NovelToon NovelToon

Mafia's woman

Awal

Happy Reading All.

***

Hari ini adalah Sabtu tepatnya adalah malam minggu. Tentu saja malam ini adalah malam yang indah untuk sekedar berbincang dan menikmati malam dengan orang terkasih. Mengingat ini adalah malam minggu yang begitu indah Evelyn memutuskan untuk pergi menemui kekasihnya di apartemen laki-laki itu.

Gadis itu memencet bel apartemen kekasihnya dengan senyuman yang merekah di wajah gadis itu, menunggu untuk di bukakan pintu. Namun setelah memencet bel sebanyak tiga kali masih belum ada tanda-tanda jika kekasihnya itu akan muncul dan membukakan pintu.

“Kenapa belum dibuka juga? Apa dia tidak tahu kakiku sudah sangat pegal,” gadis itu menggerutu kesal karena kekasihnya masih saja tak kunjung membukakannya pintu.

Sekali lagi Evelyn mencoba memencet bel dan menunggu, namun tetap saja laki-laki itu tak kunjung datang membukakan pintu, padahal tadi ia mengatakan sedang berada di rumah. Merasa lelah menunggu di luar Evelyn memutuskan untuk membuka pintu apartemen itu sendiri mengingat ia juga sudah mengetahui sandi unit kekasihnya itu.

Dengan lihai jemari lentik gadis itu memasukkan sandi unit yang tak lain adalah tanggal lahir Evelyn, bukankah kekasihnya itu sangat manis hingga menjadikan tanggal lahir gadis itu sebagai sandi unit apartemen nya.

Saat memasuki apartemen, telinga gadis itu tak sengaja mendengar suara yang terasa begitu aneh. Dengan segera ia mencari sumber suara yang ternyata berasal dari kamar kekasihnya.

“Suara siapa itu?”  Evelyn pada dirinya sendiri sebisa mungkin ia berpikir positif karena suara itu mirip suara *******. Evelyn menggeleng memikirkan hal tersebut.

Semakin dekat dengan kamar kekasihnya suara yang kini berubah menjadi suara yang begitu menjijikkan itu membuat pikiran gadis itu mulai kacau. Pintu yang tak ditutup rapat membuat Evelyn bisa mengintip apa yang tengah terjadi.

“Kerel,” gumamnya lirih dengan dada yang terasa tercabik-cabik.

Menatap tak percaya dengan adegan yang tengah terjadi di depannya. Karel, kekasihnya itu kini tengah menyatu dengan Marya, sahabat gadis itu sendiri. Air mata kini mulai mengalir membasahi pipi mulus Evelyn. Hatinya jelas saja begitu terluka saat melihat laki-laki yang begitu dicintai kini tengah mengkhianatinya. Ia tak menyangka Karel bisa mengkhianatinya terlebih dengan sahabatnya sendiri.

Apa dua orang itu tak memikirkan perasaan Evelyn jika perilaku mereka terbongkar seperti saat ini? Sungguh, Evelyn tak ingin mempercayai apa yang dilihatnya saat ini. Karel adalah laki-laki yang selalu menemaninya dan ia pikir laki-laki itu begitu mencintainya namun apa yang kini tersaji di hadapannya seoleh memberitahunya jika ia tak diinginkan.

“Marya aku menyukai ini,” suara menjijikkan yang berasal dari kekasihnya itu membuat Evelyn tanpa sadar kembali meneteskan air matanya.

“Lebih dari Evelyn?” pertanyaan yang terlontar dari Marya itu membuat Evelyn tersenyum sini.

Evelyn masih setia berada di tempatnya mendengarkan pembicaraan mereka dengan hati yang begitu terluka, dan air mata yang tak ada hentinya mengalir.

“Kau tahu dia tidak pernah mau ku sentuh,” sepertinya sekarang Evelyn tahu mengapa Karel melakukan semua ini padanya.

Evelyn memang masih gadis, ia tak mau di sentuh sebelum menikah. Dan ternyata yang ia pikirkan selama ini jika Karel tulus mencintainya dan mau menunggu hingga mereka menikah ternyata hanya sebuah kepalsuan. Di belakangnya laki-laki itu ternyata mencari kehangatan lain.

