NovelToon NovelToon

Si Culun, Istri CEO Kejam

bab 1

"Tolong lah' nak, antar kami kembali ke kota." Seorang wanita setengah baya dengan tampilan sederhana itu, berusaha membujuk wanita muda di depannya.

suasana saat ruangan relawan kini tampak sunyi di saat menjelang sore hari. membuat kedua pasangan suami-istri itu mengambil kesempatan untuk membujuk, wanita di hadapan mereka.

Wanita dengan penampilan culun dengan wajah yang jauh dari katagori sempurna.

"Kami sudah tua, tidak dapat mengingat benar arah jalan menuju ke kota," sela seorang pria yang menampilkan wajah sedih.

"Suamiku benar, nak. Kami sudah tua," timpal sang wanita di sebelahnya.

Kedua pasangan suami-istri itu, berusaha membujuk seorang wanita muda di depannya. Mereka berkeinginan kembali ke kota dengan bantuan wanita di hadapan keduanya.

Wanita itu, membenarkan letak kacamata besar bening yang bertengger di hidung mancungnya, dengan dahi mengkerut kebingungan.

Ia juga terdengar menarik nafas panjang hingga terdengar nyaring melalui hidung mangir itu.

Tatapan mata biru kehijauan-hijauan wanita itu, menatap lekat kedua pasangan di depannya.

Sekali lagi wanita yang wajahnya dipenuhi bintik-bintik merah itu menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan.

"Baiklah!" Serunya dengan wajah pasrah.

Terkenal memiliki pribadi lembut dan baik hati, wanita muda tidak tega melihat wajah sendu kedua pasangan suami-istri yang sudah ia rawat beberapa bulan terakhir di salah satu panti sosial.

Wajah pasangan suami-istri itu terlihat berseri, mereka juga bersorak gembira dalam hati.

Ternyata wanita di depan mereka begitu baik hati, ternyata penilaian mereka tidak salah dan rencana mereka harus segera dilakukan.

"Terimakasih, nak. Kau begitu baik hati," puji wanita setengah baya itu.

"Benar, anda begitu rendah hati dan memiliki kelembutan," sela sang suami.

Wanita muda hanya menampilkan senyum ramahnya, meskipun wajahnya tertutupi oleh penampilan culun dan bintik-bintik merah, masih terpancar kecantikan alami. pancaran kebaikan juga kecantikan hatinya terlihat begitu bersinar.

Membuat pasangan suami-istri itu tertarik untuk membuat, rencana perjodohan dengan putra semata wayang mereka.

"Kapan kita akan berangkat?" Tanya wanita muda.

Pasangan suami-istri itu saling melemparkan pandangan kebingungan, belum ada persiapan untuk segera kembali. Tidak mungkin mereka menuduh lagi rencana keduanya. Bisa-bisa wanita muda, akan berubah pikiran.

"Bes …."

"Nanti malam!" Seru wanita setengah baya yang menyela ucapan suaminya.

"Bagaimana sayang?" Tanyanya untuk meminta dukungan.

"I-iya, nanti malam," sahut sang suami yang mencoba menahan rasa sakit pada telapak kakinya yang sengaja diinjak sang istri.

Wanita muda pun berpikir sejenak, takut seseorang sudah membuat janji dengannya untuk mendapatkan perawatan.

"Baiklah, kita berangkat nanti malam." Wanita muda itu pun setuju dengan rencana pasangan tersebut.

Yang disambut dengan wajah ceria oleh pasangan suami-istri itu. Keduanya pun kembali dengan hati yang lega.

Akhirnya rencana mereka untuk menjadi lebih wanita muda menantu akan terkabul sebentar lagi.

Selama tiga bulan berada di lingkungan panti sosial bersama dengan wanita muda, membuat keduanya begitu tertarik dengan kepribadian wanita muda itu yang bekerja sebagai seorang perawat di panti sosial tersebut.

