Seorang gadis tengah memejamkan matanya, ia sudah tidak berdaya karena pengadilan memutuskan hukuman mati untuknya. Pembelaan apapun yang telah ia perjuangkan berakhir nihil. Semua keluarganya bahkan tidak ada yang datang menjenguknya, ia berjuang sendirian di dalam sel tahanan beberapa bulan ini.
Sierra Leona, gadis berusia 27 tahun di jatuhi hukuman mati beberapa hari lalu karena diduga melakukan perencanaan pembunuhan terhadap adik tirinya, juga ia didapati melakukan jual beli obat terlarang yang selama ini di buru oleh aparat kepolisian karena begitu meresahkan.
Sierra sudah menjelaskan kepada sang ayah bahwa semua tuduhan itu bohong, tetapi ayahnya tidak hanya tidak percaya padanya, ayahnya bahkan berkata kepada kepala kepolisisan untuk segera menghukum mati Sierra.
"Pak silahkan eksekusi dia sekarang, tidak perlu pertimbangkan kapan dia di eksekusi, lebih cepat lebih baik." Ujar ayah Sierra.
Hancur tentu saja, hatinya tidak dapat menahan sesak yang begitu mencekik dirinya. Sierra selalu berusaha menjadi putri yang baik bagi sang ayah, tetapi rupanya itu semua tidak pernah bisa menyentuh hati sang ayah. Akhirnya dirinya baru menyadari setelah beberapa bulan di penjara. Bahwa dirinya tak lebih hanya sebuah lelucon bagi keluarganya , terutama sang ayah.
"Sierra Leona, persiapkan dirimu." Ucap seorang petugas kepolisian.
Sierra bangun, dan dengan patuh berjalan menuju pintu sel. Seorang polisi wanita membuka pintu sel, sebelum itu kedua tangan Sierra di borgol terlebih dahulu. Sierra dengan patuh berjalan menyusuri lorong sel tahanan menuju tempat dimana dirinya akan di eksekusi mati.
Sierra menengok kebelakang, berharap ada seseorang yang datang menjenguknya terutama sang ayah.
"Apakah tidak ada yang datang mencariku?" Tanya Sierra kepada petugas polisi itu.
"Tidak ada. Lagi pula orang tua mana yang tidak malu memiliki seorang anak kriminal sepertimu." Ucap Polisi wanita itu.
"Aku hanya bertanya, kenapa anda harus menghina." Ucap Sierra.
" Diam! Seorang tahanan sepertimu tidak pantas banyak berkata bijak. Cepat jalan!" Ucap polisi itu lagi.
Sierra hanya diam dan berjalan dengan patuh, hingga akhirnya tibalah ia di sebuah ruangan yang akan menjadi saksi kematian nya. Sierra dengan patuh berdiri di ujung dinding dan menunggu kematiannya. Perlahan pandangan nya menggelap.
'Aku selalu menjadi putri yang patuh bagi ayah, aku tidak pernah melawan satupun perkataan ayah, aku tidak pernah membohongi orang lain apalagi aku melakukan pembunuhan. Aku tidak menyangka rupanya aku tidak memiliki nilai sedikitpun di hati ayah dan yang lainnya.' Batin Sierra bermonolog.
'Aku Sierra, hari ini adalah hari kematianku, kematian yang tidak adil yang aku dapatkan karena aku difitnah atas pembunuhan yang tidak pernah sama sekali aku lakukan, ataupun aku rencanakan. Aku harus menanggung hukuman yang seharusnya menjadi milik adik tiriku. Aku bersumpah, meskipun aku akan menjadi hantu aku tidak akan membiarkan mereka hidup dengan damai diatas kematianku.' Batin Sierra bermonolog.
'Aku benci kalian, aku benci ayah.. Jika saja aku bisa kembali dan mengulang kehidupanku, maka aku tidak akan menjadi boneka kalian. Aku tidak terima dengan hukuman ini. Ayah, jika ada kehidupan selanjutnya, aku akan meminta kepada Tuhan, untuk tidak menjadi putrimu lagi.' Batin Sierra bermonolog.
DOR!!
DOR!!
DOR!!
Tiga tembakan itu berhasil membunuh Sierra. Sierra Leona mati mengenaskan sebagai terdakwa atas kesalahan yang tidak pernah ia buat selama hidupnya itu.
Air matanya mengalir bercampur dengan darah, hatinya sakit dan mendendam memanggil ayah dan ibu tirinya beserta kedua saudari tirinya, sampai akhirnya matanya tertutup.
..._________...
TUT.. TUT.. TUT..
Suara monitor rumah sakit.
"UGH.."
Seorang gadis perlahan membuka matanya dan merasakan pusing yang luar biasa. Gadis itu melihat kesekelilingnya dengan bingung.
"Bukannya aku sudah mati? Ini dimana?" Gumamnya dengan mata melihat kesekeliling.
Dia adalah Sierra.. Ia melihat kesekelilingnya dengan bingung saat ini, pasalnya dia baru saja mati tapi sekarang.. Ia terkejut saat melihat tanggal di jam digital yang terdapat di meja samping ranjang nya.
"17 Agustus 2022? Apa aku tidak salah? Apa aku sedang bermimpi?" Ucapnya terkejut.
Sierra mencubit lengannya dan merasakan sakit, ia terkejut.. Itu bukan mimpi.
