Ikrar Maryam terucap kala kegundahan hati yang terus mencari jawaban atas segala pertanyaan dalam hidupnya tak kunjung dia dapatkan.
Maryam mengucap ikrar pada sang maha kuasa agar bisa menemukan jati dirinya dengan sejelas mungkin.
Identitasnya yang masih belum sempurna tanpa nama seorang ayah di belakangnya.
Memaksa Maryam harus menunda pernikahannya, karena sebagai mempelai wanita, tentunya Maryam harus mempunyai wali yang ada hubungan darah dengannya, yaitu ayah.
Kalaupun ayahnya sudah tiada, maka bisa di gantikan oleh saudara orangtuanya.
Dalam sujud akhir rakaat sholatnya, ikrar Maryam pun terucap.
"Ya Allah sekiranya engkau mempertemukan hamba dengan ayah hamba yang seorang ahli ilmu, maka panjangkan lah umur kami, agar kami bisa senantiasa dakwah bersama dalam agamamu. Namun sekiranya engkau mempertemukan hamba dengan ayah yang seorang pendosa, maka dengan seijin mu jemput lah hamba dalam keadaan yang baik dan ikhlas"
Air mata Maryam berderai kala mengucap ikrar untuk hidup dirinya dan sang ayah yang sedang dia cari.
Kegundahan hati yang selalu dia rasakan selalu membebani hati dan pikirannya.
Saat dia mengetahui jika ayahnya masih ada, ingin sekali dia tahu dan mencari keberadaan ayah yang telah merenggut kesucian sang ibu, dan menyebabkan dirinya di cap sebagai anak haram.
Dan kini, setelah dia dewasa, dia mulai semakin memahami setiap perkataan dan hinaan yang selalu terlontar padanya di masa lalu, Maryam pun bertekad untuk mencari keberadaan sang ayah, meskipun Azizah (ibu kandung Maryam) selalu berkata jika ayahnya sudah tiada.
Namun semua itu tidak serta Merta membuat Maryam percaya, karena bukti nyata pemakaman sang ayah yang sudah tiada pun tidak pernah ada.
***
Maryam kini sedang menempuh pendidikan S2 nya di salah satu universitas Jakarta, dia tinggal di pondok dan menjadi salah satu pengurus disana bersama sahabatnya yang lain.
Hingga akhirnya, setelah sekian lama Maryam tinggal di pondok tersebut, Muhammad Ridwan salah satu putra pemilik pondok hendak meminangnya.
Maryam yang sudah mengenal dan mengetahui karakter Ridwan tak mampu menolak pinangannya.
karena dia termasuk pemuda yang baik dan soleh, dia juga ramah dan sopan pada semua orang.
Namun
"Maaf mas Ridwan, mas paham sekali apa yang menjadi syarat pernikahan kita agar sah di mata hukum dan agama, saya minta ijinkan saya untuk mencari wali saya terlebih dahulu, saya berjanji, saya tidak akan pernah meninggalkan mas Ridwan"
Permintaan terakhir Maryam pada Ridwan sebagai calon suaminya,
Pesan terakhir Maryam sebelum pergi meninggalkan Ridwan untuk mencari keberadaan ayahnya.
"Baiklah kalau itu memang sudah menjadi keputusan mu, saya tidak akan pernah bisa memaksamu, aku hanya bisa mendoakan semoga kamu bisa segera menemukan ayah kandung mu dalam keadaan sehat"
Ridwan pun mengijinkan Maryam untuk pergi mencari keberadaan ayahnya.
...
Maryam pun merasa lega karena calon suaminya mengijinkan dan mendukung niatnya,
tak lupa Maryam pun pamit dan meminta ijin pada umi dan Abah, orangtua Ridwan sebagai pemimpin pondok.
"Maryam minta ijin dan doanya umi, semoga niat dan usaha Maryam berjalan dengan lancar"
Pamit Maryam pada kedua orangtua Ridwan,
Umi kulsum dan Abah Bahrudin.
