NovelToon NovelToon

Kejahatan Alexander Louise

1

"Cepat Mark!!!!" teriak Alexander meraung dan gelisah dalam mobil mewah keluaran terbaru berwarna hitam tersebut.

Mark makin gila melajukan mobil yang dikendarainya menuju kesebuah cottage tempat mereka berlibur

"Berapa lama lagi????!, aarrghhhh!!" erang Alexander makin menjadi

Mark makin gugup melajukan mobilnya.

Sampai di depan pagar sebuah cottage kecil, Mark menekan klakson dengan kasar dan berkali-kali, sehingga seorang penjaga keamanan harus berlari cepat membuka pagar

Mark langsung kembali menjalankan mobilnya dengan ngebut, penjaga keamanan sampai terpental karena menghindari tabrakan dari mobil yang masuk dengan membabi buta

Alexander segera membuka pintu mobil dan dengan cepat masuk kedalam cottage. Mark yang mematikan mesin mobil segera menyusulnya

Alex berlari naik melewati anak tangga yang banyak agar cepat sampai di lantai atas

Sampai di depan sebuah kamar yang tertutup, Alexander segera mendobrak pintu tersebut dan dengan kasar dia masuk

Sania, seorang gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai yang sedang terlelap terlonjak kaget ketika pintu kamarnya didobrak seseorang

Dia segera bangkit dan terburu ingin melihat siapa orang yang telah lancang memasuki kamarnya dini hari seperti ini

Tanpa dia duga, sebuah tangan besar menyeretnya dan membanting tubuhnya kembali kekasur

Sania membelalakkan matanya ketika di dapatinya bahwa yang membantingnya adalah tuan Alexander, orang yang siang tadi menyewanya sebagai guide tour untuk menemaninya selama liburan di kota ini.

Sania dengan cepat hendak bangkit tapi dia kalah postur, tubuh besar jangkung Alexander jauh mengalahkan tubuh rampingnya

Dengan beringas Alexander segera menarik gaun malam yang saat itu digunakan Sania

Pikiran buruk langsung berkecamuk di benak Sania ketika disadarinya bahwa saat ini lelaki yang kasar padanya telah berubah menjadi monster menyeramkan

"Tolong, tolong jangan lakukan itu" rintih Sania memohon

Alexander tidak menggubris permohonan gadis yang telah menangis di bawah kungkungannya itu

Dengan cepat dia segera menurunkan jeans yang melekat di tubuhnya lalu kembali menarik gaun malam yang dikenakan Sonia hingga robek tak beraturan

Sania berusaha memberontak dengan segala cara untuk menghindari keganasan Alexander.

Tapi perjuangannya sia-sia karena tenaga Alexander jauh lebih kuat bak seekor kuda yang beringas.

"Tolong kasihani saya, tolong jangan lakukan ini pada saya, saya mohon!!" Sania memelas

Alexander yang telah terpengaruh obat perangsang tidak bisa berpikir jernih lagi

Saat ini yang dibutuhkannya adalah penyaluran akibat efek obat yang diberikan orang tak dikenalnya saat mereka di club malam

Tinggal satu yang tersisa menempel di tubuh Sania, dan itupun dengan gampang ditarik oleh Alexander

Sania berusaha menghindar ketika Alexander telah siap dengan senjatanya.

"Jangan, saya mohon" rintihnya dengan berurai air mata

Tapi Alexander tanpa ampun segera menerjang bagian inti gadis malang itu

Berkali-kali dia berusaha menjebol bagian inti tersebut tetapi selalu gagal, dan Sania terus mengerang kesakitan ketika Alexander berusaha memporak porandakan mahkota yang selama ini dijaganya

"Benar dugaanku, dia masih perawan" batin Alexander yang masih waras

Tetapi pengaruh obat tersebut begitu kuat hingga menghilangkan akal sehatnya

"Arrghhhhh..." teriak Sania tercekat kesakitan ketika dia merasakan bagian intinya dimasuki benda aneh

Air matanya mengalir deras dan berkali-kali dia berusaha mendorong tubuh Alexander agar lelaki itu melepaskannya dari rasa sakit yang begitu ngilu

"Lepaskann.... saaakiiiittt..." rintih Sania

Alexander makin menggila apalagi ketika dia bisa menjebol pertahanan Sania.

