NovelToon NovelToon

Tetanggaku ... Mantanku

Bab 1. Putus

Bab 1

"Maaf, Tuan!" Seorang perempuan yang berlari di lobi sebuah hotel di ibu kota, menabrak seorang laki-laki yang juga sedang berlari.

"Sama-sama, aku juga sedang terburu-buru," balas laki-laki yang memakai setelah jas bermerk.

Ternyata kedua orang itu sama-sama masuki sebuah lift dan lantai yang akan dituju pun sama. Mereka berdiri dengan tidak tenang. Wajah mereka juga terlihat sama-sama cemas. Begitu pintu terbuka mereka pun keluar bersamaan dan berjalan cepat. Namun, langkah laki-laki itu lebar sehingga sudah berjalan lebih dahulu.

"Kamar nomor 1305," gumam perempuan cantik itu berjalan sambil memeriksa nomor yang terpajang di setiap pintu.

"Eh." Kedua orang itu berdiri di depan pintu kamar yang sama.

"Apa Tuan juga mau ke kamar ini?" Wanita itu menunjuk pada pintu yang memiliki nomor yang sama dengan isi pesan tadi.

"Iya. Saya mendengar kalau tunangan saya ada di dalam," jawab laki-laki yang memilki postur tubuh tinggi.

"Aku dapat pesan kalau kekasih aku sedang bersama seorang wanita di hotel ini. Dia juga memberi tahu nomor kamarnya," jelasnya.

"Siapa nama kekasihmu? A-kh, maaf aku sudah tidak sopan. Kenalkan nama aku, Chandra. Siapa nama kamu?" Laki-laki itu menunduk karena si perempuan lebih pendek darinya.

"Nama aku Adelia. Dan nama kekasihku adalah Bram." 

Kedua orang itu memutuskan untuk memanggil manajer hotel itu untuk membuka pintu kamar yang diduga sebagai tempat perselingkuhan pasangan mereka. Itu adalah cara terbaik untuk menangkap basah, tanpa ada masalah kelanjutan dengan pihak hotel nantinya.

Begitu pintu dibuka, kedua orang itu langsung menyerbu masuk ke dalam. Mereka melihat ada seorang laki-laki dan perempuan sedang tidur di atas ranjang dalam keadaan tidak memakai baju. Betapa terkejut dan marahnya kedua orang itu.

"Bram!" teriak Adelia.

"Bella!" teriak Candra.

Adelia langsung berlari ke arah tempat tidur, lalu memukulkan tas yang tadi dibawanya ke kepala laki-laki yang bernama Bram. Perempuan itu terlihat sangat emosi.

Begitu juga dengan Candra, dia langsung meraih baju milik tunangannya itu. Lalu, menarik tubuh yang sedang berbaring di atas kasur.

Kedua orang yang sedang tertidur itu pun merasa terusik dengan suara teriakan dan perbuatan mereka. Dalam sekejap kesadaran mereka pulih.

"Ada apa ini?" tanya laki-laki yang baru membuka matanya langsung bangun dari pembaringannya.

"Be_rengsek kamu, Bram!" Adelia masih saja memukuli kekasih yang sudah menjalin cinta selama 7 tahun ini.

"Sayang, ada apa? Kenapa kamu memukul aku? Eh, Ini di mana?" Laki-laki terlihat linglung.

"Aku benci sama kamu, Bram. Berani-beraninya kamu tidur dengan wanita lain!" Perempuan itu masih saja berteriak karena sangat emosi.

"Ini pasti jebakan. Mana mungkin aku selingkuh, aku sangat cinta sama kamu, Sayang." Bram menahan kedua tangan Adelia yang terus saja memukuli tubuhnya.

Sementara itu, Chandra membawa Bella ke kamar mandi. Dia menyuruhnya segera memakai pakaiannya.

"Ayang, balik badan. Aku malu," lirih wanita bertubuh mungil itu dengan muka yang memerah.

"Malu? Aku kira urat malu kamu sudah putus. Sudah tidur dengan laki-laki lain, lalu sekarang kamu bilang malu!" bentak Candra.

"Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi? Aku tidak ingat apapun yang sudah terjadi," balas wanita itu dengan isak tangis dan memeluk bajunya.

"Bohong. Sekarang kamu pandai berdusta, ya? Aku kira kamu adalah wanita baik-baik, ternyata aku salah." Laki-laki itu ke luar dari kamar mandi dengan membanting pintunya dan membuat gadis itu terlonjak saking terkejutnya.

