Di alam lain, bangsa peri sedang di sibukkan dengan banyaknya serangan dari peri Bilqis dan pasukan peri-peri jahat yang sedang menyerang alam peri.
Mereka menggunakan keadaan ini untuk menyerang alam peri lantaran Maharani sakit.
Berita itu berhasil di ketahui oleh peri Bilqis.
Peri Bilqis kemudian memanfaatkan keadaan ini untuk menguasai alam peri yang sangat ia idam-idamkan sejak dulu.
Peri Bulan tengah bertarung dengan peri Bilqis yang memiliki tanduk hitam di atas kepalanya dan seluruh pakaiannya berwarna hitam dan bengis itu.
Peri Bulan mengeluarkan kekuatannya dari tongkat yang ia pegang sedangkan peri Bilqis juga sama.
Kedua kekuatan tersebut saling bertemu.
Peri Bulan berusaha sekuat tenaga menahan serangan dari peri Bilqis yang sangat kuat.
"Arrrrgghh" teriak keduanya yang sama-sama merasakan sakit kala dua kekuatan itu terpental dan mengenai tubuh mereka.
Peri Bulan memegang lengannya yang terasa sakit.
Sayap indahnya terluka namun tidak terlalu parah.
Peri Bilqis menyemburkan api dari mulutnya.
Dengan sigap peri Bulan menghindar.
"Kau" kata peri Bulan mulai marah.
"Kenapa dengan ku"
Peri Bilqis tampak tenang.
Peri Bulan menahan emosinya melihat peri Bilqis yang tersenyum di saat keadaan alam peri sedang dalam bahaya.
"Apa mau mu, mengapa kau menyerang kami?"
"Aku ingin menguasai alam peri dan juga alam bumi"
"Aku tidak akan membiarkan mu menguasai dua dunia itu, karena aku tau, kau akan membuat kehancuran di mana-mana" kata tegas peri Bulan.
"Hahahaha"
Tawa peri Bilqis menggelegar dahsyat.
"Kau berusaha saja semau mu karena aku tau kau tidak akan bisa menghentikan ku"
Peri Bilqis menatap tajam ke arah peri Bulan.
Tatapan mata peri Bilqis penuh makna tersirat di dalamnya.
Peri Bulan waspada terhadap peri Bilqis yang tidak dapat di tebak mau melakukan apa.
"Apa yang dia pikirkan, dia mau menyerang kemana" batin peri Bulan sangat waspada.
Peri Bulan terus memperhatikan peri Bilqis yang sangat ia waspadai.
Tiba-tiba peri Bilqis tersenyum ia lalu menembakkan sihir dari tongkatnya ke arah kakak peri Bulan yang bernama peri Pelangi.
"Kakak awas" teriak peri Bulan langsung terbang ke sana untuk menghalang serangan dari peri Bilqis.
"Aaauw" rintih peri Bulan.
Sihir yang di layangkan oleh peri Bilqis mengenai tubuhnya.
Peri Bulan menghadap ke arah peri Bilqis dengan memegangi dadanya yang terluka.
"Peri Bulan kamu tidak apa-apa?" tanya peri Pelangi khawatir dengan keadaan adiknya.
"Aku tidak apa-apa kak, kakak tenang saja"
Peri Bulan berusaha menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya.
"Kakak bantu yang lain saja, masalah peri Bilqis aku yang akan menghandlenya"
"Apa kamu bisa?"
"Aku bisa, kakak tenang saja"
"Baiklah, kalau seperti itu kakak akan membantu yang lain, kamu jaga diri baik-baik"
Peri Bulan mengangguk, peri Pelangi terbang membantu kakak-kakaknya yang lain.
Splash
Tanpa aba-aba peri Bilqis menembakkan sihir ke arah peri Bulan.
Sihir itu tepat mengenai tubuh peri Bulan.
Splash
Splash
Splash
Berulang kali peri Bilqis menembakkan sihir ke arah peri Bulan.
"Aaauw" ringis peri Bulan yang sudah terluka parah.
Tiba-tiba peri Bilqis menyerang peri Bulan yang membuat sayap peri Bulan terbakar.
Peri Bulan memadamkan api yang membakar sayapnya menggunakan tongkat yang ia pegang, setelah padam peri Bulan hendak membalas serangan peri Bilqis tiba-tiba.
Splash
Tongkat yang di pegang peri Bulan jatuh ke bawah.
Peri Bulan tercekat.
"Arrrrgghh" teriak peri Bulan.