Selama itu juga, sang wanita muda lah' yang pertama kali menemukan mereka dan membawanya ke panti sosial. Wanita itu juga yang senantiasa merawat mereka sewaktu mengalami kesakitan.

Dari situ lah' mereka berencana menjodohkan wanita muda tersebut dengan putra mereka.

……

Wanita yang berpenampilan culun itu, menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

Wanita itu juga membuka kacamata bulatnya, yang seharian menghiasi wajah palsu hasil buatan tangannya.

Sekarang ia berada di kamar mandi, yang terletak di dalam kamar pribadinya. Bersiap untuk, melakukan perjalanan bus desa kembali ke kota dengan menempuh perjalanan yang cukup lama.

Wanita itu meraih tissue basah khusus wajah. Ia lalu menempelkan tissue basah itu di seluruh permukaan wajahnya dan dengan sekali usapan. Wajah yang tadinya terlihat buruk dan penuh bintik-bintik merah kini berubah, bersih dan bercahaya.

Tampaklah, wajah asli wanita itu di balik wajah buruknya sehari-hari. Ia juga melepaskan kawat gigi yang menempel di deretan gigi atasnya.

Wajah culun itu kini berubah rupawan hanya dalam satu usapan tisu basah saja. Wanita itu tersenyum melihat pantulan wajah aslinya di dalam cermin.

"Bagaimana kalau mereka mengetahui wajahku yang sebenarnya?" Gumamnya pelan.

Wanita itu, membuka kepangan rambut palsu yang seharian ia kenakan dan tampaklah' rambut aslinya yang berwarna coklat terurai indah.

"Bukankah, aku juga memiliki urusan di kota?" Monolognya, sambil menyalakan air shower.

Sebelum berangkat, wanita itu ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, agar lebih fresh saat di perjalanan.

Wanita itu pun menikmati mandinya sambil bersenandung kecil dan memainkan busa shampo yang berada di atas kepalanya.

Lily Light Kato, wanita berusia 26 tahun yang terlahir dari keluarga terpandang dan terkenal di kalangan pebisnis. Lily yang lebih memilih hidup sederhana dan mandiri di salah satu negara Eropa dan jauh dari jangkauan kedua orang tuanya juga saudara kembarnya yang lain.

Ia lebih memilih menjadi tenaga relawan di salah satu panti sosial di sebuah desa terpencil dan ia bisa hidup dengan damai di sana, tanpa risau dengan ancaman musuh-musuh kedua orang tuanya.

Lily juga menyembunyikan status dan wajah aslinya. Wajah cantiknya ia sembunyikan dengan berpenampilan culun dan membuat wajahnya terlihat seperti wanita buruk rupa.

Lily lebih leluasa dengan penampilan palsunya, ia lebih bebas untuk beraktifitas di luar jangkauan para orang suruhan kedua orang tuanya dan juga intaian dari musuh.

Lily begitu menikmati kehidupan sederhananya itu, ia merawat para lansia di panti sosial itu juga mengajarkan para anak-anak terlantar.

Lily terkenal sebagai wanita berhati malaikat, di kalangan panti sosial. ia tidak segan-segan menggunakan uang pribadi untuk memenuhi kebutuhan panti saat bantuan dari kota belum datang.

Ia juga secara sembunyi-sembunyi menjadi donatur rahasia dengan sumbangan paling banyak setiap bulannya.

Lily juga giat mengajarkan para wanita-wanita di desa itu, tentang keterampilan dalam memanfaatkan hasil perkebunan buah atau hasil pertanian sayuran para warga untuk bisa menghasilkan pendapatan bagi keluarga kecil di desa itu.

Bagi warga desa, Lily bagaikan penyelamat mereka. Dengan bantuan Lily, mereka sedikit demi sedikit bisa bertransaksi keluar desa.

Gadis-gadis di sana juga belajar merangkai bahan kerajinan tangan untuk bisa dijual di kota.

Sebab itu lah' mereka begitu menghormati dan menghargai Lily, meskipun penampilan Lily terlihat buruk, namun di mata mereka Lily adalah seorang malaikat.

