Pukul 20:00, Waktu negara bagian Utara, terlihat seorang gadis cantik sedang membersihkan toko roti tempat dimana dia pekerjaan di samping aktivitas nya sebagai seorang mahasiswi semester 5.
"Vania, kamu pulang saja lebih dulu. Biar aku yang tutup toko nya." Ucap Riko.
"Baiklah, terima kasih Riko." Ucap Vania sambil berlalu pergi ke ruang ganti.
Riko adalah teman sekaligus anak dari pemilik Toko roti tempat dimana Vania bekerja.
Riko juga bekerja di toko roti itu, sehingga orang tuanya memperlakukan Riko sama seperti karyawan toko roti yang lain.
Vania pulang dengan mengendarai sepeda motor, perasaannya sungguh gembira karena hari ini tokonya tutup lebih awal.
Vania pikir setelah sampai di rumah, dia bisa beristirahat sebentar sebelum melanjutkan tugas kuliah yang tadi sempat tertunda karena keadaan toko sangat ramai.
Namun, itu semua hanya ada dalam bayangan Vania, ketika dia baru saja memasuki mansion terlihat seluruh keluarga nya berkumpul.
Ada Mama, Papa, Abimanyu, Salsa, Laudya, dan Naura.
"Vania ...." Pekik Salsa. Kakak kedua dari Vania.
"Hai semuanya..." Vania menghampiri kedua orang tuanya mencium tangannya.
"Duduk." Perintah Pak Johnson.
"Ada apa ini?" Tanya Vania saat melihat wajah semuanya tegang.
"Begini, Papa dan Mama akan berpisah. Jadi...."
"Apa, tapi kenapa?" Tanya Vania terkejut, pasal nya tidak ada tanda-tanda dari kedua orang tuannya berseteru atau semacamnya.
"Sudah lah, kamu anak kecil tidak akan mengerti urusan orang dewasa." Pekik Pak Johnson.
"Abimanyu dan Salsa akan ikut Mama." Pekik Mama.
"Laudya dan Naura akan ikut Papa." Pekik Pak Johnson.
"Aku?" Tanya Vania sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Terserah kamu mau kemana saja." Ucap Mama.
"Apa aku boleh memilih sendiri ikut Mama atau Papa?"
"Vania, maksud dari perkataan Mama adalah kamu terserah mau kemana asal tidak dengan kami." Ucap Pak Johnson yang langsung menusuk hati Vania.
"Tapi kenapa?" Tanya Vania.
"Vania, kamu sebenernya hanya anak pungut yang tidak sengaja kami adopsi dari seorang ibu yang menangis karena saat itu tidak bisa membayar tagihan rumah sakit." Pekik Mama.
"Jadi?" Tanya Vania.
"Jadi kamu harus angkat kaki dari rumah ini karena rumah ini sudah terjual dan hasilnya akan dibagi dua untuk mama dan papa." Ucap Mama.
"Lalu aku tinggal dimana?" Tanya Vania dengan air mata yang sudah siap membasahi pipi.
"Terserah kamu, yang jelas Papa tidak bisa lagi menampung dirimu karena sebentar lagi papa akan bekerja sendiri dan harus menghidupi dua anak kandung papa." Ucap Pak Johnson.
Pandangan Vania mengarah pada Mama.
"Jangan memandangku seperti itu, aku akan jauh lebih sulit jika kamu ikut bersama denganku."
"Ma, biarkan Vania ikut bersama dengan kita." Ucap Salsa.
"Salsa biarkan saja dia dengan kehidupannya sendiri, toh dia sebenarnya bukan siapa-siapa dari keluarga kita." Ucap Laudya.
"Kamu tidak boleh begitu walaupun Vania bukan bagian dari keluarga tapi dia tetap berkeluarga karena dia bersama kita sejak dia masih kecil bukan?" Ucap Salsa.
"Salsa. Jika kamu begitu menyayangi Vania kenapa tidak memilih untuk tinggal bersamanya." Ucap Mama.
"Ma.." Pekik Salsa.
"Sudah Mama tidak ingin ada perdebatan lagi semuanya sudah cukup dan jelas, bahwa Abimanyu dan Salsa akan ikut mama pergi malam ini juga, dan papa serta Laudya dan Naura akan ikut Papa."
Mama dan Papa Johnson bangkit dari tempat duduknya. Vania langsung bersimpuh di hadapan Erin Johnson.