"Tapi aku kan sudah mati, aku baru saja dijatuhi hukuman mati hari ini, seharusnya aku sudah mati." Ucapnya lagi.
Kemudian ia menyadari sesuatu, bahwa dirinya rupanya terlahir kembali ke tahun 2022 saat usianya 20 tahun.
"Apa aku terlahir kembali? Tuhan rupanya mendengar ratapan hatiku, Terimakasih Tuhan." Ucap Sierra lagi.
Sierra mengingat ingat, di tanggal itu seharusnya adalah hari ulang tahunnya yang ke 20 tahun, juga hari dimana ia mengalami kecelakaan saat ia bekerja paruh waktu.
"Bagus.. Karena Tuhan memberiku kesempatan untuk hidup lagi, maka di kehidupan ini aku tidak akan melakukan kebodohan yang sama dan menjadi boneka bernyawa bagi mereka lagi." Ucap Sierra, perlahan tatapannya penuh dengan dendam yang membara.
Tiba tiba seorang perawat masuk kedalam ruangan Sierra. Dan terkejut melihat Sierra telah sadar.
"Nona Sierra, anda sudah sadar?? " Ucap Perawat itu.
Sierra hanya mengangguk, dan tidak berbicara apapun. Padahal sebelumnya ia berceloteh dengan dirinya sendiri.
"Baiklah, biar saya periksa kondisi anda nona." Ucap perawat itu.
"Dimana keluargaku?" Tanya Sierra.
Padahal dirinya sudah tahu jawaban nya, tentu saja keluarga nya tidak ada yang datang menjenguknya.
"Maaf nona, sejak anda dibawa kemari belum ada yang mencari anda." Ucap perawat itu bersimpati.
'Rupanya benar, dulu aku begitu naif dan selalu percaya bahwa ayah hanya sedang sibuk. Tetapi kini aku sudah tahu, ayah sedang merawat putri kesayangan nya yang juga sedang sakit di hari yang sama dengan aku yang mengalami kecelakaan.' Batin nya bermonolog.
"Nona Sierra, data diri anda masih di tahan karena belum ada satupun yang datang untuk membayar administrasi anda. Apakah anda ada nomor orang yang bisa anda hubungi? Keluarga anda mungkin." Ucap perawat itu.
Sierra mengingat kembali, dulu saat di kehidupan sebelumnya juga terjadi hal yang sama, Yang akhirnya Sierra dengan bodohnya menghubungi sang ibu tirinya untuk memberitahu ayahnya bahwa dirinya berada dirumah sakit. Namun yang datang justru supir keluarganya.
"Aku akan membayarnya sendiri sus." Ucap Sierra akhirnya.
Sierra tidak lagi mau mengharapkan apapun, cukup sudah dirinya menjadi boneka hidup bagi kekeluarganya.
"Baiklah, jika begitu nanti tagihan akan di antarkan ke kamar anda." Ucap perawat itu.
"Aku akan membayarnya sekarang, aku sudah baik baik saja." Ucap Sierra.
Sierra mengalami keterlambatan pendidikan, karena dulu saat ia ingin bersekolah ayahnya seakan enggan mendaftarkan nya sekolah. Ayahnya sungguh tidak ingin orang luar tahu bahwa Sierra adalah putrinya. Selama ini Sierra terasingkan. Hanya saja Sierra yang polos itu seakan terima saja dengan apa yang terjadi. Sierra hanya beranggapan mungkin ayahnya hanya sedang sibuk.
Oleh karenanya ia baru saja lulus SMA. Ia dan adik tirinya menjadi satu angkatan, dan dia selalu menjadi bahan bulyan teman teman adiknya, karena usianya yang lebih tua 2 tahun dari mereka semua. Dan karena dirinya hanya tamatan SMA, dia kesulitan dalam mencari pekerjaan, alhasil ia bekerja apa saja selama itu bisa menghasilkan uang untuknya.
Sierra adalah putri orang kaya sebenarnya, hanya saja ia tidak pernah dianggap dan di perlakukan dengan buruk, hingga akhirnya ia memutuskan untuk bekerja sambilan saat ia masih di bangku SMP hingga sekarang. Itu karena dirinya tak pernah mendapatkan uang yang cukup untuk kebutuhannya, berkali kali ia memberi tahu sang ayah, ayahnya hanya akan menatap sinis dan membentaknya.
"Nona Sierra, anda sudah sadar?" Tanya seorang dokter muda ber name tag Sammy.
"Aku sudah baik baik saja dokter, apakah aku sudah boleh pulang? Jika kondisiku tidak begitu parah dan bisa perawatan mandiri dirumah maka aku minta agar aku di pulangkan saja." Ucap Sierra langsung.
"Sebentar ya, saya periksa terlebih dahulu. Masalahnya kepala nona mengalami benturan sebelumnya hingga kami harus menjahit kepala nona." Ucap dokter Sammy.
Sierra hanya mengangguk. Bagaimanapun Sierra tidak sekaya itu untuk membayar biaya rumah sakitnya. Ia hanya bekerja sambilan, dan bayaran nya tidak begitu besar. Sierra harus berhemat ketat agar bisa memiliki tabungan yang cukup untuk dirinya sendiri.
"Lukanya masih basah, tetapi jika nona mau pulang hari ini saya ijinkan. Dengan syarat, setiap tiga hari sekali nona harus datang untuk mengganti perban ini." Ucap Dokter Sammy.