Peri Bulan jatuh ke bumi karena kehilangan tongkatnya.
Brukk
Tubuh peri Bulan mendarat di dalam hutan yang sepi.
"Aaauww" rintih peri Bulan.
Peri Bulan merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Pandangan peri Bulan kabur, pelan-pelan peri Bulan memejamkan matanya, ia tak sadarkan diri setelah terjatuh ke bumi.
Di alam peri pertarungan masih terus berlanjut, serangan-serangan terus mereka luncurkan untuk mempertahankan kedudukannya masing-masing.
Mereka saat ini bertarung di arena perbatasan.
Keesokan harinya.
Pangeran Aksara yang sedang menunggangi kuda putihnya terus masuk ke dalam hutan, di tangannya terdapat panah yang siap membunuh hewan di dalam hutan yang panjang dan luas tersebut.
Pangeran Aksara di temani oleh dua prajurit yang mengawalnya, mereka terus masuk ke dalam hutan yang sangat luas itu.
Pangeran melihat ke kanan dan kirinya, mata elangnya mencari hewan yang bisa dia buru.
Tiba-tiba mata elang itu tertuju pada seekor rusa yang berada tak jauh dari posisinya.
Pangeran membidik anak panah ke arah rusa itu.
Dengan sangat fokus pangeran melihat rusa dari kejauhan, pelan-pelan pangeran melepaskan anak panah dan bidiknya tepat sasaran.
"Berhasil" senang pangeran.
Pangeran menghentikan kuda putihnya tepat di dekat rusa yang sudah tewas.
"Akhirnya apa yang aku cari-cari selama ini bisa aku dapatkan juga"
Pangeran hendak mengambil rusa tiba-tiba pangeran teringat sesuatu, wajah tampannya langsung di serang rasa panik kala menyadari sesuatu.
"Kemana prajurit yang ngikutin aku sejak tadi, kenapa tidak ada di belakang ku"
"Aku harus cari mereka"
Pangeran kembali menunggangi kudanya.
"Ayo white kita harus cari prajurit-prajurit tadi"
White sang kuda kembali berjalan meninggalkan rusa yang sudah berhasil pangeran bunuh.
Pangeran melihat ke kanan dan kirinya dengan perasaan cemas karena yang ia temukan hanya pohon dan kawan-kawannya bukan pengawalnya.
"Kemana perginya pengawal tadi, kenapa menghilang secara tiba-tiba seperti ini"
tap
tap
tap
Suara sepatu kuda yang berbunyi dengan nyaring.
Dari kejauhan pangeran melihat seseorang yang tidur telentang di atas rumput dengan mengenakan gaun berwarna putih.
"Siapa itu?"
Kuda putih itu terus mendekati seseorang yang sangat misterius namun mampu membuat pangeran sangat penasaran.
"Berhenti white"
White berhenti sesuai apa yang pangeran inginkan.
Pangeran turun dari kuda itu, pelan-pelan pangeran mendekati seorang gadis yang mengenakan gaun berwarna putih, wajahnya di tutupi rambut sehingga pangeran tidak melihat wajah gadis misterius itu.
Pangeran duduk di samping gadis itu, ia menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah gadis misterius.
Pangeran mematung melihat paras cantik gadis yang sedang tidak sadarkan diri dengan separuh baju putihnya yang penuh dengan darah.
"Cantik sekali"
"Siapa gadis ini, kenapa aku baru pertama kali melihatnya"
Pandangan pangeran beralih melihat ke arah baju putih gadis cantik itu dengan penuh dengan darah.
"Darah, ada darah sebanyak ini"
Pangeran tercekat melihat darah yang sebanyak itu.
"Kenapa sebenarnya dengan gadis cantik ini, kenapa dia terluka separah ini"
Pangeran menidurkan kepala gadis cantik itu di pahanya, ia membelai wajah gadis yang membuatnya sangat terpesona.
"Cantik sekali gadis ini, serasa aku melihat bulan saat melihat wajahnya"
Tanpa pangeran sadari senyuman terukir di wajah tampannya.
"Aku harus bawa gadis ini ke istana"
Saat pangeran sedang membelai lembut wajah gadis cantik itu tiba-tiba mata gadis cantik itu terbuka dengan perlahan-lahan.
Gadis cantik itu terkejut melihat pangeran yang sangat asing baginya kala ia membuka mata.
"S-siapa kau?" tanya gadis.
Gadis itu menjauhkan tubuhnya dari pangeran.
