Sesampainya di dinas kependudukan dan catatan sipil, nila sangat amat kecewa saat pria yang ingin menikahi nya membatalkan pernikahannya. pria itu adalah orang yang dia kencani dua hari yang lalu.
begitu nila mengangkat telpon,
" dasar kau pembohong, wanita yang tidak tahu diri, jadi kau mau menikah dengan aku karna harta ku, jangan bermimpi kau bisa menikah dengan ku! aku akan membatalkan pernikahan kita"
nila bahkan tidak dapat menjelaskan tentang dirinya. pria tdi sama sekali tidak mengecilkan suaranya, sehingga tamu yang ada di sana ikut mendengar apa yang dia ucapkan.
nila seakan di telan oleh kegelapan malam tidak peduli seberapa dia keluar dari kegelapan itu justru semakin dia tidak bisa keluar.
bulir bulir keringat semakin menjalar hingga pelipis alis wajahnya berubah menjadi pucat tanpa di sadari tubuhnya menggigil hingga jatuh.
disamping ratusan pasang mata sinis, sedang mengamati wanita itu.
"Tuan nugraha "seseorng bergegas mendekati angga nugraha, sambil bersandar dia berkata"
nona loper telah memberitahu saya bahwa dia terjebak macet dan butuh satu jam lagi sampai.
"kau bisa menyuruhnya pulang katakan pada nya tidak usah repot repot datang lagi. angga tidak sedikit pun menoleh tatapan tajam nya terpaku pada nila saat dia menambahkan dengan tenang " aku tidak suka wanita yang penuh kepalsuan.
tapi...... si pria muda, asistennya menampakkan kekesalan, "kakek anda mendesak anda menikah"
angga seolah olah tidak mendengar asistennya dia berjalan ke arah nila.
"maaf, nona maukah menikah denganku? "
suara yang tegas dan jelas menyeret nila keluar dari kegelapan yang mengancamnya.
nila mengangkat kepalanya, ia sedikit terkejut dengan apa yang ada di depan matanya.
dia tidak tahu kapan itu terjadi, seorang pria berkursi roda menghampirinya.
pria itu begitu sempurna secara tidak langsung menghentikan detak jantungnya. alis yang tajam dan tegas yang tertumpu pada wajah yang terpahat sempurna. Tampak seolah olah wajahnya terukir seperti marmer sosoknya menyerupai mahakarya tanpa cacat.
terlepas dari kemeja putih yang sederhana, desainnya menonjolkan tubuhnya yang ramping dan kuat.
duduk di kursi roda tidak menghilangkan aura mulia dan agungnya, sebaliknya itu membuat dia lebih tinggi dan tidak bisa di dekati.
hingga pria tersebut memenggulangi pertanyaannya, nila tersadar dari lamunan nya.
"apa?"
"aku tidak sengaja mendengar pembicaraan teleponmu tadi, kau sedang terburu buru menikah kan? "
jantungnya tiba tiba berhenti berdetak dengan kata kata pria itu, saat penghinaan dan penderitaan melanda dirinya.
tidak menunggu Jawaban dari nila, pria itu melanjutkan dengan acuh tak acuhacuh.
"kebetulan sekali aku juga berada posisi yang sama. karna tujuan kita sama, mengapa kita tidak saling membantu? "
seketika pria itu berkata seperti sedang membicarakan sesuatu bisnis, bukan sesuatu peristiwa yang penting dalam hidupnya.
Pada titik ini nila akhirnya setuju bahwa pria ini benar benar serius tentang pernikahan mereka. padahal mereka baru aja ketemu. langsung menikah secara itu cara yang sangat keterlaluan.
"tuan, bahkan kita tidak saling kenal, bukankah ini terlalu berburu buru? "
"kau juga tidak mengenali pria yang kamu kencani itu".
Jawaban pria itu tenang dan lugas. sehingga membuat nila terdiam.
" ah, aku mengerti sekarang. kau meremehkan aku karena cacat? "
"tentu saja tidakkk!!! " spontan nila langsung menjawab.
Seketika nila memiliki kecerahan dari bola matanya dan tidak berpikir panjang dia langsung setuju dengan pernikahannya. karena berpikiran ibunya harus segera di tanggani dan di operasi.