"Baik, kalau begitu nanti saya akan kembali lagi dalam tiga hari." Ucap Sierra.
Akhirnya Sierra pun di izinkan pulang, saat ini dirinya tengah membayar tagihan rumah sakitnya sendiri.
"Nona Sierra.." Panggil petugas rumah sakit.
"Saya." Sahut Sierra, lalu menghampiri petugas itu.
"Dokter Sammy meresepkan obat obatan ini untuk nona. Karena luka nona masih basah, nona harus meminumnya agar luka nona cepat kering. Juga Dokter Sammy menyampaikan agar nona kembali dalam tiga hari untuk mengganti perban." Ucap Petugas itu.
"Berapa harga obat ini?" Ucap Sierra.
"Obat ini dengan biaya perawatan nya jadi Tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu nona." Ucap petugas itu.
Sierra terkejut, perasaan ia hanya dirawat selama satu hari, tetapi biayanya semahal itu.
"Aku tidak mau obatnya, aku bayar biaya rumah sakitku saja." Ucap Sierra.
"Tapi nona, luka anda.."
"Tidak apa apa, tolong urus untuk biaya rawat inap ku saja, tidak dengan obat ini." Ucap Sierra lagi.
"Baiklah.." Ucap perawat itu.
Dan akhirnya Sierra pun membayar tagihan nya, kartu ATM nya itu hanya berisi beberapa juta saja hasil ia bekerja sambilan. Dan kini harus di kurangi banyak utuk biaya rumah sakitnya. Sungguh hidupnya miris sekali.
'Aku telah terlahir kembali, aku akan mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku, mereka semua.. Harus membayar atas kejahatan yang mereka perbuat selama 27 tahun hidupku di kehidupanku sebelumnya.' Batin Sierra bermonolog.
...TO BE CONTINUED......
Sierra pergi memesan ojek online, dan kembali kerumahnya. Saat ia tiba dirumahnya, ia melihat beberapa pelayan tengah berlari mondar mandir dengan ter gesa - gesa. Sierra mengingat kejadian ini, dimana adik tirinya yang bernama Carine tengah sakit demam dan membuat semua orang panik termasuk sang ayah.
Sierra tersenyum miris, dirinya adalah putri kandung sang ayah, tetapi sang ayah justru memperlakukan nya seperti putri tiri. Sierra melihat sang ayah yang panik menggendong Carine turun dari tangga menuju mobil, bisa Sierra ingat. Mereka akan pergi ke rumah sakit, untuk memeriksa kondisi Carine yang rupanya hanya demam.
Sang ayah bahkan tidak sedikitpun meliat kearah Sierra yang berdiri dengan perban di kepalanya.
"Sierra, dari mana saja kau? Tengah malam baru pulang." Ucap Kakak tirinya yang bernama Hailey.
Sierra menatap Hailey tidak berkedip Hal itu membuat Hailey mengernyit bingung.
'Kenapa dengan anak ini, kenapa tatapan nya begitu berani.' Batin Hailey.
Sierra tidak menjawab, ia langsung pergi meninggalkan Hailey yang masih berdiri menunggu jawaban.
"Apa kau tuli? Aku bertanya dari mana kau!!" Ucap Hailey berteriak.
Sierra menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Hailey lagi.
"Kenapa?? Kau tidak suka aku kembali?" Tanya Sierra dengan tatapan tajam.
"Ka- Kau, aku hanya bertanya kenapa kau harus begitu marah." Ucap Hailey . Ia merasa sedikit ngeri dengan tatapan tajam Sierra.
"Dengar, apapun yang aku lakukan.. Bukan urusanmu. Urus saja urusanmu sendiri, bukankah kau paling senang mencari muka pada ayahku? Lakukan saja hal itu, jangan ganggu urusanku." Ucap Sierra dengan menekankan nada suaranya.
Setelah mengatakan itu, Sierra benar benar pergi meninggalkan Hailey yang masih terkejut dengan perubahan Sierra.
'Sial, kenapa dia bisa berubah lebih mendominasi. Dan lagi, kenapa dia tahu bahwa aku selalu mencari muka pada ayah.' Batin Hailey bermonolog.
Sementara itu, Sierra memasuki kamarnya. Kamar putri kandung dari seorang Daniel Leonel sang pengusaha kaya raya, tak lebih tak kurang mirip seperti gudang. Bukan mirip, tetapi memang itu adalah gudang. Sierra tidak di berikan kamar yang layak, ia tidur di kamar penyimpanan furniture tak terpakai.
'Lihatlah.. kamu adalah anak kandung di rumah ini, dan kamu lah yang seharusnya memiliki semua fasilitas mewah itu. Sierra.. Kamu benar benar bodoh, kamu terlalu polos untuk di bohongi oleh ibu tirimu. ' Batin nya bermonolog.
Sierra merebahkan dirinya di sofa yang selama ini menjadi tempat tidurnya. Sofa bekas yang tidak lagi terpakai itu, sudah menjadi tempat tidurnya selama 13 tahun. Sebenarnya banyak sofa lain di gudang itu yang bisa ia gunakan sebagai tempat tidur. Tetapi sofa itu adalah sofa kesayangan ibunya saat ibunya masih hidup dulu. Tidur di sofa itu, membuatnya merasa tidur di pelukan sang ibu.