Wajah gadis itu tampak ketakutan melihat pangeran.
"Aku pangeran Aksara, siapa nama mu?"
Pangeran menjulurkan tangannya ke arah gadis yang masih ketakutan itu.
Gadis itu melihat ke arah pangeran Aksara.
Dengan ragu-ragu ia membalas uluran tangan pangeran.
"Bulan, nama ku Bulan"
"Bulan, nama yang cantik, secantik wajahnya" batin pangeran.
Pangeran terus menerus memperhatikan wajah peri Bulan yang begitu membuatnya sangat terpesona.
Peri Bulan yang terus menerus di tatap seperti itu menjadi takut.
Pangeran mendekati peri Bulan.
Peri Bulan langsung memundurkan tubuhnya.
"Jangan takut"
"Aku tidak akan mencelakai mu"
Peri Bulan masih sangat gugup, ia belum bisa berinteraksi dengan pangeran tampan di depannya.
"Aaauww" ringis peri Bulan.
Peri Bulan merasakan sakit di kedua lengan atasnya yang terkena sihir peri Blanarkis yang sangat jahat.
"Kenapa?"
Peri Bulan tidak menjawab, rasa sakit di lengannya begitu terasa.
Pelan-pelan pengelihatan peri Bulan memudar, rasa sakit di lengannya terus terasa, tiba-tiba peri Bulan kehilangan keseimbangannya.
Dengan cepat pangeran langsung menangkap peri Bulan yang kembali tidak sadarkan diri.
"Bulan, bangun Bulan"
Pangeran di serang rasa panik ketika melihat mata peri Bulan yang kembali terpejam.
"Bulan buka mata mu" tintah pangeran dengan menepuk pelan pipi peri Bulan.
Mata peri Bulan terpejam kuat membuat pangeran panik.
Tiba-tiba pangeran merasakan tangannya basah, pangeran mengangkat tangannya.
Betapa terkejutnya pangeran kala melihat tangan itu penuh dengan darah.
"D-darah"
Tercekat pangeran melihat darah yang sebanyak itu di tangannya.
"Aku harus bawa Bulan ke istana, dia harus segera di obati sebelum nyawanya tidak dapat tertolong lagi"
Pangeran menggendong peri Bulan ala bridal style, ia lalu menunggangi kudanya dan pergi dari dalam hutan.
"Ayo white kita harus segera sampai di istana"
Wajah pangeran cemas sekali ketika melihat peri Bulan yang tiba-tiba tidak sadarkan diri, ia takut ada sesuatu yang terjadi pada peri Bulan.
Kuda putih itu berlari dengan kencang untuk segera sampai di istana.
Pangeran tampak cemas sekali memikirkan peri Bulan yang masih memejamkan matanya, darah terus mengalir sepanjang perjalanan.
"Bulan bertahanlah, aku akan membawa ku ke istana ku, setelah ini kau akan di tangani"
"Ayo white lebih cepat lagi"
Kuda putih itu terus berlari dengan kencang menuju kerajaan Mataram.
Di dalam kerajaan Mataram.
Kedua prajurit yang mengawal pangeran menghadap pada raja Candra.
"Ampun raja" kata kedua prajurit itu.
"Ada apa prajurit?" tanya raja.
"Pangeran Aksara hilang"
"APA" kaget raja terkejut mendengar hal itu.
Raja dan beberapa orang yang ada di sana sampai berdiri karena terkejut mendengar penuturan prajurit itu.
"Kenapa pangeran bisa hilang, cepat jelaskan"
Menteri dan beberapa anggota kerajaan yang mendengar hal itu juga sangat terkejut.
"Saat di perjalanan kuda yang kami tunggangi tidak dapat kami kendalikan, kami berusaha menjinakkan kedua kuda tersebut, namun setelah kedua kuda itu sudah jinak kami sadar jika pangeran hilang, kami berusaha mencarinya, namun tidak kunjung ketemu juga, alhasil kami kembali ke istana untuk melaporkan berita ini"
"Pangeran hilang di mana?"
"Di dalam hutan raja"
"Panggilkan semua prajurit sekarang"
"Baik raja" jawab prajurit.
Mereka memanggil prajurit-prajurit sesuai perintah raja.
Tak berselang lama dari itu mereka semua berkumpul di hadapan raja.
"Ada apa raja memanggil kami?" tanya prajurit senior.
"Putra ku pangeran Aksara hilang, kalian cepat cari putra ku sampai ketemu, jika belum ketemu juga, ingat jangan pulang sebelum pangeran di temukan" perintah raja.
