NovelToon NovelToon

Cinta Yang Tertunda

CYT 1

"Tiooo… bangun! Sudah jam berapa ini. Apa kamu gak kerja?" teriak Ibunya di dapur.

Tio yang sedang tidur pun tak mendengar teriakan Ibunya tersebut karena sedang terbawa mimpi indahnya bersama Feni.

"Anak ini! Mau jadi apa kalau sudah dewasa, kok dipanggil dari tadi gak nyahut." celetuk Ibunya yang kesal akan sikap anak sulungnya itu.

"Vino, habiskan sarapanmu dan segera berangkat sekolah!" pinta Bu Nani seraya mengusap tangannya setelah mencuci panci.

"Baik Buk."

Vino pun sarapan dengan lahap dan Bu Nani menuju kamar Tio yang masih tertutup rapat itu.

Pintu kamar pun di ketok berulang kali oleh Bu Nani, namun tak mendapat jawaban dari sang anak sulungnya.

"Tiooo, bangun! Tioo..! Sudah jam 6 pagi, nanti kamu telat kerjanya!" teriak Bu Nani memanggil Tio berulang kali.

Tio yang merasa terganggu akan teriakan Ibunya tersebut pun langsung bangun dan berjalan menuju pintu dan membukanya dengan mengucek matanya berkali - kali.

"Ada apa sih Bu! Ganggu orang tidur saja!" tukas Tio dengan rambut acakan dan mata tertutup karena masih merasa ngantuk.

"Cepat mandi dan berangkat kerja. Sudah jam 6 masih molor saja kamu." tegas Bu Nani menasehati anaknya itu.

"Kenapa Ibuk tak bangunin Tio dari tadi sih!" kesal Tio menjawab omelan dari Ibunya.

"Salah sendiri molor! Dari tadi Ibuk teriak di dapur manggil - manggil tapi kamu malah asik tidur!" omel Bu Nani berlalu pergi meninggalkan Tio di depan kamar.

Tio pun langsung berlari mengambil handuk di kursi dan menuju kamar mandi, karena hari ini Feni sekolah dan Tio tak ingin terlambat melihat kekasihnya berangkat sekolah yang diantar oleh Bapaknya.

Selesai dengan ritual mandinya, Tio bergegas ke kamar dan langsung memakai kaos oblong juga celana panjang.

"Cepat sekali mandinya! Kamu mandi bebek ya? Kok, Ibuk gak mendengar suara air di dalam." tukas Bu Nani yang heran dengan gelagat Tio.

"Terburu - buru Bu, hanya gosok gigi aja karena mau lihat ayang pas berangkat sekolah." sahut Tio dari kamarnya.

"Dasar anak jaman sekarang, kalau lagi kasmaran apa - apa serba cepat." heran Bu Nani melihat tingkah anaknya itu.

"Buk, Vino berangkat sekolah dulu." pamit Vino seraya mencium tangan Ibunya dan ingin mengambil piring Vino yang kotor di meja makan namun teralihkan saat Tio keluar kamar sedang berjalan menuju meja makan.

"Iya, hati - hati dijalan ya." tutur Bu Nani pada anak bungsunya.

Tio pun keluar kamar setelah rapi berpakaian dan langsung duduk di meja makan untuk sarapan.

"Pelan - pelan makannya nanti tersedak." ucap Bu Nani yang duduk menemani Tio di meja makan.

"Maaf Buk, terburu - buru. Tio sudah selesai sarapannya, Tio berangkat kerja dulu." sahut Tio setelah minum dan mencium tangan Ibunya.

"Iya sana, hati - hati jangan ngebut dijalan." tutur Bu Nani.

Tio pun berangkat kerja dan melewati rumah Feni namun sayangnya Feni sudah berangkat sekolah dan Tio terlambat. Akhirnya Tio pun bergegas menuju tempat kerjanya di peralatan bengkel.

Setengah jam perjalanan, sampailah Tio di tempat kerja dan beberapa pegawai yang lain sudah datang lebih dulu.

"Pagi semua," ucap Tio pada teman - teman kerja yang lain.

"Pagi Tio, tumben agak siangan datang? Untung aja bos belum datang, telat dikit diomelin kamu." jawab Reno teman kerja Tio.

"Iya ya, bos kita terkenal cerewet banget sampai aku gak tahan dengar omelannya." timpal Sandi yang dulu pernah kena omelan gara - gara salah masukin data ke buku.

"Sabar bro, namanya juga kita cari rejeki. Tapi, bila ada kerjaan yang lebih baik lagi aku mau kerja apapun asal gajinya lumayan." jawab Tio yang memikirkan masa depannya nanti.

Hai semua, ini adalah karyaku yang ke 3 dengan judul Cinta Yang Tertunda. Dukungan kalian sangat berarti bagi author. Terimakasih sudah mampir ke karyaku. Selamat Membaca 😘

CYT 2

Siang hari telah tiba, saatnya jam istirahat kerja untuk Tio dan teman - temannya.