"Tidurlah Sierra, besok adalah hari penuh drama." Ucapnya pada dirinya sendiri.
Ia mengingat di kehidupan sebelumnya, ia yang terluka masih harus melayani adik tirinya itu. Bahkan hingga jahitan luka di kepalanya kembali mengeluarkan darah. Betapa bodohnya dia saat itu, kini ia hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Akhirnya Sierra pun tertidur..
Ke esokan harinya, sesuai apa yang Sierra prediksi. Adik tirinya itu pulang dari rumah sakit, dan Daniel sang ayah kembali menggendongnya bagai menggendong putri kecilnya yang sangat berharga. Sierra merasakan sakit di hatinya, padahal dia sudah bertekad untuk tidak lagi mengharapkan perhatian Daniel. Tetapi hati kecilnya tetap terluka dan sedih.
Bagaimanapun, dia yang adalah putri kandung nya saja tidak pernah di perlakukan seperti itu sejak kecil. Sierra, tidak pernah merasakan bagaimana rasanya di gendong atau di peluk sang ayah. Semenjak ibunya meninggal, ia sudah kehilangan sosok sang ayah.
Daniel menurunkan Carine perlahan di meja makan, dimana ada Sierra dan Hailey juga Julia sang ibu tiri duduk disana.
"Kak Sierra, apa yang terjadi padamu, kenapa kakak di perban?" Tanya Carine seolah perduli.
Padahal niat Carine adalah untuk menunjukan kepada Sierra bahwa ayah nya, jauh lebih mementingkan dirinya dari pada Sierra yang adalah putri kandung Daniel.
Daniel melihat sekilas kearah Sierra, lalu kemudian melanjutkan kembali aktifitasnya menyiapkan sarapan untuk Carine. Daniel sama sekali tidak peduli dengan kondisi Sierra, padahal jika di lihat baik baik, justru Carine lah yang terlihat baik baik saja dibandingkan dengan Sierra.
"Makan sayang, dokter bilang kamu harus makan dengan teratur, atau nanti kamu akan sakit lagi." Ucap Daniel kepada Carine.
Julia dan Hailey tersenyum smirk, mereka menertawakan Sierra dalam hati mereka.
Sierra sempat tenggelam dalam lukanya, hatinya kembali tersayat sayat. Jika itu adalah Sierra yang dulu, mungkin akan tetap menunjukan senyum bodohnya, dan berkata semuanya baik baik saja. Tetapi tidak dengan Sierra yang sekarang.
Sierra menghembuskan kasar nafasnya, kemudian ia menaruh dengan kasar sendok dan garpu yang ada ditangan nya.
"Ayah, aku ingin bicara denganmu." Ucap Sierra, dan mengalihkan perhatian Julia, Hailey dan Carine.
Itu, adalah pertama kalinya Sierra berbicara secara langsung kepada sang ayah. Selama ini ia selalu berbicara lewat Julia sebagai perantara, karena setiap Sierra ingin berbicara dengan sang ayah, Julia selalu mengatakan agar Sierra menyampaikan nya kepada Julia terlebih dahulu, baru Julia akan sampaikan kepada Daniel.
Daniel melihat Sierra dengan tatapan dingin nya, kemudian berkata.
"Bicaralah, kau tidak lihat adikmu sedang sakit?" Ucap Daniel dingin.
"Lalu aku?? Apakah ayah tidak melihat aku juga sakit? Bahkan jika mata ayah bisa melihat dengan baik, antara aku dan Carine, aku yang seharusnya lebih di perhatikan." Ucap Sierra.
Semua orang terkejut mendengar keberanian Sierra yang tiba - tiba banyak berbicara dengan Daniel, apa lagi Sierra secara terang terangan membandingkan kondisinya dengan Carine.
Daniel menatap tajam Sierra, gerakan tangan nya yang sedang menyuapi Carine terhenti.
"Jika ada yang mau kau bicarakan, maka bicarakan disini. Aku tidak punya bayak waktu." Ucap Daniel.
"Lalu ayah punya banyak waktu untuk menyuapi anak tiri ayah?" Ucap Sierra.
BRAAK!!!
Daniel menggebrak meja, sampai semua orang terjingkat kaget.
"SIERRA!!" Teriak Daniel. Julia, Hailey dan Carine sampai terlonjak kaget karena hal itu.
"Jaga ucapanmu! Dia itu adikmu, tidak ada anak tiri dirumah ini." Ucap Daniel.
"Ada .. Aku. Aku adalah anak tiri dari istri barumu, ayah." Ucap Seirra berani.
"SIERRA!!" Bentak Daniel lagi.
"Kenapa? Nyatanya memang benar. Aku bahkan di anak tirikan oleh ayah kandungku sendiri." Ucap Sierra berdiri dari duduknya.
Daniel terlihat begitu emosi, ia ingin membentak Sierra lagi, tetapi apa yang di ucapkan Sierra memang benar, dirinya pun merasa demikian.
"Sudahlah, jika memang ayah berkata tidak ada anak tiri dirumah ini. Maka aku ingin meminta hakku, hak ku sebagai anak kandungmu." Ucap Sierra.
"Hak apa yang kau bicarakan?" Tanya Daniel tidak mengerti.