Satu jam kemudian, nila keluar dari dinas kependudukan dan catatan sipil dengan akta nikah yang tergenggam di tangannya. Seolah olah dia melayang di udara, dia tidak menyangka akan secepat ini menikah dengan pria yang tidak di kenalnya.
Dia tak pernah berpikir bahwa suatu hari dia akan tiba tiba menikah dengan pria yang hanya dia temui secara kebetulan.
apakah ini takdir?
Menatap kebawah dia memandang foto mereka yang duduk berdampingan.
Ekpresi pria itu kosong, sementara dirinya di penuhi dengan kegelisahan dan keberatan.
Dibawah itu terdapat nama mereka berdua.
Betapa aneh nya aku baru saja mengetahui nama suamiku? dari sertifikasi nikah lagi! Angga Nugraha. Nama yang sederhana, namun sangat sesuai untuk pria sepertinya.
"nila wiliyadi"
Pria itu- Angga, juga memandang surat nikahnya.
Dia masih belum pulih dari perubahan status pernikahannya ketika sebuah tangan tiba tiba muncul tepat di hadapannya. sebuah kartu terjepit di antara kedua jari itu.
"nona wiliyadi, aku sadar bahwa melangsungkan pernikahan dan mendapatkan cincin adalah yang di tunda tunda oleh setiap wanita. sayangnya aku minta maaf untuk mengatakan bahwa aku tidak punya waktu untuk membeli cincin. jika kau menginginkan sebuah cincin kau dapat memilihnya sendiri".
Mengangkat kepalanya nila melihat tatapan angga yang tak dapat di tebak.
"tidak perlu". ia langsung buru buru melambaikan tangannya sebagai penolakan kepada angga.
" aku tak peduli dengan formalitas seperti itu".
Dia sudah lama tak akan peduli dengan hal romantis seperti itu. Lebih penting lagi dia tidak ingin berhutang kepada angga, meskipun ia adalah suami sahnya.
"paling tidak beli sebuah cincin".
sambil mengatakan itu ia meraih pergelangan nila, lalu menyelipkan kartu ke tangannya.
"baiklah, kalau begitu". Karena dikarenakan mereka adalah pengantin baru, jadi dia pikir tidak ingin berdebat dengan angga berkat niat baiknya. karena itu, dia menerima kartu itu dan menyimpannya di tasnya.
" aku sore ini ada rapat, jadi aku pergi duludulu kau perlu mencari transportasi sendiri". nada angga terdengar sangat datar.
"baik". nila tidak berharap bahwa dia benar benar akan memperlakukan sebagai seorang istri. Seseorang yang dia cintai, dan dia manjakan. Itulah sebabnya nila tak kecewa saat di tinggalkan angga.
Tiba tiba keingat sesuatu, angga berbicara lagi.
" nanti aku akan kirimkan alamat rumahku, kau bisa pindah kapan saja".
mereka sudah bertukar nomor telepon sebelumnya
ketika mereka mendapatkan akta nikah.
"aku tidak terburu buru". nila dengan cepat merespon.
meskipun masuk akal mereka harus tetap bersama setelah menikah, kenyataannya adalah nila belum siap untuk tinggal satu atap dengan orang yang baru dia kenal.
Mungkin pernolakan dalam suara nya terdengar lebih jelas, sehingga angga segera menggangkat kepalanya untuk meliriknya. wajah nila mererah seperti sebuah tomat karena malu.
Namun, angga tidak mengangapi hal itu. Yang di lakukan adalah menekan tombol kursi roda lalu berputar kearah yang lain.
" jika tidak ada yang lain aku pergi sekarang".
"baiklah".
Dia menunggu angga masuk ke dalam mobil hitam sebelum dia pergi juga.
Setelah itu, dia segera menelepon Departement sumber daya manusia perusahaannya. Dia memberitahu mereka bahwa dia akan segera
terdaftar di kota metro.
dia menghela nafas lega setelah di pastikan bahwa mereka akan mengajukan asuransi kesehatan lokal untuk dirinya dan keluarganya.
Sementara pernikahannya hari ini merupakan keputusan yang terburu buru baginya, namun setidaknya masalah yang telah menyelimutinya
dengan kekhawatiran untuk sementara waktu, akhirnya dia tidak perlu menderita lagi karena tagihan rumah sakit ibunya.