“Karena itu kau mencari pelampiasan lain hm?” tanya Maria kini berada di atas Karel. Evelyn memegang dadanya ia begitu membenci kejadian yang tersaji di depannya sekarang ini.

“Kau tahu itu Marya,” jawaban Karel tersebut membuat hati Evelyn semakin kesal pada nya.

Evelyn begitu marah mendengar semua pembicaraan mereka dan berpikir apa mereka sering melakukan ini di belakangnya? Sungguh keterlaluan dua manusia itu. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengannya namun dengan tega menusuknya dari belakang.

“Mereka sangat menjijikkan.” Evelyn berdecak menghapus kasar air matanya tak ingin terlihat lemah di depan laki-laki itu dan wanita sialan itu.

Evelyn memutuskan untuk menghampiri mereka, membuka pintu kamar dengan lebar. Memandang begitu jijik pada pasangan di depan nya yang sedang bergulat tersebut. Mereka begitu larut dalam kegiatan mereka hingga tak menyadari keberadaan Evelyn yang tengah menyaksikan perbuatan mereka.

Evelyn mengambil sepatu yang berada di samping kaki nya yang tergeletak berserakan dengan banyak pakain lainnya dan segera melemparkan sepatu itu pada kekasihnya yang berada di atas Marya. Membuat mereka dengan kompak menoleh ke arah Evelyn dengan wajah terkejut.

“Evelyn kau.…” Karel tak mampu melanjutkan ucapannya karena Evelyn sudah lebih dulu menyela ucapan laki-laki itu.

“Kalian begitu jahat telah mengkhianatiku,” marah Evelyn dengan tawa hambarnya menatap tak percaya pada Karel yang kini segera bangun dan menggunakan jubah mandi yang berada di gantungan dekat nya.

“Evelyn aku bisa menjelaskan semua ini Honey,” mohon Karel yang kini sudah berjalan ke arah gadis tersebut dengan wajahnya yang dilingkupi rasa bersalah. Bahkan setelah ketahuan berselingkuh laki-laki itu memanggilnya Honey? Sungguh tidak tahu malu.

“Tak ada lagi yang perlu dijelaskan, semua yang aku lihat sudah cukup untuk menjelaskan jika kau telah mengkhianatiku.” Evelyn menatap nyalang ke arah Karel. Hatinya sungguh hancur dan ia sungguh frustasi akan semua yang terjadi saat ini.

Karel berusaha mendekati Evelyn dan menggenggam tangan gadisnya itu tapi Evelyn malah menghempaskan tangan Karel dengan kasar. Laki-laki itu mengusap rambutnya gusar dan masih berusaha untuk menggapai Evelyn.

“Salahkan dirimu yang tak bisa memuaskannya Evelyn,” maki Marya yang kini ikut membuka suaranya. Karel dan Evelyn kompak menatap Marya namun dengan tatapan yang berbeda Karel dengan amarahnya dan Evelyn dengan kekecewaan yang ia tutupi dengan senyuman sinis.

“Diam kau Marya,” bentak Karel yang membuat Marya terdiam dan merasa kesal dengan Karel yang membela Evelyn.

“Kau benar Marya aku tak bisa memuaskannya karena aku bukan wanita murahan sepertimu,” ucap Evelyn sambil mengangguk dan tersenyum sinis pada Marya.

Evelyn tahu pasti kini Marya tengah menahan amarahnya mendengar ucapan gadis itu, semua itu terlihat begitu jelas dari raut wajahnya.

“Aku rasa tak perlu lagi ada ikatan di antara kita, kita akhiri semua sampai di sini. Aku begitu muak dengan kalian,” setelah mengatakan hal tersebut Evelyn langsung keluar dari kamar tersebut.

Evelyn keluar dari apartemen tersebut dengan rasa sakit yang ia rasakan. Gadis itu sedikit berlari takut jika Karel mengejarnya walau itu terasa mustahil mengingat laki-laki itu telah mengkhianatinya. Bagaimana mungkin dia akan mengejarnya?

Bahkan bisa Evelyn tebak pasti sekarang mereka tengah mentertawakan Evelyn. Kini gadis tersebut hanya bisa berharap agar ia bisa melupakan laki-laki pengkhianat tersebut dan tidak lagi terjebak pada laki-laki tersebut yang dengan tega menyakitinya.