"Tio, bagaimana hubunganmu dengan Feni?" tanya Sandi saat sedang menyantap makan siangnya di warung makan dekat bengkel.

"Baik - baik saja dan gak ada masalah. Memang kenapa San?" tanya balik Tio pada Sandi.

"Enak ya! Kamu pacaran bisa langgeng dan cewekmu pengertian. Kalau aku baru pacaran 3 bulan udah putus." ujar Sandi yang merasa iri dengan Tio.

"Kenapa bisa putus? Apa dia selingkuh?" tanya Reno yang selesai makan.

"Tidak! Orang tuanya tidak setuju denganku karena aku orang biasa." ungkap Sandi menceritakan kisah cintanya yang kandas di tengah jalan.

"Yang sabar, jodoh di tangan Tuhan. Mati satu tumbuh seribu, masih banyak cewek lain yang lebih baik daripada mantanmu itu San!" terang Tio memberi nasehat pada Sandi, sedangkan Reno hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

Setelah mengobrol panjang lebar, ketiganya kembali ke bengkel melanjutkan pekerjaan karena jam istirahat telah usai.

"Terimakasih Tio, kini aku lega dan bisa move on dari mantanku itu. Do' a 'kan aku dapat yang lebih baik dari mantanku." pinta Sandi pada Tio dan juga Reno.

"Pasti! Itulah gunanya teman, saling berbagi cerita baik suka maupun duka." timpal Reno seraya tersenyum.

"Ya sudah, lanjutkan kerja. Nanti bos marah kalau lihat kita ngobrol terus." ujar Sandi yang takut terkena omelan lagi.

Tio dan Reno hanya menanggapi dengan tertawa akan sikap temannya itu.

Beberapa jam telah berlalu, tak terasa waktunya pulang kerja dan menjemput kekasih pujaan di sekolah.

"Reno, Sandi, aku duluan ya!" pamit Tio pada kedua temannya itu.

"Oke Tio hati - hati." kompak keduanya menjawab.

"Pak Eko, pamit pulang dulu." pamit Tio pada bos yang terkenal cerewetnya itu.

"Hmmm. Besok jangan telat lagi Tio." jawab Pak Eko yang membuat Tio membeku seketika.

"Loh, kok Pak Eko tahu Tio datang agak terlambat tadi." sahut Tio sambil meringis.

"Tahu lah! Tadi pagi saya di belakangmu waktu dalam perjalanan ke bengkel. Makanya, saya diam - diam ngikutin kamu." jawab Pak Eko menatap tajam Tio dengan kumis tebalnya itu.

"Maaf Pak, tadi saya bangun kesiangan. Maklum anak muda bos!" jawab Tio dengan memperlihatkan deretan giginya yang putih.

"Alasan saja! Pokok besok jangan terlambat lagi titik!" tegas Pak Eko pada Tio.

"Baik Pak,"

Sedangkan Reno dan Sandi hanya tertawa terbahak - bahak karena Tio dimarahi Pak Eko.

"Dasar kalian ya, teman gak ada akhlak. Teman sengsara malah diketawain." kesal Tio pada kedua temannya.

"Sorry Tio, abis baru kali ini Pak Eko marahin Tio yang ganteng tiada tara." canda Reno pada temannya.

"Ledek terus, ledek terus!" geram Tio walau pura - pura marah.

"Yuk, kita pulang. Waktunya jemput ayangku." kata Tio saat sedang duduk di motornya.

"Oke, aku duluan Tio," pamit Reno dan Sandi.

Tio hanya menganggukkan kepala dan menyalakan mesin motor lalu membelah jalanan menuju tempat sekolah Feni berada.

Setengah jam perjalanan, Tio sampai di sekitar sekolah Feni. Namun, agak sedikit menjauh dari area tersebut.

Sebelumnya, keduanya sudah janjian untuk bertemu saat pulang sekolah saja. Hal ini, membuat Tio merasa bahagia dan semakin rindu dengan Feni.

Saat sedang menunggu di depan warung, tak lama Feni keluar gerbang sekolah dan Tio pun langsung melambaikan tangan pada Feni.

Untung saja Feni hanya berdua dengan temannya dan telah dijemput.

Feni pun menghampiri Tio dan tersenyum bahagia karena mempunya pacar yang begitu perhatian dan lembut.

"Sudah lama menunggu?" tanya Feni saat sampai di hadapan Tio.

"Tidak kok! Baru saja sampai dan kebetulan kamu pas keluar gerbang sekolah tadi." ujar Tio tersenyum.

Masa remaja adalah masa penuh kenangan indah. Apalagi cinta pertama terasa bahagia bagai dunia milik berdua.

Jangan lupa like komen dan hadiah ya. Terimakasih sudah mampir ke karyaku gaes. Selamat Membaca 😘

CYT 3

Keduanya naik motor dan memilih menuju bendungan dimana banyak taman dan juga arena bermain untuk anak - anak.