"Aku Sierra Leona, putri kandungmu. Putrimu yang sah, di rumah ini. Tetapi aku tidak memiliki sebuah kamar yang layak untuk aku tempati sebagai tempat tidur. Aku bahkan sangat miskin, tidak punya uang sepeserpun, bahkan untuk biaya rumah sakitku, aku harus membayarnya dengan hasil kerja sambilanku." Ucap Sierra.
Daniel terkejut mendengar apa yang di katakan Sierra. Ia pun menatap Julia seakan meminta penjelasan.
"Oh, Sierra.. kamu kan tahu bahwa kamarmu sedang di renovasi. Jika sudah selesai maka akan segera kamu tinggali. " Ucap Julia ber alibi.
"Oh.. Iya- kah?? Di renovasi sampai 13 tahun lamanya, dan belum juga selesai?" Tanya Sierra.
Julia gelagapan, ia tidak mengira akan ada hari Sierra menjadi seberani itu mengadu kepada Daniel.
"Sayang.. apa maksudmu, kamarmu kan sudah di pindah menjadi di lantai dua di sebelah kamar kakakmu." Ucap Julia.
"Kenapa aku tidak pernah tahu? Lalu bagaimana dengan kamarku?" Ucap Sierra.
"Ekhem! kakak, maaf aku meminta kamarmu pada ayah." Ucap Carine.
Sierra menatap sang ayah, sungguh.. Kekecewaan nya kembali meluap di hatinya. Rupanya Daniel lah yang telah memberikan kamarnya kepada Carine.
"Kenapa??" Tanya Sierra dengan tatapan mata kearah Daniel.
"Itu hanya sebuah kamar, kenapa kau harus ribut. Ibumu sudah katakan kamarmu di pindah ke lantai dua, kau bisa tidur disana." Ucap Daniel enteng.
" Sebuah kamar?? Hahahahaha... Sebuah kamar. Oke.. Lalu kenapa ibu tidak mengatakan nya kepadaku tiga belas tahun lalu bahwa kamarku di pindah ke lantai dua?? Tiga belas tahun itu bukan waktu singkat, tiga belas tahun bukan minggu lalu, ataupun sejam yang lalu. Tiga belas tahun lalu itu adalah saat usiaku masih tujuh tahun, ayah." Ucap Sierra dengan wajah tidak bisa di tebak.
Sierra terlalu kecewa, sakit hati, sedih, marah, dan merasa lucu dengan keluarga nya itu. Di tambah sang ayah yang seakan buta dengan keadaan dirinya.
"Sudahlah.. Aku tidak mau memperpanjang masalah. Sekarang.. mulai hari ini, aku ingin jatah uangku aku sendiri yang pegang. Ibu, kembalikan kartu ku yang aku berikan kepadamu 10 tahun yang lalu. Aku sudah dewasa, dan bisa mengatur uangku sendiri." Ucap Sierra menengadahkan tangan nya kearah Julia.
"Ini..." Ucap Julia gelagapan.
"Kenapa kamu yang memegang kartunya? Berikan kepadanya." Ucap Daniel kepada Julia.
"B- Baik sayang." Ucap Julia.
'Anak sialan ini, uangku harus hilang sebagian.' Batin Julia bermonolog.
Dengan berat hati Julia membuka dompet nya lalu mengeluarkan sebuah kartu debit berwarna gold, dengan nama Sierra di depan nya.
"Terimakasih ibu. Aku sudah selesai makan." Ucap Sierra lalu pergi meninggalkan meja makan menuju ke kamar gudang nya.
Ekor mata Daniel mengikuti ke mana Sierra pergi hingga menghilang di balik tembok. Selama ini Daniel tidak pernah peduli dengan apapun yang Sierra lakukan, dimatanya Sierra tidak penting. Ia menganggap Sierra adalah pembunuh istrinya.
Sementara Sierra sendiri, kini ia berdiri di balik pintu kamar gudang nya. Ia memejamkan matanya lalu tiba - tiba air matanya mengalir. Rasa sesak di hatinya semakin memenuhinya hingga ia kesulitan mengambil nafas.
"Sierra, kau harus kuat. Kau harus membalas apa yang mereka lakukan kepadamu." Ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Sierra mengingat dulu saat ia berusia 19 tahun di kehidupan sebelumnya, ia diam - diam mempelajari cara menjinakan binatang buas hingga usia 25 tahun, tetapi ia tidak pernah menonjolkan nya, bahkan ia tidak berani menunjukan kelebihan nya itu kepada orang lain. Ia takut jika sampai sang ayah mengetahuinya.
"Kamu bodoh sekali Sierra, punya bakat bagus tetapi malah memilih menjadi orang dungu." Ucap nya pada dirinya sendiri.
Sierra mengunci pintu kamarnya, lalu ia membuka sebuah lemari yang berada di balik lemari lain. Ia menyimpan laptop nya disana, laptop yang ia beli sendiri dengan uang hasil kerja kerasnya.
"Tidak sia sia aku terlahir cerdas. Ayo Sierra kau pasti bisa." Ucap Sierra menyemangati dirinya lagi.
Ia memasuki sebuah sistem aplikasi, pada kehidupan sebelumnya karena ia terlalu bosan, ia iseng meng Hack sebuah data yang rupanya adalah data perusahaan ternama. Ia pun mengingat ingat kembali langkah - langkahnya. Jika di kehidupan lalu ia hanya iseng hingga membuat heboh, kali ini ia ingin semakin membuat heboh. Ia akan menjadi pembunuh sekaligus penyelamat perusahaan yang akan ia hack.
