Pangeran vampire sudah membunuh istrinya lagi.
"Itu semua selalu terjadi."
"Aku merasa kasihan untuk seseorang yang akan menjadi istrinya lagi."
Rumor itu terus saja berlanjut di sekitar semua orang. Nadia tidak bisa menghitung setiap kali dia mendengar orang-orang berbicara tentang hal itu, mereka semua berkata bahwa pangeran vampire sudah menikah selama dua belas kali.
Kapanpun pangeran vampire ingin menikah lagi, banyak orang tua menyembunyikan putri mereka. Namun tidak peduli seberapa kuat mereka menyembunyikan putri mereka, para vampire itu selalu menemukan keberadaan mereka.
Nadia memang sudah terbiasa mendengarkan hal itu. Dia bukannya tidak takut, dia malah begitu ketakutan karena dia sudah berusia dua puluh lima tahun. Usia yang tepat untuk menikah.
Tapi apa yang bisa dilakukan Nadia, jika jodoh memang belum datang padanya?
"Nadia, kau disini untuk membeli sesuatu lagi. Kau seharusnya lebih berhati-hati. Kau tidak mau menjadi korban selanjutnya bukan?" Ucap seorang wanita pemilik toko kelontong.
"Bu, jangan khawatir tentang diriku. Aku baik-baik saja." Balas Nadia.
"Aku bisa melihat hal itu. Tapi kau harus berhati-hati." Ucap wanita itu tertawa.
"Jangan khawatir, aku akan selalu berhati-hati." Balas Nadia lagi.
"Apa kau ingin barang yang seperti biasa?"
"Iya." Jawab Nadia.
Wanita itu membungkus kan barang-barang itu untuk Nadia.
"Baiklah kalau begitu, ini. Hati-hatilah di jalan." Ucap wanita itu.
"Selamat tinggal." Ucap Nadia seraya pergi.
Sementara itu di rumah....
"Ma, aku tidak mau menikah dengannya. Aku akan mati." Ucap Becca kepada Mamanya seraya menangis.
"Jangan khawatir sayang, kau tidak akan mati. Kau akan tetap hidup." Balas Mamanya seraya memeluk Becca erat.
"Ma, aku punya ide. Kenapa kita tidak membiarkan Nadia menggantikan aku?" Ucap Becca.
"Nadia?" Sang Mama tampak bingung.
"Iya, dia bukanlah saudara kandungku. Dia hanyalah gadis yang Papa adopsi, tidak lebih. Pangeran vampir itu juga belum pernah melihatku sebelumnya, jadi dia tidak akan tahu kalau kami bertukar tempat." Balas Becca.
"Mama tidak bisa melakukan itu." Ucap Mamanya dan melepaskan pelukannya seraya berdiri. "Nadia adalah gadis yang ditinggalkan Papa mu di tangan Mama, sebelum papa mu meninggal."
"Ma, seperti biasanya, Mama selalu peduli pada Nadia melebihi aku. Mama lebih rela melihat aku mati dibandingkan dengan Nadia." Becca berdiri. "Ma, siapa sebenarnya anak kandung Mama? Apakah dia atau aku?" Ucap Becca dengan marah dan meninggalkan kamar dimana tempat ia duduk tadi.
"Becca...!" Teriak sang Mama marah.
'Apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus memilih salah satu dari kedua putriku? Sayang...!'
Wanita paruh baya itu melihat ke arah foto sang suami.
"Kau meninggalkan aku dengan kedua putri kita yang cantik ini. Yang satunya adalah putri yang aku lahir kan sendiri dan yang satunya adalah putri adopsi. Tidak peduli keputusan apa yang akan aku ambil, aku akan menyakiti mereka berdua. Apa yang harus aku lakukan sayang, katakan padaku. Aku tidak mau kehilangan salah satu diantara mereka berdua." Ucap wanita itu menggelengkan kepalanya.
Disisi lain....
Nadia akhirnya tiba di rumahnya, dan dia tidak melihat sang Mama dan Becca di ruang tamu.