***

Hai, ini pertama kalinya aku bikin novel yang genre nya bukan Teenfiction tapi semoga kalian bisa suka sama cerita aku ini.

Kalau ada saran dan kritik silahkan komentar ya kak.

Jangan lupa Follow, like, komentar, dan love nya ya all.

Happy Reading All.

See You Next chapter all

Berakhir

Evelyn keluar dari apartemen tersebut dengan rasa sakit yang ia rasakan. Gadis itu sedikit berlari takut jika Karel mengejarnya walau itu terasa mustahil mengingat laki-laki itu telah mengkhianatinya. Bagaimana mungkin dia akan mengejarmu?

Gadis itu memutuskan untuk duduk di halte menunggu kendaraan umum yang lewat. Namun setelah lama menunggu ditemani rasa sakit bukannya kendaraan umum yang datang melainkan mobil yang begitu ia kenali.

Pemilik mobil yang tak lain adalah mantan kekasihnya itu keluar dari mobil membuat Evelyn berdiri dan menatap tajam pada Karel.

“Apalagi yang kamu inginkan?” tanya Evelyn dengan mengangkat dagu, menunjukan seberapa kuat dirinya. Ia tak mau terintimidasi oleh laki-laki tersebut.

“Aku mohon dengarkan aku lebih dulu Evelyn,” mohon Karel sambil berusaha menggapai tangan Evelyn walau selalu ditepis oleh gadis itu.

“Aku rasa tak ada lagi yang perlu kita bicarakan, semua sudah begitu jelas jika kau mengkhianatiku Karel,” tangis yang sedari tadi Evelyn tahan akhirnya meluruh. Hatinya begitu terluka dan mengingat apa yang telah laki-laki itu lakukan padanya hanya membuat hatinya semakin terluka saat melihat laki-laki itu.

“Aku tahu aku salah, aku mohon maafkan aku,” permohonan terus Karel luncurkan namun Evelyn menggeleng, ia tak menginginkan membuka luka yang sama jika ia memaafkan Karel bisa saja laki-laki itu kembali mengulanginya.

“Aku rasa semua sudah begitu jelas, dan aku ingin semua ini berakhir. Aku ingin hubungan kita berakhir sampai di sini. Jangan ganggu aku lagi,” mohon Evelyn lirih ia sudah cukup lelah hari ini. Malam yang ia kira akan indah dan habiskan dengan bersantai bersama kekasihnya itu ternyata malah membawa luka.

Setelah mengatakan hal itu Evelyn memilih untuk pergi namun Karel malah menarik tangannya dan memeluk Evelyn dengan erat mengungkapkan jika ia tak ingin kehilangan gadis itu.

Evelyn berusaha untuk melepaskan diri, setelah berhasil terlepas dari Karel, Evelyn segera pergi meninggalkannya.

***

Di dalam kamar apartemennya Evelyn terus menangis, bodoh memang menangisi laki-laki yang sudah dengan tega mengkhianatinya. Namun luka itu nyata, semua terasa begitu menyakitkan.

“Tidak, aku tak boleh menangisinya,” monolog Evelyn menguatkan dirinya.

“Laki-laki sepertinya tak pantas untuk kau tangisi,” gadis itu menghela nafasnya berat. Lalu menghapus air matanya kasar.

Suara telepon membuat gadis itu segera meraihnya dan menjawab telepon tersebut, saat yang menelepon ternyata sahabatnya.

“Ada apa Ivey?” Evelyn langsung bertanya setelah telepon tersambung.

“Hey ada apa dengan suaramu?” tanya Ivey di seberang sana dengan curiga.

“Aku baik-baik saja,” jawab Evelyn berusaha mengontrol suaranya agar terdengar baik-baik saja.

“Untuk apa kau meneleponku?” tanya Evelyn langsung pada Ivey karena ia ingin segera mengistirahatkan diri dan malas berbicara pada siapapun. Moodnya sedang tidak baik hanya untuk bercerita atau berbasa-basi.

“Aku dan Livi tengah berada di Club. Kemarilah dan bergabung,” ucap Ivey meminta Evelyn untuk datang dan berkumpul bersama karena sudah lama mereka tidak berkumpul akibat dari kesibukan mereka.