Meskipun begitu banyak yang menyukai kepribadian seorang Lily, namun ada saja orang-orang yang tidak menyukainya.

Yang selalu ingin mencelakai Lily dan mencoba menjatuhkan harga diri wanita itu di depan warga desa.

Dengan kecerdasan dan kepekaan yang di miliki Lily, membuat rencana jahat orang-orang yang tidak menyukainya gagal.

Meskipun dalam diam, Lily selalu memantau setiap gerak-gerik seseorang yang ingin mencelakainya.

Lily masih memiliki karakter sang mommy. Tangguh dan cerdas, meskipun ia tidak menampilkannya secara terang-terangan.

Ia akan membalas perbuatan orang-orang yang menantangnya dalam kesunyian atau dalam wujud lain.

Darah bengis sang mommy, masih melekat di tubuh wanita culun itu.

Salah satunya, dalam satu peristiwa, Lily sudah dalam batas kesabaran saat seorang pria ingin melecehkannya di dalam gelapnya hutan.

Lily membantai pria itu dengan tatapan gelapnya yang ditutupi amarah kengerian. Lily bahkan membakar tubuh pria keji itu dengan pandangan sangar.

Tiada yang mengetahui sisi gelap dan menyeramkan dari seorang wanita culun itu. Yang tampak, ramah, baik hati, polos, lugu dan pendiam itu.

"Kita berangkat sekarang." Lily yang baru muncul dari kamarnya, segera mengajak pasangan suami-istri itu.

"Saya takut, kita akan ketinggalan bus untuk ke kota," lanjutnya yang berubah kembali dalam mode culun.

Pasangan suami-istri itu pun mengiyakan dan mengikuti langkah Lily menuju mobil yang akan mengantar mereka ke stasiun bus kota.

Tampak terlihat wajah bahagia pasangan suami-istri itu, karena rencana keduanya akan segera terkabul.

bab 2

Senyum bahagia terus terlihat di wajah kedua pasangan suami-istri itu. Karena sebentar lagi rencana keduanya akan terwujud. Tinggal melakukan rencana selanjutnya.

Keduanya kini sudah berada di dalam bus bersama Lily yang duduk di kursi paling belakang. Sebuah bus yang akan mengantar mereka ke kota.

Butuh 5 jam perjalanan agar bisa sampai ke kota dengan melalui jalanan beraspal yang berkelok-kelok.

Lily sendiri kini terdiam memandangi pemandangan di sekitar jalan yang dilalui. Sepanjang perjalanan selama 2 jam.

Pemandangan di laluinya begitu indah pada waktu menjelang senja. Lily bisa melihat matahari menguning yang sedikit demi sedikit akan segera menghilang.

Sementara penumpang lain menikmati perjalanan dengan tertidur. Begitu juga pasangan suami-istri yang duduk di depan Lily.

Perjalanan menyenangkan dan tenang itu harus terganggu oleh sesuatu benda yang membuat salah satu ban depan bus meledak. Membuat para penumpang terkejut dan segera terbangun.

Sang sopir berusaha mengendalikan bus tersebut agar tidak membahayakan para penumpang. Hingga bus lumayan besar dan nyaman itu berhenti di tempat begitu sunyi.

Sang supir pun turun untuk memeriksa kondisi ban dan disusul satu rekannya.

Lily menengok kedua pria itu melalui jendela. Namun tiba-tiba instingnya menangkap sesuatu ancaman. Mata tajam Lily merotasi keadaan sekitar bus dibalik kacamata bundar besarnya.

Ia menyipitkan matanya saat melihat pergerakan di balik dedaunan lebat di sekitar pemberhentian bus. Juga sebuah suara aneh yang Lily tangkap adalah sebuah kode khusus.

Lily pun bermaksud untuk menyuruh sang sopir dan rekannya agar masuk kembali ke dalam bus. Namun tiba-tiba, sekelompok pria dengan tampilan mengerikan mendekati bus yang mereka tumpangi.