"Ma.. aku pulang." Teriak Nadia.
"Oh, bukankah itu suara Nadia?" Ucap sang Mama seraya berdiri. "Apakah dia sudah kembali?"
Sang Mama keluar menuju ruang tamu dan Becca juga keluar dari kamar lainnya.
"Oh Nadia, kau sudah kembali. Sini biar Mama lihat belanjaan mu." Sang Mama mengambil kantung belanja dari tangan Nadia.
"Ma, apakah Mama baik-baik saja?" Tanya Nadia.
"I..."
"Tidak. Mama tidak baik-baik saja." Ucap Becca memotong Ucapan sang Mama. "Mama mencoba untuk membuat keputusan besar sekarang, yang sebenarnya bukanlah keputusan yang begitu besar." Lanjut Becca tampak kesal.
"Becca, sudah cukup." Ucap sang Mama.
"Ma, semuanya belum selesai. Aku ini putri kandung Mama, sementara dia itu adalah seseorang yang Papa dan Mama pungut di tempat sampah atau dimana pun seseorang yang seperti dirinya ini bisa dipungut. Jadi Ma, ini semua belum selesai." Teriak Becca.
"Becca, apa yang kau bicarakan?" Nadia tampak begitu bingung.
Nadia tidak tahu kenapa Becca bersikap seperti itu. Namun Becca tidak menjawab apapun.
"Ma, apa yang dibicarakan oleh Becca?" Tanya Nadia.
"Jangan pedulikan Becca. Dia hanya bicara omong kosong." Ucap Sang Mama yang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dari apa yang baru saja dikatakan Becca.
"Apa yang aku coba jelaskan adalah, kau itu anak adopsi, seorang gadis yang sudah dibuang." Ucap Becca.
Setelah apa yang dikatakan Becca, Nadia merasa seluruh dunianya runtuh. Nadia merasa putus asa. Dia tidak tahu sejak kapan, tapi dia sudah berlari pergi.
"Nadia...." Teriak Sang Mama.
Nadia bisa mendengar suara keras teriakan Sang Mama dari jauh.
Di dalam rumah, Sang Mama lantas menampar Becca.
"Ma.... Mama menampar ku." Ucap Becca.
"Mama akan menampar mu lagi jika kau tidak bisa menjaga mulutmu untuk tetap diam." Balas Sang Mama.
"Mama." Ucap Becca.
"Jangan panggil aku Mama. Apakah kau merasa bahagia karena kau sudah memberitahukan Nadia tentang masa lalunya. Dia adalah anakku, sama seperti dirimu. Aku selalu melihat Nadia seperti putriku sendiri. Kau tidak bisa mengatakan kepadaku apa yang harus aku lakukan." Teriak Sang Mama .
Sang Mama lalu menggunakan jaket miliknya.
"Mama mau pergi kemana?" Tanya Becca.
"Kemana aku mau pergi? Apakah kau serius bertanya kepada Mama seperti itu?" Balas Sang Mama kesal.
"Ma... Mama, tidak boleh pergi. Mama tidak boleh meninggalkan aku disini." Ucap Becca seraya menangis.
Sang Mama tidak menjawab, dia langsung menutup pintu dengan keras sebelum pergi keluar rumah.
Sementara Nadia tengah berjalan. Dia tidak tahu dimana dirinya sekarang.
'Kenapa semua ini terjadi kepadaku? Kenapa? Kenapa tidak ada jawaban dari semua pertanyaan yang selalu aku tanyakan kepada diriku sendiri?'
Nadia merasa begitu bodoh. Dia seharusnya bisa menyadari hal itu sudah sangat lama. Terutama bagaimana cara Becca memperlakukan dirinya selama ini.
"Nadia..."
'Bukankah itu suara Mama? Kenapa Mama memanggilku?' ucap Nadia dalam hati.
"Nadia....!" Sang Mama kembali memanggil dirinya lagi.