'Sebenarnya apa yang sudah terjadi kepadaku?'  (Bella)

Bella menangis sesenggukan sambil berjongkok. Dia belum pernah sekali pun melihat calon suaminya marah seperti itu.

***

"Andra, kita putus saja," kata seorang perempuan cantik dan seksi yang kini sedang duduk berhadapan bersama seorang laki-laki.

"Citra, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba ingin putus?" tanya laki-laki yang bernama Andra.

"Orang tuaku tidak merestui hubungan kita," jawab Citra setelah menghela napasnya.

"Bukannya orang tua kita sudah sama-sama tahu hubungan ini dan mereka tidak menentangnya," balas Andra dengan tatapan mata merasa heran.

"Mereka tidak bilang apa-apa kepadamu, karena tidak mau menyakiti hatimu. Mereka ingin aku menikah dengan seseorang yang bisa memberikan kehidupan yang cerah. Bisa menjamin kelayakan hidup aku dan anak-anakku nanti," jelas Citra.

"Aku akan bekerja lebih keras lagi agar bisa memenuhi semua keinginan kamu," kata laki-laki berbaju kaos tanpa merk.

"Maafkan aku Andra. Jika, kamu memang benar-benar mencintai aku. Maka, biarkan aku pergi dari kehidupan kamu," ucap Citra dan langsung beranjak pergi dari sana.

Andra menatap kecewa pada wanita yang sudah mencampakkan dirinya hanya karena dia seorang pegawai biasa di toko swalayan. Mereka sudah menjalin hubungan selama dua tahun ini. Selama ini setiap permintaan Citra selalu dituruti olehnya.

"Aku harap kamu minta putus bukan karena sudah selingkuh. Jika, itu terjadi … aku berharap kamu akan mendapatkan balasan yang lebih kejam," kata Andra dengan geram.

***

Adelia menangis histeris di kamar tidurnya. Dia tidak menyangka laki-laki yang dicintai olehnya itu sudah berkhianat. Selama ini hubungan mereka baik-baik saja dan Bram pun bukan laki-laki yang kurang ajar kepadanya. Selama menjalin hubungan, mereka tidak pernah melewati batas. Paling berpegangan tangan dan berpelukan. Mungkin orang-orang tidak akan percaya, selama 7 tahun pacaran mereka tidak pernah berciuman apalagi melakukan hubungan badan. 

Sejak awal hubungan mereka baik-baik saja tidak ada masalah. Paling baru-baru ini ketika orang tua Adelia meminta Bram untuk meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Namun, saat ini Bram belum bisa karena harus membiayai kedua adiknya yang masih kuliah dan sekolah. Dia sebagai anak tertua dan tanpa ayah, harus bertanggung jawab untuk keluarganya.

"Kamu jahat!" Adelia menatap pigura foto dirinya dan Bram yang terlihat sangat serasi.

Terdengar suara pintu diketuk beberapa kali, tetapi Adelia seakan enggan untuk membukanya. Dia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun.

"Adel, papa menyuruh kamu untuk turun!" teriak mamanya di balik pintu.

Meski dengan berat hati, Adelia pun bangkit dari tempat duduknya. Dia melangkah dengan gontai menuju pintu.

"Ada apa, Ma? Adel sedang tidak mau bicara dengan siapapun," ucap perempuan yang baru berusia 24 tahun itu.

"Sudah sana temui papa dulu! Ini sangat penting, jangan buat papa marah," kata wanita paruh baya.

Adelia pun mau tidak mau harus turun ke lantai bawah. Di mana ayahnya sedang menunggu.

"Ada apa, Pa?" tanya Adelia.

"Sini, duduk!" titah laki-laki paruh baya sambil mengarahkan pandangannya pada kursi yang ada di depannya.

Adelia pun duduk dengan kepala yang menunduk. Dia tidak ingin wajah sembab dan mata merahnya dilihat oleh orang lain.

"Papa tadi bertemu dengan kenalan dari masa lalu. Ternyata kakekmu punya hutang janji kepadanya," laki-laki yang bernama Adam itu langsung bicara pada pokok permasalahannya.

"Lalu, apa hubungannya dengan aku?" tanya Adelia yang kini mengangkat kepalanya.

"Karena hutang janji itu adalah menikahkan cucu mereka. Lalu, kamu sebagai cucu perempuan dari seorang Adi Darma harus memenuhi utang janji kakekmu dengan menikahi cucu laki-laki dari Kakek Andi," jawab Adam.

"Apa? Jadi, utangnya adalah perjodohan?" Adelia memekik terkejut.

