NovelToon NovelToon

Terpaksa Menjadi Istri Simpanan

Bab 1

Di dalam rumah sakit.

"Viola, Kakak mohon ... jangan tinggalkan kakak! Kakak akan mencari donor jantung untukmu!" titah Liana panik.

"Kak, kita tidak punya uang lagi. Uang kakak sudah habis untuk pengobatanku. Biarkan aku mati, kak! Aku tidak mau menyusahkan Kakak terus!" ucap Viola, gadis cantik berusia 17 tahun itu.

"Kakak masih punya uang. Kamu tenang saja, Vi! Kakak akan lakukan segala cara agar kamu sembuh. Sekarang, kamu bertahan. Kakak akan pergi cari donor jantung untukmu!" titah Liana kemudian menghapus air matanya. "Kamu bisa, Vi! Hanya kamu satu-satunya yang Kakak punya!" sambungnya lagi.

"Te-terimakasih Kak!" jawab Viola terbata.

Liana mengangguk, lalu berlari keluar ruangan inap. Dia mencari pertolongan.

"A-aku harus apa lagi? Aku sudah menjual semua yang aku punya. Hanya tersisa satu, yaitu rumah. Tapi rumah ini, rumah peninggalan Ayah dan Ibu." gumam Liana mendudukkan dirinya di teras rumah sakit.

Di saat Liana sedang kebingungan, tiba-tiba dia melihat mobil ambulance yang datang.

"Cepat bawa pria itu ke ruang IGD. Kita harus memberikan pertolongan pertama!" titah dokter yang baru saja datang.

"Dok, stok golongan darah pria itu habis. Kita harus bagaimana?" tanya Suster yang baru saja turun dari ambulance.

"Memangnya, apa golongan darah pria itu?" tanya dokter.

"Golongan darah pria itu, B, dok!" jawab Suster yang dapat di dengar oleh Liana.

'B? Golongan darahku juga B. Siapa tahu, aku bisa membantu pria itu.' batin Liana. "Dok!" panggil Liana berlari menghampiri dokter.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya dokter tersebut.

"Aku dengar, ada pasien yang sedang membutuhkan golongan darah B. Kebetulan, aku memiliki golongan darah B!" ucap Liana.

"Oh, terimakasih Mbak. Mbak bisa ke ruangan donor darah. Biar suster yang mengantarkan!" titah dokter Reno lalu memanggil suster untuk mengantarkan Liana ke ruangan donor darah.

"Ayo, ikut saya!" titah Suster membuat Liana mengikuti langkah kaki suster tersebut.

Setelah sampai di ruang donor darah. Liana mulai menyumbangkan darahnya untuk pria yang sama sekali tidak di kenali Liana.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, satu kantong da rah sudah terisi penuh.

"Mbak, tolong istirahat satu sampai dua jam," titah Suster.

"Baik, Sus!" jawab Liana lalu melihat kepergian Suster.

Liana memejamkan matanya sejenak. Lalu, ingatannya tiba-tiba tertuju pada sang adik yang tengah kesakitan.

"Aku tidak boleh diam saja. Aku harus mencari uang untuk pengobatan Viola!" gumam Liana berusaha menurunkan kakinya.

Kepalanya yang terasa pusing membuat Liana beberapa kali hampir terjatuh.

"A-aku harus kuat. Aku tidak bisa berdiam diri di sini!" gumam Liana berjalan keluar ruangan donor da rah sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.

Setelah berada di luar ruangan. Liana berjalan dan tak sengaja menabrak seorang wanita cantik yang sedang menunggu di depan ruang IGD.

Brug!

"Ma-maaf!" lirih Liana dengan wajah pucatnya.

"Maaf, maaf!" ketus wanita tersebut. "Tas mahalku jadi jatuh dan tersiram kopi karenamu! Aku tidak mau tahu, kau harus mengganti rugi semua ini!"

"Ganti rugi? A-aku tidak punya uang untuk ganti rugi. Tapi aku bisa membersihkan tas Mbak yang kotor menggunakan pakaian saya!" titah Liana.

"Sangat jorok! Tasku ini tas mahal. Lalu, mau di lap menggunakan baju kotor dan bau milikmu. Itu sangat sangat jorok!" ketus wanita yang bernama Citra.

Citra, wanita yang berstatus sebagai istri dari Davien, pria yang baru saja mengalami kecelakaan di jalan raya yang sedang membutuhkan banyak donor darah.

