"Mana sekertaris baru saya? suruh ke sini!" perintah William pada asisten pribadinya.
Rico adalah asisten pribadi William Atmajaya, Rico menjaga William sejak menempuh pendidikan di luar negeri.
"Tuan, sekertaris baru sedang menuju ke sini," ucap Rico, memberikan berkas lamaran kerja milik Stella.
"Nama yang cukup bagus Stella Anggraeni, lumayan cantik, tetapi sayang sekali seorang yatim piatu," kata William membaca biodata Stella.
Ketukan pintu dari luar membuat William berhenti membaca biodata Stella. Dengan sigap Rico membukakan pintu untuk Stella.
"Nona, silahkan masuk!" ucap Rico.
Stella Anggraeni dengan rasa gugup masuk ke dalam ruangan kerja William. Wajah tampan yang di miliki pria itu membuat jantung Stella berdegup kencang.
"Stella, apa kamu siap berkerja satu ruangan dengan ku?" tanya William.
"Tentu saja, tuan," jawab Stella dengan cepat.
"Sekarang kamu sudah bisa berkerja, jangan lupa mulai besok kamu yang atur jadwal kerja saya," ucapnya, William pergi meninggalkan ruangannya.
Stella bisa bernafas dengan lega, dia bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan di bantu asisten
William.
Jam makan siang telah tiba, tetapi Stella masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Nona, lebih baik anda istirahat saja dulu!" kata Rico.
"Ini sudah hampir selesai, Pak," ucap Stella dengan senyumnya.
Rico kagum dengan kinerja Stella selain tekun dia sangat teliti, padahal baru setengah hari berkerja.
"Tuan tidak suka melihat karyawannya membantah, Nona. Jadi saya mohon lebih baik Nona, makan dulu," kata Rico lagi.
Stella kemudian pergi ke kantin untuk makan, di kantin bertemu dengan Kiana.
Kiana adalah sepupu William, tetapi mereka sangat berbeda. Kiana orang sangat sederhana dan selalu ramah dengan siapapun. Walaupun dia orang yang berada tetapi tidak sombong. Dia di minta oleh orang tuanya untuk berkerja di perusahaan William.
"Stella, kamu sekertaris baru William bukan?" tanya Kiana.
"Iya, aku baru mulai kerja hari ini," jawab Stella dengan senyum manisnya.
"Aku harap kamu bisa sabar menghadapi William," kata Kiana.
William terkenal agak galak walaupun sebenarnya dia baik, bijaksana dan selalu adil pada semua karyawan.
Stella hanya tersenyum mendengar kata Kiana, dia memang harus mengenal William lebih dalam lagi untuk mengetahui karakter William.
Jam makan siang telah habis, semua karyawan kembali ke ruang kerja masing-masing.
William memasuki ruang kerjanya, dia selalu di dampingi oleh Rico.
"Nona, ini jadwal Tuan William untuk besok," kata Rico, menyerahkan kertas yang bertuliskan jadwal William besok.
"Terimakasih, Pak," kata Stella.
"Panggil saja Rico," ucap Rico.
"Maaf, takutnya tidak sopan," ucap Stella dengan lembut.
William hanya melirik ke arah Stella, dia kagum dengan kecantikan Stella. Dandanan Stella yang memang sangat sederhana, alami dan terlihat sangat anggun.
"Rico, bisa tinggalkan kita berdua?" tanya William.
"Baik Tuan, tapi jangan lama-lama," kata Rico.
Setelah Rico keluar dari ruangan dia memanggil Stella untuk mendekat.
"Stella, kemarilah!" kata William.
"Baik, Tuan," ucap William. Jantung Stella berdetak karena ketakutan.
Kemudian Stella berdiri di dekat William, ternyata William menyuruhnya untuk mengambilkan bolpoin yang jatuh di bawah meja kerjanya. Stella merasa lega, tak cukup di situ William juga menyuruhnya untuk membuatkan kopi.
"Kenapa manis sekali!" teriak William, menyemburkan kopi yang dia minum.
"Biar saya ganti," ucap Stella, hendak melangkah keluar dari ruangan.
"Siapa yang menyuruh kamu mengganti?" tanya William.
Stella terdiam, dia menghentikan langkah dan berdiri di dekat William untuk menunggu perintah selanjutnya.
