Di tempat nun jauh di sana, ada sebuah negara yang biasa disebut dengan Negara Api. Sebuah negara dengan tatanan pemerintahan yang amburadul, dipenuhi oleh sistem feodalisme dan penindasan. Kesombongan, seolah melekat pada diri penghuninya, terutama pada beberapa sosok yang menjadi pengendali sistem ketatanegaraan negara itu.
Siang ini, matahari bersinar begitu terik hingga terasa menusuk kalbu. Tampak seorang wanita yang menjadi pemimpin dari negara api, sedang duduk di atas kursi goyangnya, sambil menikmati semilir angin yang berhembus. Wanita itu bernama Odah, lengkapnya adalah Odah Saodah Mukodah.
Di usianya yang tak lagi muda, biasanya seorang manusia lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Odah. Di usia senjanya, Odah lebih sibuk dengan kehidupan duniawinya, malah semakin hari hasrat duniawinya semakin menjadi-jadi, semakin menggebu, dan membakar semangat naluri duniawi Odah yang begitu membara, sama seperti panasnya matahari di siang ini.
"Ah, kok tambah panas sih. Aku pindah ke kamar aja deh, yang ada AC-nya!" sungut Odah sambil bangkit dari kursi goyangnya.
Odah kemudian masuk ke dalam kamar, namun sebelum dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dia tampak berhenti di depan cermin, sambil menatap tubuh dan wajahnya. Memantaskan diri di depan cermin dengan penampilan yang terlihat elok baginya, meskipun sebenarnya terlihat norak.
Odah menarik kedua sudut bibirnya perlahan. Penampilannya baginya terlihat sempurna. Ingat ya, hanya bagi Odah dan anak buahnya di Negara Api, tapi tidak bagi manusia berfikiran waras lainnya.
Olesan lipstik warna merah menyala yang tebal tampak tercetak di bibirnya. Namun, tanpa dia sadari olesan lipstik merah tanpa menggunakan pensil alis adalah sebuah kesalahan hakiki yang membuat wajah semakin terlihat tua. Apalagi tanpa sedikit riasan di bagian mata, iyuhhhh, norak, kamseupay.
"Siap cari brondong nih buat malem mingguan nanti. Gigolo juga boleh, daripada duit ini habis buat beli baju. Bukannya lebih bermanfaat kalo duitnya buat brondong-brondong nakal itu?" kekeh Odah.
"Udah ah, sekarang bobo dulu, biar nanti malem keliatan fresh, cakep, dan bikin para brondong itu klepek-klepek," sambung Odah. Dia kemudian berjalan ke arah tempat tidurnya. Bersiap menikmati dinginnya hembusan AC. Namun, baru saja Odah merebahkan tubuhnya, tiba-tiba suara bel rumahnya pun terdengar.
TETTTTT TETTTTT
"Aduh, siapa sih? Siang-siang gini ganggu orang istirahat aja!" geram Odah. Dengan langkah malas, Odah kemudian beranjak dari tempat tidurnya, lalu keluar dari kamarnya menuju ke ruang tamu untuk membukakan pintu.
Saat pintu itu terbuka, tampak beberapa orang seusia Odah berdiri dan tersenyum padanya. "Siang Ceu Odah."
"Oh siang Ceu Dawen, Ceu Tukiyem, Ceu Rasiwen. Ada apa nih siang-siang mampir?"
"Ini Ceu Odah, nanti malem ba'da Isya jangan lupa ikutan pengajian ya Ceu. Narasumbernya ga main-main loh, ada Ustadzah Elin yang udah bikin Mimi Peri insyaf."
"Subhanallah ukhti, nanti malem ada Ustadzah Elin?"
"Iya Ceu, datang ya. Ceu Odah kan pengurus masjid, harus datang ya."
'Oh Em Ji, oh no. Bisa gagal nih rencana cari berondong kalo gini,' batin Odah.
"Aduh maaf Ceu Turk, bukannya ga mau. Tapi, nanti malem udah ada acara meeting sama jajaran Negara Api."
"Oh ya udah gapapa, Ceu Odah kan wanita karier. Pemimpin Negara Api, Ceu Odah meeting aja. Kami semua bangga sama karier cemerlang Ceu Odah."
"Iya Ceu Rasiwen."
"Ya udah kalo gitu, kita permisi dulu ya, Ceu."
"Iya Ceu Daw, Ceu Turk, Ceu Ras. Semoga acara nanti malem lancar ya."
"Syukron ukhti, kami pamit."