Keduanya juga sangat mendukung niat baik Maryam untuk mencari keberadaan sang ayah, tak lupa mereka mengingatkan Maryam untuk selalu bersikap baik dimana pun dan kepada siapapun. mereka juga berpesan agar Maryam jangan sampai melewatkan waktu solat nya.
"Abah dan umi doakan semoga niatmu bisa di lancarkan oleh allah, dan segera kamu bisa menemukan ayahmu nak"
Ucap umi dan Abah Bahrudin pada Maryam,
Maryam pun mengucapkan terima kasih kepada keduanya dan berucap salam sebelum pergi.
"Assalamualaikum Abah umi"
Salam perpisahan Maryam untuk semuanya.
Maryam kini menuju terminal, dia teringat pada kelurga sang ibu di Yogya, diapun berniat hendak memulai pencariannya kembali ke Yogyakarta.
Berbekal sebuah gantungan kalung milik sang ayah berinisial V yang berhasil Azizah rebut dari lehernya saat dirinya di lecehkan dulu, Maryam menggunakan itu sebagi petunjuknya untuk mencari siapa ayahnya.
"Siapa ayahku? Dimana dia? Berikanlah petunjuk mu untukku ya Allah"
ucap Maryam terus melihat gantungan kalung itu.
Sepanjang jalan, Maryam sangat teringat akan sosok ibunya yang tangguh dan Soleh, sosok penyayang yang selalu melindunginya dalam setiap keadaan, sosok yang tidak pernah bisa marah padanya.
"Ibu, Maryam sangat rindu ibu"
Dalam tangisnya Maryam terus teringat senyum sang ibu.
"Andai waktu bisa terulang kembali, ingin rasanya aku tetap bersama ibu, kita hidup bahagia walau hanya di sebuah gubuk kecil berdindingkan bambu, kasih sayangmu selalu menghangatkan suasana rumah sehingga aku tidak merasa kekurangan apapun"
Tangisnya semakin terisak, hingga nafasnya pun terasa berat dan sesak.
Semua kini tinggal kenangan, sang ibu yang sudah berpulang ke pangkuan ilahi karena penyakit yang dia derita sejak lama, membuatnya harus berpisah dengan Maryam.
Maryam yang kala itu masih remaja, tak kuasa menahan sedih dan tangis akan kepergian sang ibu yang sangat dia cintai, sang ibu yang menjadi satu-satunya kekuatan dalam hidupnya.
"Ibu..."
Panggil Maryam dalam tangisnya.
Maryam terus menyeka air matanya, hingga dia lupa jika dirinya sedang berada dalam perjalanan menuju Yogyakarta.
Setiba di rumah sang nenek dan budenya nanti, Maryam berniat akan ziarah ke makam sang ibu dan mencurahkan segalanya di depan pusara nya mengenai niat dan tujuannya untuk menikah dengan Ridwan.
Setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam, Maryam pun tiba di Yogya, dia langsung menuju makam sang ibu sebelum pergi ke rumah neneknya.
...
Saat Maryam hendak pergi ke makam sang ibu, dia tidak sengaja melihat seorang ibu berkerudung sedang nyekar juga di makam ibunya.
Maryam tidak tahu siapa wanita itu, namun dari perawakannya, dia terlihat seusia dengan ibunya.
"Siapa wanita itu, apa dia teman ibuku?"
Tanya hati Maryam, diapun segera menuju makam ibunya, namun saat Maryam hendak melihat siapa wanita itu, tiba-tiba saja wanita itu menghilang dari pandangannya.
"Loh kemana wanita tadi, dia ada disini tadi?"
Maryam pun heran dan bingung, mengapa wanita itu bisa menghilang dengan cepat.
Maryam coba untuk tidak terlalu memikirkan semua itu,
Dan akhirnya Maryam pun memanjatkan doa untuk sang ibu agar selalu berada di sisi Allah dalam kebahagiaan surgawi.
Maryam banyak bicara sendiri di depan makam sang ibu, berharap sedikit bebannya akan tercurahkan.