Dapat dia rasakan air mata gadis dibawah kungkungnnya saat ini menetes di tangannya. Ada rasa iba di dadanya apalagi mendengar rintihan kesakitan dari bibir gadis tersebut, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa

Alexander merasakan cengkraman kuat pada senjatanya yang menandakan jika gadis di bawahnya saat ini memang masih perawan

Sania sudah tak bisa merasakan apa-apa lagi, seluruh badannya dirasakan remuk redam dan sakit semua.

Tetapi lelaki di atasnya saat ini sepertinya masih belum akan mengakhiri permainan gila ini

"Lepaskan saya... sakiiittt" kembali Sania merintih

Entah sudah berapa lama permainan ini berlangsung, dan Sania makin menangis pilu.

Berkali-kali Alexander menumpahkan lahar panas kedalam rahim Sania, dan berkali-kali pula Sania mengerang kesakitan.

Hingga akhirnya dia tak bisa bergerak lagi dan hanya memasrahkan tubuhnya dimangsa oleh lelaki yang baru siang tadi dikenalnya

Air matanya sudah tak bisa keluar lagi karena sudah banyak tumpah, dia hanya bisa memandang pilu pada lelaki bejat yang saat ini terus menggerakkan tubuhnya tak beraturan di atas tubuhnya

"Habis sudah hidupku!" rintihnya pilu

...****************...

14 Jam sebelumnya

"Sania, hari ini akan ada tamu dari luar pulau mengunjungi daerah ini. Dan kamu saya tugaskan sebagai guide selama tamu itu berlibur disini" ucap pak Doni, bos tempat Sania bekerja

"Siap pak" sahut Sania ceria

Sania adalah seorang gadis cantik berusia 22 tahun, dan baru lulus sekitar tiga bulan yang lalu dari sebuah universitas ternama di negeri ini.

Gadis cantik dengan tubuh ramping dan tinggi semampai. Selain cantik, dia juga pintar, itulah sebabnya dia bisa dengan mudah diterima di perusahaan jasa pariwisata yang dikelola pak Doni

Siang ini, saat seluruh guide baik laki-laki maupun wanita telah pergi menunaikan tugasnya, Sania masih berada di kantor.

Sesuai arahan dari bosnya bahwa siang ini akan ada tamu yang akan di pandunya

Tepat jam 12 siang sebuah mobil mewah memasuki kantor khusus tour guide milik pak Doni. Dari dalam mobil turun seorang lelaki tampan dengan kaca mata hitam

Dia adalah Alexander Louise, seorang pria tampan yang merupakan anak seorang konglomerat ibukota, dan dia juga seorang CEO di salah satu perusahaan Geo Group milik keluarganya

Alexander langsung masuk dan disambut ramah oleh pak Doni. Setelah berbasa basi sebentar, pak Doni memanggil Sania untuk segera menjalankan tugasnya

Diawal perjumpaan, Sania sudah mengagumi ketampanan pria maskulin itu. Tinggi, putih dan berwajah tampan. Setiap kaum Hawa yang melihatnya pastilah akan terpesona.

Setelah berkenalan dengan Sania, tanpa basa basi, Alexander segera mengajak Sania masuk kedalam mobil mewah miliknya yang dikemudikan oleh Mark, asisten pribadi yang sudah menjadi orang kepercayaannya

Sepanjang jalan, Sania mulai mengenalkan kearifan lokal pada Alexander

Alexander yang terbiasa setiap harinya menatap gedung pencakar langit begitu antusias ketika melihat pemandangan hijau yang asri di depan matanya

Berkali-kali dia membidikkan kamera mahal yang sengaja dibawanya dari rumah pada setiap view indah atau kepada apapun yang dianggapnya unik

Sampai akhirnya mereka harus bermalam di sebuah cottage, karena Alexander ingin merasakan tenangnya hidup jauh dari hingar bingar dunia kerja dan dunia malam

"Ada sebuah cottage kecil tak jauh dari sini jika tuan bersedia" ucap Sania

Alexander segera menyetujui lalu dia memerintahkan Mark membawa mereka kecottage tersebut.