"Ma, apa yang Mama lakukan disini?" Tanya Nadia.
"Kenapa kau berlari seperti itu? Sangat berbahaya untuk berlari keluar rumah di saat malam seperti ini." Balas Sang Mama.
"Kenapa Mama mengkhawatirkan aku? Aku bukanlah putri kandung Mama." Nadia membelakangi Mamanya itu.
"Nadia, kau adalah putriku. Aku tidak peduli jika kami mengadopsi dirimu. Hari di mana kami mengadopsi dirimu adalah hari terbahagia dalam hidup kami. Kau membawa kebahagiaan kepada kami berdua. Kami mencintaimu dan Mama selalu memperlakukan mu seperti anak kandung Mama dan hal itu tidak akan pernah berubah. Apakah kau mengerti itu?" Ucap Sang Mama.
"Mama....!" Nadia langsung memeluk Mamanya dan menangis dengan keras.
"Inilah putri ku." Ucap Sang Mama seraya mengusap punggung Nadia. "Nadia ayo kita pulang. Malam ini mulai dingin."
"Baiklah Ma." Ucap Nadia seraya berjalan bersama Sang Mama.
Bersambung....
Setelah beberapa saat berjalan, Nadia dan Sang Mama akhirnya tiba di rumah. Becca tampak berdiri di luar rumah menunggu kedatangan mereka berdua.
"Becca...." Ucap Nadia.
"Nadia, aku minta maaf dengan apa yang aku katakan tadi. Aku tidak bermaksud untuk mengatakan hal itu." Ucap Becca tertunduk.
"Sudahlah tidak apa-apa. Aku memaafkan mu." Balas Nadia.
Mereka berdua lalu berpelukan satu sama lain.
"Ini sangat bagus! Seperti inilah kalian seharusnya. Mama sangat bahagia karena kalian berdua sudah melupakan masa lalu di antara kalian berdua. Sekarang ayo kita masuk, kalian berdua tidak mau kedinginan bukan." Ucap Sang Mama dengan bahagia.
Mereka semua lalu masuk ke dalam rumah dan menghangatkan tubuh mereka.
Sang Mama kemudian bergegas menuju dapur untuk memasak makanan untuk makan malam. Jadi Nadia yang merasa begitu penasaran dengan apa yang Becca maksud dengan keputusan besar yang akan diambil Sang Mama, lantas bertanya pada Becca.
"Becca, apa maksudmu dengan Mama yang harus membuat keputusan besar. Keputusan apa itu?" Tanya Nadia begitu penasaran.
"Sebenarnya mereka memilih ku untuk menjadi pengantin pangeran vampir." Balas Becca dengan wajah lesu.
"Apa?" Ucap Nadia tampak terkejut.
"Jadi aku menyarankan Mama untuk memilihmu menjadi pengantin vampir itu. Tapi sekarang aku sudah tidak takut lagi. Jika ini adalah takdirku untuk dibunuh, jadi biarkan saja." Ucap Becca dengan senyuman getir di wajahnya.
'Kenapa pangeran vampir itu datang dan menyebabkan keributan di keluarga kami? Kenapa? Aku tidak mengerti semuanya.' Ucap Nadia dalam hati.
Nadia melihat kearah wajah Becca untuk melihat ekspresi saudarinya itu. Becca terlihat tidak bahagia. Mereka lalu makan malam dan mengobrol sebentar, kemudian mereka tertidur.
Di dalam kamar, Nadia tengah bermimpi.
"Nadia, ambillah posisi saudara mu untuk pernikahan itu. Pernikahan itu akan membuatmu bahagia." Ucap seorang wanita misterius.
"Siapa kau?" Tanya Nadia.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku." Balas wanita misterius itu.
Wanita misterius itu hendak pergi meninggalkan Nadia
"Jangan pergi." Teriak Nadia.
Wanita misterius itu pergi dan kemudian Nadia terbangun dari mimpi nya. Setelah itu, hal yang diingat Nadia adalah, dia selalu mempunyai mimpi seperti itu. Mimpi yang sama dimana wanita misterius itu terus datang dalam mimpinya. Nadia tidak mengenal siapa wanita itu.
