NovelToon NovelToon

Tersesat, Cinta Dua Hati

Prolog

Tidak semua kisah cinta setiap orang itu sama. Pasti mempunyai masing-masing cerita yang berbeda. Kisah cinta yang indah pun tidak selamanya mempunyai cerita bahagia, pasti ada saja lika-liku yang akan dilewati, entah itu perkara yang sulit atau rumit sehingga tidak banyak orang bisa melewatinya dengan mudah.

Kebanyakan orang bilang cinta itu buta, hingga tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Terkadang hanya melihat dengan rupa sehingga lupa bagaimana isi hati sang pemilik raga tersebut. Apakah dia seseorang yang baik rupanya juga hatinya? Atau hanya sekedar topeng yang bisa menipu manusia sehingga seseorang yang lain bisa tergoda?

Jasmine Noreen, gadis berparas cantik, bertubuh langsing dengan tinggi badan normal 165 cm, dia anak yang ceria dan pemberani, sejak kecil dia mempunyai mimpi yang sederhana, yaitu menginginkan keluarga yang bahagia di kehidupannya kelak. Tapi, harapannya sirna ketika ayahnya meninggal saat Jasmine duduk di bangku SMP kelas IX. Dia sangat terpukul karena sejak saat itu tidak ada lagi ayah yang menyayanginya.

Setahun kemudian, impian Jasmine bersinar kembali ketika ibunya menikah lagi dengan seorang pria yang juga mencintai ibunya. Dari sanalah, Jasmine mempunyai harapan baru untuk memiliki keluarga utuh yang bahagia.

Jasmine seorang anak perempuan tunggal yang ibunya menikah lagi setelah 1 tahun kematian ayahnya saat dia duduk di bangku SMA kelas X. Ibunya menikah dengan seorang pengusaha kaya yang mempunyai anak laki-laki tunggal dengan usianya 3 tahun lebih tua dari Jasmine.

Jasmine begitu bahagia dengan keluarga barunya yang nyatanya sangat menyayangi ibunya bahkan dirinya. Ayah tiri dan juga kakak tirinya memperlakukan Jasmine dengan baik. Tapi setelah 5 tahun kemudian, kebahagiaan itu sirna kembali saat ibu dan ayah tirinya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Jasmine benar-benar sangat kehilangan dan terpukul.

Jasmine pun terpaksa tinggal bersama kakak tirinya. Pikiran buruk mulai menghantui. Ketakutan selalu ada di benaknya dan di setiap harinya. Kejadian fatal yang pernah dialami Jasmine atas ulah kakak tirinya membuat Jasmine trauma dan was-was, hingga Jasmine kabur dari rumah hanya untuk menghindari kakak tirinya.

Namun kakak tirinya tidak akan tinggal diam untuk terus mencari keberadaan Jasmine.

Setelah itu, Jasmine bertemu dengan seorang lelaki dan meminta bantuan kepadanya. Jasmine terpaksa melakukannya, Jasmine ketakutan dan dia sangat lelah karena tak ada tempat tujuan.

"Tuan, tolong aku. Aku dikejar-kejar orang jahat. Dia akan membunuhku. Tolong aku, Tuan!" Jasmine memohon dengan wajah yang terlihat pucat dan ketakutan.

Lelaki itu menatap Jasmine, menelisik dari atas kepala hingga ujung kaki lalu menyunggingkan senyuman liciknya pada Jasmine.

"Yakin minta bantuan gue?" tanya lelaki itu dengan pandangan nakal.

Dengan banyak pertimbangan, suatu kesepakatan terjadi di antara keduanya, hanya beberapa bulan dan akhirnya mereka pun berpisah.

Terlepas dari itu, takdir mempertemukan Jasmine dengan lelaki yang bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Namun cobaan dan ujian kembali datang pada Jasmine. Ada hal yang tidak terduga pun terjadi pada kehidupan Jasmine, membuat dia mengalami ketakutan dan kekhawatiran di sepanjang hari-harinya.

Dia tidak bisa menghindar, untuk kabur pun tidak akan pernah ada celah sedikit saja. Dia tahu bagaimana orang-orang di dalam masa lalunya tidak akan pernah bisa melepaskannya begitu saja.

Beberapa lelaki dalam masa lalu Jasmine satu per satu muncul, hingga Jasmine di hadapkan pada satu pilihan yang sulit. Hatinya gelisah, resah dan takut jika sesuatu yang buruk terjadi.