Sania tidak mengetahui jika malam nanti adalah malam kelamnya berada di cottage tersebut bersama dengan Alexander

2

Alexander terkulai lemah di sebelah tubuh Sania yang sudah tidak berbentuk.

Dengan lemah dia menoleh kearah gadis yang baru saja dinodainya itu. Sania kembali terisak dan menggerakkan tangannya mengambil apa saja yang ada di dekatnya untuk menutupi tubuh polosnya

Alexander bangun dan mengambil sebuah selimut lalu menutupkannya keseluruh tubuh Sania

Sania yang sedang menangis terisak berubah histeris. Di pukulnya tangan Alexander dan dia berteriak

"Penjahat kamu!! kamu jahatttt!!! teriaknya

Alexander tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya diam menundukkan kepalanya

"Maafkan saya.." lirihnya setelah Sania berhenti mengamuk

"Mengapa? mengapa harus saya??!" lirih Sania pilu

"Ini diluar kehendak saya!" ucap Alexander yang tiba-tiba kembali merasakan obat perangsang itu bekerja lagi

"Aaarrrgggghhh..." erangnya

Sania menoleh kearah Alexander yang mengerang seperti kesakitan. Sekuat tenaga dia menahan agar obat itu tidak kembali memaksanya kembali menyakiti gadis cantik di sebelahnya ini

"Aaarrrgghh...." dia kembali mengerang. Dikepalkannya tangannya dengan sekuat tenaga, tetapi efek obat tersebut tidak bisa diajak kompromi

"Maafkan aku.." ucap Alexander yang kembali menarik tubuh Sania

Sania kembali berteriak menghindari Alexander yang telah kembali berubah beringas dan tak terkendali

"Jangan!! lepaskan saya..." teriaknya sambil terus berusaha mendorong tubuh Alexander yang sudah mulai mengungkungnya

"Tolong saya. Tolong saya, ini bukan kehendak saya!" ucap Alexander frustasi sambil kembali berusaha menjebol pertahanan Sania

Sania berteriak tertahan ketika kembali pertahanannya di jebol oleh Alexander

Kembali Alexander memporak porandakan mahkota Sania. Sedangkan Sania yang berada di bawah tekanannya hanya bisa menangis dan membekap mulutnya

Sania mengerang dan merasakan ada sesuatu yang keluar dari intinya, dan Alexander dapat merasakan jika gadis di bawahnya saat ini orgasme.

Kembali Alexander bergerak cepat dan terus memacu di atas tubuh Sania yang berguncang hebat, dan Sania sudah berkali-kali mengerang. Dan setiap kali dia mengerang dia akan menjambak rambut Alexander

Dan sama halnya dengan Alexander, pemuda tampan itupun sudah beberapa kali menyemburkan lahar panas kedalam rahim Sania.

"Sakiitt, cukup.. cukup..., hentikan..." rintih Sania karena sudah tidak kuat lagi dengan keganasan Alexander

Alexander makin gila, dia masih terus mengendalikan Sania yang terus merintih dan menangis di bawahnya.

Sampai matahari sudah keluar dan cahaya masuk lewat fentilasi, permainan itu baru berakhir.

Entah sudah berapa kali Alexander menyalurkan efek obat itu pada Sania. Karena ketika dia terkulai lemah di samping Sania, tak lama setelah itu obat tersebut kembali ngefek lagi

Dan tubuh Sania juga tidak karuan lagi. Tanda merah memenuhi selangka dan tubuhnya bekas keganasan perbuatan Alexander.

Sania yang merasakan tubuhnya letih dan remuk hanya bisa membeku dan memejamkan matanya.