***

Akankah Adelia menerima perjodohan ini? Siapa laki-laki yang akan dijodohkan dengan dirinya? Tunggu kelanjutannya, ya!

Novel baru semoga kalian suka 😊😊. Mohon dukungannya.

Bab 2. Pertemuan Pertama

Bab 2

Adelia kini sedang duduk berhadapan dengan papanya. Putri dari pasangan suami istri, Adam dan Alia itu menatap wajah laki-laki paruh baya yang sedang bicara serius.

"Karena hutang janji itu adalah menikahkan cucu mereka. Lalu, kamu sebagai cucu perempuan dari seorang Adi Darma harus memenuhi utang janji kakekmu dengan cucu laki-laki dari Kakek Andi," jawab Papa Adam.

"Apa? Jadi, utangnya adalah perjodohan?" Adelia memekik terkejut dengan mata membulat.

"Iya. Ternyata kamu sudah dijodohkan oleh Kakek Adi sebelum kamu lahir ke dunia ini," balas Papa Adam.

Mulut Adelia menganga, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Dalam otak Adelia yang pas-pasan itu juga jika dipaksakan kini harus memikirkan, bagaimana caranya Kakek Adi bisa tahu kalau akan punya cucunya perempuan. Sejarah keluarga Darma sangat langka punya keturunan seorang perempuan. Semenjak generasi kakek buyut, baru Adelia satu-satunya keturunan yang berjenis kelamin perempuan.

"Tapi, Pa. Adel baru saja putus dengan Bram dan masih cinta sama dia," ucap Adelia jujur.

"Ya, bagus kalau begitu. Sehingga kamu tidak punya beban pikiran lagi. Kalau cinta nanti lama-lama juga akan muncul di antara kalian," kata Papa Adam.

'Sejak kapan Adel punya beban pikiran?' Sepertinya dia satu-satunya manusia yang tidak pernah punya beban pikiran.' (Mama Alia)

"Apa Kakek Andi itu tidak punya cucu perempuan?" tanya Adelia dengan tatapan penasaran.

"Tidak. Dia hanya punya satu cucu laki-laki. Kenapa memangnya?" tanya laki-laki yang kini sedang mengambil cangkir kopi di depannya.

"Ya, siapa tahu punya cucu perempuan yang bisa dijodohkan dengan Kak Abas," jawab gadis bersurai panjang itu.

Papa Adam dan Mama Alia hanya menghela napas mereka. Mereka sadar kalau cara berpikir putrinya itu sangat jauh berbeda dengan putra sulung mereka.

"Besok Minggu, datanglah ke Restoran Asmara yang ada di dekat taman kota," ucap Papa Adam.

"Besok hari Kamis, Pa. Bukan hari Minggu," bantah Adelia mengingatkan laki-laki yang sudah menjadi ayahnya selama 24 tahun ini.

"Hari Minggu nanti, kamu pergi ke Restoran Asmara dan temui cucunya Kakek Andi," jelas Mama Alia agar putrinya paham.

"Oh, hari Minggu nanti. Papa, sih, kalau bicara yang benar. Biar orang lain tidak salah paham," ujar Adelia dengan tampang polos tidak merasa bersalah.

Papa Adam menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan napas dengan perlahan. Semua orang harus ekstra sabar jika berhadapan dengan Adelia.

"Sabar, Pa. Jangan sampai tensi darah kembali tinggi," kata Mama Alia sambil mengusap punggung suaminya.

Melihat senyum dan tatapan mata istrinya sudah bisa membuat hati dan pikiran Papa Adam kembali normal. Tensi darah yang seakan mulai naik pun terasa turun kembali.

"Apa sudah bicaranya, Pa? Adel ngantuk ingin tidur," kata Adelia dan diikuti mulut yang menguap lebar.

Terlihat kakak laki-laki Adel yang menuruni anak tangga. Laki-laki yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan tampan.

"Abas, sini!" panggil Adelia pada kembarannya dengan wajah yang ceria.

"Apa?" tanya Abas sambil datang menghampiri saudara perempuannya itu. Dia merasakan ada aura putih abu-abu dari pancaran mata Adelia.

'Pasti ada maunya, nih!' (Abas)

"Ngantuk. Gendong, ke kamar!" pinta Adelia dengan manja sambil mengangkat kedua tangannya..

"Isssh, kebiasaan." Abas memasang wajah kesal. Meski begitu, dia tetap saja menggendong adik kembarnya itu.