"Ma, izinkan Vania untuk tinggal bersama dengan mama, jika Vania tidak bersama dengan salah satu dari kalian lalu kalian, Vania akan tinggal bersama dengan siapa?" Isak Vania.
"Bukan urusan ku." Ketus Mama sambil berlalu pergi meninggalkan Vania yang menangis sambil menatap iba ke arah Pak Johnson.
Pak Johnson hanya menghela nafas panjang lalu memilih untuk pergi dan tidak memperdulikan teriakan dari Vania.
Ketiga saudara Vania yang lain juga pergi dari sana.
Salsa yang hendak menghampiri Vania langsung ditarik paksa oleh Naura.
"Ayo kak, kita harus berkemas karena kita akan pergi malam ini." Ucap Naura.
"Tapi, Vania...."
Salsa hanya bisa menatap Vania dengan tatapan pilu karena Naura terus menariknya hingga mereka berada di kamar masing-masing.
Vania menangisi kenyataan yang baru saja dia terima.
"Aku bukan anak dari keluarga ini?"
Vania mengambil beberapa album keluarga dan mulai membukanya. Dalam foto itu terlihat biasa saja bahkan tidak ada yang mengira bahwa sebenarnya Vania bukan anggota dari keluarga Johnson.
Tok
Tok
Tok
Ceklek...
"Papa..." Pekik Vania sambil tersenyum karena mengira Pak Johnson akan mengajaknya untuk tinggal bersama. Namun ternyata Vania salah.
"Apa ini?" tanya Vania saat Pak Johnson memberinya sebuah amplop.
"Ambil saja untuk mencukupi kehidupan kamu sampai kamu menemukan pekerjaan yang bisa menunjang kehidupan kamu setelah ini."
"Papa tidak berniat mengajak aku untuk tinggal bersama dengan papa?" Tanya Vania.
"Vania mengertilah perpisahan ini saja sudah terlalu berat bagi Papa dan kamu harus bisa berdiri dengan kaki tanganmu sendiri. Papa sudah menemukan ibu kandung kamu dan papa akan mengatur secepatnya kamu bisa bertemu denganmu. Lekas lah berkemas karena besok pagi kita harus mengosongkan mansion ini."
Vania menatap nanar kepergian laki-laki yang selama ini dia kenal sebagai ayahnya. Laki laki yang memberinya kasih sayang dan memberinya tempat bernaung serta memberinya pendidikan yang layak hingga kini Vania menjadi mahasiswa universitas terbaik di negara itu.
Dengan berlinang air mata, Vania membereskan semua barang-barang miliknya yang memang tidak terlalu banyak.
Ceklek....
" Vania..."
Salsa berjalan dan duduk di sebelah Vania.
"Sejak kapan kakak tahu bahwa aku bukan anggota dari keluarga ini?" Tanya Vania.
"Beberapa hari lalu, Papa dan Mama yang mengatakan nya saat kami sedang berdiskusi dengan siapa kami akan tinggal."
Vania memejamkan mata, Salsa memeluknya hingga air mata Vania kembali menetes.
"Dengar, walaupun kamu bukan anggota dari keluarga ini tapi kamu tetaplah adikku, dan aku adalah kakakmu." Pekik Salsa yang ikut menangis.
Selama ini memang Vania lebih dekat dengan Salsa.
"Pergilah kak..." Ucap Vania saat mereka mendengar suara dari mama yang memanggil-manggil Salsa.
"Vania ikutlah bersama kami aku akan membujuk Mama agar membiarkan kamu untuk tinggal bersama dengan kami."
Vania menggeleng lemah.
"Lalu kamu akan tinggal dimana?" Tanya Salsa.
"Aku akan tinggal di mess tempat aku bekerja untuk sementara waktu, sampai aku menemukan tempat kos yang sesuai." Ucap Vania sambil tersenyum.
"Salsa kamu dimana, kita harus pergi sekarang..." Teriak Mama.
"Pergilah kak..
"Tapi, bagaimana dengan mu?"
"I'M FINE, jangan khawatirkan aku." Ucap Vania sambil tersenyum dan memeluk Salsa untuk terkahir kalinya.
Vania melambaikan tangan pada Salsa dari balik jendela kamarnya.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Pagi harinya, Vania segera menyelesaikan mandi karena mendengar suara bising.
Vania melihat ke luar jendela dan dia melihat Pak Johnson sudah pergi meninggalkan mansion.
"Bahkan Papa tidak berpamitan atau sekedar basa basi mengingatkan aku untuk pergi dari sini."
