Selamat datang di cerita Gadis Kecil Milik Mr. Mafia!!
♡ Semoga menghibur ♡
﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌
Gedung Ex-Lab Huateng Group, 09.00 PM.
Dor!
Terdengar suara senjata api memekakkan telinga, beberapa orang tengah terlibat baku tembakan dalam pertempuran antar organisasi gelap, mereka sedang berselisih di sebuah gedung terbengkalai di pinggiran ibu kota negara S.
Dor!
Dor!
“Sam!" pekik pria yang masih terbilang muda pada salah satu anggota yang merupakan asisten khususnya. “Bawa beberapa pasukan ke barat, kamu bekukan anak buah Tuan Don yang membawa serumnya!”
“Lantas anda bagaimana?” sahut pemuda itu menanggapi titah tuannya.
“Ada Ken yang akan ikut serta denganku, hanya beberapa orang saja sudah cukup. Aku akan menghabisi Si Don sekarang juga!”
Mereka adalah salah satu kelompok di jaringan hitam yang terkenal dengan sebutan organisasi tanpa nama. Mereka juga merupakan pembunuh bayaran termahal dan paling ditakuti oleh kelompok lainnya. Diketahui bahwa ketua kelompok mereka adalah putra sulung dari keluarga ternama Kaviandra. Tidak ada yang tidak mengenal kekejaman mereka di pasar gelap. Misi yang mereka jalankan saat ini adalah mengincar salah satu kelompok pembuat dan pengedar obat terlarang yang lebih dikenal dengan sebutan senjata biologis XY.
Sesuai dengan pesanan tuannya, mereka akan bertugas mencuri data, mengambil barang secara paksa, bahkan melenyapkan nyawa siapa saja yang menghalangi jalan misinya. Jika ingin menyewa jasa mereka, tentu saja harus merogoh kocek yang sangat dalam.
Dor!
Dor!
Suara baku tembakan terus terdengar semakin nyaring dengan interval yang berdekatan. Sudah banyak korban yang berjatuhan dari kedua kelompok bersangkutan. Namun, di lihat dari kondisi mereka saat ini, organisasi pengedar semakin terpojok!
“Tuan, kita terkepung!” Salah satu anak buah musuh memekik pada ketua kelompoknya.
“Dasar tolol!" sungut ketua kelompok berang.
"Cari jalan keluarnya, amankan barang milik kita!” Dengan tatapan nyalang ketua anggota yang diketahui bernama Don tengah menginstruksikan anak buahnya. “Jika sampai Mr. K mengambilnya, tamat riwayat kita, sekalipun kita lepas dari genggaman Mr. K, Tuan kita juga akan menghabisi nyawa kita nantinya!”
Seluruh anak buah tuan Don menyebar, mereka mengerti dan saling mengestafetkan brankas yang berisi satu set senjata biologis yang jadi incaran.
Pria muda yang ditakuti musuhnya itu menyeringai dengan respon ketar-ketir targetnya. Dia mengaktifkan salah satu senjata penunjang di setiap misinya. Perangkat yang dibuat berjenis lensa kontak mata dengan sistem yang ditanam dinamakan EYES yang merupakan singkatan dari Retinal Infinity Intelligent System.
Seperti yang sudah disebutkan kelompok musuh sebelumnya, pria hebat itu dikenal dengan sebutan Mr. K. Dia merupakan founder serta CEO salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi bernama K-Tech. Baginya bisnis adalah pekerjaan sampingan, sedangkan hal yang paling utama adalah pekerjaannya di jaringan hitam sebagai pembunuh bayaran dan pencari mangsa kejahatan.
Mr. K telah mengaktifkan EYES yang telah disinkronkan dengan matanya. EYES dikendalikan oleh sinyal saraf yang memungkinkan pemakainya melakukan tindakan yang diprogram oleh komputer. Dia telah membidik beberapa targetnya dengan bantuan EYES, dia bisa membekukkan musuh hanya dalam satu kali tembakan. Alat itu juga yang memberikan informasi lengkap mengenai data musuh dan bisa menargetkan alat vital musuhnya agar tidak ada satupun dari mereka luput dari serangan yang akan Mr. K keluarkan.
Sleeb... Sleeb... Sleeb...
“Aaarrrggg!”
Brukk!
Terdengar sejenak jeritan beberapa orang yang langsung tewas seketika, kesemuanya bersimbah darah di lantai, timah panas yang dikeluarkan Mr. K tepat bercokol di jantung mereka. Mr. K berjalan santai tanpa hambatan, memojokan satu-satunya kepala kelompok musuh yang tak lain tuan Don sendiri.
“Menyerahlah Tuan Don, kamu tinggal seorang diri!”
Kraaak!
Dengan menodongkan Revolver andalannya, Mr. K berkata dingin dengan raut wajah mengejek tentu saja.
“Hahaha, memang tidak diragukan lagi prestasi anda dalam menargetkan musuh!” Tuan Don menatap Mr. K tak kalah mengejek. “Tapi sayang, aku datang kemari juga tentu melakukan persiapan yang matang!” Tuan Don tidak mungkin menyerah pada keadaan mereka. Kelompoknya terkenal merupakan penjahat paling sulit ditaklukan.
“Kau menginginkan ini? Maka berusahalah lebih keras lagi!” Dengan tenang tuan Don masih bisa memprovokasi dan menggertak, dia juga memperlihatkan barang incarannya dengan sengaja.