Citra melihat dokter yang menangani suaminya keluar ruangan.

"Bagaimana kondisi suami saya, dok? Dia baik-baik saja, kan?" tanya Citra membuat Liana terdiam sejenak.

'Jadi, Mbak ini suami dari pria yang baru saja aku tolong?' batin Liana.

"Beruntung ada seseorang yang mau mendonorkan darahnya untuk suami ibu. Jika, suami ibu telat sedikit saja, maka kami tidak bisa berbuat apa-apa." jawab dokter tersebut.

"Siapa yang mendonorkan darah untuk suami saya, dok? Siapa? Saya ingin bertemu dengannya dan saya ingin mengucapkan terimakasih karena dia sudah mau menolong suami saya!" ujar Citra.

Dokter Reno pun menunjuk pada Liana, "Wanita itu yang sudah menolong suami ibu Citra!" ucap dokter Reno.

Citra menatap arah Liana dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Dia yang menolong suami saya, dok?" tanya Citra tak percaya.

"Iya. Ibu bisa mengucapkan terimakasih pada wanita itu!" titah dokter Reno.

"Terimakasih dokter! Tapi, saya boleh masuk menemui suami saya?" tanya Citra yang mendapat anggukan kecil dari dokter Reno.

"Silahkan. Kebetulan Pak Davien sudah sadar dan dia meminta saya untuk memanggil orang yang sudah mendonorkan darahnya untuk Pak Davien!" ucap dokter Reno.

Tanpa ingin menjawab ucapan dokter yang menangani suaminya. Citra langsung berjalan masuk.

"Silahkan Mbak! Mbak di tunggu Pak Davien!" titah dokter Reno.

"Tidak perlu, dok! Aku ikhlas menolong Pak Davien!" jawab Liana.

"Tapi, Pak Davien meminta Mbak datang ke ruangannya!"

"Ya, sudah, dok! Tapi dokter temani aku, ya!" titah Liana berjalan masuk ke ruang IGD di ikuti oleh dokter Reno di belakangnya.

Setelah masuk ke ruang IGD. Liana dapat melihat sepasang suami istri itu saling terdiam.

"Pak, Davien. Dia lah, orang yang bersedia mendonorkan darahnya untuk anda!" titah dokter Reno.

"Siapa namamu!" tanya Davien pada Liana.

"Li-liana, Pak!" jawab Liana sambil menundukkan pandangannya.

"Lihat aku!" titah Davien membuat perlahan Liana menatap wajah Davien.

'Wah, tampan sekali. Tapi kamu tidak boleh memujinya, Liana. Dia sudah mempunyai istri!' batin Liana.

Davien tersenyum tipis saat melihat wajah Liana. "Terimakasih!" ucap Davien.

"Sama-sama. Kalau begitu, aku permisi." titah Liana berjalan keluar IGD di ikuti oleh dokter Reno.

Setelah melihat kepergian dokter Reno dan Liana. Davien menepis kasar tangan Citra.

"Golongan darahmu B, Cit! Tapi kenapa orang lain yang menyelamatkanku, ha! Kenapa?"

"Aku takut, sayang! Aku takut dengan jarum suntik. Dan aku takut, kulitku rusak!" ketus Citra.

"Citra, Citra. Kalau begini caranya, sampai kapan pun ... kita tidak akan mempunyai anak!"

"Bagus, dong! Tubuhku bisa terawat. Kau tahu, sayang! Banyak sekali wanita di luar sana tubuhnya semakin melebar setelah melahirkan anaknya. Apa kamu mau, aku tidak cantik lagi? Lalu, kamu malu memperkenalkan aku pada rekan kerjamu. Aku tidak mau, sayang!"

"Percuma bicara denganmu, Cit! Terus saja bergaul dengan ibu-ibu sosialita yang hobinya menggosipkan orang, sampai lupa kamu punya suami di rumah!" ejek Davien.

"Aku tidak lupa, sayang. Aku ingat, kalau aku mempunyai suami yang sangat tampan." jawab Citra mengusap punggung tangan Davien.

Bab 2

"Hem, baguslah. Sekarang, kamu temani aku di sini. Aku butuh kamu untuk--"

"Sayang, aku tidak bisa. Kamu tahu kan? Kalau hari ini, aku ada janji dengan teman-temanku. Kamu tahu, ada butik baru yang lagi diskon besar-besaran. Teman-temanku mengajakku ke sana. Tidak mungkin, aku menolaknya. Kapan lagi, kita bisa belanja di butik dengan harga miring?" potong Citra membuat Davien semakin kesal.

