...Cerita ini di buat Real atas pemikiran dan halusinasi Author, jadi mohon maaf kalau ada kesalahan kata atau sampai menyinggung perasaan mana pun karena itu tidak atas dasar kesengajaan....
...Dan apa bila ada kesalahan dalam penulisan atau penyampaian kata mohon maaf sebesar besarnya....
...Sebelum membaca Cerita ini di sarankan membaca Novel Author yang berjudul ...
..."Aku istri kontrak Bosku"....
...Karena akar dari cerita ini ada di sana.....
...Bijaklah dalam membaca.....
...Selamat membaca......
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sebuah ruangan yang sangat dingin itu seorang laki laki dingin dan acuh berusiakan 25 tahun sedang duduk dan menatap pada layar laptopnya.
Dia nampak sangat marah bahkan tangannya terkepal kuat di bawah meja kerjanya, dia mengambil satu gelas Wine dan meneguknya sampai habis.
Seorang laki laki dengan keadaan babak belur dengan darah yang keluar dari dudut bibirnya, masuk keruangan itu dan langsung bersujud di bawah kaki tuannya itu.
"Maaf tuan kami gagal lagi" ucapnya pada tuannya itu.
Sedangkan tuannya hanya tersenyum tipis saja menatap pada anak buahnya yang sampai babak belur begitu.
Brakkk..
Tuannya menggebrak meja dengan sangat keras.
"Dasar tak becus, kalian memang Bod*h otak udang kemana saja kalian aku membayar kalian dengan sangat besar dan urusan begini saja kalian tak bisa mengatasinya" ucap Tuan itu dengan sangat marah.
"Anggota Mafia itu sangat licik tuan mereka menyerang kami dari belakang" belanya.
"Alasan, yasudah antarkan aku ke dermaga tempat senjata itu di rampas" ucap tuan itu.
"Baik tuan silahkan".
Tuan dingin melebihi dinginnya kutub utara itu berjalan keluar dari ruangannya, namun langkahnya terhenti karena suara cempreng seorang wanita yang selama 25 tahun ini selalu menganggunya.
"Kak Rayhan" teriak Aziya Yunita Wijaya adiknya Rayhan yang berada di perusahaan kakaknya itu.
"Ck dasar adik lakn*t" gerutu Rayhan nama dari tuan yang dingin itu.
"Kakak beri aku uang" ucap Aziya yang sering di panggil Zia itu, sambil tangannya menamprak pada Rayhan.
"Berapa" tanyanya ketus dan dingin.
"Dua puluh juta" ucap Aziya yang selama ini menjadi beban hidup Rayhan.
Tanpa jawaban Rayhan mengambil ponselnya dari dalam sakunya dan mentransfer uang sejumlah lima juta rupiah pada rekening adiknya itu.
"Sudah aku transfer" ucapnya ketus dan langsung pergi dari sana meninggalkan adiknya yang masih berdiri di sana.
Dengan cepat Aziya mengambil ponselnya dan melihat pesan dari M-banking kalau Rayhan hanya mentransfernya sebesar lima juta rupiah saja.
"Kak Rayhan pelit kau hanya mentransfer uang lima juga saja, kakak kirim lagi lima belas juta padaku, dasar pelit, kikir, aku doakan kau akan mempunyai istri yang royal sepertiku biar uangmu habis dengar itu" teriak Aziya marah pada kakak satu satunya itu.
"Tapi tunggu kalau istri kakak Royal nanti uang jatah aku habis di belanjakan dia" gumam Zia.
"Aku tarik ucapan aku tadi, semoga saja kakak mendapatkan istri yang tak suka uang biar uangnya menjadi milik aku semua" ucap Zia bicara sendiri.
Sedangkan tuan Rayhan Pratama Wijaya sekarang sudah berada di Dermaga dan benar saja semua senjata di rampas oleh anggota Mafia yang sangat Rayhan kenali yang tak lain adalah musuh bebuyutannya.
"Tuan apa kita akan menyerang mereka" tanya anak buah yang ikut dengan Rayhan.