Mr. K tersenyum culas, tidak ada kata menunggu atau berbelas kasih dalam kamus hidupnya. Dia telah menarik pematik senapannya, dalam hitungan detik timah panas itu telah meluncur keluar, dan─
DUAR!
Ledakan hebat terjadi di sebuah gedung terbengkalai, memporak-porandakan bangunan dan kawasan sekitarnya.
***
Keesokan harinya...
Kediaman besar Kaviandra, 09.00 AM.
Di sebuah kediaman besar seluas 5 hektar di wilayah selatan negara S, terlihat menunjukan aktivitas pagi yang didominasi oleh para pelayan kastil. Mereka terlihat sibuk berbenah seluruh area kastil dan mempersiapkan keperluan tuannya.
“Selamat pagi Nona Muda.” Salah satu pelayan menunduk dan menyapa kedatangan salah satu tuannya.
“Pagi!” sahut wanita muda menghentikan langkah kakinya dan segera bertanya pada pelayan kediaman. “Mengapa sangat sepi? Kemana semua orang?”
Wanita muda yang baru datang itu adalah nona kedua Kaviandra, bernama lengkap Karennina Kaviandra. Dia menyelidik tiap sudut area kediaman, namun tidak ada aktivitas berarti dari keluarga besarnya. Biasanya dia akan disambut oleh ibunya yang selalu berada di ruang tengah, bahkan dia kehilangan suara bising sepupu angkatnya.
“Ijin menjawab Nona, Tuan dan Nyonya Besar sedang pergi ke Eropa sudah sekitar sepekan, sedangkan Tuan Muda biasanya tidak akan kemari jika tidak ada kepentingan.”
“Lalu Si Degil Farah?” Karen menyela dan langsung bertanya keberadaan sepupu kesayangannya.
Dengan raut wajah cengengesan si pelayan berusaha menjelaskan pada majikannya, seolah Karen akan bisa menerka sendiri dimana keberadaan sepupunya. Karen mengulumkan senyum, dia mengerti dan bergegas menuju ke salah satu kamar di sana.
Keluarga besar Kaviandra terdiri dari tuan besar Kaviandra beserta istrinya Xiao Lyn atau lebih mudah di panggil nyonya Lyn. Mereka dianugerahi sepasang anak, laki-laki dan perempuan. Putra sulung mereka bernama Keenan Kaviandra dan putri mereka Karennina Kaviandra.
Mari kita bahas sekilas mengenai putra sulung mereka yang menjadi kebanggaan keluarga Kaviandra. Keenan Kaviandra di usianya yang kedua puluh tahun telah membangun perusahaannya sendiri. Karakternya yang pemberani dan dingin, serta pandangannya yang sinis, ia terus melakukan pengembangan dan akuisisi di setiap sektor usaha. Pada akhirnya dia membuat group multinasional yang bergerak di bidang software dan sistem tercanggih di setiap perangkat pintar. Produknya hampir memonopoli seluruh dunia di bawah nama K-Tech.
Saat ini dia terlibat di semua bidang ekonomi termasuk KGroup milik keluarga besarnya. Tahun ini tuan besar Kaviandra sudah rampung menyerahkan urusan bisnis keluarga untuk dikelola Keenan keseluruhan. Selama bisa menghasilkan uang tidak ada yang bisa menghalanginya dalam mengembangkan diri dan mengembangkan perusahaannya. Hasil tidak pernah mengkhianati usaha adalah slogan yang selalu ditanamkan Keenan dalam benaknya. Atas kerja kerasnya itu, K-Tech dan KGroup telah menjadi salah satu perusahaan terbesar di negara S.
Braaak!
Tanpa mengetuk pintu kamar terlebih dahulu, Karen membuka pintu dengan kasar. Karen memang terbiasa menerobos masuk kamar sepupunya. Dia berniat usil, dengan cepat Karen menarik selimut tebal yang menutupi tubuh mungil si empunya. “Farah Lee bangun anak manja!” pekik Karen nyaring.
“Apa kamu berniat jadi putri kesiangan, hah?!” sambungnya terdengar seperti ibu tiri.
Satu hal lagi, tidak hanya ada putra dan putri Kaviandra yang berada di kediaman besar. Mereka juga memiliki seorang gadis yang diangkat menjadi anggota keluarga Kaviandra. Gadis kecil itu adalah Farah Lee, yang merupakan anak sulung dari keluarga Lee di negara B. Sejujurnya Farah di angkat menjadi anak, namun karena satu dua hal, dia di kenal sebagai adik sepupu bagi Keenan dan Karen di hadapan publik.
Farah Lee dan keluarga besarnya mengalami kemalangan. Ayahnya terbunuh saat dia berusia sekolah dasar, sampai saat ini pelaku pembunuhan belum diketahui pasti dan apa motif dari pembunuhan itu semua lenyap tanpa ada penyelidikan berarti. Perusahaan Lee mengalami collapse dan meninggalkan hutang dimana-mana. Keluarga Kaviandra datang memberikan angin segar dan bantuan.