"Pergilah!" titah Davien.

"Iya. Aku harus pergi. Tapi kamu tenang saja, setelah aku selesai berbelanja. Aku akan menemanimu di rumah sakit, aku janji, sayang!" titah Citra.

"Suruh bibi datang kemari. Agar aku tidak sendirian!" titah Davien.

Citra beranjak dari tempat duduknya. "Okeh, sayang!" ucap Citra menciu um kening suaminya. "Aku berangkat dulu! Bye!" titahnya lagi.

"Hem!" jawab Davien lalu melihat istrinya berjalan keluar ruangan.

Citra tersenyum tipis, dia melihat layar ponselnya. "Tidak sempat jika aku menghubungi Bibi. Lebih baik, aku panggil suster saja! Tapi tunggu dulu!" ucapan Citra terhenti saat melihat Liana yang sedang duduk sendiri tak jauh dari ruang IGD.

"Kau!" panggil Citra membuat Liana menoleh.

"Panggil siapa, dia?" gumam Liana yang masih duduk.

"Hei, kau! Wanita sampah!" ketus Citra menghampiri Liana.

Setelah sampai di depan Liana, Citra menggerutu kesal. "Telingamu tidak berfungsi dengan jelas atau tertinggal di rumah, ha!" pekik Citra.

"Mbak sedang bicara denganku?" tanya Liana.

"Menurutmu aku bicara dengan siapa lagi selainmu, ha!" ketus Citra, "Karena kau sudah mengotori tas ku. Jadi, aku mau ... kau temani suamiku di ruang IGD. Aku harus pergi dengan teman-temanku!" ketusnya lagi.

"Tapi maaf, Mbak! Aku tidak bisa. Dia suami Mbak, dan seharusnya yang merawat--"

"Okeh, aku telfon polisi dan aku bilang, kalau kau penyebab tas ku kotor! Dan penyebab suamiku kecelakaan!" ancam Citra.

"Apa arti ucapan Mbak? Aku sama sekali tidak pernah mencelakai suami Mbak. Dan aku baru saja bertemu dengan suami Mbak." ucap Liana syok.

"Aku tidak mau tahu. Aku bisa menggunakan uangku yang banyak. Temani suamiku atau kau--"

"Baik, mbak!" jawab Liana pasrah.

"Bagus, cepat pergi!" titah Citra.

Liana beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang IGD.

Melihat kepergian Liana, Citra tersenyum tipis, 'Aku yakin, Mas Davien tidak tergoda dengan wanita dekil dan bau sepertinya. Sekarang, aku harus pergi. Aku sudah di tunggu teman-temanku!' batin Citra melangkahkan kakinya keluar rumah sakit.

Dengan ragu, Liana membuka pintu ruang IGD dan masuk ke dalamnya.

Davien menghembuskan napasnya kasar saat mendengar pintu terbuka. Mata yang baru saja dia pejamkan mulai terbuka. "Sudah aku bi--" ucapan Davien terhenti saat melihat wanita yang menolongnya sedang berdiri di depan pintu. "Ada apa kemari? Apa kau meminta bayaran atas pertolonganmu?" tanya Davien yang mendapat gelengan kecil dari Liana.

"Maaf, kalau aku lancang, Pak! Tapi aku mendapat perintah dari istri Bapak untuk menjaga Bapak sampai istri Bapak kembali!" jawab Liana.

"Menjaga?" gumam Davien. 'Citra benar-benar membuatku kesal!' batin Davien. "Duduklah." titah Davien membuat Liana berjalan dan menjatuhkan pantatnya di kursi samping ranjang Davien.

Liana terdiam. Dia memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan uang yang banyak.

'Jika aku berdiam diri di sini. Aku tidak bisa mencari uang untuk Viola? Ya, Tuhan. Bagaimana ini? Aku tidak bisa membiarkan adikku kesakitan!' batin Liana.

Melihat kegelisahan dari wajah Liana, Davien segera membenarkan posisi tidurnya menjadi duduk.

Liana membantu Davien untuk merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Maafkan aku, Pak! Aku hanya membantu Bapak saja!" titah Liana.