"Jangan biarkan saja dia menang sekarang, tapi lain kali kita habisi dia" ucap Rayhan tersenyum menyeringai.
Hari sudah sangat malam Rayhan sangat khawatir dengan adiknya itu.
"Luk kau cari adikku sampai dapat suruh dia pulang ke rumah" titah Rayhan pada kaki tangannya yang bernama Lukas.
"Baik tuan" ucap Lukas.
Hampir 10 tahun ini Lukas menemani Rayhan dan selalu patuh pada Rayhan, bahkan Rayhan sudah menganggap Lukas sebagai keluarganya sendiri.
Rayhan memutuskan untuk pulang namun dia menyuruh anak buahnya untuk berjaga jaga karena takutnya Anggota Mafia itu akan menyerang markas Tiger Group.
Rayhan merebahkan tubuhnya di atas ranjang karena sangat kecapean dia terlelap dalam tidurnya.
Bledagg..
Suara ledakan keras terdengar di halaman rumah kediaman Lynda House, sedangkan keluarga Topan berada di dalam karena hari ini hari ketiga kematian ibu Rubiah ibu kandungnya Nita dan Topan.
Rayhan dan Aziya bocah kecil berusia 13 tahun itu sedang membaca surat Yasin dan mengirim Doa pada sang nenek yang sudah tiada, tetapi mereka semua langsung ke luar rumah saat mendengar ledakan itu.
Asap tebal tersebar di halaman rumah itu Rayhan dan Zia sampai terbatuk batuk karena menghirup asap itu.
Segerombolan orang turun dari mobil dan masuk dengan paksa ke dalam halaman rumah Lynda.
Mereka memakai topeng bahkan ada juga yang memakai masker untuk mentutupi wajah mereka, orang orang itu mengangkat senjata api ke arah keluarga Topan yang sedang berdiri di teras rumahnya.
Karena sadar akan bahaya Nita langsung membawa Rayhan dan Aziya masuk kedalam rumah, Nita mengambil ponsel yang ada di dalam saku celananya.
"Hallo pak Polisi tolong datang ke jalan Xxx kami dalam bahaya ada orang orang yang akan mencelakai kami" ucap Nita pada telpon.
Mata Nita masih sangat sembab karena sering menangis, Nita membawa Rayhan dan Zia keluar melalui pintu belakang Nita menyuruh Zia dan Rayhan masuk kedalam tembok yang bolong namun lubangnya tak besar hanya muat untuk ukuran Rayhan yang berusia 13 tahun itu pun masih sangat sulit masuk.
"Ray jaga Zia, kalian pergilah ke rumah Aunty Puput kalian naik saja pada taksi ini uang untuk bayar ongkosnya" ucap Nita menyodorkan uang pada Rayhan.
"Mah kenapa mamah gak ikut" tanya Zia menanggis karena ketakutan.
"Sayang mamah harus di sini kamu pergilah besok mamah akan datang kesana menjemput kalian" ucap Nita meyakinkan kedua anaknya supaya cepat pergi dari sana.
"Mah cepatlah jemput kami" ucap Rayhan yang menangis karena dia tau kalau masalah ini bukan masalah kecil.
"Sayang bilang pada paman Arka datang ke sini kami sangat membutuhkan" ucap Nita.
"Baik mah" ucap Rayhan.
"Jangan lari kalian" teriak salah satu gerombolan itu.
"Sayang cepat pergi" teriak Nita menyuruh kedua anaknya untuk segera pergi dari sana.
Rayhan menuntun Zia dan dengan cepat Rayhan menghentikan taksi dan langsung masuk kedalam membawa Zia ikut serta walau pun Zia berontak dan tak mau ikut.
"Pak tolong ke jalan Xxxx" titah Rayhan pada supir taksi itu.
"Mereka berhasil lolos" ucap gerombolan itu yang masih terdengar oleh Rayhan.
Belum jauh mobil itu berjalan dari kediaman Lynda, Rayhan menatap pada belakang mobil taksi itu hanya untuk memastikan kalau tak ada yang mengikutinya.