Semua cerita dan kisah yang selama ini tertutup rapat suatu saat mungkin saja akan terbongkar, selalu mengundang tanda tanya, begitu banyak rahasia. Dibalik kebahagiaan yang ada pada Jasmine ternyata ada cerita yang menutupi kisah hidupnya selama ini.

Jasmine tersesat pada pilihan hatinya sendiri. Siapakah orang yang dia cintai sesungguhnya? Siapakah pula lelaki yang pantas dia pertahankan untuk kebahagiaan di masa depannya?

*Hai readers, ikuti terus lanjutan ceritanya, ya😉

Kabur, lalu dibawa Pergi

Pagi hari, di waktu ayam sedang berkokok bersahut-sahutan membangunkan Jasmine dari tidurnya, apalagi ketukan pintu dan suara pelayan yang lantang membuat Jasmine langsung beranjak duduk dari ranjangnya.

Tok tok tok

"Nona Jasmine, sarapannya sudah siap di meja!" ujar pelayan mengingatkan.

Jasmine bangkit lalu berjalan dan membuka pintu kamarnya.

"Bi, apa kakak sudah ke kantor?" tanya Jasmine bersuara pelan.

"Sudah, Non ... baru saja berangkat!" Pelayan itu berbalik dan melangkah pergi setelah mendapat anggukan dari Jasmine.

Hati Jasmine lega mendengar kakak tirinya itu sudah pergi ke kantor, karena semenjak meninggalnya ibu dan ayah tirinya satu minggu yang lalu, Jasmine hanya berdiam diri di kamarnya. Jasmine sengaja menghindar dari kakaknya yang semakin hari semakin membuat Jasmine ketakutan jika bersama dengan dia.

Sudah dipikirkan matang-matang oleh Jasmine bahwa dia akan kabur dari rumah yang ditinggalinya itu, apalagi sekarang rumah itu adalah milik kakak tirinya. Jasmine sangat gelisah setiap saat, dia selalu saja merasa was-was bila hari mulai malam saat kakak tirinya di rumah.

"Jalan satu-satunya, aku harus kabur dari rumah ini sebelum kakak pulang," Jasmine mulai menyiapkan tasnya yang tidak terlalu besar untuk memasukkan pakaian seadanya serta keperluan penting lainnya, seperti uang dan debit card.

Siang hari pukul 14.00, Jasmine memulai aksinya untuk pergi dari rumah itu, tapi sebelum Jasmine hendak melanjutkan langkahnya ke halaman depan, dia harus memikirkan alasan apa yang tepat jika penjaga di rumahnya itu bertanya padanya.

Dengan langkah santai, Jasmine pun menerbitkan senyumannya pada satpam seramah mungkin dan berharap si satpam itu tidak mempersulitnya untuk kabur.

"Eh, Bapak sudah makan belum?" tanya Jasmine basa-basi.

"Udah kok, Non. Eh Non ... Bapak senang deh akhirnya Non Jasmine udah mulai tersenyum lagi. Karena Bapak dengar dari pelayan, Non Jasmine nggak mau ke luar dari kamar sejak kepergian tuan dan nyonya. Bapak turut berduka, Non!" ujar pak satpam dengan perhatiannya.

"Iya, makanya saya mau jalan-jalan sebentar untuk menghilangkan stres," Jasmine hendak melangkah ke luar dari gerbang.

"Eh, tapi Non Jasmine dilarang ke luar dari rumah!"

Langkah Jasmine terhenti saat pak satpam melarangnya.

"Saya bosan di rumah, Pak. Saya jalan-jalan sebentar saja ya, Pak!"

Jasmine begitu cerdik, dia mencuri kunci gerbang dari tempat penjagaan dan dia pun berjalan cepat ke luar gerbang kemudian menarik pintu gerbang lalu mengunci gerbang itu dan kuncinya di lempar jauh ke halaman rumah.

"Jangan pergi Non, nanti Bapak yang kena marah!" teriak pak satpam.

"Maafkan Jasmine, Pak!" teriak Jasmine kemudian berlari secepat mungkin sebelum pak satpam mengejarnya.

Tapi mana mungkin pak satpam mengejarnya, karena badannya yang cukup gemuk apalagi perutnya yang buncit tidak akan bisa mengejar Jasmine yang masih muda dan berbadan langsing.

Pak satpam pun tak akan diam saja, dia berteriak memanggil beberapa orang pengawal di rumah itu untuk mengejar Jasmine. Dan tak lupa pak satpam pun menghubungi tuan mudanya yang tak lain adalah kakak tiri Jasmine.