"Tidak apa-apa. Kenapa kamu gelisah?" tanya Davien yang mendapat gelengan kecil dari Liana.

"Tidak apa-apa, Pak! Aku tidak terbiasa saja satu ruangan dengan pria. Tapi akan aku coba demi menebus kesalahanku!" jawab Liana.

"Memangnya, kamu melakukan kesalahan apa?" tanya Davien penasaran. "Bukankah, kamu yang menolongku?"

"Iy-iya, Pak! Tapi setelah menolong Bapak. Aku tak sengaja menjatuhkan tas mahal istri Bapak dan tas istri Bapak tersiram teh panas. Sekali lagi, maafkan aku, Pak! Aku berjanji, aku akan mengganti tas mahal istri Bapak. Tapi setelah aku mendapatkan uang untuk pengobatan adikku!" ucap Liana sambil mengatupkan ke dua tangannya di dada.

Lagi dan lagi Davien tersenyum, 'Polos sekali wanita ini!' batin Davien.

"Jangan penjarakan aku, pak! Kalau aku di penjara, siapa yang akan merawat adikku!" sambungnya lagi.

"Tidak ada yang memenjarakanmu. Kau tenang saja. Oh, iya. Berapa umurmu? Aku lihat, kamu masih muda?" tanya Davien lagi.

"Dua puluh tahun, pak!" jawab Liana.

"Di mana orang tuamu?" tanya Davien, "Kenapa kamu yang menanggung semua pengobatan adikmu. Dan kalau boleh aku tahu, adikmu terkena penyakit apa?" tanya Davien lagi.

"Ke dua orang tuaku sudah meninggal. Aku hanya hidup dengan adikku saja. Dan adikku membutuhkan donor jantung. Tapi aku janji, pak! Aku akan mengumpulkan uang untuk mengganti tas mahal istri bapak!" ucap Liana menyakinkan Davien.

"Sungguh polos." gumam Davien membuat Liana menatap wajah tampan Davien.

"Si-siapa yang polos, pak?" tanya Liana spontan lalu menundukkan kepalanya.

"Tidak. Oh, iya. Aku ingin berteman denganmu tapi tanpa sepengetahuan istriku," ucap Davien.

"Maaf, aku tidak bisa berteman jika seperti itu. Bukan aku tidak mau berteman. Tapi aku tidak mau hubungan rumah tangga Bapak dan istri Bapak berantakan karena kesalahpahaman antara kita." tolak Liana.

"Itu tidak akan terjadi. Aku berjanji, aku akan membantumu menyembuhkan adikmu." ucap Davien.

"Pak, Bapak tidak berbohong, kan? Bapak mau menolong adikku?" tanya Liana tak percaya.

"Jangan panggil Pak. Aku masih muda, umurku masih 27 tahun. Dan aku baru satu tahun menikah dengan Citra. Nama istriku Citra!" ucap Davien mengulurkan tangannya, "Namaku Davien!"

"Liana!" jawab Liana menerima uluran tangan Davien sekilas.

"Panggil aku, Mas!" titah Davien.

"Ta-tapi--"

"Tidak ada tapi-tapian. Kita sudah berteman. Terimakasih sudah menolongku, Liana. Dan aku janji, aku akan membiayai semua pengobatan adikmu." ujar Davien.

"Mas Davien tidak berbohong, kan? Apa aku yang sedang bermimpi?" tanya Liana tak percaya.

"Kamu tidak bermimpi Liana." jawab Davien.

"Terimakasih, Mas! Pasti adikku sangat senang sekali saat mendengar kabar ini. Aku tidak sabar memberitahukan berita ini." ucap Liana antusias.

"Setelah Citra kembali, kamu bisa bilang ke adikmu. Sebutkan nomer ponselmu. Atau, kau tulis saja nomer ponselmu di ponselku!" titah Davien.

"Maaf, Mas! Semua yang aku punya sudah dijual termasuk ponsel. Hanya tersisa rumah peninggalan ke dua orang tuaku."

"Jadi, kamu tidak punya ponsel?" tanya Davien yang mendapat anggukan kecil dari Liana.

"Maaf, Mas! Bukan aku tidak mau membagikan nomer ponsel, tapi aku tidak punya ponsel!" jawab Liana

Bab 3

"Tidak apa-apa. Pekerjaanmu sehari-hari apa?" tanya Davien.