Dugghh
Sebuah Bom meledak di rumah itu, Rayhan bisa melihat dengan jelas kalau api menyebar dengan cepat melahap rumah kediamannya.
"Mamaaahhh" teriak Rayhan dan dia langsung bangun dari tidurnya.
Sungguh mimpi ini selalu saja mengusik tidur Rayhan, nafas Rayhan tak beraturan dia sangat trauma akan hal itu bahkan rasa sakit di dunia nyata pun harus dia rasakan di dalam mimpi juga.
Rayhan menatap pada jam dinding yang sekarang menunjukan pukul dua dini hari.
Rayhan turun dari ranjangnya dan keluar karena ingin memastikan kalau Aziya sudah pulang dan tidur di kamarnya.
Namun Rayhan melihat Lukas yang belum tidur dan sedang duduk di Sofa.
"Kau belum tidur luk" tanya Rayhan.
"Belum tuan saya sedang mengawasi Nona Zia" jawab Lukas berdiri dan membungkuk pada Rayhan.
"Ada apa lagi dengan Zia" tanya Rayhan yang sudah lelah mengurus adiknya itu.
"Dia berencana akan keluar dengan teman temannya tuan, makannya saya berjaga di sini karena takut Non Zia akan pergi dari rumah malam malam" ucap Lukas.
"Hah kau orang baik, siang nanti kau boleh cuti Lukas" ucap Rayhan menepuk pundak anak buahnya itu.
"Tuan kenapa anda bangun padahal ini masih pagi" tanya Lukas.
"Biasa mimpi Brengs*k itu datang lagi" gerutu Rayhan.
"Sabar tuan, aku yakin lama lama kau bisa melupakannya" ucap Lukas.
"Sampai kapan Luk aku lelah dengan semua ini" ucap Rayhan.
"Aku akan istirahat kembali, kau tidurlah biarkan saja anak itu" ucap Rayhan yang langsung pergi ke kamarnya.
Pagi harinya Rayhan sudah bersiap saat ini dia sedang makan di meja makan, begitulah Rayhan hanya suka makanan rumahan karena sangat jarang bagi Rayhan untuk makan di luar.
Bibi Ratna pembantu Rayhan yang sudah mengabdi pada Rayhan selama hampir 10 tahun ini, dia selalu membuatkan Rayhan sarapan dan makan malam bahkan dia pun harus membekalkan makan siang untuk Rayhan.
"Dimana Zia" tanya Rayhan pada Bibi Ratna.
"Non Zia belum turun Den, mungkin masih di kamarnya" jawab Bibi Ratna.
"Anak itu kerjaanya hanya diam saja bahkan dia hanya poya poya dan menghambur hamburkan uang, aku tak bisa lagi mengurusnya" gumam Rayhan sambil memijat keningnya yang terasa pusing memikirkan Aziya.
"Pagi kak Rayhan yang pelit" sahut Aziya dan langsung duduk berhadapan dengan Rayhan di meja makan.
"Oh ya kak beri aku uang karena hari ini aku mau pergi ke salon" ucap Aziya.
Brakkk.
Rayhan menggebrak meja sehingga membuat sayur di atas meja menjadi tumpah ke lantai dan menimbulkan suara yang khas panci jatuh.
"Salon, salon, salon, apa hanya itu yang ada pikiranmu Zi seharusnya kamu tuh mikir kamu sudah besar kamu kerja sekarang bukannya menghambur hamburkan uang" bentak Rayhan metapa pada Zia dengan tatapan tajam.
Aziya hanya memutar bola matanya malas karena begitu lah Rayhan akan marah kalau Zia minta uang, padahal sangat mudah bagi Rayhan mencari uang.
"Ayolah kak kau mau apa kan semua uangmu, lebih baik berikan padaku biar aku yang membantumu menghabiskannya" ucap Zia pada Rayhan.
"Kakak gak mau tau mulai besok kau harus bekerja di perusahaan kakak" ucap Rayhan berusaha mengontrol emosinya.
"No" ucap Zia membantah.