Setelah para ibu-ibu itu pamit dari rumah Odah, dia kemudian masuk ke dalam rumah sambil menggerutu. "Enak aja mau rusak rencana malem minggu eike, jadwal nanti malam mau cari brondong nih. Nggak bisa diganggu gitu aja, udah ga sabar mau pamer ke penghuni Negara Api. Biar mereka semua tahu kalau pemimpin mereka ini memang begitu luar biasa. Mampu memikat hati para pemuda di usia yang tak lagi muda, hahahaha."
Tawa Odah terdengar begitu nyaring, senyaring suara ponsel miliknya yang berbunyi.
"Kemplung, kemplung, kempulng!" Bunyi suara ponsel Odah yang seketika membuat tawanya terhenti.
"Siapa sih, ganggu orang lagi ketawa aja." Odah kemudian mengambil ponsel yang dia selipkan di BH-nya. Sengaja Odah selipkan di BH agar lebih terasa getarannya.
"Oh Si Kokom," sungut Odah. Dia kemudian mengangkat panggilan dari Kokom.
[Halo Ratu Odah!]
[Iya Kom, kenapa? Kok kaya panik gitu! Yang tenang Kom gosah panik. Matahari masih terbit di timur, belum pindah tempat.]
[Bukan gitu Ratu, ini benar-benar gawat.]
[Gawat kenapa? Ngomong yang jelas, Kom.]
[Itu Ratu Odah, Ratu Odah dibilang norak, peot, sok gaul.]
[Siapa yang ngomong gitu Kom? Berani banget ama gue Kom, apa dia belum tau siapa gue?]
[Masih dicari tersangkanya, Ratu. Semoga ga keburu ilang di kebon jengkol. Mending sekarang Ratu buruan baca deh, chatnya aku kirim.]
Penasaran pada cerita Kokom, Odah dengan terburu-buru menutup panggilan teleponnya. Dia lalu membuka pesan yang dikirimkan Kokom. "Apa-apaan ini? Sialan! ada yang ngomongin gue norak, peot, sok gaul seperti KELEDAI DUNGU! VANGKEEEEE!"
Seorang wanita cantik, berwajah chuby dan berbadan montok, dengan body bak gitar Spanyol, tampak sedang sibuk berkutat dengan tali rafia dan gunting di tangannya. Namanya Khodijah, seorang wanita jelita nan rupawan, namun bukan Khodijah istri Rasulullah.
"Astaga, oh God. Waktuku bisa habis tersita bikin kerajinan tangan seperti ini! Mana kerjaan belum beres lagi! Tapi tak apalah, demi Neng Geulis, putri eike tercinta yang unyu-unyu, sama seperti ibunya, everything for you my daughty," gerutu Khodijah. Saat tengah asyik hanyut dalam kesibukannya membuat rok dari tali rafia, tiba-tiba ponsel Khodijah berbunyi.
Cliring.., cliring.., cliring.
"Ganggu aja sih, mana lagi sibuk lagi. Ah, biarin aja deh, ntar juga diem sendiri. Ga perlu aku beliin permen juga diem tu ponsel."
Khodijah hanya membiarkan ponsel itu berbunyi, namun semakin lama, bukannya diam. Ponsel itu malah semakin kencang berbunyi, seolah meminta perhatian lebih dari pemiliknya.
"Iya nih aku lihat, udah jangan berisik mulu," ujarnya seraya mengambil ponselnya. Dia lalu melihat layar ponsel itu dan melihat begitu banyak pesan yang masuk ke ponselnya.
Saat membaca pesan tersebut, mata Khodijah terbelalak. Tangannya dia letakkan di atas dadanya, sambil mengukur detak jantungnya, apakah masih sesuai dengan irama detak jantung manusia, atau bukan. "Oh My God!" pekiknya.
"Astaga! Negera Api terguncang? Bahkan Odah pun sampai terlihat begitu berantakan? Apa yang sebenarnya terjadi?" ujar Khodijah saat melihat foto marah Odah yang tersebar diantara kawan-kawannya. Dalam foto itu, rambut Odah tampak naik ke atas, bibir merahnya, kini berubah menjadi warna kuning. Entah apa yang menyebabkan bibir itu menjadi warna kuning, mungkin terlalu banyak minum kunyit untuk menetralisir penyakit darah tingginya.
"Oh God! Apa yang sebenarnya terjadi? Lebih baik aku cari beritanya dulu di akun-akun gosip instagram," sambung Khodijah seraya mengutak-atik ponselnya. Lalu, dia membuka sebuah akun gosip instagram Lambe Lanyap.