Vania mengusap air mata nya saat mendengar suara ketukan pintu.
Tok
Tok
Tok
"Non..."
"Iya sebentar."
"Maaf non. Itu, anu...."
"Lima menit lagi saya selesai bik." Ucap Vania yang seakan-akan tahu maksud dari ketukan pintu, dan perkataan dari pembantu yang sebelumnya bekerja di mansion.
Setelah memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal, Vania keluar dari kamar nya.
Vania melihat semua barang-barang yang ada di sana sudah bersih tidak tersisa satupun.
Beberapa orang juga masuk membawa peralatan kebersihan, mungkin rumah itu akan segera dibersihkan dan ditinggali oleh penghuni yang baru.
"Non, kalau non belum mendapatkan tempat tinggal, non Vania bisa tinggal sementara di tempat bibi." Ucap Bik Siti.
"Ada kok, siapa bilang gak ada." Ucap Vania sambil tersenyum.
"Non yakin?"
"Iya, ya sudah ya bi, aku harus pergi sekarang karena aku ada jadwal kampus pagi hari." Ucap Vania.
"Hati hati ya non..." Ucap Bik Siti.
Vania hanya tersenyum kemudian melambaikan tangan kepada Bik Siti.
"Kasihan sekali nasib non Vania, dia diperlakukan seperti keluarga sendiri tapi begitu keluarga ini berpisah non Vania harus menerima kenyataan pahit. Semoga non Vania akan menemukan kebahagiaan, dan keluarga yang sebenarnya." Ucap Bik Siti saat suaminya Pak Tiko yang sebelumnya bekerja sebagai sopir keluarga Johnson menghampiri Bik Siti untuk mengajaknya pergi.
"Kenapa Ibu tidak meminta Non Vania untuk tinggal sementara di rumah kita, karena semalam bapak tidak sengaja mendengar bahwa non Vania belum memiliki tempat tinggal."
"Sudah Ibu coba Pak, tapi non Vania menolak dengan alasan non Vania sudah mendapatkan tempat tinggal."
"Ya sudah kalau begitu kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena memang kita bukan siapa-siapa Non Vania. Kita hanya bisa mendoakan semoga Non Vania mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya."
Sementara itu, Vania sudah sampai di mess yang terletak tidak jauh dari toko roti tempat dia biasa bekerja.
Untuk saat ini mess itu hanya ditempati oleh satu orang yaitu Puput, Puput sendiri bekerja di toko roti itu dan cukup dekat dengan Vania.
"Vania, kamu mau minggat?" Pekik Puput saat melihat Vania memasuki gerbang mess dengan membawa koper dan beberapa tas ransel lainnya.
Vania hanya tersenyum, karena tidak mungkin juga dia berkata alasannya di luar.
Puput dengan segera membantu Vania membawa masuk barang-barangnya.
"Riko hari ini masuk pagi atau siang ya?" Tanya Vania setelah dirinya berada di kamar Puput.
"Kayaknya siang deh, kenapa?"
"Aku mau minta kunci kamar mess."
"What?" teriak Puput.
"Woy, ini telinga bukan jamur." ketus Vania.
"Tunggu tunggu, kamu pasti lagi bercanda kan, nggak mungkin kamu akan tinggal di mess ini sementara kamu itu tinggal di istana kerajaan."
"Istananya sudah roboh." Pekik Vania sambil membuka kopernya untuk menyiapkan beberapa buku yang akan dia bawa untuk kelas pagi hari ini.
"Van, kamu diusir dari rumah gara-gara bekerja di toko roti murahan seperti ini ya, bukankah aku sudah bilang kepadamu untuk tidak perlu bekerja karena kamu itu sudah keluarga Sultan" Ucap Puput.
Vania menghela nafas panjang lalu menghentikan aktivitasnya yang tengah memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.
"Orang tua aku bercerai dan...." Vania menggantung ucapannya karena dia kembali mengingat kesedihan di mana dia baru mengetahui bahwa selama ini keluarga yang bersamanya bukanlah keluarga kandung.
"Van, ada apa?" tanya Puput saat melihat mata Vania berkaca kaca.
"Tidak apa apa, orang tuaku bercerai dan ternyata aku bukan anak kandung mereka jadi ya kamu tahu lah karena aku bukan siapa-siapa dari mereka jadi mereka tidak mengizinkan aku untuk ikut salah satu dari mereka." Ucap Vania sambil tersenyum sehingga air mata tidak sampai terjatuh membasahi pipinya.