Sekilas mengenai keluarga Lee, mereka terdiri dari tuan Lee Choi dan nyonya Marry, keduanya dianugrahi sepasang anak lelaki dan perempuan, tak ubahnya keluarga Kaviandra. Farah merupakan anak sulung, kemudian ada Daniel Lee yang merupakan anak bungsu. Anak bungsu Lee memiliki penyakit jantung bawaan , dia harus menerima beberapa tindakan pengobatan dengan biaya yang tak sedikit. Di bawah pengawasan Keenan seluruh keluarga Lee mendapatkan bantuan finansial untuk membantu keluarga Lee bangkit dari keterpurukan dan musibah yang mereka alami.
Sesuai kesepakatan hitam di atas putih, Farah dibiayai untuk bersekolah di negara S dan tinggal bersama keluarga Kaviandra. Hampir separuh usia Farah yang sudah memasuki 20 tahun ini, dihabiskan bersama keluarga Kaviandra.
Terlihat Farah mulai mengulat, merentangkan kedua tangan dan menguap tanpa sadar. “Bentar lagi Bi,” cicitnya malas kembali menutup mata.
“Bibi?! Kamu sungguh sangat dimanja oleh ibuku!” tukas Karen dingin bersedekap tangan di samping ranjang.
Farah terbelalak dan terbangun sempurna setelah mendengar suara yang dia kenal dan sangat dia rindukan itu.
“Kareen!" jerit Farah seketika memekakan ruangan.
Farah langsung menghambur memeluk sepupunya erat, dia sungguh sangat merindukan wanita yang sudah dianggap seperti kakak kandung dan sahabat terbaiknya. Dia berterima kasih pada Tuhan yang telah mengirimkan Karennina untuknya. Begitu pula sebaliknya, Karen begitu menyayangi gadis kecilnya.
"Oh jadi begini kelakuan kamu jika tidak ada aku, hm?" Karen mencubit lemah salah satu pipi Farah.
"Ish, apa sih... Aku tanpamu bagai sayur sop tanpa roy-co!" cicit Farah langsung memeriahkan suasana.
Bagi Farah, membuat keluarga Kaviandra bahagia adalah jalan ninjanya, apalagi Karen. Oleh karenanya, Farah memilki tempat tersendiri di hati keluarga besar Kaviandra.
"Hi ilih, mandi sana!" Karen segera mendorong tubuh Farah dan menepuk bokong mungilnya.
Farah tidak ingin beranjak, dia sengaja membuat Karen kesal dengan memeluknya begitu erat. Keduanya terlibat saling melempar candaan. Tak berapa lama Farah menyudahi dan benar-benar bersiap membersihkan dirinya.
“Eh, tunggu!" Farah menghentikan langkah kakinya tepat di hadapan pintu kamar mandi. "Ada Karen berarti ada Si Balok Es!” gumam Farah lirih berbalik kembali.
“Kak Keenan pulang juga, kah?” pekik Farah sedikit berteriak menghentikan langkah kaki sepupunya sebelum menghilang dari kamarnya.
“Dih, Keenan aja yang lu cari!” Karen berbalik menjawab kesal, lalu kembali melanjutkan langkah keluar dari kamar Farah.
Farah sempat mengerucutkan bibirnya, lantas bersiul dengan riang. Dia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Tanpa sepengetahuan keluarga besar Kaviandra, Farah diam-diam menyukai kakak sepupunya, Keenan Kaviandra. Dia begitu bersemangat hari ini, seperti keyakinannya, dimana ada Karen maka Keenan akan kembali hadir di kediaman!
--- To be continue ---
Condominium Royal, 09.00 AM.
Di waktu yang sama di tempat yang berbeda, terlihat sama sibuknya dari beberapa pelayan kediaman. Keenan atau putra sulung Kaviandra memiliki mansionnya sendiri, rumahnya berada di salah satu kondominium terbaik di negara S.
"Paman Tang, apa Tuan Muda baik-baik saja?!" Suara pria yang tidak terlalu dominan membuyarkan aktivitas kepala pengurus rumah di Condo.
Pria yang menyapa itu bernama Samuel Park, atau lebih akrab di panggil Sam. Dia merupakan asisten khusus Keenan. Pria itu bergegas mendekati paman Tang dengan sedikit gelisah. Pria paruh baya yang disapa Sam melirik dengan memetakan senyuman lebar ke arah asal suara.
"Sepertinya begitu, Tuan sedang beristirahat di kamarnya."
Braaak!
Keduanya kini mendongak setelah mendengar bunyi pintu yang dibanting cukup kencang membuat jantung Sam seolah berhenti berdetak. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya yang atletis, dia mengerti mengapa sepagi ini tuannya yang memang sudah terbiasa arogan, jauh lebih arogan lagi dalam menyambut pagi mereka.
"Sam, persiapkan rapat koordinasi dengan bagian sistem!" Keenan berjalan menelusuri anak tangga, dia langsung memberi perintah pada anak buahnya.
"B-baik Tuan," ujar asisten Sam menanggapi cepat. "Apa anda baik-baik saja?" Dengan takut-takut Sam bertanya mengkhawatirkan kondisi tuannya.
Sam bahkan telah menyeka keringat di dahi dengan tangan yang bergetar, berharap tuannya tidak mencercanya berlebihan seperti yang sudah-sudah jika misi mereka tidak sempurna.
"Kau tahu─" Keenan melangkah tegap dengan sorot mata yang tajam menusuk netra asistennya.