"Semoga ibu tidak keberatan dengan niat Maryam untuk mencari keberadaan ayah Bu, meskipun Maryam tidak tahu harus mulai dari mana?, Tapi maryam akan berusaha keras, doakan Maryam Bu"
Curahan hati Maryam di pusara sang ibu, berharap dia akan mendapat petunjuk atas apa yang dia ceritakan tentangnya.
salam reader .. ini buku ke 5 karya Maher qirani yang bertema wanita kuat ya, mungkin akan berbau religius, namun akan di balut dengan konflik rumah tangga, persahabatan, penghianatan bahkan perjodohan.. simak cerita nya terus yuk..bantu dukung dengan cara like koment dan vote sebanyak-banyaknya ya ..🥰🥰 happy reading
Setelah merasa tenang dengan semua curahan hati pada makam sang ibu, akhirnya Maryam pun segera menuju rumah sang nenek.
Dan disaat Maryam tiba, mereka sangat bahagia dengan kedatangan Maryam di rumahnya,
Sang nenek yang sudah tua renta memeluk Maryam dengan erat.
Aisyah pun menyambut kedatangan Maryam dengan sangat gembira.
***
Maryam adalah anak dari seorang gadis baik-baik bernama Siti Azizah, seorang gadis kebanggaan orangtua dan keluarga nya, tapi pada satu malam seorang laki-laki bejat menodai kesucian nya, dan memfitnah Azizah jika mereka melakukan semua itu karena suka sama suka.
Kejadian itu yang membuat dirinya menjadi noda keluarga dan kampung nya, sampai warga sekitar menghakiminya ramai-ramai.
Sedangkan laki-laki bejat itu berhasil melarikan diri.
Azizah mendapat cacian, hinaan, dan lemparan batu kerikil dari setiap tangan warga yang datang, bahkan dia di arak keliling kampung karena di anggap sampah masyarakat.
Tidak ada satu orang pun yang mempercayai Azizah bahwa dirinya hanya korban, bukan pelaku.
Azizah pun terusir dari kampung tersebut dan di asing kan, bahkan lebih miris nya lagi, sang bapak yang menjadi tumpuan terakhir nya pun juga tidak mempercayai dirinya dan ikut mengusir Azizah pada saat itu.
Dia pun hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik jelita, yang di beri nama Maryam putri Adam, nama yang indah, seindah akhlak dan budi pekerti nya.
Lika liku perjalanan hidup Maryam mencari keadilan untuk ibu dan dirinya seakan tiada henti,
Pencarian jati diri yang selalu menjadi tanda tanya dalam hidup, membawa nya pada sosok laki-laki bejat yang sedang dia cari selama ini.
Dan kini Maryam pun mulai beranjak remaja.
***
"Tolong ambilkan daun itu nak?"
Pinta Azizah pada Maryam.
Maryam pun membawakan daun yang di minta sang ibu untuk dia jadikan obat dan membantunya menumbuk daun kering tersebut.
"Ini bu, sudah Maryam tumbuk, ibu tinggal seduh saja"
Jawab Maryam dengan memberikan daun yang sudah dia tumbuk.
"Terimakasih nak"
Maryam pun tersenyum dan kembali menyelesaikan pekerjaan rumah kecilnya itu, namun saat dia hendak pergi ke kamar mandi, dia melihat air di dalam sumur nya sudah mulai mengering, dia harus segera pergi mengambil air ke sungai sebelum hari semakin sore.
Maryam pamit pada Azizah untuk mengambil air
"Kalau begitu Maryam ambil air dulu ke sungai ya bu"
Ujar Maryam terburu-buru.
Dalam benak hati Azizah, dia merasa bersalah, karena kondisinya yang kini sedang sakit, semua tanggung jawab rumah harus Maryam gantikan, termasuk membawa air ke sungai.
...
Pasca di usir dari kampungnya,
Azizah dan Maryam tinggal di sebuah kampung terpencil jauh dari pemukiman warga, mungkin hanya 1 sampai 5 rumah yang ada di sekeliling nya, itu pun jarak dari satu rumah ke rumah lain sangat berjauhan.