Lily kembali duduk dengan wajah panik. Begitu juga penumpang yang lain dan termaksud kedua pasangan suami-istri itu.

Sang supir pun dan rekannya kini terlihat ketakutan saat di arahkan sebuah senjata api di pelipis mereka masing-masing.

Rombongan pria yang merupakan penjahat yang selalu menghalangi pengendara itu semakin bertambah.

Salah satu dari mereka berdiri paling depan yang merupakan pimpinan rombongan perampok itu dan memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan para penumpang yang berjumlah sekitar 30 orang.

Tiga orang di antara mereka masuk ke dalam bus dan menyuruh para penumpang turun dengan kedua tangan berada di tengkuk mereka.

"Sayang!" Bisik wanita setengah baya yang bersama Lily kepada — suaminya.

"Ada apa?" Tanya sang suami sambil berbisik juga.

Lily hanya melirik kedua dan memikirkan cara untuk melumpuhkan semua penjahat di sekitarnya itu.

"Minta bantuan," bisik sang istri kembali.

"Bagaimana caranya?" Tanya sang suami kebingungan.

"Hubungi Frans!" Bentak sang istri tanpa sadar.

Membuat para penjahat itu mengarahkan tatapan ke arah mereka bertiga.

"Wah!" Seru salah satu penjahat saat melihat penampilan wanita yang bersama Lily.

"Ada mangsa yang tepat. Lihat, dia sepertinya berharga," sambungnya saat melihat penampilan wanita itu yang lebih tepat, ke arah cincin yang wanita itu kenakan.

Segera wanita setengah baya itu menyembunyikan jari manisnya dan bersembunyi di balik punggung sang suami.

"Cepat turun!" Bentak para penjahat. Menyuruh para penumpang turun dengan paksa. Bahkan mereka mendorong seorang wanita hamil dan wanita yang menggendong bayinya.

Lily menatap mereka begitu tajam dan kedua tangannya kini terkepal erat. Salah satu bertemu dengan tatapan tajam Lily.

"Apa yang kau lihat wanita jelek, cih!" Sentak pria itu kasar dan menarik tangan pasangan suami-istri itu ke arah pintu bus dan mendorong keduanya kasar.

"Hey!" Pekik Lily tanpa sadar.

Membuat ketiga pria dengan tampilan menakutkan itu terkejut dan berganti kekehan remeh.

"Lihatlah, wanita buruk rupa ini," berkata sambil menunjuk Lily dengan jijik.

"Cih! Dia begitu buruk dan menjijikkan," sela pria lain.

"Tapi sepertinya dia begitu nikmat," celetuk pria lain dengan tatapan kurang ajar kepada Lily.

Lily masih menatap ketiga dengan tajam dan kedua garis wajahnya sudah mengeras juga giginya saling bergesekan.

"Lihatlah, tatapannya begitu mengerikan!" Seru pria lain dan mereka bertiga pun kembali tertawa.

Tawa penuh ejekan itu terhenti saat mendengar perintah dari ketua mereka.

Lily pun ditarik paksa ke arah kumpulan para penumpang yang berjejer di sebuah lapangan di pinggiran hutan luas.

Wajah ketakutan para penumpang terlihat jelas. Bahkan ada yang sampai lemas dan jatuh pingsan. Lily segera menolong, namun dihalangi oleh salah satu penjahat.

"Jangan menyentuhnya!" Perintah pria yang wajahnya ditutupi kain hitam namun terdapat lubang di bagian kedua mata dan hidung.

"Dia butuh pertolongan. Pria itu mengalami serangan jantung," sahut Lily mencoba melawan dan tetap ingin mendekati pria tua itu.

"Berhenti!" Teriak pimpinan para perompak yang berbadan besar.

"Aku harus menolongnya," balas Lily tanpa rasa takut.

"Dasar wanita buruk rupa!" Teriak pimpinan para perampok itu.

"Ikat tangan dia!" Titahnya kepada salah satu anak buahnya.