Pria itu berujar dingin dan terus mendekati Sam, bersiap mengintimidasi anak buah kepercayaannya. "Jika Ken telat menarik tubuhku, serta lupa mengaktifkan shields-nya, niscaya hari ini aku sedang dalam peti mati menunggu dikuburkan, dan aku akan menarikmu ikut serta setelahnya!"
Glek!
Sam menelan ludahnya dengan susah payah, dia mengerti saat ini tuannya dalam mode kebangkitan utusan alam baka. Sam mencoba tenang, dia akan membiarkan tuannya mengamuk sampai kondisi tuannya tenang, baru dia akan angkat bicara.
"Ini kemunduran Samuel!" berang Keenan kembali arogan menarik kerah baju asistennya.
Sam sampai lupa caranya bernafas, semua pelayan kediaman tidak ada yang berani melanjutkan aktivitas mereka. Termasuk paman Tang, mereka semua terdiam, jika ingin selamat.
"Bagaimana bisa EYES milikku tidak mendeteksi adanya TNT di gedung itu, hah?!"
Keenan menatap nyalang, seolah menantang berduel dengan asistennya. "Katakan pada Mr. Huang, jika tidak mempunyai jawaban atas kesalahan ini, maka aku tidak ingin lagi mendengar nafasnya!"
DEG!
Semua orang sangat mengerti bagaimana sifat tuannya jika dalam kondisi emosi. Bagi tuan mereka, nyawa itu tidak berharga. Kali ini misinya gagal, tentu saja Keenan merasa kebanggaannya hancur seketika. Teknologi ciptaan yang di banggakannya gagal menjalankan fungsinya.
Keenan telah melepaskan emosi selama sembilan puluh detik, dia melepaskan Sam yang masih mematung seperti manekin. Keenan mendengus kasar, menegaskan jasnya dan bersiap keluar. Paman Tang menyadari dan segera mencoba menghentikan Keenan dengan hati-hati.
"Maaf Tuan Muda─"
"Hm?!" Keenan berhenti dan berbalik badan, dia menatap tajam pengurus rumah yang sudah mengabdi pada keluarga Kaviandra hampir separuh usianya itu.
"Saya mendapat kabar dari kediaman besar, Nona Muda telah kembali."
Sebelumnya, Karen memang memberi pesan pada kepala pengurus Chen untuk memberitahukan paman Tang tentang keberadaannya di kediaman, dengan begitu Keenan akan segera mengunjunginya.
"Karen?!" gumamnya merubah raut wajahnya seketika. "Heh, Si Degil ini datang tidak mengabariku, awas ya!" Keenan terkekeh dengan sedikit senyuman.
"Sam, mundurkan rapat! Aku sudah berbaik hati memberikan kalian kesempatan mencari jawaban, tapi ingat aku menginginkan jawabannya setelah jam makan siang!"
Keenan mengkoreksi titahnya pada Sam dan dia segera merubah tujuannya.
"Huh!" Sam mengusap dadanya lega. "Tadi setengah horor dia bilang harus segera ditangani!" umpat Sam lirih mengambil oksigen yang sebelumnya dia tahan.
"Sam, kamu kayak baru kenal Tuan saja!" sahut pengurus Tang terkekeh dengan menggelengkan kepala dan kembali pada pekerjaannya.
***
Tanpa menunggu lama Keenan telah berada di kediaman besar, seluruh pelayan menunduk menyambut kedatangan tuan mudanya yang merupakan ahli waris utama KGroup. Pria itu langsung berjalan menuju ruangan yang sudah sangat dihapal dimana keberadaan gadis kesayangannya.
Di ruang makan kediaman yang cukup luas yang bergaya kerajaan, sudah terlihat dua wanita yang tengah berbincang saling melempar umpatan seperti biasanya.
"Lu datang ga bawa oleh-oleh?!" sungut Farah kesal.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan bersedekap tangan dan menatap wajah sepupunya kesal. Karen yang ditatap demikian justru terbahak. Sudah sangat lama rasanya, dia tidak merasakan lagi atmosfer seperti sekarang ini.
"Dih, sebaaal!" Farah masih merutuk kesal. "Tinggal aja jauh di Negeri Paman Sam, beliin gantungan kunci, apa magnet kulkas aja kagak mampu! Lu Ratu tega emang... Huaaa!"
Sudah hal yang biasa melihat Farah merengek manja pada Karen, bahkan pada paman dan bibinya Farah berani melakukannya. Karen memperlakukan Farah benar-benar seperti adik kandungnya sendiri.
Karen menggelengkan kepalanya dengan tingkah kekanak-kanakan Farah yang tidak pernah luntur, walau gadis kecil mereka tahun ini sudah menginjak usia kepala dua. "Minta dibeliin apa sih? Di sini juga kan ada?"
"Dah gak usah lebay, gimana kuliahmu? Udah lulus?"
"Ya belum lah, aku baru masuk semester lima." Farah memasukan roti panggang kemulutnya.
"Buruan, biar cepet jadi sekretaris aku." Karen menatap Farah lekat dengan perasaan bahagianya.
"Benarkah? Sekarang pun aku siap... Aku siap... Aku siap!"
Farah kembali membuat hari Karen berwarna dengan tingkah absurd-nya. Farah tengah meng-copy kata yang selalu diucapkan salah satu tokoh kartun kuning yang terkenal.
"Karen?!"