'Kenapa aku harus mengambil posisi Becca? Apa yang harus aku lakukan?' Tanya Nadia dalam hati.
Hari berikutnya....
Nadia dan yang lainnya tengah berada di meja makan. Sang Mama tengah menyiapkan makanan untuk mereka dan Becca masih dengan wajahnya yang muram. Nadia tengah memikirkan tentang mimpi yang dia alami.
'Kenapa wanita itu mau aku menggantikan posisi Becca? Aku tidak mengerti tentang mimpi itu sama sekali.' pikir Nadia.
"Nadia, apa yang tengah kau pikirkan? Ini adalah meja makan dimana tempat kita untuk makan dan bersantai. Bukan tempat untuk memikirkan sesuatu." Ucap Sang Mama.
"Aku minta maaf Ma." Balas Nadia.
"Dan kau Becca. Kenapa wajahmu itu selalu saja cemberut? Ayolah bersemangat dan hapus ekspresi wajahmu yang tampak cemberut itu." Ucap Sang Mama lagi.
"Ma, bagaimana aku bisa menghapus semua ini dari wajahku dengan diriku yang mengetahui bahwa aku akan mati sebentar lagi." Balas Becca.
Sang Mama menatap ke arah bawah dan mencoba yang terbaik untuk terlihat bahagia.
"Ayo kita makan dengan bahagia sekarang. Kita akan memikirkan semua itu nanti." Ucap Sang Mama.
Mereka semua lalu melupakan tentang masalah mereka. Setelah mereka selesai makan, mereka pun duduk di ruang tamu.
"Ma, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah aku akan mati?" Ucap Becca dengan matanya yang berair.
"Kau tidak akan mati. Mama tidak akan membiarkan mu mati. Jika Mama harus berkelahi melawan pangeran vampir yang jahat itu, maka Mama akan lakukan, oke." Ucap Sang Mama.
"Mama...!" Ucap Becca lalu memeluk Sang Mama dan menangis keras.
'Mereka menjagaku dan memberikan aku tempat tinggal. Kenapa aku membiarkan mereka memikirkan masalah ini berlarut-larut dan wanita misterius itu berkata bahwa, aku harus menggantikan tempat Becca. Lalu kenapa tidak aku lakukan saja?' Ucap Nadia dalam hati.
"Ma, aku akan menggantikan tempat Becca." Ucap Nadia.
"Nadia, apa yang kau bicarakan?" Ucap Sang Mama.
"Kenapa tidak? Aku mau membalas budi atas segala yang Mama lakukan kepada ku, karena sudah menjagaku selama ini." Ucap Nadia.
"Nadia, kau tidak perlu menggunakan hidupmu untuk membalas semuanya."
"Ma, aku punya sebuah pertanyaan yang harus aku tanyakan. Berapa banyak orang yang sudah melihat pangeran vampir? Ini semua hanya ada dalam imajinasi kita Ma. Aku tidak membunuh diriku sendiri. Tidakkah Mama mengetahui aku lagi? Aku adalah wanita yang kuat." Ucap Nadia.
"Nadia, tapi masalah ini tidak sesimpel itu." Ucap Becca seraya mengusap air matanya.
"Nadia, tolong jangan lakukan ini." Ucap Sang Mama.
"Ma, aku berterima kasih kepada Mama sudah memberikan aku tempat tinggal selama ini." Ucap Nadia seraya membungkuk.
Nadia lalu meninggalkan ruang tamu.
"Nadia...!!" Teriak Sang Mama.
"Becca, apakah kau meminta Nadia tentang hal ini?"
"Ma, untuk apa aku harus melakukan ini? Aku merasa bahwa Nadia adalah saudara kandung ku sendiri." Ucap Becca.
Sang Mama kemudian pergi menyusul Nadia dan mengetuk pintu kamarnya.