"Terserah, tapi aku pastikan semua pasilitas yang kamu pakai sekarang akan kakak ambil" ancam Rayhan.
"Dasar curang" ucap Zia menggerutu pada kakaknya.
"Kau sudah 24 tahun Zia belajarlah menjadi Dewasa jangan seperti anak kecil" ucap Rayhan yang langsung meninggalkan Zia sendirian di meja makan.
Jangan lupa like comen dan Votenya ya...
Keesokan harinya Aziya datang ke kantor Rayhan tentu saja dia kesana bersama dengan Rayhan satu mobil.
Namun di tengah perjalanan mobil yang Rayhan tumpangi di hentikan oleh seorang laki laki yang membawa motor.
Lukas mengerem mobilnya dengan mendadak karena tak mau sampai menabrak pengendara itu.
"Siapa dia beraninya dia menghentikan kita" tanya Rayhan dengan tatapan datar.
Laki laki itu pun membuka helm yang menutupi wajahnya.
"Ya ampun my Honey sweety Akash" ucap Zia yang langsung turun dari mobil dan memeluk laki laki itu di depan Rayhan.
"Akash" gumam Rayhan.
"Kapan kau pulang dari Brazil Akash" tanya Zia senang karena bisa melihat lagi sang pujaan hati.
"Aku baru pulang kemarin, maaf aku menghentikan mobil mu aku sangat rindu padamu Zia" ucap Akash dengan penuh pesona.
"Oh ya aku akan kenalkan kamu pada kakakku" ucap Zia menarik Akash mendekat pada pintu mobil Rayhan.
"Kak kenalkan dia Akash, dia pacarku kak tampan kan" tanya Zia pada Rayhan.
Sedangkan Rayhan hanya memutar bola matanya malas, melihat pacar adiknya yang mirip berandalan itu.
"Kita sudah terlambat" ucap Rayhan dingin tanpa ekspresi.
"Ayolah kak kantormu kan bukanya pukul delapan dan sekarang masih setengah delapan ada waktu setengah jam lagi buat ngobrol" ucap Zia.
"Zi kakak kamu benar kalau kamu memang mau kerja pergilah, tapi sore nanti aku akan menjemputmu pulang mau kan" tanya Akash.
"Boleh, maaf ya aku harus pergi".
" tak masalah" ucap Akash.
Aziya masuk kedalam mobil dan mobi itu langsung melaju membelah jalanan ibu kota, sesampainya di kantor Rayhan langsung menugaskan Lukas untuk menjelaskan apa saja pekerjaan yang harus Zia lakukan.
Sedangkan Rayhan dia memilih masuk kedalam ruangannya dan langsung bekerja karena sebagai direktur utama membuat Rayhan semakin sibuk setiap harinya belum lagi Rayhan harus mengawasi bisnis hitam yang sudah hampir dua tahun ini dia geluti.
"Aku lelah" ucap Rayhan sambil menghela nafasnya kasar.
Terlintas dalam pikiran Rayhan dia akan pulang ke kampung dan bertemu kedua orang tuanya, selama 12 tahun ini Rayhan harus menyembunyikan identitas keluarganya bahkan tak banyak orang yang tau kalau Rayhan itu anak yatim piatu, bahkan ada juga yang bilang orang tua Rayhan sibuk di luar negri.
Padahal orang tua Rayhan yang tak lain adalah Nita Oktaviani dan Topan Arya Wijaya sekarang mereka harus bersembunyi di kampung halaman Nita.
Sedangkan Rayhan dan Zia mereka besar tanpa belas kasih orang tua karena masalah 12 tahun yang lalu yang membuat Nenek Lynda tewas dalam pembunuhan berencana.
"Aku rindu kalian, Fyuhh aku lemah tanpa dukungan kalian" gumam Rayhan sambil menatap Foto keluarga yang di ambil saat Rayhan masih sangat kecil.
Di dalam Foto itu ada Nita, Topan, Rayhan, Aziya, Nenek Lynda, Nenek Rubiah, Arka dan juga Puput itulah keluarga Rayhan, namun karena kejadian itu semuanya harus terpisah jauh.