Kedua gadis itu langsung membalikan wajah mereka menatap asal suara. Suara husky dari pria paling tampan, paling dingin, dan paling arogan di kediaman Kaviandra, yang juga mampu mengoyak batin para wanita tengah kembali berada di kediaman. Dialah raja alam baka Keenan Kaviandra!
"Kakaaak!"
Karen bangkit segera dari kursi dan berlari kecil memeluk tubuh Keenan dengan sangat erat. Keenan membalas memeluk adiknya tak kalah erat.
"Kakak rindu sekali!" ucapnya sendu. "Bagus ya, kamu ga ada bilang sama kakak mau pulang!"
Tidak akan ada yang percaya bahwa, pembunuh paling kejam itu memiliki hati yang lembut pada keluarganya. Keenan melonggarkan pelukan, mengapit kedua pipi tirus adiknya sampai bibir gadis itu mengerucut. Tak sampai di situ, Keenan mencium pipi adiknya gemas. Tanpa mereka sadari Farah memperhatikan keduanya dengan perasaan yang tidak nyaman, alias cemburu berlebihan.
Farah membuang muka, dia tidak ingin melihat pemandangan menyesakan hatinya. Dia bahkan menghembuskan nafasnya berat. Sudah tidak bisa disembunyikan lagi dan memang tidak seharusnya dia cemburu pada saudara kandung pria tambatan hatinya. Farah kembali merutuki tingkah Karen, kadang gadis itu tidak habis pikir dengan Keenan yang seolah memiliki sifat menyimpang kepada adiknya.
Bagi yang tidak mengenal dan tidak mengetahui dua bersaudara Kaviandra, Keenan memang sangat memanjakan adiknya. Bahkan tak jarang Farah beranggapan bahwa, kakak sepupunya itu kelainan jiwa. Dia lebih sering memperlakukan Karen seperti kekasihnya di banding bersikap seperti memanjakan adiknya.
Bagi keluarga dan orang terdekat, mereka mengetahui bahwa, hanya ada dua wanita yang dihormati bahkan menjadi kelemahan terbesar Keenan. Mereka tentu saja ibu dan adiknya!
"Kak, temani aku seharian di rumah ya hari ini?" Karen menggelayut manja di leher kakaknya, terlihat Farah mencibir aksi Karen di kursinya.
Karen bukan tanpa sebab melakukan hal itu, dia paling senang mengusili sepupunya. Dia tahu, Farah sangat menggilai kakaknya. Walau Farah tidak pernah mengakuinya, tapi Karen bukan orang bodoh yang tidak bisa melihat sikap Farah selama ini saat berdekatan dengan kakaknya.
"Tidak bisa Sayang... Kakak ada pekerjaan siang ini!" hardik Keenan membuyarkan kesenangan Karen. "Mungkin, sore kakak bisa usahakan." Keenan menyentuh hidung mancung Karen dengan jari telunjuk besarnya. Tak ketinggalan senyum menawan dipetakan Keenan di wajah bersih super tampan bagi siapapun yang melihatnya.
'Sial! Aku merasa kenyang melihat senyuman Kak Keenan. Walau senyuman tidak mengenyangkan, tapi tadi itu benar-benar bisa melayangkan anganku terbang ke atas awan! Huh, mengapa juga Kak Keenan sangat tampan dan tak tergapai, huhu...'
Farah kembali mengaduk hot chocolate di hadapannya dengan raut wajah lemas, dia tidak sanggup lagi melihat tingkah duo keong racun mengoyak batinnya.
Karen menyadarinya, dia menyunggingkan senyuman culas dan kembali menuju kursi. Karen juga mulai bersiap melancarkan serangan berikutnya. "Heh Degil, tadi katanya kangen sama Kak Keenan?!" Karen menatap serius Farah. "Kamu nanyain mulu kan tadi, dimana Keenan? Kakak pasti ikut kamu kan, mana? Mana?" Karen cekikikan mencecar dan menggoda Farah dalam waktu bersamaan.
Farah mendelik dengan hampir mengeluarkan seluruh bola matanya. Farah juga membuka mulutnya lebar, jantungnya sudah berdegup dua kali lipat dengan begitu cepat dari sebelumnya. Apalagi saat Keenan ikut serta memperhatikan keberadaannya. Farah jauh lebih ingin mengubur dirinya dalam lubang sekarang juga.
"Bang-sat," lirih Farah menegaskan bahasa bibirnya di hadapan Karen.
Farah seperti tengah dilucuti saat ini, dia bahkan tidak memiliki keberanian menatap wajah pria yang telah mencuri hatinya. Karen menyadari perubahan sikap Farah, dia malah semakin gencar memanasi dengan terus bermanja ria di samping kakaknya.
Keenan yang tidak tahu apa-apa tentu saja merespon tindakan adik kesayangannya. Dia tak kalah mesra memperlakukan Karen. Sungguh hati Farah terasa panas membara saat ini, dia berusaha bersikap wajar, walau sejujurnya inginnya melerai dan memaki di depan kedua bersaudara yang tidak memiliki ahlaq di hadapan jomblo seperti Farah.
--- To be continue ---
Walau Keenan bersikap dingin dan seolah tidak peduli pada adik sepupunya. Namun, sudut matanya tetap saja bisa dengan jelas melihat reaksi Farah saat ini. Adiknya tengah terbahak dan selalu saja seperti yang Keenan ketahui, Farah akan dikerjai habis-habisan oleh adiknya. Meski begitu, Keenan paling tahu, Farah Lee adalah adik kesayangan Karennina.