Di tengah perjalanan Maryam bertemu seorang wanita yang seumuran dengan ibu nya, kurang lebih 35 tahunan, dia sedang duduk di bawah pohon, nampak sedang kelelahan.
Karena penasaran, Maryam pun menghampiri wanita itu dan coba bertanya.
"Assalamualaikum Bu?"
Salam Maryam pada wanita tersebut.
mendengar salam dari Maryam, wanita itu pun langsung tegak dan menatap wajah Maryam dengan sangat dalam, wanita itu tidak berpaling dari pandangan wajah Maryam.
Dengan nada suara yang sedikit bergetar, wanita itu menjawab salam Maryam dan tersenyum padanya.
Maryam bertanya, sedang apakah wanita tersebut dan hendak kemana?.
"Sebenarnya saya sedang mencari saudara saya?"
Jawab sang wanita itu.
Maryam pun kembali bertanya, siapa yang dia cari di kampung kecilnya itu, padahal tidak ada banyak jiwa yang tinggal di desanya.
"Memang nya saudaranya ibu tinggal dimana? disini tidak ada banyak rumah untuk ibu cari?"
Jawab Maryam penasaran.
Keduanya pun duduk tepat di bawah pohon bringin yang rindang dengan tiupan angin sepoi yang membuat hati mereka sejuk dan damai.
wanita itupun menjelaskan jika dirinya hendak mencari saudaranya yang pergi dari rumah karena di usir oleh warga dan keluarganya, dan menurut informasi yang dapat di percaya, saudaranya pergi ke desa Maryam tinggal.
"Ibu mau saya bantu mencari saudara ibu? "
Maryam menawarkan diri untuk membantu wanita itu.
Merasa sungkan karena keduanya belum saling mengenal, akhirnya wanita itupun memperkenalkan dirinya.
"Oh ya nak, nama ibu Siti Aisyah, siapa nama kamu? Kenapa saya merasa tidak asing melihat wajahmu?"
Tanya wanita yang bernama Siti Aisyah.
Mendengar pertanyaan Bu Aisyah, Maryam pun langsung memperkenalkan namanya.
"Nama saya Maryam bu"
Jawab Maryam singkat, kemudian karena penasaran, Maryam kembali bertanya mengenai saudara yang sedang Aisyah cari.
Maryam berniat ingin membantu Bu Aisyah mencari saudaranya, karena dia takut jika Aisyah sampai tersesat di desa terpencil yang masih banyak binatang liar itu.
Aisyah sangat berterima kasih dengan niat Maryam, namun dia tidak ingin merepotkan nya, namun ternyata Maryam memaksa dan Aisyah pun mengalah.
"Terimakasih sebelum nya nak Maryam, kamu begitu baik walau kepada orang yang baru kamu kenal"
Ucapan terima kasih Aisyah pada Maryam.
Menyadari hari semakin sore, Maryam pun mengajak Bu Aisyah untuk ikut dengannya terlebih dahulu ke gubuk kecilnya,
Gubuk kecil yang penuh dengan kasih sayang.
Aisyah pun mengikuti ajakan Maryam untuk ikut dengan dirinya.
Dalam batin Aisyah terus berucap kenapa anak ini mengingat kan nya kepada sang kakak yang sedang dia cari.
Tutur katanya yang lembut, pandangan matanya, dan caranya mengajak sungguh sangat mirip dengan kakaknya.
Di pertengahan jalan, Maryam kembali bertanya kepada bu Aisyah.
Dia bertanya mengenai saudaranya yang pergi, mengapa dia bisa pergi dan di usir oleh keluarganya.
"Ceritanya panjang dik, ibu malu jika harus menceritakan nya"
Jawab nya sedih.
"Nasib saudara ibu begitu tidak beruntung, dia di usir oleh keluarga dan masyarakat di kampung ibu karena melakukan sebuah kesalahan"
Lanjut Bu Aisyah.