Begitupun dengan Alexander, dia yang juga letih sama halnya dengan Sania, memejamkan matanya setelah sebelumnya menutupi tubuh mereka dengan selimut

...****************...

Sania membuka matanya dan dirasakannya jika ada sebuah benda berat di atas perutnya

Dia menoleh kesamping, dan didapatinya jika Alexander tertidur dengan nyenyaknya.

Disibakkannya selimut dengan segera dan menyingkirkan tangan Alexander yang tadi memeluknya.

Dia duduk dan dia meringis kesakitan ketika dirasakannya bagian intinya ngilu dan sakit

"Ahhhh...." rintihnya sambil menggigit bibirnya

Dengan pelan dia menurunkan kakinya kelantai, dan sekuat tenaga dipaksanya untuk berdiri

"Awww..." kembali dia merintih tertahan.

Kembali dia terduduk di atas kasur yang sudah tak karuan bentuknya itu

Dia menghembuskan nafas dalam menahan rasa sakit yang seperti menghujam bagian intinya

Dilihatnya tubuh polosnya, dia refleks membekap mulut ketika dilihatnya bekas bercak darah di antara kedua pahanya.

Lalu dia menyibakkan selimut dan di dapatinya banyak bercak darah di sprai ranjang tersebut

Dia merosot di lantai dan diraihnya selimut lalu menutupi tubuh polosnya

Ditekuknya kedua kakinya dan kembali terisak

"Hancur masa depanku" isaknya pilu

Alexander yang masih nyenyak sama sekali tidak mengetahui kepiluan Sania.

Setelah cukup tenang, Sania berusaha berdiri dan mengambil bajunya semalam yang teronggok di lantai

Dia menarik nafas dalam ketika dilihatnya jika baju itu sudah robek dan tak karuan bentuknya. Kembali dia ingat jika semalam Alexander menarik paksa baju tersebut

Masih dengan melilitkan selimut di tubuhnya, Sania berjalan tertatih kekamar mandi.

Sampai di depan pintu kamar mandi, dia segera melepas selimut dan masuk kedalam kamar mandi.

Sania terduduk di bawah shower yang mengucurkan air dingin.

Dia kembali menangis dibawah guyuran air shower, dan menyikat seluruh tubuhnya dengan tangannya dengan kuat

"Saya kotor..saya kotor..." racaunya pilu sambil terus menggosokkan tangannya keseluruh tubuhnya

"Tidak ada gunanya saya hidup!" ucapnya sedih dan tergugu

Diambilnya sabun cair yang ada di dalam kamar mandi lalu kembali menggosokkan sabun tersebut keseluruh tubuhnya

"Saya sudah kotor..." teriaknya histeris dan kembali terduduk di bawah shower

Entah sudah berapa lama dia berada di kamar mandi sampai ketika Alexander terbangun dia masih belum keluar juga dari dalam

Alexander menggerakkan tangannya seperti mencari seseorang. Lalu dia membuka matanya dan mengerjap-ngerjapkan matanya, melihat kesekeliling kamar.

"Kemana gadis itu?" lirihnya

Dia segera duduk dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dapat dilihat olehnya banyak bekas bercak darah berceceran di atas sprei kasur. Kepalanya terasa pusing dan berputar, dia kembali menutup matanya dan memutar-mutar kepalanya, berharap pusing itu akan pergi

"Gadis itu benar-benar masih virgin, dan aku adalah orang pertama baginya" ucapnya dalam hati setelah dia membuka kembali matanya

Lalu dia segera turun dari ranjang dan memungut boxer dan baju kaos yang semalam dia lemparkan kesembarang tempat, memakainya.

"Sania...." panggilnya

Tak ada sahutan. Lalu Alexander berjalan kearah jendela, berharap jika gadis yang dicarinya ada di bawah. Kosong

"Sania...." kembali dia memanggil

Dan matanya kembali berkeliling seluruh kamar. Matanya berhenti pada onggokan selimut di depan kamar mandi

Dengan cepat dia berjalan kearah pintu kamar mandi, tidak ada suara kecuali gemericik air yang mengalir

"Sania..." kembali dia memanggil dan lagi-lagi tidak ada sahutan.