......................
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Duduklah!" perintah William.
"Baik, Tuan," ucap Stella, mendudukkan diri di meja kerjanya.
William semakin tidak konsentrasi melihat kecantikan Stella, yang dia lakukan saat ini hanya memandang wajah Stella. Sedangkan Stella di sibukkan dengan tumpukan berkas.
"Stella, kamu tinggal di mana?" tanya William, penasaran dengan rumah Stella.
"Di jalan melati, Tuan," jawab Stella. Dia memang tinggal seorang diri di rumah peninggalan orang tuanya.
William terdiam, tetapi dia mengirimkan sebuah pesan kepada orang suruhannya untuk mencari tau siapa sebenarnya Stella.
Jam kerja sudah selesai, William belum juga menyuruh Stella pulang. Membuat Stella kesal, benar apa Kiana yang menyuruh Stella bersabar menghadapi William.
Rico kemudian masuk ke dalam ruangan kerja William, dia menyuruh Stella untuk pulang.
"Nona, jam kerja anda telah habis! Silahkan pulang di depan sudah ada sopir yang akan mengantarkan," ucap Rico dengan sopan.
"Terimakasih, Pak. saya pamit dulu," ucap Stella, lalu membereskan mejanya dan keluar dari ruang kerja William.
Stella pulang dengan jalan kaki dia tidak mau di antar pulang oleh sopir William.
"Tuan, Nona Stella pulang dengan jalan kaki. Dia tidak menemui sopir yang telah Tuan siapkan," kata Rico.
"Wanita itu sangat mandiri selain cantik... " ucap William lirih.
"Apa Tuan menyukainya? bagaimana dengan Nona Helen?" tanya Rico.
"Jangan sebut nama wanita itu lagi!" bentak William.
Kemudian orang suruhan William datang untuk memberikan informasi mengenai Stella.
"Stella hidup seorang diri, kedua orang tuanya sudah meninggal tetapi meninggalkan hutang dan belum di bayar. Gadis itu dalam incaran rentenir Tuan," ucap Orang itu.
"Awasi gadis itu! jangan sampai ada lecet!" perintah William.
"Baik, Tuan," ucapnya kemudian pergi dari ruangan itu dan menuju ke kediaman Stella.
Kediaman Stella.
"Cepat kosongkan rumah ini!" ucap rentenir yang menagih hutang pada Stella.
"Tuan, tolong! kasih aku waktu, aku baru kerja satu hari ini," ucap Stella.
"Hutang orang tua kamu sangat banyak! belum bunganya, apa kamu mampu membayar?" tanya rentenir.
"Saya janji Tuan, akan lunasi hutang itu," jawab Stella.
Rentenir itu memberikan tawaran kepada Stella, jika dia mau menjadi istri keduanya hutang Stella akan di anggap lunas. Stella menolak tawaran itu dan membuat rentenir murka, dia hendak menampar wajah Stella. Tetapi tangan seseorang yang tidak di kenalnya menghalangi rentenir itu.
"Siapa kamu? berani ikut campur urusan ku!" kata rentenir.
"Anda tidak perlu tau siapa saya, berapa hutang Nona Stella? saya akan melunasi sekarang juga!" ucap orang suruhan William.
Rentenir itu menolak karena dia juga menginginkan Stella, terjadilah baku hantam di antara keduanya.
"Hentikan!" teriak Stella, karena ketakutan.
Kedua orang itu menghentikan perkelahian mereka, Stella memilih untuk tetap membayar hutang sendiri.
"Nona, saya akan membantu anda. Keselamatan anda lebih penting dari uang," ucap orang suruhan William.
"Tidak Pak, semua sudah menjadi tanggung jawab saya," tolak Stella.
"Aku kasih waktu dua puluh empat jam harus lunas! kalau tidak kamu harus menjadi istriku!" kata Rentenir itu.
"Besok datanglah saya akan melunasinya," ucap Stella.
Rentenir itu kemudian pergi dari rumah Stella, sedangkan orang suruhan William juga pergi dan memberi kabar kepada William.
"Dari mana aku bisa dapat uang seratus juta dalam waktu sehari," ucap Stella dalam hati, dia juga membayangkan bagaimana kalau rentenir menikahinya.
"Tidak!" teriaknya.