"Astagfirullah kesalahan apa memangnya, kenapa sampai tega di usir warga seperti itu? "
Tanya Maryam merasa sakit hati mendengar saudara Bu Aisyah yang terusir.
Dengan wajah yang sedih, Aisyah tertunduk dan teringat akan kenangan sang kakak, dia tidak menjawab pertanyaan Maryam mengenai kesalahan kakaknya.
"Ibu tidak bisa menjelaskannya padamu nak, karena ini sangat sulit untuk di mengerti, tapi yang jelas, saudara ibu itu adalah wanita yang sangat baik, hanya nasibnya memang buruk dan tidak beruntung".
Lanjut Aisyah, dan ketika dirinya hendak menceritakan semuanya pada Maryam, tiba-tiba saja, suara guci pecah terdengar keras dari sebuah rumah.
"Astaghfirullah ibu"
Maryam berlari ke arah sumber suara, dan di dapati ibu nya sudah tergeletak jatuh di bawah.
"Ya allah bu, bangun bu "
Maryam coba meraih tangan ibu nya, membangunkan dan memindahkan nya ke bangku ruang tengah.
Maryam yang cemas, banyak bertanya bagaimana kondisi ibunya, apakah dirinya tidak terluka dan apa yang sedang ibunya lakukan sehingga dia bisa terjatuh.
"Ndak apa apa nak, ibu hanya ingin pergi wudhu" jawab ibunya yang lemah.
***
Aisyah pun tiba di depan pintu gubuk Maryam tinggal, gubuk saung kecil yang masih beralaskan tanah, hanya ada 2 bangku panjang di ruang depan, untuk tempat bersandar.
Bukan tembok beton seperti di rumah-rumah pada umumnya, gubuk Maryam masih berbahan bilik bambu dengan lapisan kayu sebagai penahan nya,
Walaupun sederhana, namun gubuk itu serasa surga bagi mereka.
Saat bu Aisyah melangkahkan kaki nya ke dalam rumah, pandangannya tertuju pada wanita yang sedang duduk bersama Maryam, wanita yang membuat detak jantung nya berdegup kencang kala melihat wanita tersebut.
"Mba Azizah"
Air mata Aisyah menetes, hati nya haru bahagia melihat sosok wanita yang sedang dia cari ada di depan matanya, langkah nya tertatih seakan berat untuk melangkah.
Sosok panutan yang selama ini dia cari ada di hadapannya, suara nya membisu tak mampu berucap,
Rasa syukur kepada sang pencipta dia panjatkan dalam hati karena sudah mempertemukan nya kembali dengan sang kakak yang sudah sekian lama tidak berjumpa.
Ingatan nya pun tertuju pada masa-masa indah dirinya dengan sang kakak.
"Ya allah mbak, apakah ini benar, mba Azizah "
Ucap bu Aisyah yang masih tidak percaya dengan semua yang ada di hadapannya.
Bu Azizah yang pada saat itu sedang terbaring lemas, terkejut dengan kedatangan wanita yang sedang berdiri di pintu rumah.
Bu Azizah menangis, tak kuasa menahan kerinduan yang begitu besar kepada sang adik semata wayang nya itu.
"Aisyah, kau kah itu"
Tanya Azizah yang juga merasa tidak percaya jika adiknya Aisyah sedang berdiri di depan pintu rumahnya.
Tanpa menjawab pertanyaan Bu Azizah, Aisyah langsung memeluk sang kakak dengan penuh linangan air mata kerinduan yang sudah sekian lama dia pendam.
Mereka menangis haru melepas semua beban di hati masing-masing, Aisyah bersyukur karena Allah telah membantunya untuk bertemu kembali dengan sang kakak, begitupun dengan Azizah, dia juga sangat bahagia karena sang adik masih mengingat dirinya.
"Mbak Azizah "
Aisyah langsung memeluk Azizah dengan erat, dia melepaskan semua kerinduannya yang begitu besar kepada saudarinya itu.
Aisyah sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan Azizah, rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan
"Kenapa mba jadi seperti ini, apa yang terjadi dengan mba?"