“Aku sangat lelah,” jawab Evelyn yang memang tidak ingin pergi kemanapun.

“Oh ayolah Evelyn,” kini suara Livi yang terdengar memohon. Kedua sahabatnya itu memang sangat kompak jika sudah memaksa seperti ini.

“Livi aku tengah berada dalam keadaan yang tidak bagus,” ucap Evelyn dengan suara yang terdengar begitu lelah dan tentu saja itu membuat kedua sahabatmu itu khawatir.

“Apa yang terjadi Evelyn?” tanya Ivey dengan suaranya yang terdengar begitu khawatir.

“Datanglah kemari dan ceritakan pada kami,” suara tegas Livi kini begitu memaksa seolah tak ingin di bantah. Membuat Evelyn menghela nafasnya kasar ia tahu sahabatmu itu tak akan lelah memaksanya hingga akhirnya Evelyn hanya bisa setuju.

“Baiklah-baiklah aku akan datang,” ucap Evelyn, ia rasa ia juga membutuhkan sedikit alkohol untuk menenangkan pikirannya tersebut. Evelyn bukan orang yang suka mengkonsumsi minuman beralkohol hanya saja untuk kali ini sepertinya ia memerlukannya.

“Keputusan yang bagus sayang,” ucap Ivey dengan senyumannya di seberang sana yang jelas tak bisa dilihat oleh Evelyn.

Setelah memutus panggilan telepon dengan segera gadis itu berjalan ke arah lemarinya untuk mengganti pakaian yang terlihat begitu kusut tersebut.

Dress merah dengan belahan dada rendah tanpa lengan dan panjang di atas lutut menjadi pilihan gadis tersebut, rambutnya dibiarkan tergerai dan ia memakai make up tipis yang terlihat natural.

“Ini terlihat begitu sexy,” monolog Evelyn mengoreksi pakaiannya yang memang terlihat begitu seksi.

“Lihat saja aku akan mendapatkan yang lebih baik dari Karel. Ia pikir aku tak dapat mendapatkan yang lain?” monolog gadis itu dengan optimis. Ia berpikir ia harus bangkit dan tak perlu memikirkan tentang Karel yang perlu ia lakukan adalah terlihat baik-baik saja agar laki-laki itu menyesal telah mengkhianatinya.

“Akan aku tunjukkan pada Karel wanita seperti apa yang ia khianati,” ucap gadis itu lagi sambil tersenyum sinis.

Setelah selesai bersiap gadis itu segera keluar dari apartemen untuk mencari taxi.

***

Saat memasuki club yang begitu ramai malam ini, Evelyn mengibaskan tangannya di depan hidung saat indra penciumannya tercemar dengan bau asap rokok dan alkohol yang begitu menyengat, belum lagi gemerlap lampu yang membuat sakit mata membuat Evelyn memijat pangkal hidungnya.

“Harusnya aku tak datang kemari,” gumam Evelyn dengan dengusannya.

Evelyn melihat ke segala penjuru club mencari keberadaan sahabatnya, hingga ia bisa melihat seorang gadis cantik yang tengah melambaikan tangannya pada Evelyn. Dia adalah sahabat Evelyn, Livi dan Ivey. Melihat keberadaan sahabatnya dengan segera Evelyn berjalan ke arah kedua sahabatnya itu, dengan sesekali gadis itu menghindar dari laki-laki yang berusaha menggodanya dan berusaha untuk menyentuhnya.

Saat sudah berada di dekat sahabatnya, gadis itu menghela nafasnya lega akhirnya bisa terbebas dari para laki-laki hidung belang tersebut.

“Hey ada apa dengan wajah mu Evelyn?” tanya Ivey saat melihat raut wajah Evelyn yang terlihat lelah dan masam.

“Tidak biasanya kau akan datang ke tempat ini di malam minggu,” tanya  Livi melupakan fakta jika merekalah yang tadi memaksa Evelyn untuk datang.

“Bukankah kalian yang memaksa ku untuk datang,” ucap Evelyn jengah,  yang membuat kedua sahabatnya itu hanya menampilkan cengirannya.

