi yang tersisa. Kini masa depannya telah hancur tak ada yang tersisa.
Ya Allah, apa salahku? kenapa aku harus mendapatkan cobaan seberat ini. Kenapa engkau mempertemukan aku dengan Pria itu. Jika ini sudah jalan takdirku, maka aku mohon Ya Rabb, beri aku kekuatan, jangan biarkan aku lemah, kuatkan mentalku!
Saat Aurel keluar dari ruang ganti, ia sudah berhadapan dengan Arsen. Pria itu memegang beberapa pil penunda kehamilan.
"Minum ini! Aku tidak ingin mempunyai keturunan dari wanita sepertimu!" Ujar Pria itu pedih
Aurel menerima pil penunda kehamilan itu sembari berkata. "Tenang saja Tuan, saya juga tidak sudi mempunyai keturunan dari Anda!" balas wanita itu tak kalah sengit
Arsen yang mendengar perlawanan gadis itu, ia sangat kesal "Heh! wanita kampung!" Arsen menarik rambut Aurel dengan kuat sehingga gadis itu meringis menahan kesakitan. "Berani sekali kau melawanku! Apa kau ingin kumasukkan kekandang singa? Hah?!"
Aurel tak bergeming air matanya kembali lolos menahan rasa sakit di hati dan tubuhnya, Tidak! Aku tidak boleh cengeng, semua akan berakhir enam bulan kedepan. wanita itu mencoba untuk menguatkan hatinya.
Saat Arsen memberi pelajaran kecil pada istri kontraknya itu, suara ponselnya bergetar.
"Ya, katakan?"
"Okey, 30 menit lagi aku akan tiba di pelabuhan, pastikan semua barang aman saat berangkat!"
Arsen menutup telepon genggamnya, ia segera meraih jaket kulit yang berada di sofa, Dan mengambil sebuah pis tol yang ada di dalam laci nakas.
"Aku akan pergi. Ingat jangan pernah bertingkah aneh di rumah ini jika hidupmu masih ingin selamat!" Ancamnya pada Aurel dan segera beranjak meninggalkan wanita itu.
Setelah Arsen pergi, Aurel bingung harus berbuat apa di kamar yang cukup luas, wanita itu menyapu isi dalam kamar dengan netranya menelisik secara cermat isi kamar itu.
Tanpa sengaja netranya terbentur oleh sebuah pigura yang terpajang di dinding kamar. Aurel mendekati pigura itu, menatap sebuah gambar yang sudah jelas ia kenali bahwa itu adalah Arsen bersama seorang wanita cantik Berpose dengan mesra, digambar terlihat Arsen sedang mengecup bibir wanita cantik itu.
Aurel sedikit penasaran siapakah wanita itu? apakah istrinya? tapi dimana dia sekarang? Tapi perasaan ingin tahu itu segera ia tepis. Aurel segera keluar dari kamar untuk menuju kelantai satu.
Setelah tiba di lantai bawah Aurel bingung mencari arah dapur dimana.
"Maaf Nona, ade yang boleh saye bantu?" Tanya wanita paruh baya yang logat bicaranya kental dengan melayu
Bersambung.....
Jangan lupa kasih dukungannya 🙏🥰
Happy reading 🥰
"Ah maaf Bu, saya lapar, apakah saya boleh makan?" Tanya Aurel dengan nada takut.
"Tentu saje boleh, Sila saye anta," ucap wanita paruh baya itu ramah
Aurel merasa lega ternyata masih ada orang yang baik dengannya, meskipun Pria kejam itu tidak bisa bersikap sewajarnya, setidaknya dia mempunyai teman bicara.
Aurel duduk di kursi meja makan yang cukup panjang dan luas, wanita yang di perkirakan art itu menghidangkan makanan untuknya.
"Apa yang kamu lakukan Makcik?!"
Terdengar suara bariton seseorang yang sudah tak asing lagi oleh Aurel. Pria itu mendekat dengan sorot menyala.