"Vania...." Pekik Puput.
"Ya, aku sendirian sekarang aku tidak punya siapa-siapa dan aku tidak tahu aku harus pergi ke mana dan berbuat apa. Tapi tidak masalah bukankah sebelumnya aku juga bekerja jadi aku yakin bahwa aku bisa menghidupi diriku sendiri." Ucap Vania sambil berbalik membelakangi Puput karena Vania tidak ingin Puput melihat air mata yang sudah menetes.
Puput langsung memeluknya.
"Aku ada di sini, jangan pernah berkata bahwa kamu seorang diri karena kamu masih mempunyai aku dan Riko."
Vania langsung berbalik dan memeluk Puput.
"Hiks, hiks, kenapa ini terjadi padaku. Kenapa Tuhan mengizinkan aku lahir ke dunia ini jika ternyata hari ini aku harus menerima kenyataan bahwa keluarga yang selama ini bersamaku bukanlah keluarga kandung ku, dan tidak ada dari mereka yang menginginkan aku untuk ikut bersamanya hanya karena aku bukan bagian dari keluarga mereka."
"Vania tenanglah..."
"Kenapa mereka memberikan aku kasih sayang jika ternyata aku akan dibuang dengan cara seperti ini."
Vania mengingat dengan jelas bagaimana Pak Johnson dan istrinya memperlakukan dia seperti anak kandungnya bahkan semua anak-anak Pak Johnson juga memperlakukan Vania dengan baik. Namun, setelah malam di mana Vania diberitahu bahwa dia bukan anggota dari keluarga itu semua saudaranya tiba-tiba berubah sinis dan memandang Vania dengan tatapan kebencian. Terkecuali Salsa tentunya.
"Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan tegar kamu bisa melalui ini." Ucap Puput.
Setelah beberapa saat, Vania melepaskan pelukannya karena dia ingat bahwa dia harus segera pergi ke kampus.
Untung saja Pak Johnson tidak mengambil sepeda motor yang diberikan kepada Vania sehingga Vania masih memiliki kendaraan untuk pergi.
"Aku harus pergi ke kampus karena aku ada jadwal pagi ini, jika Riko datang ke sini tolong sampaikan bahwa aku ingin tinggal di mess." Ucap Vania.
"Tentu, akan aku pastikan bahwa kamu akan mendapatkan kamar tepat di sebelahku."
"Baiklah, terima kasih Puput." Ucap Vania.
Vania melaju dengan kecepatan sedang menuju kampus dan ketika dia akan berjalan memasuki kelas...
"Laudya, itu bukannya adik bungsu kamu ya si Vania tumben kamu nggak berangkat ke kampus bareng dia biasanya kamu selalu bareng sama dia?" Ucap Jesicca, teman kampus Laudya.
"Adik bungsu aku cuma Naura, dia bukan anak kandung orang tua aku. Dia hanya anak pungut yang beruntung bisa merasakan kehidupan keluarga Sultan. Dah lah yuk masuk..." Laudya mengajak Jessica untuk berlalu tanpa menyapa Vania.
Vania hanya tersenyum dan mencoba untuk mengendalikan dirinya agar tidak terlalu larut dalam apa yang baru saja dikatakan oleh Laudya.
Sesampainya di kelas, Vania menghela nafas panjang karena ternyata dia akan satu ruangan dengan Naura.
"Hai Naura, aku boleh nggak duduk di sini?" Tanya Vania sambil tersenyum.
"Ini tempat untuk Rangga. Mending kamu cari tempat yang lain deh." Ketus Naura.
Vania kemudian melangkah dan duduk di kursi belakang.
"Naura kamu lagi berantem ya sama Vania? tumben banget kamu galak dan ketus sama dia biasanya kamu malah senang kalau Vania akan duduk di samping kamu." Ucap Cika.
"Dia bukan saudara aku."
"La gimana ceritanya?"
Naura kemudian menceritakan cerita yang sama persis dengan cerita Laudya pada Jessica.
Seketika, kabar bahwa ternyata Vania hanyalah anak pungut yang beruntung bisa menikmati hidup di keluarga Sultan menyebar dengan cepat dan anggap saja menjadi trending topik di kampus itu.
"Wah, pantas saja bisa masuk ke fakultas terbaik di negara ini rupanya dia hanya upik abu yang kebetulan diangkat jadi Cinderella."
"Iya, tapi sekarang jadi Upik abu lagi bukan jadi Cinderella.."