Perbedaan fisik yang mencolok. Baik dari segi wajah maupun postur tubuh. Tidak akan ada yang menyangka kalau mereka berdua adalah saudara kembar. Belum lagi IQ otak mereka yang yang sangat jauh perbedaannya. 

***

Sementara itu, di sebuah rumah yang sangat sederhana. Seorang pemuda sedang duduk dengan laki-laki tua yang penampilannya bertolak belakang.

"Akan kakek berikan semua harta kekayaan milik keluarga Adiwangsa kepadamu. Jika, kamu menikahi cucu perempuan dari keluarga Adi Darma," katanya sambil menatap sang cucu.

Andra memikirkan baik-baik tawaran dari kakeknya ini. Dia sakit hati setelah baru saja dicampakkan oleh kekasihnya, hanya karena dia miskin. Namun, jika dia ingin punya banyak harta harus mau dijodohkan dengan cucu dari teman kakeknya.

"Baiklah, aku terima perjodohan ini," balas Andra dengan ragu-ragu.

'Aku ingin lihat bagaimana reaksi Citra saat tahu aku menjadi orang kaya raya.' (Andra)

"Bagus. Hari Minggu besok, kamu datanglah ke Restoran Asmara. Temui cucu Adi Darma yang bernama Adelia Putri Darma Ali," ujar Kakek Andi.

***

Waktu pun berlalu dengan cepat dan saat ini adalah hari Minggu, di mana kedua anak muda itu janjian di Restoran Asmara untuk melakukan pertemuan pertama. Adelia dan kedua orang tuanya sudah siap untuk mengunjungi lokasi yang sering dijadikan tempat mendapatkan jodoh itu.

"Adel, ayo!" ajak Mama Alia.

"Iya, Ma. Nggak sabaran banget, sih!" Adelia memeriksa kembali riasan wajah yang memakai make up natural dan tipis.

Adelia memakai gaun cantik pemberian mamanya, khusus untuk datang ke acara pertemuan hari ini. Dia juga diminta untuk berdandan secantik mungkin, meski ini tidak dituruti olehnya.

Mobil Papa Adam sudah terparkir dengan cantik di dekat pintu masuk restoran. Saat hendak turun dari mobil, Adelia merasa ingin buang air kecil. Mungkin karena merasa gugup membuat dirinya sejak tadi menahan panggilan alam itu. Adelia pun berlari ke arah toilet, karena sudah tidak tahan lagi.

Kecerobohan Adelia yang seperti sudah mendarah daging dengannya, membuat dia menabrak tubuh seorang laki-laki sampai jatuh dengan pantat menyentuh lantai duluan.

Andra yang sedang berjalan di lorong restoran, sehabis kembali dari toilet. Dia yang berjalan sambil menunduk, tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang perempuan.

"Hei!" teriak Andra yang kini sedang meringis kesakitan.

"Maafkan aku. Aku sekarang sedang terburu-buru," kata Adelia dengan penuh penyesalan.

"Mau ke mana kamu!" Laki-laki itu memegang betis kaki kiri Adelia, ketika gadis itu hendak berlari kembali.

"Ke toilet. Sudah kebelet, nih!" balas Adelia sambil mengibaskan kakinya dengan keras. Lalu, dia bergegas pergi dan masuk ke dalam toilet perempuan.

Perbuatan Adelia itu membuat Andra kembali terjengkang ke belakang. Bahkan kini dia sampai jatuh terlentang di lantai.

"Awas kamu, wanita barbar! Akan aku balas semua ini," teriak Andra yang masih terbaring di lantai.

"Mas, kalau mau tidur jangan di sini," kata seorang laki-laki berseragam seperti office boy.

Andra pun langsung bangun dan membersihkan bajunya dari debu yang menempel. Lalu, dengan cepat dia pergi karena malu sudah menjadi tontonan orang-orang yang lewat sana.

"Khem, khem!" Andra berdeham dan pergi dari sana.

'Awas saja kalau kita bertemu kembali, akan aku balas perbuatan kamu tadi!' (Andra)

***

Bagaimana reaksi Andra dan Adelia saat bertemu kembali di ruang dan meja perjodohan? Tunggu kelanjutannya, ya.

Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih like, komentar, bunga, kopi, vote, dan ⭐⭐⭐⭐⭐. Semoga hari ini kalian bahagia dan dimudahkan dalam segala urusan.