"Kita ke bendungan ya Fen?" ajak Tio karena ingin berduaan dengannya.

"Ayo! Jarang - jarang kita kencan berdua." sahut Feni dengan berteriak.

Sesampainya di bendungan, Tio mencari tempat yang nyaman untuk bisa melihat indahnya pemandangan bendungan di desanya.

"Indah banget ya Fen?" kata Tio menggenggam tangan Feni dengan lembut.

"Iya Tio, bisa menghirup udara yang bersih di sekitar bendungan dan juga tumbuh - tumbuhan dan pohon yang rindang rasanya segar sekali." terang Feni yang merentangkan tangannya dan juga memejamkan matanya menikmati suasana ini.

"Feni, kamu cantik banget. Aku sayang banget sama kamu." gumam Tio yang langsung mencium pipi Feni.

Feni yang mendapat ciuman secara tiba - tiba dari Tio nampak terkejut dan wajahnya bersemu merah.

"Tio…! Apa - apaan sih! Malu tahu, nanti dilihat orang!" geram Feni langsung mencubit paha Tio dengan gemas.

"Aduh…sakit Fen. Panas juga cubitanmu." ujar Tio yang meraba pahanya karena kesakitan.

"Tapi beneran loh, kamu cantik banget." ucap Tio dengan tulus.

"Gombal!"

Setelah lama ngobrol, keduanya memilih pulang karena takut kena omelan dari ayah Feni.

"Sudah sampai ini." kata Tio berhenti di depan rumah Feni.

"Gak mampir dulu," ucap Feni yang masih rindu dengan kekasihnya itu.

"Kapan - kapan aja. Aku masih ada keperluan di rumah. Aku pulang dulu ya," jawab Tio yang langsung berpamitan kepada Feni.

"Hati - hati di jalan." tutur Feni melambaikan tangannya.

"Oke Feni sayang," balas Tio yang melambaikan tangan juga.

Tak lama, Tio pun sampai di rumah dan mendapat omelan Ibunya yang sedang nyapu di halaman.

"Kok tumben baru pulang Tio? Darimana saja kamu?" tanya Bu Nani yang sedang menyapu.

"Biasa Bu, kencan ketemu ayang," sahut Tio dengan menaikkan kedua alisnya.

"Dasar anak muda jaman sekarang, pacaran terus. Ingat jangan terlalu sering ketemu, nanti yang ada ribut melulu." tukas Bu Nani memberi nasehat pada putranya.

"Iya…iya Bu. Ya sudah, Tio mau mandi ini karena habis kencan." ucap Tio berlalu dari hadapan Ibunya.

Saat berada di ruang tamu, Tio bertemu adiknya yang sedang nonton televisi. Tio ingin menjahili adiknya yang sedang fokus melihat film favoritnya power ranger.

"Awas Vino musuhmu datang!" teriak Tio di samping telinganya dan membuat Vino terlonjak kaget akibat ulah kakaknya.

"Buuuuuukk, Kak Tio jahil!" teriak Vino mengadu pada Ibunya yang di luar rumah.

Bu Nani hanya geleng - geleng kepala melihat aksi kedua putranya bila sedang bertengkar.

Sedang Tio langsung kabur ke kamar meletakkan tas kerjanya dan bergegas menuju kamar mandi setelah mengambil handuk.

Selesai mandi, Tio menuju kamar dengan memakai kaos oblong dan celana boxer. Lalu menyisir rambutnya dengan minyak rambut agar wangi.

Setelah rapi, Tio keluar kamar dengan bersiul ria dan menuju dapur ingin membuat kopi hitam manis semanis Feni kekasih hatinya.

"Masak apa Bu hari ini?" tanya Tio yang berada di dapur seraya menyiapkan kopi bubuk dan menyeduh air.

"Ibu bikin tempe penyet," sahut Bu Nani yang sedang mencuci piring.

"Wah enak ini, mumpung cuaca dingin gini pas banget makan tempe penyet." jawab Tio dengan girangnya.

"Ya sudah, buruan makan kalau begitu." timpal Bu Nani.

"Iya Bu nanti saja, aku ingin menikmati sore hari duduk di teras sambil minum kopi." ujar Tio seraya bersiul ria kembali.

Setelah air mendidih, kopi siap diaduk dan aroma kopi hitam menyeruak di hidung Tio dan terasa melayang - layang.

Bu Nani hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat aksi konyol putranya itu yang beranjak dewasa.

Hai semuanya..maaf author baru bangkit dari semedi. 😂😂 canda ya gaes.. Author habis menyelesaikan novel Jodoh Yang Ditentukan Oleh Tuhan yang tamat kemarin. Disini author berharap dukungan kalian bisa membuat author lebih semangat lagi dalam berkarya.

Sekali lagi terimakakasih yang sudah mampir. Jangan lupa like, hadiahnya. Selamat Membaca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!