"Nadia, buka pintunya. Ini Mama."
Nadia lalu membuka pintu. Mamanya lantas masuk dan langsung duduk.
"Nadia, aku ini Mamamu. Katakan semuanya kepada Mama. Apakah ada yang salah? Kenapa kau memutuskan untuk menggantikan posisi Becca? Apakah Becca mengatakan sesuatu kepadamu?" Tanya Sang Mama.
"Becca tidak mengatakan apapun kepadaku. Aku yang mengajukan diriku sendiri karena aku mau." Balas Nadia.
"Mama tidak percaya itu Nadia. Katakan kepada Mama. Apakah kau mempunyai masalah?" Tanya Sang Mama lagi.
"Ma, baiklah. Aku akan jujur kepada Mama. Aku mempunyai mimpi yang aneh semalam." Balas Nadia.
"Mimpi apa?" Tanya Sang Mama. "Apakah mimpi yang sama dengan mimpi yang selalu terjadi kepadamu selama ini?"
"Iya mimpi yang sama. Tapi ada sedikit perbedaan."
"Baiklah, katakan kepada Mama apa yang terjadi dalam mimpi itu?" Ucapkan Mama.
"Wanita misterius itu berkata bahwa aku harus menggantikan posisi Becca. Dia berkata itu akan membuat hidupku bahagia."
"Dia berkata seperti itu? Jadi apakah itu alasan kenapa kau memutuskan untuk menggantikan posisi Becca?" Tanya Sang Mama.
"Iya Ma, dimana hal itu membuatku menyadari bahwa pangeran vampir itu mungkin tidak sepenuhnya jahat. Itu semua mungkin hanya imajinasi kita saja." Ucap Nadia.
"Bagaimana mungkin itu hanya imajinasi kita saja? Dia sudah membunuh kedua belas istrinya yang terdahulu."
"Ma, kita tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, jadi kita tidak bisa menghakimi dia begitu saja. Ma, jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja." Ucap Nadia mencoba meyakinkan Sang Mama.
"Nadia, bahkan walaupun kau percaya akan hal itu, Mama tetap tidak bisa melepaskan mu."
"Ma, bagaimana kalau begini saja. Jika aku sampai disana dengan masih hidup, aku akan mengirimkan surat pada Mama untuk mengetahui bahwa aku baik-baik saja."
"Kau akan melakukan hal itu?" Tanya Sang Mama.
"Iya, aku berjanji pada Mama."
"Baiklah kalau begitu, jika kau berjanji padaku, Mama tidak punya pilihan lain selain membiarkanmu pergi. Mama keluar sekarang, kau harus beristirahat."
"Baiklah." Ucap Nadia.
Setelah Sang Mama pergi, Nadia menghela napas panjang. Dia bahkan tidak yakin apakah dia bisa mempercayai wanita misterius yang selalu muncul dalam mimpinya itu.
Siapa orang yang mau mempercayai seorang wanita yang mereka lihat di dalam mimpi?
Tapi disaat yang bersamaan, Nadia juga tidak mau melihat Becca mati di tangan pangeran vampir itu, apalagi Becca tampak begitu ketakutan.
"Aku tidak akan mati dengan mudah. Aku akan berusaha semampuku sampai nafas terakhirku." Ucap Nadia seraya berjalan keluar rumah untuk menghirup udara segar.
Nadia berjalan di sepanjang trotoar dan melihat bunga-bunga yang indah dan juga pepohonan di temani kelipnya bintang malam.
Bersambung....
Hari pernikahan itu pun tiba di mana Nadia akan menikah dengan pangeran vampir. Nadia tengah bersiap-siap. Becca tampak masuk kedalam kamarnya.
Becca langsung meminta maaf pada Nadia dengan menangis dan Nadia pun memeluk dirinya. Nadia meminta Becca berjanji padanya untuk menjaga Sang Mama. Setelah beberapa saat, Mama mereka kemudian masuk ke dalam kamar dan langsung memeluk Nadia. Dia juga tampak menangis tersedu-sedu.