"Lu mah cemen, giliran orangnya ga ada sok belagu!" cerca Karen kembali mengusili Farah. "Nih, sekarang orangnya depan mata, nyalinya kemana Sis? Hahaha." Karen begitu puas melihat respon Farah sekarang yang sudah seperti meminta di kubur hidup-hidup.
"Sebaaal!" rutuk Farah kesal pada Karen tanpa peduli lagi bagaimana gencar sepupunya mengolok dirinya.
Karen terbahak memegang perut, dia juga sudah menyeka sudut netra yang berembun saking terlalu bahagianya. Keenan menggelengkan kepala, dengan sudut bibir yang terangkat. Begitulah keseharian mereka jika sudah bersama.
"Kak, nanti sore nonton ya, pokoknya harus!" Karen berubah serius menatap kakaknya yang tengah menyesap minuman yang sudah diantarkan pelayan barusan. "Pokoknya, hukumnya wajib, ga mau tahu!" Karen mengancam Keenan, dan biasanya ini cukup efektif.
Karen memang mengetahui jadwal padat kakaknya, pria itu adalah usahawan sukses yang tidak banyak memiliki waktu luang. Tapi, saat ini dia ingin serakah. Dia rindu kembali bersama bertiga seperti sebelum dia mengenyam pendidikannya ke negeri paman sam sana.
"Oke Sayang, kakak usahakan pulang cepat." Keenan berujar dengan lembut mengacak rambut Karen dan mengulas senyum tampannya.
"Ish, jangan gitu nanti ada yang cemburu. Wlee..." Karen mengolok Farah menatapnya menggoda dan menjulurkan lidah menjelaskan siapa yang cemburu.
Farah sudah tidak peduli lagi, dia memutar bola matanya malas. Keenan sempat memperhatikan sekilas, kemudian bangkit berpamitan pada adiknya. Farah yang sulit mengendalikan dirinya terus menatap kepergian Keenan sampai menghilang di balik pilar. Karen mendelik kearah Farah, dia menyesap minumannya dengan sudut bibir terangkat.
"Apa sih yang disukai dari Kakak?! Dia itu bongkahan es!" Karen mengumpat, membuyarkan lamunan Farah yang masih menatap kepergian Keenan. "Cewek normal itu suka sama cowok romantis, you know!" timpalnya menambahkan mencoba mencerahkan pandangan adiknya.
Farah menatap sekilas pada Karen, kemudian kembali tidak peduli dan menyuap potongan roti terakhirnya. Karen mendengus, dia bangkit dan duduk mendekati Farah. "Kamu benar-benar menyukainya, kah?!" bisik Karen serius.
"Ih apa sih Karen!" tepis Farah segera membuang wajahnya yang merona.
Karen terkekeh singkat, "Emangnya kamu tidak punya pacar di kampus?"
Untuk urusan percintaan keduanya memang tidak pernah membahasnya sama sekali. Bagi Farah, sangat memalukan jika dia harus mengutarakan perihal cinta monyetnya. Terlebih sampai detik ini hatinya hanya tertawan pada satu pria yang tak lain dan tak bukan kakak sepupunya sendiri.
"Apa kamu sangat ingin tahu?" sahut Farah menatap Karen dengan tatapan menggodanya.
Karen memutar bola mata malas dengan tanggapan sepupu tengilnya.
"Aku memiliki standar tinggi dalam memilih pasangan. Sejauh ini, tidak ada yang menarik perhatianku kecuali Kakakmu tentu saja!" Farah bercanda bermaksud memanasi dan ingin mengetahui apa respon Karen jika dia tahu bahwa sepupunya menyukai kakak kesayangannya.
"Cih, jangan jadikan Keenan sebagai standar cowokmu," sahutnya dengan nada mengejek. "Apa kamu tidak berpikir dia kelainan? Sudah selama 28 tahun dia tidak pernah membawa pasangannya!"
Pernyataan Karen membuat Farah membuka mulutnya lebar. Dia tidak menyangka Karen akan menjatuhkan image kakaknya sendiri. Farah terbahak dalam dirinya, dia tidak lagi merespon Karen. Dalam hatinya Farah tetap teguh akan penilaiannya. Bagi Farah, tidak ada pria yang sesempurna kakak sepupunya.
***
Kantor Pusat K-Tech, 11.00 AM.
BRAAK!!
Pintu terbuka kasar, semua orang menoleh dengan degup jantung yang bekerja dua kali lipat dari sebelumnya. Mereka terkejut, pasalnya kedatangan tuannya tidak sesuai dengan yang dijadwalkan oleh asisten Sam, tuannya sudah berada di K-Tech dua jam lebih awal dari jadwal sebelumnya.
"Selamat pagi Tuan Muda!"
Seluruh karyawan di dalam laboratorium teknologi menunduk dan memberi hormat pada orang nomor satu di kantor mereka. Denyut jantung mereka berdebar, keringat langsung bermunculan. Mereka juga langsung merasakan udara yang mereka hirup berkurang kadar oksigennya. Mereka sudah merasakan sesak, walaupun tuannya belum bertindak apa-apa bahkan berbicara saja tidak!
"Apa kalian sudah mengetahui alasan malfungsi EYES milikku?!" Dengan tatapan nyalang berhawa dingin, tuannya menatap satu per satu bawahan yang difungsikan menciptakan teknologi terbarukan di perusahaannya.