"Kasihan banget ya, untung gayanya nggak kayak anak sultan jadi pas tahu ternyata dia adalah Upik abu gak malu deh sama gengsinya..."
"Aku jadi penasaran gimana ya nasibnya setelah ini kan udah nggak jadi anak sultan lagi bisa-bisa dikeluarin tuh dari fakultas karena nggak mampu bayar tagihan."
Vania down, dia memutuskan untuk tidak mengikuti kelas lanjutan dan memilih kembali ke mess.
Namun, baru saja Vania melangkah keluar dia bertemu dengan Pak Johnson.
"Papa? Ah maaf maksud saya Pak Johnson."
"Vania...."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
" Vania, ayo ikut aku ke ruangan dosen." Ucap Pak Johnson.
Vania mengikuti langkah kaki Pak Johnson, dan hal itu tentu saja memperkuat omongan netizen yang menduga bahwa setelah ini Vania tidak akan lagi kuliah di fakultas itu karena dia sudah bukan bagian dari keluarga Sultan.
Para netizen hanya mengetahui bahwa Vania bukanlah lagi bagian dari keluarga Sultan itu tapi mereka tidak mengetahui bahwa sebenarnya keluarga Sultan itu sudah terpecah belah.
Di dalam ruangan dosen, Vania hanya bisa menahan diri untuk tidak menangis ketika secara terang-terangan Pak Johnson mengatakan bahwa dia sudah tidak akan lagi membiayai Vania karena memang Vania bukan anak kandung dari Pak Johnson.
" Baiklah pak, tidak masalah karena memang selama ini Vania termasuk salah satu mahasiswi yang berprestasi sehingga dia memiliki beberapa beasiswa." Ucap salah satu komite fakultas tersebut sambil memberikan beberapa dokumen yang berisi tentang beasiswa yang diterima oleh Vania.
" Jadi tagihan bulanan yang selama ini masuk ke dalam tagihan saya bukan termasuk tagihan dari biaya Vania selama dia kuliah di sini?" Tanya Pak Johnson.
" Tagihan Vania hanya saat bapak memasukannya ke dalam sini, lalu ketika pembelajaran sudah dimulai Vania lebih menonjol dari mahasiswa lainnya sehingga para dosen memutuskan untuk menguji Vania dan ternyata Vania layak untuk mendapatkan beasiswa."
" Bisa ya seperti itu?" Tanya Pak Johnson.
" Walaupun fakultas ini termasuk dalam kategori fakultas Sultan tapi kami tidak pernah membeda-bedakan mahasiswa itu dari kalangan atas atau bawah kami hanya melihat ketika mahasiswa itu berprestasi maka kita akan memberikannya beasiswa sebagai bentuk apresiasi terhadap mahasiswa."
" Ya sudah kalau begitu, saya datang ke sini hanya menyampaikan itu agar kedepannya bapak tidak memasukkan tagihan Vania ke dalam tagihan saya." Ucap Pak Johnson.
" Baik pak, saya mengerti."
Pak Johnson lalu keluar keluar lebih dulu meninggalkan Vania.
" Vania, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Pak komite.
" Saya baik pak, izinkan saya untuk keluar karena saya harus menghadiri satu mata pelajaran lagi." Ucap Vania.
" Silahkan, dan ya Vania. Bapak tahu kamu sedang mengalami sesuatu hal yang sangat besar dalam kehidupanmu Tapi bapak harap kejadian ini tidak membuat semangat kamu luntur tapi justru semakin membakar semangat kamu untuk terus berprestasi."
" Terima kasih Pak.." Ucap Vania.
Saat Vania keluar dari ruangan komite banyak sekali bisikan-bisikan yang terdengar di Vania.
Vania memejamkan mata mencoba untuk tidak menghiraukan bisikan-bisikan itu karena dia harus tetap semangat untuk memperjuangkan pendidikan nya dan menata masa depannya nanti.
Namun sayangnya bisikan dari para netizen itu mengalahkan semangat yang membara di dalam diri Vania.
Hari ini, untuk pertama kalinya Vania sangat tidak bersemangat mengikuti kelas sehingga Vania memutuskan untuk pulang lebih awal.
" Vania.."
Seseorang memanggil Vania saat Vania berada di parkiran kampus dan siap untuk pergi.
" Kak Salsa?"
Salsa terlihat berlari dan langsung menghampiri Vania dan memeluknya.
" Vania ternyata kamu ada di sini dari tadi aku nyariin kamu loh aku tanya sama Laudya dan Naura tapi mereka bilang mereka tidak melihatmu."