Lily pun memundurkan tubuhnya dan berusaha mengelak saat kedua tangannya ingin diikat.

"Lepas!" Bentak Lily.

"Tuan, lepaskan dia," mohon wanita yang bersama Lily.

"Lepaskan, anak kami tuan," sela sang suami.

"Diam!" Bentak pemimpin perampok itu.

"Lepaskan mereka!" Teriak Lily saat kedua pasangan suami-istri itu di bawah ke salah satu tempat khusus.

"Hey! Lepaskan mereka brengsek!" Pekik Lily dengan makian.

"Bibi, paman!" Panggil Lily.

"Diamlah wanita jelek!" Gertak salah satu dari kelompok perampok itu sambil menampar wajah Lily.

"Cih! Menjijikkan," ucap pria itu setelah menampar wajah Lily dan membersihkan tangannya yang ia gunakan untuk menampar Lily, seakan menyentuh kotoran.

Perampok lainnya tertawa terbahak-bahak sambil mengolok-olok penampilan buruk rupa Lily dan penampilannya yang kampungan.

Sedangkan kelompok yang lain sedang memeriksa barang-barang para penumpang. Mencari harta berharga para penumpang yang sudah dikumpulkan di depan pemimpin mereka.

Lily hanya bisa menatap ngeri kepada kelompok perampok itu dengan kepala menunduk. Wajah wanita dengan tampilan culun dan buruk rupa itu begitu mengerikan.

Lily begitu geram dengan perlakuan kasar para penjahat itu kepada penumpang yang memiliki usia lanjut juga ibu hamil.

Bahkan kini mereka membentak seorang bayi berusia 8 bulan, hanya karena terus menangis.

"Diamlah bayi sialan!" Gertak salah satu dari perampok itu sambil menodongkan senjata ke arah ibu dan bayinya.

Lily yang melihat itu bertambah emosi. Dadanya tiba-tiba bergemuruh dahsyat dengan tarikan nafasnya yang terlihat menggebu.

"Diam!" Sekali lagi pria dengan postur tubuh tinggi itu membentak dan akan melayang tamparan kepada sang bayi, namun segera Lily mencela.

"Tunggu!" Teriak Lily yang mengubah raut wajahnya menjadi biasa.

Pasangan suami-istri itu menggelengkan kepala mereka dengan iringan air mata juga wajah khawatir.

Lily hanya tersenyum dan mengangguk, yang mengatakan ia akan baik-baik saja.

Para penjahat mengarahkan perhatian mereka kepada Lily dan mereka kembali tertawa lepas penuh ejekan saat melihat wajah buruk rupa Lily.

"Dasar wanita buruk rupa menjijikkan," komentar pria yang sibuk memeriksa tas berharga para penumpang.

"Ada apa?" Tanya pria yang wajahnya ditutupi kain.

"A-aku ingin membuang kotoran." Lily mengungkapkan keinginannya dengan nada lirih juga terbata yang ia buat-buat.

"Cih! Begitu menjijikkan. Melihat wajahmu saja aku begitu jijik. Apalagi menemanimu membuang kotoran, sungguh menjijikkan," celetuk salah satu dari mereka yang menolak untuk menemani Lily.

"Aku tidak yakin bisa menahannya. Aku tidak keberatan membuangnya di sini, kalau kalian mengizinkan," ujar Lily dengan wajah lugunya.

"Hey! Dasar wanita sinting!" Hardik sang pemimpi perampok dengan wajah garang.

"Hey, kau!" Pria itu menujuk bawahan untuk menemani Lily.

"Temani dia!" Perintahnya.

"Jangan sampai dia kabur dan membuat masalah," sambungnya penuh peringatan.

Dengan wajah kesal dan berat hati, pria itu menemani Lily dan di temani rekannya yang berwajah mesum.

"Kenapa kau membawa tas?" Tanya diantara penjahat itu.