"Baik raja" jawab semua prajurit.
Prajurit-prjurit tersebut lalu bergegas mencari keberadaan pangeran yang masih belum di temukan.
Raja kembali duduk di singgasananya dalam keadaan tidak tenang.
"Bagaimana ini kakanda, pangeran hilang" kata ratu Elisa.
"Tenanglah adinda, prajurit sedang berusaha mencari keberadaan pangeran, kita tunggu dulu sebentar, jika sampai esok hari pangeran tidak di temukan juga, kakanda akan turun tangan dalam hal ini" jawab raja berusaha menenangkan ratu yang sedang cemas.
Ratu mengangguk, raja melihat kecemasan yang terpancar di wajah ratu.
"Dayang bawa ratu ke dalam kamarnya, dia butuh istirahat" tintah raja.
"Baik raja"
Dengan perasaaan cemas ratu terpaksa mengikuti dayang yang membawanya ke dalam kamar.
Ratu masuk ke dalam kamarnya.
"Ratu, apa yang ratu inginkan?" tanya dayang.
"Aku tidak ingin apapun, aku hanya ingin putra ku pulang, aku hanya takut musuh menghabisi" jawab ratu.
"Tenanglah ibunda, pangeran baik-baik saja, ibunda jangan berpikir macem-macem, aku merasa pangeran hanya sedang berburu di dalam hutan saja, sebentar lagi dia juga akan pulang" kata pangeran Arjuna menenangkan ibundanya yang cemas tak karuan.
"Tapi ibunda cuman takut musuh di berbatasan menemukan pangeran dan membunuhnya" kata ratu.
"Itu tidak akan terjadi, ibunda tenang saja, ibunda jangan khawatir, sebentar lagi pangeran Aksara akan pulang, aku yakin itu" jawab pangeran Arjuna dengan memeluk ibundanya hanya untuk menenangkannya.
Pangeran Arjuna memberi isyarat pada dayang untuk pergi dari dalam kamar ini.
Dayang lalu pergi sesuai apa yang pangeran Arjuna perintahkan.
Ratu melepaskan pelukan.
"Arjun cepat cari adik mu, ibunda sangat khawatir padanya, ibunda tidak mau ada apa-apa dengan dia" tintah ratu yang tidak bisa tenang sebelum pangeran Aksara di temukan.
Pangeran Arjuna menghapus air mata yang mengalir di pipi ibundanya.
"Baiklah aku akan mencari adik, yang penting ibunda jangan pernah nangis lagi" syarat pangeran Arjuna, ia tidak suka melihat air mata seorang wanita jatuh, siapapun wanita itu.
Ratu mengangguk setuju.
"Ibunda tetaplah di sini, aku akan mencari adik dulu" kata pangeran Arjuna.
"Hati-hati nak" teriak ratu.
Pangeran Arjuna tidak menjawab, ia mengambil pedang kesayangannya dan berjalan keluar dari istana.
"Mau kemana kau Arjun?" tanya paman Sam yang melihat pangeran Arjuna membawa pedang.
"Adik hilang paman, aku akan mencarinya, aku takut musuh menyerangnya" jawab pangeran Arjuna.
"Apa pangeran Aksara hilang, ini berita bagus untuk ku, aku harus kasih tau kerajaan Fanjafan tentang hal ini" batin paman Sam.
"Aku permisi dulu paman" kata pangeran Arjuna.
Paman Sam hanya menatap punggung pangeran Arjuna yang pelan-pelan menghilang dari pandangannya.
"Prajurit keluarkan kuda ku" tintah pangeran Arjuna.
"Baik pangeran" jawab prajurit itu.
Dengan cepat prajurit itu membawa kuda pangeran Arjuna ke hadapan pemiliknya.
khikhikhikhik
Teriak kuda itu kala berhasil keluar dari dalam kandangnya.
Pangeran Arjuna menunggangi kuda itu lalu mencari pangeran Akasa di dalam hutan.
Senyuman terukir di wajah paman Sam mendengar berita yang menguntungkan itu.
"Pangeran Aksara hilang, aku harus kasih tau kerajaan Fanjafan, mereka pasti senang mendengar berita ini" kata paman Sam tersenyum licik.
Paman Sam keluar dari dalam istana lewat pintu belakang, ia menutupi wajahnya dengan selendang agar tidak ada orang yang melihatnya.