Bab 3. Pertemuan Keluarga

Bab 3

Pintu toilet terbuka dan menampakkan seorang perempuan bertubuh kurus, tapi punya buah dada dan bokong yang wow. Bikin mata para lelaki melirik ke arahnya. Begitu juga saat ini, Adelia yang berjalan menuju ke ruang privat yang sudah di booking oleh keluarganya. Siulan dari para lelaki pada aset berharga milik wanita itu tidak membuatnya terganggu. Gadis berkulit kuning langsat dan mulus tanpa cacat itu, tetap anggun berjalan lenggang kangkung.

"Mantap, tuh! Saingan buah melon," ujar salah seorang pengunjung restoran dan dibenarkan oleh yang lainnya.

"Cantik, godain kita, dong!" Suara seorang laki-laki muda saat Adelia hendak berbelok ke area ruang privasi.

"Jangan, sok, jual mahal! Nanti dapat jodohnya yang murah," teriak laki-laki bertubuh tambun begitu Adelia berbelok

Dasar Adelia orangnya nggak suka ambil pusing, segala dibikin mudah. Tidak menghiraukan perkataan orang-orang tadi. Dia malah santai berjalan ke ruang nomor lima.

"Ini tempatnya, ya?" Adelia kemudian mengetuk pintu dan masuk ke dalam sana.

Terlihat ada beberapa orang di sana. Kini semua mata orang memandang kepadanya. Adelia hanya tersenyum simpul.

"Ini Adelia, putri kami," kata Papa Adam mengenalkan gadis pemilik mata indah itu.

Untuk memberikan kesan yang baik, Adelia tersenyum manis pada keluarga Kakek Andi. Dia tidak mau kalau nanti diomelin oleh mama dan papa saat pulang ke rumah. Atau uang bulanannya di potong.

"Selamat malam Kakek Andi, Tante Alicia, dan An—. Kau!" 

"Kamu!"

Adelia dan Andra saling menunjuk dengan ekspresi wajah terkejut. Keduanya tidak menyangka akan bertemu di acara pertemuan keluarga ini.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Kakek Andi dengan mata yang berbinar. Laki-laki tua itu menyangka kalau keduanya sudah saling mengenal dan punya hubungan baik.

"Adel, kamu sudah kenal sama Andra?" tanya Papa Adam.

Adelia sekarang mengarahkan perhatiannya kepada sang ayah. Terlihat wajah kedua orang tuanya yang terkejut dan penuh harap. Hal itu bisa dia lihat dari senyum lebar papa dan mamanya.

"Tidak. Kita hanya pernah bertemu," jawab Adelia jujur dengan suaranya yang melemah.

"Aku juga tidak mengenalnya," pungkas Andra sambil melihat ke arah gadis yang sudah membuatnya malu tadi.

"Berarti kalian sudah dipertemukan dahulu sebelum dijodohkan," ujar Kakek Andi sambil tertawa terkekeh. Hal ini membuat Adelia dan Andra saling melotot.

Kedua keluarga itu pun makan malam bersama terlebih dahulu. Saat makan pun lagi-lagi terjadi perebutan antara Adelia dengan Andra. Mereka sama-sama suka ayam kecap asam manis. Di atas piring yang dihidangkan tinggal tersisa satu lagi. Kedua makhluk itu mengambil secara bersamaan.

"Aku duluan!" ucap Adelia sambil menatap tajam pada Andra.

"Enak saja. Duluan aku," bantah Andra sambil melotot dan bibir monyong.

Para orang tua hanya melihat dalam dalam diam. Membiarkan keduanya beradu mulut.

"Kamu mengalah sama perempuan," kata Adelia.

"Tidak bisa. Yang kuat yang menang," ujar Andra.

Mama Alia hanya menggelengkan kepala dan Mami Alicia hanya tersenyum simpul. Lalu, ibunya Andra mengambil daging ayam itu dan meletakkan di piring Adelia.

"Terima kasih, Mami Alicia," ucap Adelia dengan mata berbinar dan tersenyum manis.

'Dasar Adel, dikasih daging ayam saja panggilannya langsung berubah jadi mami.' (Mama Alia)

"Makanlah!" titah Mami Alicia dengan tersenyum lembut.

"Iya, Mami." Adelia pun memakan daging itu dan terlihat sangat menikmati makanannya.

Para orang tua pun tersenyum geli melihat kelakuan Adelia dan Andra yang tidak mau saling mengalah. Bahkan Adelia meleletkan lidahnya pada Andra.

'Dasar gadis barbar. Dia itu berapa tahun usianya? Kelakuannya kayak bocah TK saja.' (Andra)

Acara makan malam mereka pun selesai, kemudian dilanjutkan dengan lamaran antara Adelia dengan Andra. Acara pesta itu pun akan di adakan minggu depan.