Di dorongnya pintu yang terkunci tersebut, dan berkali-kali dia memaksa membuka gerendel pintu.

"Sania buka, saya tahu kamu ada di dalam!!!" teriaknya

Masih tidak ada sahutan. Dengan panik Alexander menggedor pintu kamar mandi tersebut berkali-kali

Kekhawatiran menyergap dadanya. Tanpa pikir panjang dia segera mengambil ancang-ancang hendak mendobrak pintu kamar mandi tersebut

Tak butuh banyak waktu, Alexander dengan tubuh atletisnya bisa berhasil mendobrak pintu kamar mandi.

Setelah pintu kamar mandi terbuka, didapatinya Sania terkulai lemah di bawah shower dengan pergelangan tangan yang mengeluarkan darah

Secepat kilat Alexander masuk dan mengangkat tubuh Sania

"Apa yang kau lakukan, hah?" teriaknya panik

Mata Sania tertutup rapat, bibirnya biru pucat

Segera Alexander membawa gadis itu keluar dari dalam kamar mandi dan meletakkannya di atas ranjang. Dengan panik diikatnya pergelangan tangan Sania yang berdarah dengan gaun malam milik Sania yang robek.

Masih dengan panik dia membuka lemari dan memakaikan Sania baju.

Lalu dengan cepat dia kembali menggendong tubuh Sania membawanya keluar dari kamar, dan dengan setengah berlari dia menuruni anak tangga

"Maarrrkkk!!" teriaknya

Mark yang sedang duduk santai di teras, begitu mendengar teriakan bosnya langsung berlari kedalam

"Cepat siapkan mobil!!" teriaknya panik

Mark tanpa banyak tanya langsung berlari kearah garasi dan mengeluarkan mobil, secepat kilat Alexander meletakkan tubuh lemah Sania di kursi, lalu dia ikut masuk dan memangku kepala gadis malang itu

"Cepat!!!!" teriaknya pada Mark yang bengong menatap kearah Sania yang tak bergerak

3

Mark segera melajukan mobil dengan cepat. Tubuh Sania terguncang-guncang ketika mobil melewati jalanan berbatu dan buruk. Memang cottage tempat mereka berada di ketinggian, jadi untuk sampai di kota harus melewati jalan berliku

Alexander yang memangku kepala Sania langsung memegang erat tangan Sania agar dia tak jatuh

"Bertahanlah Sania, aku akan membawamu kerumah sakit"

Mark melirik melalui kaca spion, dapat ditangkapnya kekhawatiran di wajah Alexander.

Mobil sudah berada di jalan aspal, Mark makin melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

"Berapa lama lagi??!!" teriak Alexander

Mark melihat kembali kearah handphone

"Berikan handphone itu!!"

Mark dengan tangan kirinya, memberikan handphone miliknya pada Alexander

"Lima menit lagi, cepat!!

Mark kembali ngebut

"Di bundaran depan, belok kiri!" ucap Alexander memberitahu Mark

Mark segera berbelok dan mobil berhenti tepat di depan rumah sakit. Mark turun dan membukakan pintu mobil untuk bosnya.

Alexander segera mengangkat sedikit tubuh Sania, lalu menggendongnya.

Setengah berlari dia masuk kedalam rumah sakit

"Cepat tolong dia!!" teriaknya

Perawat yang sedang piket segera berlarian bahkan ada yang berlari masuk kedalam mengambil brankar

Dengan hati-hati Alexander meletakkan tubuh Sania, lalu dengan cepat keempat perawat mendorong brankar.

Tangan Alexander yang sejak tadi menggenggam jari Sania harus terlepas ketika brankar masuk kedalam ruang IGD

Alexander berjalan hilir mudik dengan wajah panik di depan ruang IGD. Sudah sejam tetapi dokter masih belum juga dari ruangan tersebut.