Tak dipungkiri betapa mewah dan megahnya rumah peninggalan ayah tiri Jasmine hingga rumah itu pun dijaga ketat oleh pengawal, apalagi sekarang penghuni rumah itu merupakan kakak tiri Jasmine, lelaki yang cukup menakutkan.

Jasmine tak henti berlari karena dia tahu pasti pengawal di rumahnya akan mengejarnya, sesekali dia bersembunyi untuk menghindari pengejaran sekaligus mencari taksi untuk membawanya ke jalanan kota. Tapi dia bingung akan pergi kemana. Mau ke kampung halaman rumah ibunya tidak mungkin, karena pasti kakak tirinya akan mencarinya dengan mudah.

"Ya Tuhan, aku harus pergi kemana lagi, aku lelah tidak ada arah dan tujuan," Jasmine menghela nafasnya dengan menghapus keringat di keningnya.

Jasmine berdiri di pinggir jalan dan menatap hotel di seberang jalan Ibukota, dia pun melangkah ke arah hotel itu berniat untuk bermalam di sana.

Namun siapa sangka, ada beberapa orang pengawal rumahnya telah mengejarnya sampai di sana dan meneriaki nama Jasmine. Apalagi dia melihat mobil kakaknya berada tepat dihadapannya bersama beberapa pengawalnya. Jasmine berpikir bahwa kakak tirinya itu ada di dalam mobil.

"Oh shittt ... kenapa dia tahu jika aku di sini?" rutuk Jasmine sambil menutupi wajahnya dengan tangannya.

Jasmine panik bukan main, sejurus kemudian dia berbalik dan berlari sekuat tenaganya.

Niat untuk menghindari lelaki yang selama ini dia takuti, kabur dari rumah hanya untuk menjauh dari kakak tirinya, tapi apa daya Jasmine malah nyaris tertangkap.

"Ya Tuhan, jangan sampai kakak mendapatkanku, please ... please!" Jasmine masih berlari sambil menutupi wajahnya.

Jasmine tak akan pernah menyerah dengan mudah. Dia berlari sekencang mungkin menyeberangi jalanan hingga dia nyaris tertabrak mobil yang berjalan ke arahnya.

Mobil hitam mendadak berhenti ketika Jasmine berlari di depannya.

Ckitttt

"Aghhh!" teriak Jasmine hingga berjongkok ketakutan.

Jasmine membuka matanya perlahan, lalu menghela nafasnya dengan lega.

"Aku belum mati, syukurlah. Eh, tunggu ... bukankah kakak mengejarku? Aku harus sembunyi," gumam Jasmine celingak celinguk disekelilingnya.

Terdengar suara seorang pria dari jendela mobil tepat di depan Jasmine.

"Woi, cari mati Loe? Cepat minggir!" ternyata seorang pengemudi yang ada di dalam mobil itu meneriaki Jasmine.

Jasmine tak menjawab, dia bingung dan tak tahu akan berbuat apa selanjutnya. Tak ada jalan lain, selain bersembunyi dan menghilang dari kakak tirinya.

Jasmine berjalan ke arah mobil di depannya dan membuka pintu mobil penumpang di bagian belakang dengan mudah kemudian duduk di sana. Dia belum sadar jika ada seorang lelaki yang duduk di sampingnya.

"Siapa loe, berani masuk dan duduk di mobil gue?" tanya lelaki itu dengan suara tegas.

Jasmine beralih ke sumber suara di sampingnya. Dia mematung, membisu lalu memperhatikan seisi mobil di sekitarnya.

Jasmine bertambah bingung, ingin ke luar dari mobil itu tapi takut jika dia didapati oleh pengawal atau kakak tirinya. Jadi terpaksa Jasmine harus tetap di dalam mobil yang penghuninya semua laki-laki yang menurut Jasmine mengerikan.

Lebih mengerikan dibanding dengan kakak tirinya. Tapi ada yang berbeda yaitu lelaki yang duduk di samping Jasmine, begitu tampan dan berkharisma walau sebenarnya ada aura yang menakutkan dari wajahnya. Jasmine takut jika penghuni mobil itu adalah orang jahat. Berarti sama saja Jasmine berada dalam satu kawasan seperti dengan kakak tirinya.

"Ke luar dari mobil gue!" pinta lelaki itu dingin.