"Aku akan mencari siapa orang yang sudah membuat keluarga kita hancur, kalau sampai aku mendapatkannya tak akan aku maafkan mereka" gumam Rayhan sambil meremas gelas sampai hancur di tangannya.
Rayhan tak memperdulikan tangannya yang berdarah karena baginya luka kecil tak akan mempan padanya karena sejak kecil dia sudah mempunyai luka yang sangat besar dalam hatinya.
Rayhan berjalan kearah luar ruangannya.
"Zi kakak akan ke kampung kau akan ikut" tanya Rayhan ketus pada adiknya yang sedang belajar komputer itu.
"Ikut kapan kak" tanya Aziya dengan sangat antusias karena bukan Rayhan saja yang rindu pada kedua orang tuanya Zia juga sangat merindukan apa lagi setiap malam Zia selalu saja mimpi orang tuanya.
"Sekarang kita pulang dan ambil pakaian" ucap Rayhan datar dan langsung berjalan menuju mobilnya.
"Lukas handle semua pekerjaan, aku akan ambil cuti" ucap Rayhan.
"Baik tuan, hati hati di jalan tuan" ucap Lukas memberikan Rayhan hormat.
Kira kira sekitar 5 jam perjalanan mobil Rayhan sudah sampai di perkampungan yang damai dan masih sangat asri bahkan belum ada polusi di kampung ini karena semua warga jarang yang punya mobil hanya motor saja.
"Kak lihat lagi apa orang itu" tanya Zia pada orang yang sedang menanam padi.
"Mereka sedang menanam padi" jawab Rayhan.
"Ihh mereka kotor kotoran seperti itu" ucap Zia bergidig ngeri pada orang orang itu.
"Jangan remehkan petani Zia, kau harus ingat kalau nasi yang kita makan adalah hasil dari kerja keras mereka, kau hanya tau makan dan beli saja tapi lihat mereka" ucap Rayhan sambil menunjuk orang yang sedang berada di sawah.
"Mereka rela kena lumpur bahkan bekerja di bawah teriknya matahari hanya untuk mencari bahan pangan mereka sehari hari" ucap Rayhan.
"Ya kak aku tau" ucap Zia.
"Kalau kau tau makannya hargai kakak yang selalu kerja untukmu, minimal kau bisa menggunakan uang kakak dengan baik".
" bawel" gumam Zia.
Mobil Rayhan terparkir di halaman rumah yang minimalis dan sederhana.
Nita dan Topan yang sadar kalau ada tamu pun langsung keluar dari rumah dan melihat siapa yang datang menjenguknya.
"Ray, Zia" teriak Nita tak percaya kalau kedua anaknya akan datang secara bersamaan karena tiga bulan yang lalu mereka datang menjenguk hanya sendiri sendiri.
Nita memeluk putri bungsunya yang sangat Nita sayang itu.
"Syukurlah kau datang nak mamah sangat rindu pada kalian" ucap Nita.
"Aku lebih rindu pada mamah dan papah" ucap Zia.
Sedangkan Rayhan hanya menatap pada kayu kayu yang berserakan di teras rumah orang tuanya itu.
"Mau papah apakan kayu ini" tanya Rayhan.
"Oh kayu itu papah mau membetulkan atap yang kemarin rubuh karena kucing" jawab Topan.
"Pah kenapa tak bilang, biar aku panggilkan tukang untuk membetulkan atap" ucap Rayhan sambil hendak menghubungi seseorang.
"Jangan papah bisa melakukannya" bantah Topan.
"Papah selalu saja menolak" ucap Rayhan.
"Biarkan saja Ray, papahmu itu memang keras kepala" ucap Nita.
"Bukan keras kepala tapi mengirit bahan dan uang saja" ucap Topan.
"Pah untuk apa aku kerja kalau kalian masih tak mau di bantu olehku" ucap Rayhan.
"Papah tak mau merepotkan kamu saja".
" kenapa harus repot" ketus Rayhan.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!