Mark memberikan air mineral pada Alexander yang cemas dengan harapan agar pria yang terkenal dengan sifat donjuannya itu sedikit tenang

Alexander mengambil botol air mineral yang diberikan Mark dengan acuh lalu menenggak isinya tanpa minat

Pintu IGD terbuka, dan dengan cepat Alexander yang terduduk di lantai bangkit, kembali empat perawat mendorong brankar

Mata Sania masih tertutup rapat, wajahnya makin putih pucat. Tubuh Alexander goyah dengan cepat ditangkap oleh tangan besar Mark

Dokter keluar, Alexander segera menghentikan langkah dokter itu

"Apa yang terjadi padanya?"

Dokter memandang Alexander dengan sedih

"Dia kritis"

Alexander langsung menutup wajahnya dan kembali tubuhnya terbungkuk, nyaris jatuh

Dokter lalu meninggalkannya, Mark yang terus berada di samping Alexander segera membawa bosnya berjalan, membimbingnya agar kuat

"Dia dibawa kemana?" tanyanya tanpa menoleh pada Mark

"ICU"

Langkah Alexander terhenti, dan menatap kearah Mark

"Apakah dia akan mati??!"

Wajah Alexander menegang saat menanyakan itu.

Mark mengangkat bahunya dan kembali dia membimbing Alexander berjalan

Tepat di depan ruang ICU mereka berhenti, dari balik kaca Alexander melihat tiga orang dokter sedang berusaha menyelamat nyawa gadis yang kemarin masih tertawa renyah padanya.

Layar komputer menyala, dan di tubuh Sania mulai dipasang berbagai alat dan juga di hidungnya dipasang alat untuk aliran oksigen.

Berbagai jarum tampak menancap di nadi gadis itu, Alexander makin ketakutan melihatnya

Mark menepuk pundak Alexander

"Tenanglah bos, semuanya akan baik-baik saja!"

Alexander hanya menarik nafas dalam mendengar ucapan Mark. Di dalam hatinya dia juga sangat mengharapkan hal yang sama

...****************...

Alexander terus terduduk di depan ruang ICU. Hatinya sedikit lega ketika semua dokter keluar dan mengatakan jika mereka telah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa Sania.

Dan mereka memintanya berdoa semoga Sania bisa melewati masa kritisnya.

"Makanlah dulu, sejak siang bos belum makan" ucap Mark sambil memberikan nasi kotak kearah Alexander yang tampak kusut

Alexander hanya menoleh sekilas, dan kembali termenung

"Apa yang telah kulakukan" lirihnya

Mark menarik nafas dalam, lalu ikut duduk di sebelah Alexander

"Hanya anda yang tahu" jawab Mark

Alexander mengusap kasar wajahnya. Terbayang bagaimana dia mengoyak pertahanan gadis lemah itu semalam, bahkan dia tidak memberinya ampun saat gadis itu memohon

"Makanlah, anda juga butuh kesehatan"

Dengan enggan Alexander meraih kotak nasi yang kembali diulurkan Mark.

Dengan pelan dia mulai menyendok nasi dan memasukkan dalam mulutnya, hanya tiga suapan. Lalu dia kembali meletakkan nasi kotak tersebut di sebelahnya

Mark melirik dan tak berani menanyakan apa yang terjadi pada gadis itu. Tapi dia yakin, telah terjadi hal buruk pada gadis itu. Karena semalam dia dengan jelas mendengar teriakan gadis itu

Apalagi dia juga tahu ketika Alexander berteriak akibat efek obat perangsang yang diberikan orang tak mereka kenal

"Kalau gadis itu mati bagaimana, Mark?" tanyanya kembali dengan wajah panik

Mark menoleh, dan menggenggam pundak Alexander dengan kencang

"Semuanya akan baik-baik saja, percayalah"

Alexander mengusap kasar wajahnya.

Jam 22.00 seorang dokter terlihat berjalan kearah mereka. Alexander segera berdiri

"Dokter, apa saya boleh masuk?"