"Semua keperluan, untuk membersihkan kotoran ada di tas ini," sahut Lily dan segera melangkah

Siapa yang tahu isi dalam tas Lily terdapat senjata tajam juga beberapa senjata api berukuran kecil yang menyerupai senjata korek mainan.

Lily pun berjalan ke arah hutan lebat di depannya dengan diikuti oleh satu pria yang lebih memilih menjauh dari Lily. Ia jijik berada di dekat wanita culun dan buruk rupa itu.

Sedangkan pria mesum itu berjalan di belakang Lily, menatap penuh minat tubuh indah Lily yang dibungkus oleh pakaian kebesaran.

"Pasti, kau masih utuh bukan?" Tanya pria itu kurang ajar.

Ingin rasanya Lily membungkam mulut pria mesum di belakangnya ini.

Namun seringai muncul di wajah Lily, ia pun berhenti dan membalikkan badannya.

"Iya aku masih utuh dan tidak pernah tersentuh," ujar Lily dengan senyum menggoda.

"Apa anda ingin menemaniku?" Tanya Lily dengan kedipan mata nakal.

Dengan raut senang, pria itu mengikuti Lily. Sedangkan rekannya hanya bergidik jijik melihatnya.

bab 3

Lily membawa pria mesum itu ke dalam hutan, wanita berpenampilan culun itu menghentikan langkahnya. Ia memunggungi pria mesum di belakangnya sejenak, seringai kejam terlihat di wajah buruk rupa Lily.

Sedangkan pria mesum itu, terus menyusuri lekukan tubuh semampai Lily dengan tatapan lapar. Matanya yang mesum begitu berbinar, lidahnya tidak henti membasahi bibir bawahnya dan sesekali pria mesum itu mendesah lirih.

Salah satu tangannya bergerak ingin menyentuh lekuk tubuh bagian belakang Lily dengan wajah semakin bergairah.

Namun tiba-tiba Lily berbalik dengan raut wajah lugu dan terlihat konyol.

"Tuan sedang apa?" Tanya Lily sembari memperbaiki letak kacamata bundar besarnya.

pria itu mengerang tertahan dan ia melihat Lily kesal. "Tidak," ketusnya.

"Bisakah, anda memunggungiku sebentar!" Pinta Lily yang memperlihatkan wajah malunya.

Pria itu kembali bersemangat saat melihat wajah Lily yang bodoh menurutnya. Pria itu segera membalikkan badannya dengan gairah semakin panas.

"Cepatlah!" Sentaknya yang melirik kebelakang.

"Jangan melihatku, tuan," sahut Lily dengan seruan manja, namun tatapan matanya terlihat mengerikan. Begitu juga milik wajah wanita itu terlihat berbeda.

"Kau membuatku ingin segera memakan mu." Pria itu berkata kembali dengan iringan *******.

Lily tidak menjawab, ia kini terlihat bersiap untuk menghabis pria di depannya. Sejak tadi dirinya begitu geram mendengar ucapan menjijikan pria ini.

Lily lebih mendekati pria itu dengan langkah pelan, tatapan matanya begitu tajam dan menakutkan. Di bawah langit yang mulai gelap, tatapan mata wanita itu bagaikan seekor predator buas yang memantau mangsanya.

"Cepatlah sayang, aku begitu bergairah." Pria itu begitu terlihat gelisah dengan wajah yang menahan sesuatu.

"Cih! Dasar manusia menjijikkan," monolog Lily dan kini berdiri tepat di punggung pria mesum itu.

Tanpa banyak berkata-kata, Lily mengangkat kedua tangannya yang terikat dan menyelipkan di bagian atas pria itu lantas berakhir di rongga leher sang pria mesum.

Lily menekan kuat tali yang mengikat kedua tangannya di leher pria itu.

Pria itu terlihat kaget, ia ingin memberontak namun Lily membuat tubuhnya susah untuk digerakkan akibat tali yang menghimpit lehernya. Pria itu tidak mampu mengeluarkan suara keras, hanya suara lirih kesakitan yang terdengar dan kedua kakinya yang terlihat memberontak.