...****************...
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di kantor Stella memberanikan diri untuk meminjam uang kepada William. Dia sudah tidak punya pilihan lain kecuali berharap pada William.
"Tuan, ada yang ingin aku bicarakan... " ucap Stella lirih.
"Bicaralah!" kata William singkat.
"Sebelumnya saya minta maaf, Tuan. Apa boleh saya meminjam uang seratus juta?" tanya Stella dengan tubuh yang bergetar karena rasa takut.
"Baru juga kerja dua hari! punya jaminan apa, kamu?" kata William.
"Rumah, Tuan. Saya mohon," ujarnya, sembari bersimpuh di kaki William.
"Bangun! aku tidak suka melihat orang seperti ini," ucap William.
Kemudian Stella bangun dan duduk di depan William, semua tidak didapatkan dengan gratis oleh Stella. William memberikan uang seratus juta dengan syarat, Stella harus menambah jam kerjanya membersihkan rumah pribadi William.
Dengan terpaksa Stella mau memenuhi syarat itu, walaupun dirinya harus kehilangan waktu istirahatnya.
"Rico, ambilkan dia uang!" perintah William.
"Baik, Tuan," jawab Rico tanpa basa basi langsung mengambilkan uang untuk Stella.
"Mulai nanti akan ada sopir yang mengantar dan menjemput mu!" kata William.
Stella mengangguk, dia setuju dengan apa yang William putuskan karena tidak ada pilihan lain.
Kediaman William.
Rumah mewah di tepi kota, berdiri sangat kokoh di tanah yang begitu luas. Untung saja Stella di antar oleh sopir, kalau tidak dia akan capek berjalan dari pintu gerbang sampai dalam rumah.
William tinggal sendiri di rumah mewah itu, hanya ada Rico dan beberapa pengawalnya. Ada lima asisten rumah tangga yang menyiapkan keperluan William.
Stella mengetuk pintu rumah mewah itu, seorang asisten rumah tangga yang bernama Mbok Yem membukakan pintu untuk Stella.
"Silahkan masuk Non," ucap Mbok Yem.
Kecantikan Stella yang begitu menarik membuat Mbok Yem kagum. Dia langsung mengajak Stella berkenalan dan mengajak Stella mengobrol.
"Mbok, apa yang bisa saya kerjakan sekarang?" tanya Stella.
Mbok Yem mengira kalau Stella adalah kekasih William, makanya dia bingung dengan pertanyaan Stella.
"Tuan belum pulang, Non," ucap Mbok Yem.
"Panggil saja Stella, Mbok," kata Stella dengan tersenyum.
Beberapa saat kemudian William datang, dia menyuruh Stella masuk ke dalam kamarnya.
"Tuan, kenapa harus di kamar? apa yang harus saya kerjakan?" tanya Stella.
William masuk ke dalam kamar kemudian Stella mengikuti dari belakang, dengan rasa takut Stella bertanya lagi apa yang harus dilakukannya.
"Bersihkan kamar ini!" perintah William. Kamar yang sengaja tidak dibereskan sejak William bangun tidur, karena tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam kamarnya.
"Baik, Tuan," ucap Stella. Memulai membersihkan tempat tidur William terlebih dahulu.
William duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya, dia sibuk dengan ponsel yang dia genggam. Matanya tidak fokus pada ponsel tetapi sesekali melirik ke arah Stella yang sedang bersih-bersih.
Stella merasa tidak nyaman dengan tatapan William, dia segera menyelesaikan pekerjaannya. Rasa takut masih menyelimutinya.
"Tuan, sudah selesai," kata Stella.
"Ambilkan saya makan!" suruh William.
Stella segera pergi ke dapur untuk mengambilkan makanan untuk William.
"Mbok, Tuan biasanya makan apa?" tanya Stella yang sedang mengambilkan lauk untuk William.
"Tuan mau makan? biasanya tidak pernah makan di rumah," jawab Mbok Yem.
Stella kemudian mengambilkan beberapa lauk dan sayur untuk William. Dia membawa makanan itu ke dalam kamar dan memberikan pada William.
"Ini, Tuan," ucap Stella, meletakkan makanan itu di meja.
William tersenyum melihat Stella, dia tidak memakan makanan itu. William malah pergi ke ruang kerjanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!