Keenan bergerak menatap layar besar dengan panel yang terus bergerak, panel itu menunjukan grafik statistik tingkatan kinerja sistem ciptaannya. Dia terus menyelidik mencari celah yang rusak, tidak ada satupun yang berani menginterupsinya. Keenan menekan bar di pusat laboratorium, tak berapa lama terdengar suara seorang wanita khas yang selalu digunakan oleh teknologi Siri yang meminta kode verifikasi untuk membuka portal.
Welcome to K Technology, voice activation required─
"Activated!" Keenan segera mengeluarkan suara sebagai kunci membuka akses dunia virtualnya.
Welcome back Mr. K, have a nice day!
Keenan mendapatkan akses mengendalikan seluruh sistem teknologi di ruangan itu. Dia mensinkronkan jemari tangan dan fungsi retina matanya. Dengan tangan kosong, dia menarik salah satu garis vektor sistem dengan mudah, ia langsung membuka panel dan menarik sesuai keinginannya untuk memperbesar atau memperkecil tampilan, dia juga bisa membuka atau membuang panel yang diinginkan atau yang tidak diinginkannya dengan satu kali jentikan.
"Apa ini!" Keenan memaki langsung saat dia mengetahui ada algoritma yang salah disana. "Kalian sekumpulan sampah idiot!" berang Keenan memaki bawahan dengan lantang.
BRAK!
Tanpa bisa dihindari, Keenan melempar layar besar dengan kursi yang berada tak jauh darinya. Dia memanfaatkan energi magnetik yang bisa dikendalikan di tangan dan melempar kursi dengan mudah tanpa menyentuhnya. Semua orang yang berada disana tersentak dengan perasaan mencelos. Mereka serba salah, berbicara bisa salah, bungkam pun bisa jauh lebih celaka.
"Apa masalah sekecil ini harus aku yang tangani langsung, hah?!" Keenan berkacak pinggang, emosinya kembali menyelimuti tubuhnya. "Kalian sungguh tidak becus, membunuh kalian semua juga aku rasa percuma!"
Semua orang sudah teramat takut dengan tuannya yang sedang emosi. Salah satu di antara mereka membuka mulutnya dan mengeluarkan kata menenangkan tuannya.
"M-maafkan kami Tuan, secepatnya kami akan kembali perbaiki algoritma EYES di tahap lanjutan!" Dengan bercucuran keringat dingin, salah satu petinggi sistem K-Tech yaitu Mr. Huang tengah angkat bicara mewakili timnya.
Mr. Huang sangat tahu perangai tuannya, dia harus segera membesarkan hati tuannya jika ingin selamat.
"Secepatnya?!" Mata Keenan mengunci tatapan Mr. Huang dengan wajah yang sudah pucat pasi.
"B-besok Tuan! Perbaikan sistem akan rampung esok!" sahut Mr. Huang segera mengetahui kesalahannya.
"Besok?!" Keenan kembali tidak puas dengan jawaban stafnya.
"H-hari ini! Hari ini juga saya akan perbaiki dan selesaikan!"
"Heh!" Dengan tersenyum culas, Keenan cukup puas dengan respon anak buahnya yang pengertian akan keinginannya.
"Dalam waktu lima jam kedepan, aku ingin semuanya selesai. Aku akan memeriksanya langsung!" Keenan memberikan perintah dengan nada menekan. "Jika tidak sesuai, maka enyahlah dari sini! K-Tech tidak membutuhkan orang-orang idiot yang tidak berguna!" Keenan menatap satu persatu orang-orang yang berada di ruangan bersamanya saat ini. "Aku membayar mahal kalian bukan untuk bersenang-senang! Pastikan semua sudah sesuai seperti yang aku harapkan."
Keenan mematikan pusat kontrol kendali dirinya di pusat lab. Walau sebagian besar sistem penunjang K-Tech diciptakan oleh beberapa orang, tetap saja pengendali penuh hanya bisa di pakai oleh Keenan dan Sam tentu saja. Keenan berbalik badan meninggalkan laboratorium bergegas menuju ruang pribadinya di puncak gedung. Sam mengekor di belakang tuannya segera.
"Apa jadwalku berikutnya?!" Dengan langkah tergesa Keenan bertanya pada asistennya.
"Hanya melakukan beberapa verifikasi dokumen. Salah satunya rancangan pembukaan kantor cabang di HK dan INA," sahut Sam cepat menggeser layar gadget pintarnya.
"Ok, bisa ditangguhkan! Karen memintaku pulang segera sore ini." Keenan menerima berkas dari Sam. "Lalu, apa ada kabar dari keberadaan Black Shadow?!" ucap Keenan tepat di pintu ruangan.
Black Shadow adalah nama organisasi atau kelompok musuh yang merupakan pengedar dan pembuat obat terlarang XY.
"Sepertinya, Tuan Don menyadari bahwa kita menempelkan chip pelacak, dia menghancurkannya tepat di daerah selatan Negara." Sam berujar perlahan agar tidak memicu kembali emosi tuannya.
"Beri perintah pada Ben dan timnya, kita harus segera mendapatkan petunjuk keberadaan musuh dan barangnya."
"Noted!"
***
Kediaman Kaviandra, 08.00 PM.
"Kakak terlambat!"