Jarinya menari dengan lincah diatas laptopnya, ia membuka sebuah sistem keamanan dan menaruh virus disana. Tiba tiba ada sebuah pesan email masuk.
TING.!
"Apa maumu?" Begitu isi pesannya.
"Oh.. Dia bisa langsung tahu data nya aku hack. Dia pasti seorang jenius." Ucap Sierra dengan senyumnya.
"Uang." Balas Sierra.
TIING!
" Anda meng hack hanya karena mau uang? Segera cabut virus yang kau berikan, maka aku akan memberikan uang untukmu tuan." pesan dari pihak sana.
Sierra terkejut, mudah sekali mendapatkan uang, Ia tidak harus lelah bekerja sambilan yang menguras tenaga.
"Orang kaya yah? Oke.." Gumam Seirra lagi.
"50 juta, virus hilang.." balas Sierra.
TING!
"Baik, kemana aku harus mentransfer uang nya ?" Tanya pihak sana, Sierra langsung tersedak ludahnya sendiri.
"Sialan, dia menganggap enteng lima puluh juta? Tahu begitu aku minta seratus juta saja." Ucap Sierra terkejut dengan balasan pesan orang itu.
Sierra mengirimkan sebuah nomor rekening, nomor itu terdaftar bukan atas nama dirinya, tetapi nama samaran nya, jadi ia bisa tenang karena ia tidak akan tertangkap.
TING!
"Woahh... lima puluh juta ku masuk??" Ucap Sierra terkejut saat melihat ponselnya.
"Oke... Biar aku cabut virusnya." Gumam Sierra.
Sierra menghapus virus yang ia sebarkan ke perusahaan yang ia hack sebelumnya. Lalu tiba tiba sebuah pesan kembali masuk.
TING!
"Terimakasih, jika tuan tertarik apakah tuan mau bekerjasama dengan saya? Katakan berapapun gaji yang tuan minta, kami akan coba penuhi." Begitu isi pesan nya.
"Cih.. Tahu aku hebat dia mau langsung merekrutku." Gumam Sierra.
"Tapi kalau di pikir - pikir, memang lebih baik aku bekerja tetap, tidak lelah harus lari sana sini. Bagaimana ini.. Apakah aku akan menerimanya." Ucapnya pada diri sendiri.
TING!
Tiba tiba sebuah notifikasi masuk, dan Sierra terkejut dengan isinya. Itu adalah transferan yang masuk ke rekening nya, dan jumlahnya sangat fantastis.
" Gila... Berapa nol di belakangnya ini? Satu, dua, tiga, Haaa!! delapan nol, 800 juta!?? " Ucap Sierra benar - benar terkejut.
TING!
"Jika kurang, anda bisa mengatakan nya lagi tuan." Isi pesan dari sana.
"Sudahlah, bekerja begini juga lebih baik, toh aku tidak harus keluar ke perusahaan. Baiklah, aku akan menyetujuinya." Ucap Sierra
"Aku terima, kita menjadi rekan." Isi pesan Sierra.
TING!
"Senang bekerja sama denganmu, tuan. Aku harus memanggil tuan siapa?"
"Leo." Ketik Sierra.
Leo adalah penggalan dari nama belakang nya, Sierra Leona. Tidak akan ada yang tahu bahwa Hacker yang mereka hadapi ini ternyata seorang gadis berusia 20 tahun.
TING!
"Senang bekerja sama dengan anda tuan Leo, saya Lucifer." Balasan dari sana.
"Lucifer.. Jelas sebuah nama samaran." Gumam Sierra.
Sierra menutup laptopnya, kini ia sudah memiliki banyak uang, Sierra berencana untuk keluar dari rumah itu dan hidup sendiri. Tetapi dia tetap akan membalas semua sakit hatinya. Balas dendam akan lebih menyenangkan jika dirinya sudah memiliki kekuatan. Akan sulit mengumpulkan rencana jika ia tetap tinggal seatap dengan ibu tirinya.
"Tunggu saja, aku akan membalas kalian satu persatu.." Gumam Sierra.
...TO BE CONTINUED.....
Sierra keluar dari kamarnya, ia membawa serta laptopnya. Sierra memang selalu tampil sederhana dan apa adanya, Semua itu tentu saja karena ia tak ada uang untuk membeli apapun yang ia suka. Ia harus berhemat ketat. Seperti saat ini, dirinya menggunakan celana jeans dan kaos serta kemeja sebagai luaran nya. Rambutnya ia kuncir kuda, dan ransel usang yang selalu berada di punggungnya.
"Kak Sierra, kakak mau pergi kemana?" Tanya Carine.
Langkah Sierra terhenti dan berbalik. Ia melihat tiga wanita yang selalu menyiksanya secara halus itu duduk dengan nyaman diruang keluarga.
"Apa aku harus mengucapkan kemanapun aku pergi padamu??" Ucap Sierra.
"Kakak, aku hanya bertanya.. Kenapa kakak marah. Kakak, aku ingin makan sop buah yang sekalu kakak buatkan untukku, kakak tolong buatkan untukku yah?" Ucap Carine halus tetapi lebih seperti menyuruh dengan paksa.
Begitulah mereka bertiga, menjaga image nya dengan bagus hingga tak satupun orang menyadari bahwa mereka sangat jahat kepada Sierra.