"Tuan, tolong aku. Aku dikejar-kejar orang jahat. Dia akan membunuhku. Tolong aku, Tuan!" Jasmine memohon dengan wajah yang terlihat pucat dan ketakutan.

Lelaki itu menatap Jasmine, menelisik dari atas kepala hingga ujung kaki lalu menyunggingkan senyuman liciknya pada Jasmine.

"Yakin minta bantuan gue?" tanya lelaki itu dengan pandangan nakal.

Jasmine terpaksa mengangguk, dia berharap mobil itu membawanya menghilang dari kakak tirinya.

Pikiran lelaki itu sudah melayang jauh dengan bayangan Jasmine.

"Loe nggak takut sama gue? Kalau ternyata gue orang JAHAT, gimana?" tanya lelaki itu dengan menekan kalimatnya tegas.

Jasmine terdiam dan mulai sadar apa yang dikatakan oleh lelaki itu.

"Maksud loe apa?" tanya Jasmine balik dan kali ini ada rasa ketakutan yang besar.

Jasmine menegang, tubuhnya bergetar hebat. Apa yang ada di benaknya begitu tepat. Aura lelaki itu ternyata sangat menakutkan.

"Putar balik ke apartemen," pinta lelaki itu pada sang sopir.

Mobil itu pun melaju.

"Aku akan dibawa kemana, Tuan?" Jasmine panik lalu mencoba membuka pintu mobil, tapi sayangnya mobil itu sudah terkunci.

Tidak ada celah untuk Jasmine kabur lagi. Niat kabur dari kakaknya malah didapat oleh lelaki asing yang sangat menakutkan.

Lelaki itu tersenyum puas.

"Salah besar loe sudah masuk ke kawasan gue, Nona. Jadi gue minta bayarannya!" bisik Lelaki itu lembut di telinga Jasmine sembari tersenyum miring seolah mempunyai mainan baru.

Jasmine panik ketakutan lalu mencoba membuka pintu mobil, sejurus kemudian lelaki itu menyentuh tangan Jasmine begitu saja dengan berani.

"Hei, kau gila ... turunkan aku sekarang. Lepaskan aku. Tolong ... tolongggg!" teriak Jasmine berontak dan meminta bantuan.

*Hai readers. Thanks ya bagi kalian yang udah mampir. Jika suka ceritanya tolong di like, vote, favorite dan beri rating 5 ☆☆☆☆☆ jika berkenan. Oh ya, jangan lupa beri komentar, karena masukan dari kalian sangat membantu saya. Terima kasih semuanya.

Gue Mau Loe!

Saat ini Jasmine berada di sebuah apartemen mewah dengan fasilitas yang sangat modern. Jasmine dibawa paksa oleh lelaki asing yang tidak dikenalnya sama sekali dengan harapan bisa membantunya keluar dari masalah yang dia hadapi saat ini. Tapi takdir berkata lain, dia malah bertemu dengan orang yang salah.

"Kenapa loe bawa gue kesini? Bukankah loe sudah membantu gue dari kejaran orang jahat yang ingin membunuh gue. Jadi gue ucapkan terima kasih. Gue permisi, Tuan!" Jasmine menunduk hormat padanya pura-pura tak menyadari apa yang telah terjadi padanya.

Jasmine hendak melangkah ke luar dari apartemen, tapi lelaki itu menarik tas yang dipakai oleh Jasmine, sontak Jasmin kembali mundur.

"Siapa suruh loe pergi? Gue nggak akan izinin loe pergi dengan mudah," protes lelaki itu menahan Jasmine.

"Maksud loe apa? Urusan kita sudah selesai, kan? Please biarin gue pergi," ujar Jasmine memohon.

Lelaki itu menghadapkan wajahnya ke arah Jasmine dan menatapnya.

"Gue udah nolong loe, dan sekarang giliran loe nolong gue, deal kan?" tegas lelaki itu menekan kalimatnya.

Jasmine baru tersadar apa yang dipinta oleh lelaki yang baru menolongnya itu.

"Hah, kenapa loe nggak bilang dari tadi? Kalo masalah itu, gue mau kok bantuin loe. Emangnya apaan?" Jasmine seolah begitu tulus ingin menolong.

Lelaki itu tak menjawab pertanyaan Jasmine, tapi malah mengulurkan tangannya ke arah Jasmine.

"Deal?"

"Deal dong," Jasmine malah membalas jabatan tangannya.