Tanya Aisyah yang khawatir melihat kondisi sang kakak yang lemas.
"Tidak apa dik, mba hanya sedang kurang sehat, mungkin ini teguran dari gusti allah untuk mba, agar mba menjadi lebih baik lagi"
Jawab Azizah berharap penyakitnya bisa menjadi pelebur dosanya.
Aisyah menarik dan melepaskan nafasnya dalam, mendengar semua jawaban sang kakak yang selalu positif dalam berpikir, membuat Aisyah merasa jika sang kakak masih sama seperti dulu. Azizah yang Solehah.
Mereka pun saling melepas rindu dengan semua senyum dan ingatan akan masa lalu yang penuh dengan kenangan keduanya.
***
Maryam yang bingung dengan kedekatan Bu Aisyah dan ibu nya, bertanya dalam hati, tentang cerita bu Aisyah di pertengahan jalan tadi, dalam benak Maryam dia bertanya.
( Jadi orang yang Bu Aisyah cari adalah ibu, dia juga mengatakan jika kakak nya melakukan satu kesalahan yang membuatnya sampai terusir, tapi kesalahan apa yang Bu Aisyah maksud? dosa apa yang sudah ibuku lakukan) pertanyaan itu mulai terngiang dalam benak Maryam.
Menyadari jika Maryam ada diantara mereka, Bu Azizah pun memanggilnya untuk duduk bersama mereka.
"Kemari nak"
ujar Bu Azizah, memanggil Maryam,
Maryam pun coba melupakan sejenak tentang pertanyaan di pikirannya, kemudian dia pun menghampiri ibu nya.
"Dik ini Maryam anak mba "
Ucap Azizah memperkenalkan Maryam.
"Sebelum nya saya sudah menduga mba, saat melihat dan bicara dengan Maryam, saya begitu teringat akan sosok mba"
Jawab Aisyah yang memang dari awal merasa ada ikatan diantara mereka.
"Maryam begitu santun, sopan, dan lemah lembut seperti mbak Azizah"
lanjut Aisyah.
Bu Azizah merasa heran, mengapa adiknya bisa bicara seperti itu, padahal menurutnya ini kali pertama mereka bertemu, tapi ternyata mereka sudah saling mengenal.
Aisyah pun menceritakan tentang pertemuannya dengan Maryam saat perjalanan pencariannya.
"Dan syukurlah, ternyata Allah telah mengirim Maryam untuk bisa mempertemukan kita"
ucap syukur Aisyah pada Allah untuk semuanya.
Mendengar mereka ternyata sudah saling mengenal, Azizah pun ikut merasa senang, namun seketika kebahagiaan mereka sedikit tegang kala Azizah tak hentinya batuk dan sedikit sesak.
Maryam yang cemas, segera membuatkan obat untuk ibunya.
"Sebentar bu biar Maryam buatkan lagi obat untuk ibu"
Maryam berlari menuju dapur untuk membuat obat dan menyediakan air untuk Aisyah.
...
"Bagaimana kabar mba?"
Tanya Aisyah yang masih tidak percaya dirinya sudah menemukan kakak kesayangan nya.
Azizah menjawab jika dirinya baik-baik saja, hanya sekarang dirinya memang sudah mulai sakit-sakitan, mungkin karena faktor usia, menurutnya.
Mereka pun berbincang mengenai kabar mereka masing masing .
Dari belakang Maryam mendengarkan percakapan Bu Aisyah dan ibu nya yang sedikit membuat hati Maryam curiga.
"sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan, mengapa hatiku merasa gelisah?"
Pikir Maryam dalam benak hatinya.
***
"Maaf mbak, bukan maksud Aisyah lancang, apa itu artinya Maryam anak mba dengan pria yang telah menodai mbak dari hubungan haram itu?"
Tanya Aisyah pada Azizah yang membuatnya sedih.
Azizah pun tertunduk tak mampu menatap wajah Aisyah, dia kembali teringat akan kejadian buruk yang menimpanya di masa lalu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!