Baru saja Keenan menginjak area tengah kediaman, sosok perempuan muda tengah berkacak pinggang menyambut kedatangannya. Keenan terkekeh, dan bergegas memohon ampun.
"Sorry Sayang, Kakak benar-benar sedang dikejar deadline!" Keenan menghampiri adiknya dan merangkulnya erat.
Karen masih mengerucutkan bibir dengan raut wajah kesal. Karen segera meminta kakaknya bergabung menuju ruang entertain dan menonton film terbaru yang sudah release. Keenan mengerti, tapi sebelumnya dia meminta izin untuk membersihkan diri sejenak.
"Oh iya, sekalian jemput Farah ya!" Karen berbalik memberi perintah.
"Dia sepupu kesayanganmu... Urus sendiri!" Dengan cepat Keenan menghardik permintaan adiknya.
"Aih, dia juga adik sepupu kakak! Tinggal ketuk pintu terus suruh turun, dah buruan!"
Tanpa basa-basi lagi Karen bergegas meninggalkan kakak tersayangnya, dia menuju area entertain yang berada di ujung kastil. Terlihat kini wajah Keenan berubah kesal dia juga mendengus kasar.
"Hish, beban!"
Keenan merutuk sejenak dan berlalu menuju kamarnya lebih dulu, dia berencana untuk membersihkan diri serta mengistirahatkan badannya sejenak.
Salah satu kelemahan menggunakan teknologi yang disinkronkan dengan penggunanya adalah energinya akan tersedot banyak. Bahkan jika dalam pengelolaan emosi serta aliran chi yang tidak sesuai, maka akan mengakibatkan kerusakan sistem saraf si pengguna.
[ Energi chi adalah energi dalam pandangan Feng Shui. Secara sederhana, chi adalah esensi dasar dari segala hal, baik fisik maupun metafisik. ]
Keenan telah selesai dengan urusannya, dia bergegas menuju area entertain melewati kamar Farah. Keenan mencoba abai. Namun, setelah beberapa langkah menjauh, dia kembali berbalik badan dan menatap pintu kamar Farah dengan perasaan tidak nyaman.
"Dia sungguh beban!" umpat Keenal kesal bersiap mengetuk pintu.
Tok!
Tok!
Tok!
Suara ketukan yang tidak manusiawi itu terus dilayangkan Keenan tanpa jeda. Tidak ada sahutan dalam kamar Farah, sejenak Keenan berfikir, mungkin Farah telah lebih dulu pergi saat dia mandi. Dia akan mencoba sekali lagi, tapi jika masih tidak ada jawaban dia tidak mau lagi menunggu!
Di dalam kamar, gadis itu baru saja selesai berendam. Setengah hari tadi dia habiskan bercerita banyak dengan Karen, mereka bahkan sempat berkeliling area pusat kuliner yang dirindukan sepupunya. Keduanya tidak ingin membuang waktu, justru tengah memanfaatkan sebaik-baiknya.
"Kayak ada yang ketuk pintu, ya?" Dengan menajamkan telinganya Farah mencoba memeriksa kembali asal suara.
Farah berpikir kemungkinan terbesarnya adalah Karen yang menjemputnya untuk menonton. Sesuai jadwal sebelumnya, Karen meminta menonton dengan kakak tersayangnya.
Tok!
Tok!
Tok!
"Kan bener!"
Tanpa rasa curiga berlebihan, Farah bergegas menuju pintu dan membukanya. Dia lupa bahwa dirinya hanya berbalutkan handuk yang menutupi bagian sensitif dari tubuh moleknya. Siapa yang akan mengira jika Keenan yang menjemputnya? Baginya, berharap Keenan yang datang tentu saja seperti meminta ibunda mengambilkan bulan!
"K-kakak?!" Farah tersentak, begitu pula Keenan. Dia menatap Farah tanpa berkedip, jakunnya terlihat naik dan turun, bahkan bisa dipastikan dia tengah menelan salivanya berat. Netranya memindai tampilan Farah dari atas kepala hingga ujung kakinya.
"Kakak ada apa?" Dengan gugup dan polos Farah bertanya pada kakak sepupunya yang masih berpose seperti patung.
"Ehm!" Dia berdehem keras sejenak. "Karen memintaku menjemputmu untuk menonton. Cepatlah!"
Farah mengerutkan kening, dia melihat Keenan membuang wajahnya dengan rona merah terlihat samar dari wajah putih bersih kakak sepupunya. Farah masih tidak menyadari, dia juga sama tertegunnya dengan Keenan. Prianya sedang berpenampilan kasual yang sangat jarang Farah lihat. Wangi mint segar dengan musk yang tercium setelahnya, jelas membuat Farah berdebar tidak karuan.
'Kak Keenan kenapa, ko wajahnya merah gitu? Eh tunggu─'
Farah menundukan wajahnya dan menatap tampilan flawless tubuhnya yang berbalutkan handuk, dia menjerit kencang dan secepat kilat menutup pintu dengan membantingnya.
"Aaarrrghh!"
BRAAAK!!
Keenan terpaku dengan respon Farah yang lambat menyadari keadaannya sendiri. "Kau sungguh berani padaku Farah Lee!" Keenan mengumpat merasa ada hal yang tidak nyaman didirinya. Tanpa ingin peduli lagi, Keenan berlalu pergi, dia sungguh menyesal menyetujui permintaan adiknya itu.
--- To be continue ---
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!