***

Adelia memiliki sebuah kafe yang sering jadi tongkrongan anak muda. Dia sekolah tataniaga karena otaknya yang tidak memadai untuk menjadi seorang dokter yang dulu di cita-citakan olehnya. Dia juga tidak suka berhitung. Hanya kemampuan tangannya yang membuat dia bisa melakukan banyak kreasi dalam mengolah makanan dan minuman.

Saat dia selesai melayani pembeli, Adelia ke datangan tamu. Yaitu, mantan kekasihnya yang baru seminggu ini dia putuskan.

"Mau apalagi, sih?" gumam Adelia begitu melihat sang mantan.

"Adel, Sayang. Kita balikan lagi, yuk!" Bram menghadang langkah Adelia.

"Nggak mau." Adelia melangkah ke samping, tetapi masih dihalangi oleh Bram.

Bram masih saja memohon kepada Adelia jangan memutuskan hubungan mereka. Sebab, dia begitu sangat mencintainya.

"Sayang, aku mohon maafkan aku. Aku tidak tahu kenapa bisa sampai tidur di kamar hotel itu. Aku bahkan tidak mengenal siapa perempuan itu," kata Bram sambil berdiri dan memegang tangan Adelia.

"Bohong. Bagaimana mana mungkin kamu bisa berada di sana tanpa berjalan ke sana. Kecuali kalau kamu dipindahkan dengan kekuatan setan," balas Adelia kesal karena setiap hari mantan kekasihnya itu terus saja mendatangi dirinya.

"Kenapa kamu tidak percaya kepada aku? Apa selama tujuh tahun ini aku selalu berbuat yang nggak-nggak kepada kamu?" tanya Bram.

"Ya, sama aku nggak. Tapi, bisa saja sama orang lain, 'kan? Siapa yang tahu." Adelia hendak berbalik hendak menjauh dari Bram.

Laki-laki itu menahan langkah Adelia. Dia memasang wajah sendu dan tatapan mata yang terluka. Harapannya adalah bisa merajut cinta kembali dengan gadis yang di cintainya ini.

"Aku juga punya adik perempuan yang selalu berusaha aku jaga. Begitu juga dengan Abas yang sudah memercayakan kamu kepadaku," bantah Bram.

Adelia memalingkan wajahnya. Dia tahu betul Bram sering di ancam oleh Abas. Kakak kembarnya itu sering mengingatkan dirinya untuk bisa jaga diri. Bahkan ciuman pun dilarang olehnya.

"Aku sangat mencintaimu, Adel," aku laki-laki yang berwajah tampan dengan kulit yang eksotis. Suara Bram yang lembut mengalun indah di telinga Adelia.

"Aku sudah dijodohkan dengan laki-laki lain, oleh Mama dan Papa," ujar Adelia jujur dengan suara meninggi.

Bagai di sambar petir, Bram pun melepaskan tangannya dari lengan Adelia. Bahkan dia mundur ke belakang beberapa langkah. Wajahnya sangat pucat dengan mata yang membesar.

"Kata-kan kalau itu bo-hong?" Bram tergagap.

"Untuk apa aku berbohong, dosa itu," ucap Adelia.

***

"Candra percayalah, aku tidak pernah mengkhianati kamu. Hari itu aku juga sedang berada di butik. Tapi, tidak tahu bagaimana caranya aku bisa sampai ke kamar hotel itu," aku Bella.

Laki-laki yang kini sedang duduk dibalik meja kerja hanya diam saja. Dia sakit hati karena merasa sudah dikhianati oleh calon istrinya. Bahkan hari pernikahan sudah di depan mata.

"Pergilah. Aku sudah muak dengan kamu," ujar Candra.

"Kamu jahat. Kamu tidak benar-benar mencintai aku," balas gadis yang terpaut usianya hampir sepuluh tahun dengan Candra.

Citra yang bekerja sebagai sekretaris Candra, diam-diam tersenyum. Dia senang melihat pasangan yang dulu selalu terlihat romantis kini bertengkar.

***

Apakah acara pertunangan Adelia dan Andra berjalan lancar? Apa Bram aku menerima begitu saja Adelia menjadi milik laki-laki lain? Tunggu kelanjutannya, ya!

Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih like, komentar, bunga, kopi, vote, dan ⭐⭐⭐⭐⭐. Semoga hari ini kalian bahagia dan sehat selalu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!