"Nadia, jika kau tiba di sana dengan selamat ingatlah untuk menulis surat untuk Mama. Mama sangat mengharapkan hal itu."
"Ma, jangan khawatir. Aku sudah berjanji kepada Mama. Aku akan menulis sebuah surat untuk Mama."
"Apakah kalian sudah selesai? Ini sudah waktunya." Ucap seseorang dari utusan pangeran vampir.
"Mama, jangan menangis." Ucap Nadia
Mereka semua lalu melakukan beberapa ritual pernikahan dan Nadia melihat mamanya dan Becca menangis. Kemudian semuanya tampak buram sebelum Nadia menyadari hal itu, ternyata dia sudah berada di dunia vampir. Pakaiannya bahkan sudah berganti. Kemudian Nadia melihat seseorang pria misterius menunggu dirinya.
Nadia pun mengikuti pria misterius itu. Dan dia melihat orang-orang lainnya, mereka tampak begitu bahagia.
Nadia pun lantas mencoba untuk bersikap tenang. Dia melihat istana yang sangat besar dan indah. Bahkan Nadia belum melihat bagaimana dalam dari istana itu. Tapi Nadia sudah bisa yakin bahwa istana itu sangat indah hanya dengan melihat dari luar saja.
"Ayo masuk." Ucap pria misterius itu.
Kemudian Nadia mengikuti pria itu dan masuk ke dalam istana. Nadia melihat para pelayan, mereka tampak berbaris menunggu untuk menyapa dirinya.
"Selamat datang...." Ucap semua pelayan itu.
Ini adalah pengalaman pertama bagi Nadia diperlakukan seperti seorang putri. Pria yang diikuti oleh Nadia tadi kemudian berbicara kepada semua pelayan meminta mereka untuk pergi
Kemudian pria itu menghentikan seorang pelayan.
"Amanda tunggu di sini."
Gadis itu lantas berhenti berjalan.
"Nadia, ini akan menjadi pelayanmu. Kau bisa memerintah nya kapanpun."
"Pelayan ku?" Tanya Nadia.
"Iya, Amanda bawa Nadia pergi ke kamarnya dan persiapkan dia." Ucap pria itu.
"Baik Tuan."
Pelayan bernama Amanda itu lantas melihat kearah Nadia, dan kemudian mengajak Nadia untuk mengikuti dirinya. Nadia pun mengikuti langkah pelayan itu menuju sebuah kamar.
"Ini akan menjadi kamar mu mulai sekarang."
"Baiklah, terima kasih." Balas Nadia.
"Jika kau membutuhkan sesuatu, panggil saja aku." Ucap Amanda lagi.
"Baiklah." Balas Nadia.
Amanda pun pergi dan ini adalah pertama kalinya bagi Nadia melihat sebuah kamar yang begitu besar. Nadia lalu melihat sekeliling kamar dia duduk di atas tempat tidur yang sangat nyaman itu.
'Apa yang terjadi di sini? Apakah mereka mencoba membuatku merasa nyaman sebelum mereka membunuhku. Baiklah, jika memang seperti itu, maka biarkan aku merasa nyaman sebelum aku mati.' Ucap Nadia dalam hati.
Nadia lalu melihat sebuah tombol alarm di dinding, dia lantas memencet tombol itu.
'Apa? Aku tidak melakukan apapun.' Ucap Nadia dalam hati yang melihat tiba-tiba Amanda masuk ke dalam kamar dengan tergesa-gesa.
"Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Amanda.
"Aku baik." Balas Nadia.
"Lalu kenapa kau memanggil ku?"
"Aku memanggilmu? Aku tidak memanggilmu." Ucap Nadia bingung.
"Iya kau memanggil ku. kau memencet tombol alarm itu. Alarm itu adalah untuk memanggil aku jika terjadi sesuatu yang berbahaya dan kau boleh memencet alarm itu."
"Oh aku mengerti, terima kasih karena sudah mengingatkan aku."