"Aku bukan pelayanmu, lagi pula kau bisa bangun dan membuatnya sendiri kan." Ucap Sierra, dingin.
"Sierra, adikmu hanya meminta tolong padamu kenapa harus begitu kasar?" Ucap Julia.
"Minta tolong? Mana ada minta tolong dengan nada menyuruh. Cih.." Ucap Sierra lalu langsung berjalan pergi meninggalkan 3 wanita ular itu.
"Ibu, ada apa dengan anak itu, sejak semalam dia begitu berubah drastis. Apakah dia sudah menyadari niatan kita?" Ucap Hailey.
"Aku juga merasa dia berubah kak, biasanya asal aku berkata manis maka dia pasti akan menuruti dan mendengarkan aku. Dia itu pelayanku, kenapa sekarang dia begitu berani.." Ucap Carine kesal.
"Jaga ucapan kalian, hati - hati dalam berucap." Ucap Julia mengingatkan kedua putrinya.
'Memang ada yang aneh dengan nya, tapi apa gunanya dia melawan, toh ayahnya sudah benar - benar dibawah kontrol ku.' Batin Julia.
Sementara itu, Sierra kini pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di daerah Jakarta. Tujuan nya adalah membeli beberapa pakaian baru karena pakaian nya yang lama sudah jauh dari kata layak pakai.
Sierra memasuki sebuah toko elektronik yang menjual laptop, ia mengambil sebuah laptop keluaran terbaru dari brand terkenal, saat Sierra hendak menyentuhnya penjual di toko itu menahan tangan Sierra.
"Maaf, jangan pegang kalau tidak mau beli, jika ini rusak belum tentu kamu bisa membayarnya." Ucap karyawan itu.
Sierra melirik kearah wanita itu kemudian bertanya.
"Memangnya berapa harga laptop ini??" Ucap Sierra.
"Yang jelas lebih mahal dari pada harga dirimu." Ucap karyawan itu lalu tertawa.
PLAK!!
Suara tamparan menggema.
"Beraninya kau menamparku, dasar gelandangan miskin!!" Teriak pelayan itu sembari berteriak.
"Jangan pernah merendahkan harga diri orang lain nona, jika harga dirimu rendah, orang lain belum tentu sama." Ucap Sierra.
"Kau!!" Karyawan itu menunjuk wajah Sierra dengan tatapan tajam.
"Aku beli ini, dengan kartu." Ucap Sierra kepada kasir.
Kasir yang melihat kartu itu pun terkejut, karena kartu itu memiliki seperti logo tersendiri di sudutnya, dan logo itu hanya dimiliki keluarga Leon.
"Ba- baik nona.." Ucap kasir itu.
Rekannya yang sebelumnya menghina Sierra pun terkejut dengan teman nya yang tiba tiba takut dengan Sierra.
"I- ini nona, barangnya." Ucap sang kasir. Sierra pun langsung pergi dari sana.
"Hei, kenapa kau takut dengan nya?" Tanya wanita yang menghina Sierra.
"Kamu akan segera tamat, dia adalah nona keluarga Leon yang terkenal." Ucap sang kasir.
"Ap- Apa?? Leon??? " Ucap wanita itu pucat.
Sementara itu, Sierra menuju ke atap gedung dan duduk disana. Ia membuka laptop barunya kemudian memindahkan semua data datanya ke laptop baru. Sierra pun memulai aksinya kembali, yaitu meng Hack data penting sebuah perusahaan.
"Panas sekali disini, aihhh... Lebih baik aku segera mencari tempat tinggal baru sambil menunggu pesan masuk." Ucapnya.
Sierra pun keluar dari gedung itu. Ia melihat ponselnya guna mencari iklan hunian yang tidak begitu mahal.
"Wah.. Ini ada, minimalis lebih cocok untukku tinggali sendiri sebagai markas." Ucap Sierra.
Saat Sierra hendak menyeberang jalan, tiba - tiba dari kejauhan terlihat seekor singa yang membabi buta dan menyerang siapa saja yang ada. Banyak warga yang mengejar untuk menangkap singa itu, tetapi justru singa itu tampak lebih ganas.
"Ada apa itu??" Tanya Sierra kepada orang yang kebetulan lari dari kejaran singa.
"Itu singa milik keluarga Edward lepas dari kandang." Ucap orang itu.
"Lepas dari kandang?? Membahayakan sekali." Ucap Sierra.
Singa itu berlari kearah Sierra, ia menatap Sierra seolah meminta tolong pada Sierra. Tetapi orang lain mengira bahwa singa itu akan menerkam Sierra. Sierra maju mendekati singa itu, pandangan nya tidak sedikitpun putus dari mata singa ganas itu.
"GHRARR.. ROARR." Singa itu bersuara.
Sierra tetap melangkah maju dengan senyuman, seolah singa itu mengerti isi hatinya. Sierra pun berhasil menyentuh wajah singa itu, dan yang terjadi adalah, singa itu merasa nyaman. Perlahan Sierra pun memeluk singa itu.
"Kamu takut yah?? mereka tidak jahat, hanya mereka takut kepadamu." Ucap Sierra sembari mengelus - elus bulu singa jantan itu.
"Nona, apa yang anda lakukan. Singa itu baru datang dadi luar negeri, dan belum dijinakkan." Ucap seorang pria yang sepertinya pawang binatang.