"Loe nggak bisa mundur kalau sudah seperti ini," ujar lelaki itu lagi.

Jasmine melepaskan jabatan tangannya terlebih dulu.

"Oh, pasti dong. Masa aku mundur," Jasmine memukul bahu lelaki itu cukup keras.

Lelaki itu menjadi kaget.

"Hei, loe jadi cewek enteng banget mukul orang."

"Maaf, kebiasaan gue sih!" kekeh Jasmine.

Lelaki itu pun kaget kembali mendengar ucapan Jasmine.

"Apa? Kebiasaan? Gue nggak mau ya nanti loe deket gue, terus pukul-pukul gue lagi. Gue akan balas nanti dengan yang lebih kasar," ujar lelaki itu ketus.

"Tenang aja, ini yang terakhir," ucap Jasmine santai.

Jasmine duduk di sofa dan bernafas dengan tenang.

"By the way, loe minta bantuan apa dari gue?" tanya Jasmine sembari meletakkan tas di sampingnya.

"Oh ya, berarti gue boleh menginap di sini sementara dong?" tanya Jasmine lagi tanpa ragu.

Lelaki itu menyembunyikan senyuman nakalnya.

"Oh tentu, dengan senang hati," lelaki itu memandang Jasmine tanpa henti dengan seringai kepuasan.

"Tenang aja, gue nggak akan ngerepotin loe nanti," ucap Jasmine tersenyum senang.

Lelaki itu menatap Jasmine dengan senyuman miringnya. Pikirannya mulai melayang kemana-mana.

"Loe istirahat aja dulu, tidur lalu bersih-bersih. Ntar gue kasih tahu deh!" 

Jasmine bingung dengan ucapan lelaki itu. Tapi Jasmine tidak peduli, karena yang penting dia sekarang punya tempat sementara untuk berlindung dan menghindar diri dari kakak tirinya.

"Kamar loe di sana," lelaki itu menunjukkan tangannya ke arah sebuah kamar.

Jasmine bangkit dari sofa lalu melangkah hendak menuju kamar yang telah ditunjukkan lelaki itu.

"Gue Abyan, panggil saja Byan!" ucap lelaki itu yang membuat langkah Jasmine terhenti.

Jasmine berbalik menatap Byan yang cukup jauh darinya.

"Gue Jasmine!" Jasmine memperkenalkan namanya lalu dia berbalik kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Byan tersenyum kecil.

"Nama yang cantik seperti wajahnya," gumam Byan yang setelah itu dia pun melangkah ke kamarnya pula.

Abyan Wiratama merupakan lelaki tampan dan gagah, berdarah Amerika dan Indonesia, dia anak orang kaya, punya perusahaan ternama, dia juga anak yang manja sehingga sering kali berpindah-pindah tempat tinggal sesuka hatinya dengan alasan pekerjaan, karena perusahaan keluarganya mempunyai banyak cabang di berbagai negara. Usianya 27 tahun dan masih lajang. Dia lelaki baik, tapi sayangnya dia suka memanfaatkan kebaikannya untuk menjebak atau mengelabui seseorang agar mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Disamping itu juga, dia lelaki yang arogan, dingin dan egois selalu mementingkan dirinya sendiri.

Malam pun tiba, Byan sedari tadi menunggu Jasmine yang belum juga keluar dari kamarnya. Sedangkan Jasmine masih betah tiduran di ranjang. Mungkin dia merasa lelah karena selama ini tidak tenang tinggal bersama kakak tirinya. Dan baru sekarang dia merasa nyaman tinggal diluar.

"Ngapain aja si Jasmine di kamar? Apa dia nggak merasa lapar seharian belum makan?" Byan menghela nafasnya kasar.

Byan yang sudah tidak sabar menunggu terlalu lama, dia pun berjalan menuju kamar Jasmine.

Byan membuka pintu kamar Jasmine. Dan benar saja wanita itu sedang tidur nyenyak di ranjang.

"Woi, bangun!" Byan menarik tangan Jasmine begitu saja.

"Aghhhh, loe apaan sih narik-narik tangan gue? Sakit tau nggak!" teriak Jasmine marah.

"Ini sudah malam, loe seharian tidur dari tadi, apa loe nggak lapar? Cepat bangun, gue tunggu di dapur. Kalau nggak, jangan salahkan gue semua makanan itu gue kasih ke kucing!" ancam Byan yang langsung pergi dari kamar Jasmine.

Jasmine mendengus kesal.