Yang menimbulkan suara yang terdengar oleh rekan pria itu yang dalam pikirannya, rekan mesumnya sedang melakukan hal panas bersama Lily. apalagi mendengar suara lirih tertahan rekannya itu. Pria itu hanya bergidik jijik mendengarnya.

"Menjijikkan." Pria itu berkata lirih dan memperlihatkan ekspresi menjijikkan.

Lily semakin menekan kuat tali itu hingga pria di depannya tidak mampu bergerak lagi dan nyawanya sudah menghilang.

Lily melepaskan pria itu dan mendorongnya kasar. "Cih, lemah," gumam Lily. Ia mengambil senjata api panjang pria itu yang sudah meregang nyawa dengan mulut terbuka dan kedua mata melotot ke atas.

Kini Lily merubah penampilannya, ia membuka pakaian sederhananya hingga menyisakan bra sport hitam dan legging hitam, bisa terlihat jelas tubuh ramping dan seksi wanita itu, dengan kulit putih pucat, lekukan tubuh sempurna, yang ia sembunyikan di balik penampilan culun nya.

Lily melepaskan kacamatanya juga rambut palsu dengan poni di depannya itu. Kini terlihat rambut indah berwarna coklat milik Lily terurai indah. Lily menggulung rambutnya itu tinggi ke atas memperlihatkan leher panjangnya yang begitu seksi.

Wanita itu meraih tas punggung miliknya, mengeluarkan beberapa senjata tajam berukuran kecil dan juga sebuah pistol sedang ia selipkan di pinggang belakangnya.

"Baiklah, mari kita beraksi. Sudah lama aku tidak melatih otot-otot tubuhku juga skill ku." Wanita itu berbisik dengan seringai ngeri yang terlihat di wajahnya.

……

"Kenapa mereka lama sekali?" Sungut pria jahat yang sedang menunggu.

Ia menolehkan wajahnya, melihat kearah suara berbisik tadi. Pria itu juga mencoba menajamkan pendengarannya, namun hanya kesunyian yang terasa.

"Apa mereka ketiduran akibat, kelelahan?" Tanyanya bingung.

"Sepertinya pria mesum itu menikmatinya," ucapnya sinis namun ekspresi wajahnya terlihat jijik.

Ia pun berniat menyusul ke dalam rerumputan tinggi di depannya.

Namun saat berada di antara dua pepohonan tinggi dan berdaun lebat, seseorang muncul dari balik pohon dan berdiri di belakang tubuhnya.

Pria itu merasa tubuhnya merinding dan merasakan horor, tubuhnya tiba-tiba menegang, saat bulu kuduknya berdiri dan terasa dingin.

Pencahayaan di depannya begitu minim hanya mengandalkan pencahayaan lampu. Ia terus melangkah perlahan dan takut menoleh kebelakang yang merasa seseorang mengikutinya.

"Hey! Kalian keluarlah!" Panggilnya kepada rekan juga Lily.

"Hey!" Ia kembali berteriak.

"Keluarlah kalian brengsek!" Bentaknya sambil memaki.

Lily yang berdiri di belakang pria itu dengan sebuah senjata tajam kecil di tangan kanannya hanya menampilkan wajah dingin.

Pria itu kembali berhenti saat mendengar suara langkah kaki yang menginjak ranting kayu kering. Dengan wajah pucat ketakutan, ia memberanikan diri untuk menoleh kebelakang.

Namun belum sempat ia menoleh, tiba-tiba sebuah tangan putih mulus merangkul lehernya.

"Lepas!" Pinta pria itu mencoba melawan Lily.

Lily yang sudah muak bermain-main segera mengarahkan benda tajam itu ke arah leher sang penjahat. Sekali goresan benda tajam itu, pria itu pun terkulai tidak bernyawa.

Lily tersenyum mengerikan dan kembali berjalan ke arah rombongan perampok dan para penumpang. Tidak lupa ia membawa senjata api panjang yang ia letakkan di bawah pohon.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!