"Maaf Tuan, Makcik nak hidangkan Nona ini makan, die dah lapa!" Jawab wanita tua itu jujur
"Jangan beri dia makan! aku masih menghukumnya, karena dia sudah lancang berani melawanku!" sergahnya.
"Ta-tapi Tuan..."
"Tidak apa-apa Bu. Aku belum terlalu lapar kalau begitu aku permisi." Aurel segera naik keatas
Setelah Aurel naik, Arsen menatap wanita yang di panggil Makcik itu. "Dengar Makcik! Jangan beri dia makan tanpa perintah dariku!"
"Baik Tuan." Wanita itu mengangguk lemah
Di dalam kamar Aurel kembali menumpahkan air matanya, hatinya perih. Dari pertama dia datang ke mansion itu belum ada makanan apapun yang masuk dalam perutnya.
Cklekk!
Pintu kamar utama itu terbuka, Aurel tahu siapa yang masuk maka dia berusaha acuh. Kejam sekali Pria itu, apakah dia tidak mempunyai belas kasihan sedikitpun.
"Sediakan air panas! Aku mau mandi!" Perintahnya dengan nada tinggi
Aurel segera berdiri dan menuju kamar mandi setelah selesai menyediakan air panas ia kembali keluar namun, langkahnya dihadang oleh Arsen.
"Apa yang anda lakukan,Tuan?" tanyanya begitu takut dan gugup.
"Buka pakaianmu!"
"Ja-jangan Tuan!"
"Kau berani membantahku? Ingat! Kau sudah kubayar jadi jangan pernah ada bantahan terdengar olehku!" Dengan cepat Pria itu membuka pakaian Aurel secara paksa.
Gadis itu kembali mengalami kekerasan dia harus melayani Arsen dengan semaunya. Di bawah kucuran shower, Aurel pasrah dalam dekapan Pria itu dengan segala serangannya untuk mencapai kepuasan.
Air matanya mengalir bersamaan dengan kucuran air shower.
Tidak apa-apa aku menangis dibawah siraman air, agar aku tak terlihat lemah dihadapan Pria kejam ini.
Setelah puas melampiaskan hasratnya, Arsen segera menyudahi mandinya dan meninggalkan Aurel yang masih setia dibawah shower.
Aurel merosot di lantai sembari memeluk kedua lututnya. Air matanya kembali mencurah.
"Bunda.... Aku rindu! Bunda, peluk aku... Aku tidak tahu Bun, apakah aku mampu menjalani takdir ini. Hiks... Hiks..."
Sementara itu Arsen yang sudah menggunakan pakaian, ia tidak melihat istri kecilnya itu. Merasa kesal tak kunjung keluar dari kamar mandi, Arsen segera masuk untuk memanggil wanita itu.
"Aurel.... Cepatlah keluar!" pekiknya sembari melangkah masuk untuk memastikan apa yang dilakukan wanita itu kenapa lama sekali.
Pria itu terperanjat melihat Aurel sudah tergeletak di bawah air shower yang masih mengalir. Dengan langkah cepat ia menghampiri dan segera membopong tubuh wanita itu sehingga pakaiannya kembali basah kuyup.
"Doni! panggil Dokter segera suruh naik keatas!" titahnya kepada sang asisten melalui telepon.
Setelah menelpon Doni. Arsen segera menelpon Makcik Leha, kepala Art di rumah itu untuk menggantikan pakaian Aurel.
Setelah selesai menggantikan pakaian Aurel Makcik kembali keluar.
"Makcik?" panggil Arsen
"Ya, Tuan. Ade yang boleh Makcik bantu kat Tuan?"
"Sediakan makanan untuk wanita itu, dan bawa kesini!" perintahnya.
"Baiklah Tuan, segera Makcik sediekan."
***
Dokter memeriksa Aurel dengan teliti, tubuhnya masih terasa dingin dan sangat pucat. Mungkin wanita itu pingsan karena belum makan apapun seharian.
"Bagaimana keadaannya Dok?" Tanya Arsen dengan tenang.