"Iya, iya gue bangun!" Jasmine dengan cepat bangkit dari ranjang.

Suasana makan malam antara Byan dan Jasmine begitu hening. Byan sesekali mencuri pandang ke arah Jasmine, sedangkan wanita yang dipandangnya itu malah menikmati makannya dengan tenang.

"Oh ya, apa yang bisa gue bantu untuk membalas budi loe yang udah nolong gue tadi?" tanya Jasmine di sela-sela makannya.

Byan menaruh sendok garpunya ke piring, sepertinya dia sudah selesai dengan makannya.

"Loe selesain dulu makannya, habis itu masuk kamar dan bersihin tuh badan loe. Ntar loe tahu sendiri," Byan bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kakinya menuju ruang depan.

Jasmine hanya diam dan mencerna apa yang dikatakan oleh Byan.

"Bersihin badan gue? Apa gue bau? Gue udah mandi dan pakai minyak wangi kok!" Jasmine mencium tangan serta ketiak kanan dan kiri untuk memastikan.

"Wangi gini kok. Hah, mungkin hidung dia yang bermasalah," Jasmine mendengus kesal dan melanjutkan makannya.

Byan sudah menunggu selama 30 menit, melihat dapur dengan meja makannya yang sudah rapi. Dia akhirnya berjalan menuju kamar Jasmine lalu membuka pintu kamar itu yang memang tidak terkunci.

Perlahan Byan masuk kemudian berjalan mendekati Jasmine yang terbaring tengkurap sambil memainkan ponselnya untuk menutup semua akun media sosialnya demi menghindari kakak tirinya. Nomor ponselnya pun sudah diganti dengan yang baru beberapa hari yang lalu mengingat rencananya yang kabur dari rumah.

"Jasmine," sapa Byan.

Jasmine kaget dan menolehkan kepalanya.

"Eh, ngapain loe kesini?" Jasmine bangkit duduk dari ranjang.

"Gue mau nagih janji ke loe tentang gue yang udah selamatin loe dari orang jahat yang mau ngebunuh loe," ucap Byan mengingatkan Jasmine dengan sangat rinci.

"Oh, itu ... ya ya baiklah. Loe mau gue tolongin apaan, sebutin aja!" ujar Jasmine seolah menyanggupi padahal dia belum tahu apa yang diinginkan oleh Byan.

Byan bersorak bahagia dalam hati mendengar jawaban dari wanita yang ada di dekatnya itu. Sungguh Jasmine sudah masuk perangkap Byan sekarang, tapi Jasmine tidak mengetahuinya.

"Gue mau loe!" ucap Byan dengan mudah.

"Iya, gue siap tolongin loe, tapi apaan?" tanya Jasmine yang belum mengerti.

"Gue mau loe!" ucap Byan kedua kalinya.

Jasmine diam dan bertambah bingung dengan ucapan Byan.

"Sejak tiga hari gue di Jakarta, gue belum sempat bermain dengan seorang wanita. Jadi gue mau loe, tolongin gue untuk kita main bersama," Byan menatap wajah Jasmine seakan bergejolak merasuki tubuhnya.

Jasmine tersenyum dan akhirnya tertawa lepas.

"Main? Main apaan? Kita ini udah dewasa kali. Loe gila nih Byan," Jasmine tertawa geli dengan ucapan Byan.

Byan menjadi kesal, karena wanita dihadapannya ini seolah meremehkan ucapannya. Entah Jasmine tertawa disengaja atau pura-pura, Byan tidak peduli. Yang penting hasratnya terpenuhi.

"Ya, benar ... kita sudah dewasa, jadi kita memainkan permainan orang dewasa!" Byan mengedipkan matanya pada Jasmine lalu mendekati Jasmine perlahan.

Jasmine menghentikan tawanya saat melihat tingkah Byan menurutnya begitu aneh, mendekat dan semakin mendekat.

"Itu artinya gue mau tubuh loe, Jasmine!" bisik Byan yang bibirnya sudah berada di dekat telinga Jasmine.

Sontak Jasmine bergidik dan selintas bayangan masa lalu muncul mengganggu pikirannya. Ya, bayangan masa lalu yang membuatnya ketakutan hingga trauma bertahun-tahun lamanya pada seseorang.

Jasmine membayangi Byan dengan bayangan buruk yang kapan saja akan terjadi.

"Akhhh ... pergi, menjauhlah!" teriak Jasmine lalu mendorong tubuh Byan sekuat tenaganya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!