Paman Sam berjalan melewati jalanan setapak yang tembus ke kerajaan Fanjafan musuh dari kerajaan Mataram.
Langkah demi langkah telah paman Sam lakukan, ia melewati hutan untuk bisa sampai di kerajaan Mataram.
Krak
Tiba-tiba paman Sam mendengar suara orang yang tak sengaja menginjak ranting kayu.
Dengan cepat paman Sam menghentikan langkahnya, ia berbalik badan menghadap ke belakang.
Namun tidak ada apapun di sana.
Paman Sam melihat ke kanan dan kirinya, ia mencari orang yang sudah menginjak ranting kayu hingga patah.
"Tidak ada apapun, kenapa aku merasa ada seseorang yang ngikutin aku, aku harus waspada, aku tidak mau ada orang yang melihat ku pergi ke kerajaan Fanjafan"
Paman Sam melihat ke kanan dan kirinya yang benar-benar kosong, tidak ada seorangpun yang ia lihat.
Paman Sam lalu melanjutkan perjalanan menuju kerajaan Fanjafan.
tap
tap
tap
Langkah kaki paman Sam memecah keheningan.
Paman Sam terus berjalan, ia merasa tak ada lagi orang yang mengikutinya dari belakang sehingga paman Sam merasa sedikit lega dan terus melanjutkan perjalanan menuju kerajaan Fanjafan.
Di belakang pangeran Shiwa terus membuntuti paman Sam.
"Mau kemana paman Sam, kenapa dia ke arah barat, bukannya jalanan ini menuju ke kerajaan Fanjafan, tunggu-tunggu ngapain paman Sam ke sana, aku rasa ada sesuatu yang paman Sam sembunyikan, aku harus ikutin dia"
Pangeran Shiwa mengikuti paman Sam dengan sangat hati-hati, ia takut tindakannya di ketahui oleh paman Sam.
Tiba-tiba paman Sam menghentikan langkahnya.
"Gawat" panik pangeran Shiwa.
Pelan-pelan paman Sam menghadap ke belakang.
"Tidak ada apapun, tapi aku merasa ada orang yang ngikutin aku, apa ini cuman perasaan ku saja"
Paman Sam melihat ke kanan dan kirinya yang kosong, tidak ada satu orangpun yang ia lihat.
Tiba-tiba pandangan paman Sam tertuju pada semak-semak yang bergerak-gerak sendiri.
"Siapa yang ada di balik semak-semak itu"
Pangeran Shiwa tercekat mendengar itu semua.
"Gawat, aku akan ketahuan" batin pangeran Shiwa tegang.
Paman Sam berjalan mendekati semak-semak itu, ia begitu penasaran sekali dengan semak-semak yang terus menerus bergerak.
Pangeran Shiwa tercekat kala langkah kaki paman Sam terus mendekat.
tap
tap
tap
Suara langkah kaki itu terus mendekat.
Pangeran Shiwa yang berada di dalam semak-semak menahan napas dan memejamkan mata karena takut ketahuan tiba-tiba.
Miaw
Seekor anak kucing keluar dari dalam semak-semak.
"Owh cuman kucing"
Mendengar hal itu pangeran Shiwa menjadi sedikit tenang untuk sesaat.
Paman Sam kemudian melanjutkan perjalanan.
Pangeran Shiwa bernapas lega karena dirinya bisa selamat.
"Untung aku tidak ketahuan"
Pangeran Shiwa kembali mengikuti paman Sam dari jarak yang cukup jauh.
Paman Sam menghentikan langkahnya kala sampai di kerajaan Fanjafan.
Zrak
Prajurit langsung mengarahkan senjatanya ke arah paman Sam.
Paman Sam mengangkat tangannya tanda menyerah.
"Siapa kau?" tanya prajurit tegas.
"Kalian tidak perlu tau siapa aku, aku ke sini hanya ingin bertemu dengan raja Namrud, ada hal yang ingin aku bicarakan padanya, jadi izinkan aku masuk" jawab Paman Sam.
Kedua prajurit itu saling menatap.
"Bagaimana ini, apa kita izinkan saja atau tidak?" tanya prajurit satunya dengan setengah berbisik.
"Izinkan saja, dia datang ke sini karena ada perlu dengan raja" jawab prajurit.
"Tapi bagaimana kalau dia ternyata penyusup yang berniat ingin membunuh raja"
"Tidak akan, dia tidak akan membunuh raja, aku yakin itu"
"Bagaimana?"
"Silahkan"
Prajurit itu mempersilahkan paman Sam masuk ke dalam.