"Ya ampun jadi ini yang bikin Odah kalang kabut dan hidupnya berantakan? Astaga, bukannya ini chat rahasia tentang data-data bukti kebobrokan negara api? Siapa yang udah nyebarin chat rahasia ini? Bahkan sampai jajaran negara api pun tahu kalau mereka disebut Keledai Dungu? Siapa yang melakukan ini?"
Khodijah mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan, sambil memejamkan matanya, berusaha menenangkan hatinya yang kini terasa berkecamuk.
Apakah ada Bjorka diantara kita? Oh tidak mungkin. Pasti yang melakukan semua ini salah satu detektif grup Julid Vangke. Apa itu Caitlyn? Oh tidak, pasti dia sibuk ngurus anaknya yang banyak, dan suami bebalnya itu. Apa itu Romlah? Ah sepertinya juga bukan karena Romlah hanya sibuk nyanyi seharian. Lalu bagaimana dengan Esmeralda? Ah sepertinya juga tidak mungkin, dia lebih suka ngurusin artis idol Koreanya. Lebih nggak mungkin lagi Si Jaenab sama Si Julekha yang saat itu ga ikutan ngobrol gituan. Astaga naga, nagabonar jadi dua, cuma satu tersangkanya nih. Pasti Si Ijah! IJAHHHHHH!" pekik Khodijah.
Dia kemudian mengambil ponselnya, lalu berulang kali menghubungi Ijah. Namun, beberapa kali dia menghubungi Ijah, panggilan itu tak juga dijawab. Bahkan beberapa kali dia mengirim pesan, pun itu pun tak mendapat balasan.
"Astogeh! Pasti Ijah lagi tidur nih! Itu anak ya, dasar!" gerutu Khodijah.
Beberapa jam kemudian, seorang wanita muda tampak perlahan membuka matanya. Di samping wanita muda itu, ada sebuah laptop yang masih menyala, dan menunjukan sebuah adegan film dewasa dengan aktor Dady Deva.
"Ah, seger banget sih bangun tidur di depan ada Ayang Dady Deva," ucapnya sambil nyengir kuda.
Setelah nyawanya mulai terkumpul, Ijah si wanita muda, single, dan jomblo akibat gagal move on itu, tampak duduk di atas ranjang kemudian mengambil ponselnya.
"Loh kok banyak banget pesan sama telepon masuk?" ujarnya dengan wajah polos dan tanpa dosa.
Dia kemudian membuka pesan yang masuk ke poselnya. "Astogeh, bahkan semua grup Vangke hubungin gue. Ada apa nih? Apa ada huru-hara lagi? Atau jangan-jangan kasus yang harus diselesaikan?"
Namun, betapa terkejutnya Ijah saat membaca pesan itu, jika ternyata ada sebuah kejadian besar yang membuat Negara Api terguncang, dan yang menyebabkan semua itu adalah dirinya yang tanpa sengaja menyebarkan chat rahasia di media sosial, tentang kebobrokan Negara Api. Bahkan akun gosip Lambe Lanyap pun sampai memiliki chat rahasia itu.
"Ya, ampun Negera Api terguncang, dan itu karena gue? Hahhahhahaa..., ini baru namanya pertunjukan seru. Astaga, aku suka. I like it, oughhhh yes babe. Akhirnya mereka tahu juga? Hahahahha sukurin, emang enak! Mampus! Lihat aja ya Odah, bentar lagi kalian juga terjatuh, terjembab, terjungkal ke jurang yang paling dalam! Terkurung dalam lembah kenistaan selama-lamanya! Inget ya, ga selamanya kalian hidup enak di atas, ada saatnya kecurangan dan kebobrokan kalian mendapat balasan! Karena kalian cuma sekumpulan otak udang, pengemis tanpa kualitas yang cuma bisa memanfaatkan keadaan!"
Baru saja Ijah menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ponsel Ijah pun berbunyi. Ijah kemudian mengambil ponsel itu, dan melihat sebuah nama di layar ponselnya.
"Odah?"
Bersambung...
"Ish, ngapain sih si nenek peyot itu cari-cari gue? Kek nggak ade kerjaan aje.. Ish.... " Ijah mengerutu kesal. Beberapa kali ia juga mencebikkan bibirnya. Karena pada dasarnya Ijah memang tidak menyukai wanita planet mars satu itu. Namun begitu, Odah selalu memaksakan diri untuk dekat dengan Ijah.