"Aku tidak mempunyai pekerjaan tetap. Terakhir, aku di keluarkan dari toko, karena aku sering sekali meminta cuti untuk mengantarkan adikku berobat!" jawab Liana.

"Jangan khawatir, adikmu akan sembuh. Aku janji, aku sendiri yang akan memantau keadaan adikmu. Hitung-hitung ini balasan atas kebaikanmu yang sudah mau menolongku!" ujar Davien.

"Terimakasih, Mas. Tapi semua ini terlalu berlebihan. Aku hanya mendonorkan darah untuk Mas Davien, aku sama sekali tidak keberatan jika aku tidak mendapat balasan apa-apa. Aku ikhlas dan aku tulus membantu Mas Davien."

"Karena ketulusanmu, aku mau ... menebus semuanya. Sekarang, antarkan aku ke ruangan adikmu!" titah Davien.

"Tidak perlu, Mas! Bagaimana, kalau Bu Citra tahu, Mas tidak ada di ruangan? Bisa-bisa ibu Citra marah denganku!" lirih Liana.

"Kau tidak perlu takut dengan Citra. Sudah aku pastikan dia lama. Sekarang, bantu aku!" titah Davien.

"Tunggu, Mas. Aku ambil kursi roda dulu, aku tidak mungkin membiarkan Mas Davien berjalan sampai ruangan adikku." ujar Liana kemudian berlari keluar ruangan IGD. Dia mencari kursi roda yang tergeletak tak terpakai.

Setelah mendapatkan kursi roda, Liana segera membawanya ke dalam ruangan Davien.

'Wanita ini mempunyai hati yang sangat baik. Aku jadi tertarik dengannya. Aku yakin, dia bisa memenuhi semua kebutuhanku, tidak seperti Citra yang hobinya setiap hari berbelanja.' batin Davien.

"Mas boleh aku bantu? Tapi kalau Mas davien tidak keberatan!" ujar Liana.

"Tentu tidak, aku tidak mungkin keberatan. Sekarang, kamu bantu aku, ya!" titah Davien membuat Liana membantu Davien duduk di kursi roda.

"Mas Davien benar tidak apa-apa, kalau kita pergi? Aku takut, kondisi Mas Davien drop lagi." tanya Liana sebelum dirinya mendorong kursi roda Davien.

"Dorong saja. Jika terjadi sesuatu denganku, akan ada dokter yang bersedia menanganiku!" titah Davien.

Dengan penuh keraguan, Liana mendorong kursi roda Davien berjalan keluar ruangan.

"Adikmu umur berapa?" tanya Davien setelah keluar dari ruangannya.

"17 tahun, Mas!" jawab Liana.

"Lalu, bagaimana dengan sekolahnya?"

"Kebetulan, adikku lulus SMP saja, dia tidak meneruskan SMK karena penyakit dan kekurangan uang." jawab Liana lirih.

"Oh, sekolahkan saja adikmu setelah sembuh, nanti. Biar aku yang menanggung semua biayanya." titah Davien menghentikan langkah Liana.

"Mas Davien sedang bercanda, kan?" tanya Liana berjalan dan menekuk ke dua lututnya agar sejajar dengan Davien. "Mas, sekolah itu mahal. Kita juga tidak saling mengenal. Mas Davien tidak perlu menolong kita sejauh ini. Aku sudah sangat bersyukur, saat Mas Davien mau membayar semua biaya rumah sakit adikku. Tapi untuk menyekolahkan adikku, aku rasa Mas Davien sangat berlebihan." ujar Liana.

"Darahmu sangat berarti untukku. Jika kamu tidak mendonorkan darahmu secepatnya, apa yang akan terjadi padaku? Aku bisa mati, Liana. Dan aku tidak akan bisa melihat dunia ini lagi. Jadi, jangan tolak semua apa yang aku berikan padamu!" titah Davien. "Sekarang, antar aku ke kamar adikmu." sambungnya lagi.

Liana tersenyum, dia meneteskan air matanya sambil menggenggam tangan Davien. "Mas, terimakasih sekali, kamu sudah mau membantuku. Aku janji, aku akan melakukan apapun yang aku bisa. Aku berjanji, Mas! Terimakasih, Mas Davien. Aku berhutang budi padamu!" ucap Liana.