Vania hanya tersenyum karena Vania tahu tidak mungkin Laudya dan Naura tidak melihatnya karena jelas-jelas Vania melewati Laudya dan Naura saat dia akan menuju tempat parkir sepedanya.
" Ada apa kakak mencari aku?"
" Kakak mengkhawatirkan kamu kamu sekarang tinggal di mana?"
" Aku tinggal di mes."
" Udah lah, kamu ikut kakak aja pulang ke rumah mama dan kakak akan membujuk Mama agar Mama mau mengizinkan kamu untuk tinggal bersama dengan kita."
" Tidak perlu kak, aku baik-baik saja."
" Vania.."
" Terima kasih karena kakak mengkhawatirkan aku dan terima kasih juga atas kebaikan yang kakak berikan tapi aku sudah tidak pantas berada di lingkaran keluarga Pak Johnson yang jelas-jelas sekarang bukan keluarga kandungku aku juga tidak ingin menjadi beban mama."
" Van...."
" Maaf kak, Vania harus kembali untuk menata barang-barang Vania sebelum barang-barang Vania diculik oleh rentenir wakakak.." Kekeh Vania mencoba untuk mencairkan suasana agar Salsa mengerti bahwa Vania baik-baik saja walaupun dia sudah tidak lagi ada di lingkungan keluarga Pak Johnson.
Salsa memeluk Vania.
"Vania ingatlah selalu bahwa walaupun kita bukan saudara kandung tapi kamu tetap adik bagiku jadi jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan ketika kamu sedang menghadapi masalah." Ucap Salsa.
" Terima kasih kak.."
Salsa kemudian hanya bisa menatap nanar kepergian Vania.
Sesampainya di mess, Vania sedikit terkejut karena melihat barang-barangnya sudah tidak ada lagi di Puput.
" Ya Tuhan, apa Puput membuang semua barang-barangku?"
Tak lama kemudian, Puput dan Riko turun dari lantai dua.
Mes itu terbagi menjadi dua lantai. Lantai bawah khusus untuk pegawai toko roti dan lantai atas adalah ruangan pribadi untuk Riko dan juga terdapat ruangan lain yang memang sengaja disediakan untuk berjaga-jaga jika ada anak saudara atau kerabat dari keluarga Riko yang datang dan akan dipersilakan untuk beristirahat di sana.
" Puput, semua barang barangku kamu buang ke mana?" Tanya Vania.
" Vania tumben kamu pulang lebih awal biasanya kamu akan kembali jam 12.00 nanti."
" Ya aku ikut kelas percepatan." Ucap Vania asal.
" Dimana barang barang ku?" tanya Vania lagi.
" Di atas." Ucap Riko
" Kok di atas, bukankah aku meminta kunci mess dan Puput mengatakan bahwa aku akan mendapatkan kamar tepat di sebelahnya?"
" Ya, awalnya memang kamu akan mendapatkan kamar tepat di sebelahku tapi ketika Riko mengetahui bahwa kamu yang akan tinggal di sini jadi Riko memutuskan untuk menempatkan kamu di ruangan atas saja." Terang Puput
" Kenapa?" Tanya Vania.
" Diatas ada tempat untukmu mengerjakan tugas-tugas dan menata barang-barang mu." Ucap Puput.
" Tidak tidak, aku tidak bisa menerima itu karena aku hanya karyawan biasa jadi aku juga harus menerima kamar seperti yang ditempati oleh Puput, kecuali kalau kamu mengijinkan aku untuk membayar sewa kamar itu." Ucap Vania.
" Baiklah baik." Ucap Riko.
Vania kemudian naik ke atas bersama dengan Riko dan Puput menuju kamar tempat di mana dia akan tinggal.
Vania sedikit terkejut karena ruangan yang akan dia tempati 3 kali lipat dari luas kamar yang ditempati oleh Puput. Tapi karena Riko mau menerima jika Vania akan membayar selama dia akan tinggal di sana jadilah Vania menempati ruangan itu.
" Terima kasih Riko, Puput..."
" Tidak masalah, dan Vania jika kamu membutuhkan sesuatu atau membutuhkan bantuan jangan lupa untuk memberi tahu kepadaku karena aku pasti akan menolong mu." Ucap Riko.
" Benar, jangan pernah menganggap bahwa kamu sendiri karena kamu masih memiliki kami." Ucap Puput.
Vania tidak dapat lagi menahan air mata, dia kembali menangis di pelukan Puput.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!