"Tetapi dia jinak.. iya kan??" Tanya Sierra kepada si singa. Dan anehnya Singa itu justru menggosok gosokkan kepalanya di leher Sierra seolah setuju.
"Bagaimana mungkin, sepanjang jalan dia begitu buas. Aku bahkan sudah digigit binatang buas ini." Ucap pawang itu.
"GRRAORR!!! " Auman singa itu seolah protes dengan sang pawang.
"Jika kamu memperlakukan dia seperti binatang, maka dia juga bisa benar - benar menjadi binatang. Dia bersikap sebagaimana kamu bersikap kepadanya. Lagi pula, dia sangat lucu.." Ucap Sierra dan mengacak bulu singa itu.
Semua orang disana bergidik ngeri melihat interaksi Sierra dengan singa itu. Bagaimanapun singa jantan itu benar benar besar dan tinggi di bandingkan dengan seorang gadis yang menjinakan nya, Sierra hanya memiliki tinggi sekitar 160 cm.
"Nona, bisakah kau membantuku memasukan dia kekandang??" Ucap sang pawang.
Sierra melihat kearah singa, dan terlihat singa itu seolah sedih.
"Kau tidak mau??" Tanya Sierra.
"Dia tidak mau masuk kandang." Ucap Sierra pada sang pawang.
"Tetapi saya harus mengantarkan nya ke kediaman Edward, singa ini milik tuan muda keluarga Edward." Ucap sang pawang.
"Kalau begitu biar aku bantu paman antarkan dia ke kediaman Edward, paman tunjukan saja jalan nya." Ucap Sierra. Tiba tiba singa itu seperti senang dan langsung mejilat pipi Sierra.
"Heyy... Wajah ku basah, dasar kucing." Ucap Sierra.
Tiba tiba pawang itu memberi Sierra rantai besar, dan siap membantu Sierra untuk merantai singa itu.
"Untuk apa rantai ini??" Tanya Sierra.
"Demi keamanan, singa ini harus dirantai. Saya sudah jelaskan bahwa singa ini belum jinak, dia menyakiti beberapa orang lewat barusan." Ucap pawang itu.
"GGRROOAAR!! Groar."
"Tidak apa apa, aku yang akan menjaganya." Ucap Sierra.
"Kau bukan pawang, kau hanya kebetulan beruntung saja disukai olehnya. Dia benar benar buas nak." Ucap pawang itu.
"Percaya padaku paman." Ucap Sierra, percaya diri. Pawang singa itu pun berpikir sejenak, lalu kemudian mengangguk.
"Baiklah, siapa namamu nak??" Tanya sang pawang.
"Sierra." Ucap Sierra.
"Hey kau, menunduk." Ucap Sierra.
Singa itu benar - benar menunduk, Sierra pun naik diatas singa jantan besar itu.
"Aku rasa aku tidak berat, seharusnya kau tidak akan lelah berjalan sambil menggendongku kan?" Tanya Sierra pada si singa.
Singa itu langsung bangkit, dan berjalan perlahan , seolah tau apa yang dimaksud Sierra, Sierra paun terkekeh dan mengusap bulu singa itu.
"Tunjukan jalan nya." Ucap Sierra kepada pawang tadi.
Dan akhirnya mereka pun berkonvoi mengiringi Sierra yang menunggangi seekor singa jantan. Hingga ada yang mengunggahnya di internet dan juga menyiarkan nya secara langsung di tv. Sierra si gadis penakluk singa buas, begitu caption yang tertulis.
Di perusahaan, Daniel yang tidak sengaja melihat siaran tv itu pun terkejut melihat Sierra dengan berani menaiki singa jantan, tetapi kemudian wajahnya kembali tak berekspresi Karena baginya Sierra mati atau hidup ia tidak peduli.
"Kita sudah sampai.." Ucap sang pawang.
"Hey kucing besar, kau sudah sampai dirumah barumu." Ucap Sierra kepada singa.
"Graor.. Raoor.."
"Semoga kau betah disini yah, jangan nakal dan menyakiti orang lagi, tugasku mengantarmu selesai." Ucap Sierra.
Sierra lompat dari punggung singa, dan mengelus kepala singa itu dengan sayang.
"Singkat, tapi berkesan.. semoga kau baik baik saja disini." Ucap Sierra.
Tiba - tiba singa itu di bius, dan hilang kesadaran. Perlahan Singa itu dinaikkan kedalam sebuah mobil box, yang akan membawa masuk singa itu kedalam kediaman Edward, Sierra menatap sedih singa yang sudah hilang kesadaran itu.
"Nak, terimakasih atas bantuanmu. Kamu rupanya penjinak binatang juga?" Ucap sang pawang.
"Bukan paman, aku hanya orang lewat biasa. Kalau begitu aku pamit pergi dulu." Ucap Sierra, dan sang pawang mengangguk.
Akhirnya Sierra pun pergi dari sana, Tak lama Sierra pergi.. Deretan mobil sport dari logo ternama muncul satu persatu.
"Dimana singaku, dan gadis yang membawanya ?" Ucap seorang pria.
"Tuan muda melihatnya.?? Maaf tuan muda gadis itu sudah pergi kearah sana." Ucap pawang itu.
Si pria menatap kearah yang di tunjuk oleh pawang..
'Gadis yang menarik, Kita akan bertemu lagi.' Ucap pria itu dalam hati.
...TO BE CONTINUED......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!