"Baiklah jika tidak ada apa-apa, aku akan pergi."
"Tunggu, ini adalah pertama kalinya bagi diriku berada di sini. Kenapa di sini sangat sunyi dan dimana pria yang seharusnya menikah denganku itu?"
"Kau bertanya terlalu banyak disaat yang bersamaan. Aku hanya akan menjawab 1 pertanyaan. Jadi, apa pertanyaan yang ingin kau tanyakan?"
'Pertanyaan apa yang seharusnya aku tanyakan? Tempat ini sangat sunyi dan tidak hanya itu, aku belum melihat pria yang seharusnya menikah denganku. Mungkin aku harus bertanya tentang dimana dia.'
Amanda lantas melambaikan tangannya di depan wajah Nadia.
"Permisi, apakah kau baik-baik saja?"
"Maaf, aku tengah berpikir. Aku ingin menanyakan kepadamu dimana pria yang menikah denganku itu. Aku belum melihatnya sejak aku tiba di sini."
"Oh jangan khawatir, kau akan melihat pangeran nanti."
"Baiklah terima kasih, dan bisakah aku menulis surat?"
"Bukankah aku sudah berkata, hanya satu pertanyaan saja."
"Ayolah, aku tahu kau berkata hanya satu pertanyaan. Tapi aku mau menulis surat untuk mamaku dan aku berjanji kepada Mama, saat aku tiba di sini, aku akan menulis surat. Mama pasti sangat khawatir kepadaku sekarang."
'Kasihan sekali gadis ini. Dia akan menjadi salah satu dari banyak istri yang mati sebelum bisa melihat pangeran.' pikir Amanda.
"Baiklah, aku akan membantu mu menulis surat dan aku akan memberikan kepada penjaga yang akan mengirimkan surat itu kepada orang tua mu."
"Terimakasih banyak, kau tidak tahu apa yang sudah kau lakukan kepadaku sekarang ini sangat berarti. Aku sangat menghargai nya." Ucap Nadia senang.
'Kenapa dia berterima kasih kepadaku? Aku hanya melakukan semua hal kecil ini dan dia berterima kasih kepada ku?' pikir Amanda.
"Siapa namamu?" Tanya Nadia.
"Amanda."
"Namaku Nadia."
"Nadia, apa artinya?" Tanya Amanda.
"Itu artinya harapan."
"Itu adalah nama yang bagus dan mempunyai arti yang bagus juga."
"Terima kasih, kau adalah orang yang pertama selain keluargaku yang mengatakan hal itu kepadaku."
"Benarkah?" Tanya Amanda tampak tidak percaya.
"Iya."
"Baiklah, aku pergi dulu. Dan cepatlah tulis surat mu."
Sebelum Amanda pergi, dia memperingatkan kepada Nadia agar Nadia tidak berjalan terlalu jauh atau apapun yang akan terjadi padanya, bukanlah kesalahan orang lain. Tapi kesalahan Nadia sendiri. Amanda juga mengatakan bahwa sekarang Nadia berada di dunia vampir, yang dimana semuanya jauh berbeda dengan dunia manusia.
Nadia pun bertanya-tanya apa yang dimaksudkan oleh Amanda. Tapi Amanda tidak menjelaskan apapun lagi, dan langsung pergi begitu saja.
Hal itu membuat Nadia semakin bingung. Nadia bahkan tidak yakin apakah mereka akan mengirimkan suratnya kepada Sang Mama atau tidak. Tapi apa yang bisa dilakukan Nadia? Dia hanya bisa menunggu saja.
------------
Satu bulan sudah berlalu....
Nadia, belum juga melihat pangeran vampir itu. Nadia terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa pangeran itu belum juga menunjukkan dirinya.
Satu bulan itu terasa begitu membosankan bagi Nadia karena tidak ada yang bisa dilakukan. Dalam satu bulan itu, Nadia semakin dekat dengan Amanda, mereka sudah berteman baik. Nadia bahkan tidak pernah keluar dari dalam istana sejak dia tiba dan istana itu sangat sunyi.