Paman Sam melangkahkan kakinya masuk ke dalam istana raja Namrud.
Dari dalam semak-semak pangeran Shiwa terus memperhatikan paman Sam yang masuk ke dalam istana raja Namrud.
"Mau ngapain paman Sam masuk ke dalam kerajaan Fanjafan, aku harus cari tau"
Pangeran Shiwa hendak keluar dari dalam semak-semak dan menyelinap masuk ke dalam kerajaan Fanjafan namun niatnya terpaksa di urungkan karena melihat penjagaan ketat yang sulit untuknya bisa masuk ke dalam kerajaan Fanjafan.
"Penjagaannya terlalu ketat, aku tidak akan bisa menyelinap masuk ke dalam untuk mencari tau apa yang paman Sam lakukan, aku tidak mau ngambil resiko masuk ke dalam kerajaan Fanjafan, karena jika sampai aku tertangkap, nyawa ku yang akan melayang, lebih baik aku tunggu paman Sam keluar dan aku akan cari tau atas tujuan apa dia masuk ke dalam kerajaan Fanjafan"
Pangeran Shiwa berada di dalam semak-semak menunggu paman Sam keluar dari dalam istana itu.
Di dalam paman Sam menemui raja Namrud.
"Salam raja" kata paman Sam.
"Ada apa Sam, kenapa kau mendatangi ku?" tanya raja Namrud.
"Wahai raja Namrud aku mendapatkan berita baik untuk mu"
"Apa itu?"
"Pangeran Aksara hilang di dalam hutan, ini kesempatan emas untuk mu menyingkirkan pangeran Aksara"
"Berita yang sangat bagus, aku suka dengan berita ini, terimakasih Sam, kau sudah banyak sekali membantu kerajaan Fanjafan dengan membawakan berita-berita seperti ini, kelak ketika kerajaan Mataram menjadi milik ku, aku berjanji akan mengangkat mu sebagai perdana menteri"
"Terimakasih raja" jawab paman Sam tersenyum senang mendengar hal itu.
"Sama-sama"
"Aku permisi dulu raja" pamit paman Sam.
"Silahkan"
Paman Sam keluar dari dalam istana Fanjafan dengan senyuman yang terus merekah di bibirnya.
Pangeran Shiwa melihat paman Sam yang tampak senang saat keluar dari dalam kerajaan Fanjafan.
"Kenapa paman Sam begitu senang sekali, ada apa sebenarnya, kenapa aku begitu penasaran sekali"
Pangeran Shiwa masih terus memperhatikan paman Sam yang tampak senang sekali.
"Aku sudah tak sabar untuk segera menjadi perdana menteri, aku sudah muak berada di dalam kerajaan Mataram yang tidak memiliki jabatan sama sekali" kata paman Sam.
"Aku merasa sebentar lagi aku akan menjadi perdana menteri"
Pangeran Shiwa berusaha mendengar tiap-tiap kata yang paman Sam katakan.
"Kenapa aku tidak mendengarnya, apa yang sebenarnya paman Sam katakan"
Paman Sam berjalan kembali pulang ke kerajaan Mataram.
Dengan cepat pangeran Shiwa mengikuti paman Sam dari belakang, ia berusaha untuk tidak membuat bunyi sedikitpun agar paman Sam tidak curiga.
Paman Sam yang sedang senang tidak menyadari jika ada orang yang sudah mengikutinya sejak tadi.
Pangeran Shiwa terus mengikuti paman Sam dari belakang.
Paman Sam terus berjalan untuk pulang ke kerajaan Mataram dengan pangeran Shiwa yang terus mengikutinya dari belakang.
Di dalam istana raja Namrud.
"Prajurit" teriak raja Namrud.
Dengan cepat semua prajurit yang mendengar teriakan itu lngsung menghampirinya.
"Cepat kalian berangkat ke hutan, di sana ada pangeran Aksara, kalian bunuh dia, ini kesempatan kita untuk bisa membunuhnya, karena kali ini pangeran Aksara tidak di dampingi pengawalnya, kalian bunuh dia dan bawa jasadnya ke hadapan ku, aku ingin melihat dengan mata kepala ku kalau dia sudah tewas"
"Baik raja"
"Sekarang pergilah"
Mereka semua lalu pergi meninggalkan istana dan menjalankan perintah raja.
"Pangeran Aksara tamatlah riwayat mu hari ini"
Senyuman licik terukir di wajah raja Namrud.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!