Setibanya di majalah gelamor, tempat kerjanya.
nila mendapati bahwa waktu wawancara sore mereka belum mulai.
menggunakan waktu sisa luangnya. dia menuju ke pusat perbelanjaan disebelah untuk membeli sepasang cincin kawin dengan memakai kartu yang telah di berikan angga padanya.
Setelah itu dia kembali ke mejanya, dan duduk berencana untuk membaca informasi mengenai wawancara sore ini untuk terakhir kalinya.
saat itu sindi menggeser kursi kantornya. matanya berbinar ketika ia bertanya " nila, ada kabar apa dengan cincin itu, apakah kamu sudah menikah? "
"kau cukup jeli juga ya, " nila tidak berniat untuk menyembunyikanya.
bagaimanapun departemen sumber daya manusia sudah tahu bahwa dia telah mengirim kartu keluarga barunya.
semua orang di perusahaannya akan segera mengetahui Perubahan status perkawinannya.
"aku baru saja menikah".
" selamat nila". sindi mengamati cincin itu dan berkomentar "apakah suamimu memberikan hadiah ini, ini bukan berlian yang sangat besar , bukan? berapa harganya? ".
" cuma sekitar tiga jutaan".
Nila tidak tahu apa apa tentang latar belakang keuangan angga sehingga dia memilih sepasang cincin yang lebih murah dan paling sederhana yang
bisa dia temukan.
alis sindi berkerut dan dia menyatakan, " nila itu tidak patut!! cincin kawin adalah simbol pernikahanmu seberapa bisa di andalkan seorang pria, jika bahkan dia tidak bisa membelikanmu cincin yang lebih baik".
" tidak apa apa dia hanya melakukan yang terbaik yang dia bisa". Jawab nila.
memperhatikan sorot simpatik di mata sindi, dia menyadari bahwa sindi mungkin berpikir bahwa suami baru nya tidak terlalu kaya.
"cukup sudah, mari kita tidak membicarakan ini lagi". dia dengan cepat menutup topik pembicaraan ini tidak mau berlama lama lagi.
" apakah kau siap untuk wawancara nanti? ".
"hahahhaaaahah tentu saja". taktik pengalih perhatian nila berhasil, karena sindi segera menunjuk ke arah pakaiannya.
" nila, bagaimana menurutmu, cantikkah aku? "
baru saat itu lah nila menyadari bahwa rekannya mengenakan set gaun rok merah muda dan putih. rambutnya di tata dengan rapi.
"kau terlihat luar biasa!! " nila memuji.
Ia tersipu malu dengan kata kata pujiannya. mata sindi berbinar gembira.
"lalu apakah menurutmu, aku akan memiliki kesempatan dengan Presiden bujangan kaya dari group nugraha? ".
nila mengerjap kaget, saat pemahaman muncul di benaknya tentang betapa sindi berusaha keras mendalami dirinya. Orang yang akan mereka wawancarai sore ini adalah presiden group nugraha.
di kota metro, group nugraha seperti legenda. Tiga tahun lalu perusahaan ini tiba tiba muncul entah dari mana. dengan cepat mereka berhasil memajukan diri mereka di industri keuangan menggunakan mode yang sangat agresif.
dalam kurun waktu tiga tahun berikutnya, mereka berhasil menjadi salah satu memimpin keuangan di kota metro, seolah olah setara dengan tiga keluarga besar di kota itu.
namun, yang lebih menarik perhatian semua orang adalah presiden perusahaan itu.
bahkan saat ini pun, tak ada yang tahu siapa namanya, atau bagaimana penampilannya.
seluruh identitasnya merupakan sebuah misteri , fakta yang hanya menambah daya tariknya.
tak ada contoh yang lebih baik di gunakangunakan, selain sindi yang secara khusus meluangkan waktu untuk berdandan. Ketika dia mengetahui bahwa mereka akan mewawancarai presiden yang sulit di temui.
kegembiraan berkilau, di mata nila saat dia menggoda, " sindi apakah kau yakin ingin meninggalkan kesan yang baik padanya?, apakah kau tidak khwatir, mungkin saja presiden itu orang tua yang botak".
"huft, aku tidak percaya itu", sindi menghentakan kakinya kesal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!