“Ya tapi tadi kau berada di rumah bukan? Itu sangat tak biasa karena biasanya saat malam minggu kau habiskan dengan kekasihmu itu,” ucap Livi yang mendapatkan anggukan setuju dari Ivey. Mendengar itu membuat Evelyn menggaruk tengkuk nya gadis itu tahu sahabatnya itu pasti akan curiga dengan kedatangannya.

“Aku baru saja mengakhiri hubunganku dengannya,” ucap Evelyn dengan sekali tarikan nafas yang tentu saja membuat kedua sahabatnya terkejut mendengar hal tersebut, sesuai yang Evelyn duga jika mereka pasti akan terkejut karena hubungannya dengan Karel sudah berjalan selama tiga tahun.

“Kau bercanda? Bagaimana mungkin hubungan kalian bisa berakhir?” tanya Ivey dengan tidak percaya mendengar pengakuan Evelyn. Yang mereka tahu hubungan sahabatnya dan kekasihnya itu berjalan dengan baik, Karel yang begitu mencintai Evelyn selalu memanjakan gadis itu.

Evelyn menghela nafasnya sebelum membuka suara untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara hubungannya dan Karel.

***

Thank for Reading All./

Jangan lupa buat vote, follow, komen, dan like nya ya

See You Next Chapter All

Pertemuan

Happy Reading All.

***

“Kau bercanda? Bagaimana mungkin hubungan kalian bisa berakhir?” tanya Livi dengan tidak percaya mendengar pengakuan Evelyn. Yang mereka tahu hubungan sahabatnya dan kekasihnya itu berjalan dengan baik, Karel yang begitu mencintai Evelyn selalu memanjakan gadis itu.

Evelyn menghela nafasnya sebelum membuka suara untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara hubungannya dan Karel.

“Dia mengkhianatiku dan berselingkuh dengan Marya,” cerita Evelyn yang kali ini semakin membuat kedua sahabatnya itu terkejut mendengarnya. Mereka tentu saja tak menyangka jika sahabat mereka sendiri bisa berkhianat. Dan Karel? mereka sungguh tak menyangka jika laki-laki itu akan melakukan pengkhianatan pada Evelyn.

“Wtf, kau bercanda? Marya? Dia adalah sahabat kita,” tanya Livi yang masih tak percaya jika Marya akan mengkhianati salah satu dari mereka. Bagaimana wanita itu bisa berubah menjadi pelakor dalam hubungan sahabatnya sendiri.

Ternyata tak semua sahabat adalah benar-benar sahabat karena terkadang yang berujung menjadi pengkhianat entah karena untuk laki-laki atau demi harta.

“Tapi itulah kebenarannya. Tadi aku datang ke apartemennya dan aku melihat mereka dalam pergulatan ranjang,” lanjut Evelyn memberitahu tahu sahabatnya yang lain dengan perasaan luka yang masih ada, mengingat kejadian itu memang hanya akan membawa luka.

“Apa ia kini berubah menjadi ******?” sinis Livi sambil berdecak ia sudah tak peduli lagi jika Marya juga sahabatnya. Lagipula siapa yang ingin berteman dengan pelakor siapa yang tahu jika suatu saat bisa saja ia juga merebut kekasih sahabatnya yang lain.

“Jalang itu sungguh gila,” maki Ivey yang sedari tadi hanya diam mendengarkan cerita Evelyn. Tentu saja ia juga merasa kesal karena ada yang menyakiti sahabatnya.

“Dan Karel, ada apa dengannya? Apa dia sudah gila melepaskanmu demi seorang ******?” tanya Livi dengan emosi nya.

“Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari dia.” Ivey menepuk pundak Evelyn meyakinkan dan menguatkan sahabatnya itu jika ia pasti mendapatkan jauh yang lebih baik dari Karel sialan itu.

“Aku akan menghajarnya saat kita bertemu nanti,” ucap Ivey dengan emosinya.

“Tenangkan lah dirimu Evelyn, kau harus segera melupakan laki-laki brengsek itu,” ucap Livi sambil mengelus pundak Evelyn. Begitu lah sahabatnya mereka sangat perhatian padanya daripada seorang sahabat mereka lebih seperti saudara.

“Codi benar, laki-laki sepertinya tak pantas untuk kau sesali,” ucap Ivey yang kini mengangguk pasti yang juga dibalas dengan anggukan semangat oleh Evelyn.