Tak ada yang bisa dilakukan Nadia. Dia hanya bisa berkeliling di dalam istana dan menghabiskan waktunya mengobrol dengan Amanda. Seperti yang dilakukan Nadia hari ini.
Dia tengah duduk di dalam kamar bersama Amanda membaca buku sembari mengobrol. Tapi, setiap kali Nadia bertanya tentang keberadaan pangeran, Amanda selalu berkata bahwa pangeran akan segera datang.
Tiba-tiba sebuah bel berbunyi.
"Bel apa itu?" Tanya Nadia.
Itu adalah pertama kalinya bagi Nadia mendengar suara bel seperti itu.
"Pangeran sudah datang." Ucap Amanda bergegas.
"Tunggu dulu, apakah kau yakin?" Tanya Nadia gugup.
"Iya, kapanpun pangeran datang, bel itu akan berbunyi. Aku harus pergi sekarang dan menyapa pangeran."
"Tunggu dulu, bagaimana denganku? Apakah aku harus pergi?"
"Tidak, pangeran yang akan datang bertemu dengan mu sendiri, karena kau sudah menunggu lama untuk bisa bertemu pangeran."
Amanda pun pergi meninggalkan Nadia yang tampak begitu gugup secara tiba-tiba.
"Apakah aku harus bahagia karena dia kembali atau takut. Aku tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini." Ucap Nadia.
Nadia benar-benar berubah gugup. Disisi lain, ia merasa lega karena pada akhirnya pangeran datang dan dia akan segera bertemu dengannya. Tapi, disisi lain, Nadia juga sedikit takut jika semua rumor yang beredar tentang pangeran yang membunuh semua istrinya itu benar.
"Apakah aku akan mati hari ini?" Ucap Nadia dengan wajah khawatir.
-----------
"Pangeran, selamat datang kembali. Nadia sudah menunggu anda."
"Dia adalah wanita pertama yang menunggu diriku dan tidak membunuh dirinya sendiri." Ucap pangeran vampir itu tersenyum.
Pangeran vampir itu lantas langsung bergegas menuju kamarnya untuk menemui sang istri yang sudah setia menunggu kedatangannya selama satu bulan ini. Saat tiba di kamar, Nadia tampak tengah melamun, dia bahkan tidak menyadari kapan pangeran tiba di dalam kamar.
"Hey...." Ucap pangeran itu.
Nadia melihat pangeran vampir itu untuk pertama kalinya. Pangeran vampir itu sangat tampan, usianya terlihat sama seperti Nadia. Matanya sangat indah, tubuhnya tegap, meski kulitnya terlihat sedikit pucat. Pesona pangeran vampir itu benar-benar membuat Nadia terdiam. Nadia tidak pernah menyangka bahwa pangeran vampir yang dibicarakan banyak orang selama ini akan setampan ini.
'Kenapa orang orang berkata bahwa pangeran itu adalah pria tua?' pikir Nadia.
"Kenapa kau melihat aku seperti itu?" Tanya pangeran.
"Tidak apa-apa." Balas Nadia.
"Siapa namamu?" Tanya pangeran vampir itu.
"Namaku Nadia yang artinya harapan."
"Nama itu sangat bagus." Ucap pangeran dan duduk di atas tempat tidur.
Meski ragu, Nadia mencoba memberanikan dirinya untuk bertanya pada pangeran vampir itu.
"Bagaimana denganmu?" Tanya Nadia.
"Aku Kevin."
"Kevin....! Nama yang sangat bagus."
"Terimakasih."
Tiba-tiba, tanpa aba-aba pangeran itu langsung menarik Nadia ke atas tempat tidur dan dia langsung berada di atas tubuh Nadia. Jantung Nadia berdegup begitu kencang. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan pangeran vampir itu padanya.
"A..... apa yang kau lakukan?" Ucap Nadia yang mulai ketakutan.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!