"Sudahlah. Aku akan meminta sesuatu jika aku membutuhkan sesuatu!" jawab Davien. 'Iya, aku akan meminta wanita ini untuk menjadi istri simpanan ku. Tapi, aku harus memastikan sikap dan sifat Liana. Aku takut, semua sikap dan sifatnya yang sedari tadi, dia keluarkan adalah drama!' batin Davien.

Liana menghapus air matanya. Dia bangkit dari jongkoknya. "Aku berjanji, Mas. Aku akan patuh dengan perintah Mas Davien. Aku bisa membalas semua kebaikan Mas Davien dengan cara bekerja di rumah Mas Davien menjadi asisten rumah tangga, Mas!" ucap Liana menatap bahagia wajah Davien.

"Sudahlah. Jangan di pikirkan lagi. Sekarang, kita pergi ke ruang adikmu, saja!" titah Davien membuat Liana mengangguk patuh. Dia mulai berjalan sambil mendorong kursi roda Davien.

'Aku tidak menyangka, akan bertemu dengan pria yang berhati malaikat. Terimakasih, Tuhan. Aku sangat bersyukur dan bahagia!' batin Liana.

Setelah beberapa menit Liana mendorong kursi roda. Kini mereka sudah sampai di depan ruangan yang terlihat kumuh.

"Kenapa kita berhenti?" tanya Davien.

"Kita sudah sampai, Mas. Di dalam ruangan ini, ada kamar adikku!" jawab Liana.

"Adikmu di rawat di sini? Kenapa tidak di ruang VIP saja? Di sini terlalu ramai. Pasti adikmu sangat terganggu dengan keramaian ini!" jawab Davien.

"Sudah biasa, Mas. Mas tidak perlu khawatir. Ayo, kita masuk, Mas!" titah Liana membuka pintu ruangan.

Davien menatap beberapa bangsal yang terisi penuh. "Aku akan pindahkan adikmu ke kamar VIP, agar aku bisa leluasa menjenguknya!" titah Davien.

"Tidak perlu, Mas. Di sana mahal. Adikku sudah biasa di sini." tolak Liana.

"Kak!" panggil Viola saat melihat Liana datang.

"Bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baik saja, kan? Apa masih sakit?" tanya Liana mencium kening Viola sekilas.

"Lumayan, Kak! Dokter sudah memberikan pertolongan pertama padaku. Kakak sama siapa? Dia pacar kakak?" tanya Viola sambil menatap Davien.

"Viola, kamu tidak boleh bicara seperti itu. Mas Davien sudah mempunyai--"

"Biarkan saja. Dia masih kecil. Kamu tidak perlu memarahinya!" potong Davien. "Perkenalkan namaku Davien." titah Davien sambil mengulurkan tangannya.

"Viola, Kak! Tapi maaf, tanganku tidak bisa membalas jabat tangan kakak. Aku sedang sakit, dan aku membawa virus!" ucap Viola.

"Tak apa!" jawab Davien menurunkan tangannya. "Kamu tenang saja, aku akan membiayai semua pengobatanmu sampai sembuh." titah Davien.

"Kak, kakak tidak berbohong? Kakak mau menanggung semua biaya pengobatanku? Itu sangat mahal, Kak! Kakak tidak perlu mengeluarkan banyak uang. Cukup melihat kakakku bahagia, aku sudah bahagia! Selama ini, kakakku banyak mengorbankan waktunya untuk merawatku. Aku yakin, Kak Davien dan Kak Liana tidak punya waktu untuk berduaan?" lirih Viola.

"Vi, apa yang kamu bicarakan, Hem? Kakak dan Mas Davien tidak mempunyai hubungan apapun. Kita baru kenal. Kamu jangan lancang, Kakak tidak suka!" bisik Liana yang dapat di dengar oleh Davien.

"Sudahlah, Li. Namanya juga anak kecil, kamu tidak boleh memarahinya." ucap Davien.

"Tapi, Mas. Aku takut mendapatkan masalah baru. Apalagi Mas Davien sudah--"

"Li, jangan di teruskan." potong Davien membuat Liana terdiam.

"Oh, iya, Viola. Kamu mau melanjutkan sekolah?" tanya Davien.

"Mau, Kak! Aku mau sekolah! Tapi, tidak perlu, kak! Aku tidak mau membebani Kak Liana!"

"Siapa yang membebani Kakakmu, Vi. Aku sendiri yang akan membiayai semua pendidikanmu. Bila perlu, aku akan biayai sampai sarjana!" ucap Davien membuat Liana terkejut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!