“Aku akan memesankan minuman untukmu,” ucap Livi menawarkan.

“Tak perlu Livi, aku akan mengambilnya sendiri,” ucap Evelyn menolak tawaran Livi yang akan memesankan minuman untukmu.

“Tak apa biar aku yang mengambilkan untukmu,” ucap Livi memaksa namun Evelyn balas dengan gelengan, ia hanya tak ingin merepotkan sahabatnya itu.

“Baiklah, berhati-hati lah,” ucap Livi yang dibalas dengan anggukan oleh gadis itu.

Evelyn berjalan ke arah bartender untuk memesan minuman. Setelah sampai di sana dengan segera Evelyn memesan minumannya.

“Segelas wine,” ucap Evelyn memesan minuman beralkohol itu pada bartender.

“Satu gelas untukmu nona,” ucap Bartender tersebut dengan senyumannya memberikan satu gelas wine untuk Evelyn.

Dengan segera Evelyn mengambil segelas wine tersebut dan menegaknya hanya dalam satu kali tegakan. Tak langsung kembali pada sahabatnya setelah memesan minuman tersebut gadis itu malah lebih memilih untuk berdiam diri di sana dan kembali memesan minuman beralkohol tersebut hingga gelas kelima.

“Sial, kepalaku terasa pusing,” gumam Evelyn sambil menelungkupkan wajahnya di atas meja bar.

“Tidak, aku tak boleh mabuk,” ucap Evelyn sambil menggeleng berusaha untuk menahan rasa pusing yang mendera kepalanya. Setelahnya gadis itu mengambil gelas kelimanya, dan memilih berjalan ke arah sahabatnya.

“Sudah berada gelas yang kau minum?” tanya Ivey saat melihat keadaan sahabatnya yang terlihat begitu mabuk. Padahal jelas ia tahu jika Evelyn tidak bisa minum terlalu banyak, gadis itu terlalu lemah untuk meminum alkohol.

“Kau terlihat sudah sangat mabuk, Evelyn,” ucap Livi yang juga terlihat khawatir melihat kondisi Evelyn.

“Aku baik-baik saja,” ucap Evelyn meyakinkan sahabatnya itu jika ia baik-baik saja.

“Sudahlah tak perlu memusingkan aku, lebih baik kita bersenang dan menari,” ucap Evelyn dengan senyumannya lalu berjalan ke arah dance floor.

“Kau yakin? Kau terlihat begitu mabuk,” ucap Ivey merasa khawatir melihat Evelyn yang sudah begitu mabuk itu.

“Tenanglah aku baik-baik saja, lagi pula aku yakin di sana juga banyak yang mabuk,” ucap Evelyn sambil menunjuk pada dance floor yang banyak orang mabuk tengah menari di tengahnya.

“Kau jadi begitu nakal saat mabuk,” ucap Livi sambil menggeleng dengan senyumannya.

Evelyn berjalan ke arah dance floor bersama kedua sahabatnya dengan gelas yang masih berada di tangannya tersebut.

Saat gadis itu tengah asik menari sambil meliukkan badannya gadis itu tidak sengaja menabrak seseorang di belakangnya membuat Evelyn menoleh ke arah orang di belakangnya.

“Oh maaf aku tak sengaja,” ucap Evelyn merasa bersalah telah menabrak orang tersebut.

“Kau menari dengan liar Sweety,” ucap laki-laki yang tak sengaja Evelyn tabrak tersebut.

Laki-laki tampan dengan rahang tegas, hidung mancung, dan bibir yang begitu seksi. Dan jangan lupakan badan proporsional laki-laki tersebut yang mampu membuat siapapun akan terpesona dengannya. Namun, tak dapat dipungkiri jika aura kegelapan laki-laki itu terlihat begitu kental.

Laki-laki itu tersenyum dengan begitu manis pada Evelyn namun tak meninggalkan aura kegelapan pada laki-laki tersebut.

Evelyn tertegun melihat laki-laki yang sangat mempesona di depannya itu. Gadis itu sedikit mabuk saat laki-laki itu mendekatkan wajahnya untuk mencium Evelyn. Melihat laki-laki itu yang mendekatkan wajahnya dengan refleks Evelyn menamparnya membuat laki-laki itu menatap gadis itu dengan senyuman sinisnya.