"Macam ni Tuan, nampaknye Asid perut Nona Aurel kembali, adekah dia tidak makan sepanjang hari?" Jelas sang dokter
"Mungkin dia telat makan malam ini," ujar Arsen jelas berbohong
"Baiklah, saye nak bagi dia ubat melegakan sakitnya." Dokter itu segera menuliskan resep dan memberikan kepada Arsen.
"Baik, terimakasih Dok!" Arsen segera mengantarkan dokter itu hingga pintu kamar.
Tidak berselang lama Makcik Leha datang membawa makanan. Segera diterima oleh Arsen, Pria itu meletakkan makanan itu diatas nakas. Dan kembali menelpon seseorang dirumah itu untuk menebus resep obat yang diberikan dokter.
Kini waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Aurel baru saja terbangun dari pingsan, ia merasakan kepalanya begitu pening dan sakit. Perlahan wanita itu duduk dan bersandar di headboard sembari memegang kepalanya.
Aurel menelisik seluruh ruangan itu, sepertinya tidak ada siapa-siapa disana, tanpa sengaja ia melihat kesisi kanan dan menemukan makanan yang masih utuh belum tersentuh.
Makanan itu sangat menggiurkan selera maka tanpa pikir panjang ia mengambil dan segera melahapnya dengan semangat. wanita itu tidak peduli akan mendapatkan hukuman lagi yang penting dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada, ia tidak ingin mati sia-sia, karena harapannya adalah ingin melihat sang Bunda sembuh.
Saat Aurel sedang fokus dengan makanannya tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, dengan refleks dia meletakkan piring makanannya. Dan tidak berani menatap mata hazel itu.
Pria itu mendekatinya. "Kenapa berhenti? Ayo habiskan makananmu, karena belum tentu besok kau akan mendapatkan makanan lagi!" Ujar pria itu ketus
Aurel menelan salivanya dengan kasar, lalu kembali mengambil makanannya dan segera menghabiskan, ia menikmati yang ada saat itu, seperti yang diucapkan oleh Pria kejam itu entah kapan lagi dia akan diberi makan.
"Ini minumlah obatmu! Aku belum mau kau mati sebelum kontrak nikah ini berakhir!" Ujarnya kembali membuat jantung dan hati gadis itu bagaikan teriris.
Kini waktu pagi telah menjelang Aurel membuka matanya dengan sempurna karena merasa ada himpitan di tubuhnya begitu berat.
"Tu-tuan! Jangan lakukan saat ini. Saya sedang tidak enak badan, tolong biarkan saya istirahat dulu Tuan," ujarnya memohon.
"Berani sekali kau menolakku! Aku tidak menerima bantahan!" Arsen kembali mencum bui istri kecilnya itu dan kembali menjalankan aksinya dengan lancar.
Tak ada kenikmatan yang dirasakan oleh Aurel selama melakukan hubungan itu, yang ia rasakan hanyalah kepedihan hati dan raga. Dia selalu berdo'a agar diberikan ketabahan.
***
Kini sudah satu bulan lamanya Aurel berada di mansion suami kontraknya itu. Tak ada yang berubah sikap pria itu masih saja kasar dan memaksa, namun Aurel berusaha untuk memahami sikap Arsen yang terbibilang tempramen.
Terkadang saat hatinya benar-benar baik maka dia akan sedikit melunak. Ada sedikit kelegaan pada Aurel, paling tidak dia bisa merasakan sedikit saja kebaikan dari Pria itu.
Pagi ini Aurel masih membantu Makcik Leha di dapur, walaupun mereka sangat keberatan dengan bantuan Aurel namun, wanita itu tetap memaksa dengan alasan dia bosan selalu di kamar.
"Makcik, saya boleh tanya sesuatu?" ujarnya di sela-sela memetik sayuran.
"Boleh lah, sila nak tanye apa?"
"Apakah Tuan Arsen sudah mempunyai istri?"
"Takde, cuma Nona Aurel istri satu-satunya."
Jika Arsen belum mempunyai istri, jadi siapakah wanita yang bersamanya di foto itu?
Bersambung....
Jangan lupa dukungannya ya, dan tinggalkan jejak, like komen dan vav. Terimakasih 🙏🤗
Happy reading 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!