Dokter tampak menatap lama pada wajah Alexander, seolah tak yakin

"Saya keluarganya"

Dokter akhirnya mengangguk, dan Alexander berjalan di belakang dokter. Dokter memberikan baju khusus pada Alexander, dan dengan cepat Alexander mengenakannya, lalu bersama dokter yang juga berpakaian sama dengannya, mereka masuk

Alat oksigen yang terpasang yang meutupi hidung dan mulut Sania tampak bergerak turun naik, menandakan jika gadis itu masih menarik nafas

"Apa yang terjadi padanya?" tanya dokter sambil menatap Alexander

Alexander menelan ludahnya, wajahnya langsung gugup

"Dimana anda menemukan gadis malang ini?" kembali dokter bertanya

Alexander semakin tampak gugup

"Alat vitalnya robek, dan kami menemukan bekas kekerasan di sana. Kami sangat yakin gadis malang ini telah diperkosa"

Wajah Alexander makin menegang

"Semakin banyak saja kasus kekerasan pada perempuan, apakah para lelaki ini tidak menyadari bahwa mereka terlahir dari siapa?"

"Saya sebagai sesama perempuan sangat mengutuk prilaku keji ini, tapi sebagai dokter saya akan memastikan jika dia akan terus hidup. Karena telah banyak saya temui, korban dari perkosaan memilih mengakhiri hidup mereka karena malu"

"Seperti yang dilakukan gadis ini, kasihan dia. Anda tadi bilang, anda adalah keluarganya, kan?"

Alexander mengangguk cepat

"Jaga dia, lindungi dia. Korban pemerkosaan biasanya jiwa mereka akan terguncang, salah-salah mereka akan kembali melalukan tindakan di luar nalar mereka"

"Sudah tugas sesama saudara kan saling menjaga?"

Alexander mengangguk pelan

"Kami butuh beberapa kantong darah, karena dia mengalami pendarahan"

"Golongan darah dia apa dokter?" tanya Alexander cepat

"A, segera anda hubungi pihak keluarga, siapa tahu ada yang sama golongan darahnya dengan gadis ini"

"Darah saya A dokter, ambil saja darah saya"

Dokter kembali menatap kearah Alexander

"Jika begitu malam ini anda harus beristirahat, besok pagi pihak medis akan mengambil darah anda"

Alexander mengangguk, dan tangannya terulur membelai wajah pucat Sania

"Maafkan aku Sania" lirihnya

...****************...

"Bos yakin ingin mendonorkan darah bos untuk gadis itu?" Mark bertanya tak percaya saat Alexander mengatakan niatnya ingin mendonorkan darahnya untuk Sania

Alexander tidak menjawab, dia terus memakan sarapan yang tadi dibeli Mark.

"Come on bos, kita tidak mengenal siapa gadis itu. Kita tidak tahu latar belakangnya, dia siapa, dari mana, anak siapa"

Alexander menghentikan kunyahannya dan menatap tajam kearah Mark

"Oleh karena itulah makanya saya ingin mendonorkan darah saya untuk dia. Kalau kita tahu alamat dia dan siapa orang tuanya, mudah saja kita membawa mereka kemari dan menyuruh mereka mendonorkan darah mereka"

"Tapi apa kamu sadar, jika mereka bertanya dengan kita apa yang terjadi pada Sania, kita mau jawab apa?"

Mark diam, dia tidak berfikir sampai kesana. Dia hanya tak ingin bosnya jadi lemah hanya karena seorang gadis yang baru mereka kenal

Seorang perawat berjalan kearah ruangan ICU.

"Maaf, siapa di antara bapak berdua yang akan mendonorkan darah?" tanya perawat itu saat sampai di depan Mark dan Alexander

"Saya" jawab Alexander dengan tegas

Lalu dia berdiri dan menoleh kembali ke dalam ruang ICU. Kembali ditatapnya wajah Sania yang masih terpejam sejak siang kemarin.

"Ayo, ikut saya" ucap perawat

Alexander segera berjalan mengikuti perawat itu.

"Semoga kamu cepat sadar, Sania" batinnya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!