“Dasar laki-laki mesum. Beraninya kau mencoba menciumku,” marah Evelyn dengan wajahnya yang semakin memerah bukan lagi karena pengaruh alkohol tapi karena merasa marah dengan laki-laki di hadapannya tersebut.

“Apa itu sebuah kesalahan? Atau kau seorang alim yang tak perna melakukannya?” ejek laki-laki tersebut pada Evelyn, membuat gadis itu memelototkan matanya mendengar hinaan laki-laki di depannya itu. Berani sekali laki-laki itu menghina dirinya.

“Oh tentu, aku bukan sepertimu, kau adalah laki-laki hidung belang,” maki Evelyn dengan kesal dan memutuskan untuk segera pergi dari sana tak ingin melayani laki-laki mesum tersebut. Gadis itu lebih memilih untuk mencari sahabatnya untuk izin pulang lebih dulu tak ingin membuat sahabatnya itu khawatir dengan menghilang begitu saja tanpa berpamitan.

Setelah menemukan keberadaan sahabatnya dengan segera Evelyn menuju Livi dan Ivey yang tengah menari dengan seorang laki-laki tak jauh dari tempatnya itu.

“Ivey, Livi,” panggil Evelyn membuat kedua sahabatnya menoleh dan menghampiri Evelyn yang keluar dari Dance floor.

“Ada apa Evelyn?” tanya Ivey saat sudah berada di dekat gadis itu.

“Aku rasa aku harus segera pulang. Kepalaku rasanya sudah akan meledak jika aku berada lebih lama lagi,” ucap Evelyn berbicara dengan sedikit melantur sambil menunjuk ke arah sekeliling Club.

“Kau benar, kau harus segera kembali,” putus Livi menyetujui ucapan Evelyn ia juga merasa begitu khawatir dengan keadaan sahabatnya itu. Takut jika terjadi sesuatu pada Evelyn.

“Aku akan mengantarmu ke depan,” tawar Ivey yang tak ingin terjadi sesuatu pada Evelyn melihat keadaan gadis itu.

“Baiklah,” ucap Evelyn akhirnya.

Evelyn keluar dari klub dengan bantuan Ivey yang merangkul gadis yang tengah mabuk itu. Akibat dirinya yang terlalu mabuk, Evelyn tak memperhatikan langkahnya hingga tak sengaja menabrak seorang laki-laki.

“Maaf tuan,” ucap Evelyn sambil menunduk lalu menatap laki-laki yang kini juga tengah menatapnya dengan begitu dalam. Jesslyn segera menarik nya tak ingin gadis itu membuat masalah dalam keadaan mabuk dan mencarikan taxi untuk mengantar Evelyn pulang.

Lama menunggu taxi namun tak kunjung ada yang datang, hingga suara dering dari ponsel Ivey membuat mereka kompak menoleh. Setelah menerima panggilan tersebut Ivey kembali pada Evelyn.

“Evelyn maaf tapi sepertinya aku harus kembali ke dalam,” ucap Ivey dengan wajah menyesal dan merasa bersalah pada Evelyn karena harus meninggalkan gadis tersebut.

“Apa yang terjadi?” tanya Evelyn bingung melihat Ivey yang terlihat begitu khawatir.

“Kekasihku datang dan membuat masalah,” ucap Ivey dengan dengusan nafas kasarnya. Evelyn cukup tahu bagaimana perangai dari sahabatnya yang satu itu yang memang memiliki temperamen yang buruk.

“Baiklah tak apa, lebih baik kau segera masuk,” ucap Evelyn sambil mengelus tangan Ivey. Ivey hanya mengangguk setelahnya Ivey langsung masuk ke dalam.

Evelyn memilih berjalan sambil mencari taxi, gadis itu berjalan dengan sempoyongan hingga hampir tertabrak mobil. Namun beruntung seorang laki-laki yang tadi tidak sengaja di tabraknya di club menolongnya.

***

Thanks For Reading All.

Semoga kalian suka ya sama cerita ini.

Jangan lupa buat Vote, komen, dan like ya.

Tambah ke perpustakaan dan jangan lupa buat Follow akun ku ya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!