Ijah mengabaikan Odah, tak lama berselang gadis manis berperawakan kurus itu pun menghubungi gengnya untuk menanyakan perihal goncangnya negara Api.
"Mak, benarkah Negara Api sedang gocang?" tulis Ijah dalam pesan teksnya.
Beberapa detik kemudian, sebuah pesan masuk...
"Yes, Baby... Odah and the geng ketahuan makan duit Bansos," balas Khodijah, selaku admin grup Detektif Julid Vangke itu.
"Astaga Naga Bonar, oh... No... Ini berita paling spektakuler nan memukau!" tiba-tiba Romlah menyerocos entah dari mana asalnya.
"Dan lagi ni ya, klean tahu nggak tu fulus dipakek apaan?" pancing Khodijah.
"Dipakek apaan Khod?" Ijah bertanya.
"Dipakek bayar cicilan panci ke gue, bayangin... " balas Khodijah.
"Setan, Njirr.... Serius Khod ah!!!" Ijah ngambek.
"Hahahaha... " Khodijah membalas santai, tak lupa ia menyertakan boneka sedang ber-make up khas wanita cantik itu.
"Serius, ih ... beneran tu si Odah lagi kena kasus?" tanya Ijah lagi, makin kepo.
"Iyess, baby... Tapi gue belum tahu kasusnya kek apa? Wait... Gue kepakkan sayap dulu, tenang... Gue cus ke Khayangan, biar gue teropong dari sono. Siapa tahu ahli sihir khayangan tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Negara Api!" balas Khodijah kemudian dia pun segera menyalakan laptopnya dan segera mencari tahu kebenaran tentang kabar yang menyerang negara Api.
Bersamaan dengan break-nya Khodijah, Julaykha masuk....
"Geng... Geng... Udah tahu belom, Odah ketahuan selingkuh!" tulis Julaykha.
"What?????" Pekik Romlah.
"Serius lu?" tanya Ijah.
"Yes, beritanya udah tersebar di Lambe pedes... Eh, akun lambe lambean... Ahhh.. Entahlah, pokoknya itu. Lakinya si Odah mencak-mencak, mau ngegorok gigolo itu. Lah, aneh yak, pan yang ngebeli tu gigolo bininya, napa gigolonya yang diserang!" balas Julaykha.
"Lu dapat kabar vangke itu dari mana, Njirrr... Lu jangan pitnah lu!" larang Romlah.
"Dihhh, aing kagak pernah bohong, Njiir. Pan gigolonya teman Khodijah! Tanya kalo kagak percaya. Pasti Khodijah lagi introgasi tu si Jamet. Dese kan yang lagi digandrungi sama si Odah!" jawab Julaykha menyakinkan.
"Astaga Naga Bonar, seriously?" Romlah menulis ditambah emoji bulan bersama merah.
"Wait? Apakah ini artinya Khodijah tahu semuanya, tapi dese pura-pura?" balas Ijah.
"Bisa jadi, lu pan tahu, Khodijah tu temen deketnya si Odah. Kenal pula sama si Jamet. Deket pula sama Babe kriting. Astaga, si Khodijah dalam bahaya. Pasti Dese bakalan kena cecar Babe Kriting, Bestie," balas Julaykha sok tahu.
"Pantas saja Khodijah bilang uang si Odah habis buat bayar cicilan panci ke dese, apakah itu artinya Khodijah sudah tahu lama kebobrokan pemimpin negara api?" tanya Ijah.
"Yes! Gue rasa begitu. Hanya saja Khodijah masih menutupi kebobrokan itu dari kita. Dan lagi ni ya, Si Amad juga kena, Best. Dia kena tipu rekan bisnisnya, mana yang dipakek buat modal bisnis ya uang Bansos itu. Astaga! Negara Api benar-benar sedang terpuruk!" tulis Julaykha dengan lancarnya.
Ijah and Romlah membalas pesan Julaykha dengan emoji menangis bersanding dengan emoji tawa. Yang itu artinya mereka sedang menertawakan kebobrokan tatanan Negara Api namun kasihan pada para rakyat jetata yang bergabung di sana.
"Ini sih berita paling gila! Caitlyn pasti mencak-mencak kalo tahu dana Bansos tidak tepat sasaran. Kita kan sama-sama tahu, Caitlyn sangat percaya pada mereka. Bahkan Caitlyn sampai sering lembur buat ngebujuk para rakyat jelata di sana untuk ngefollow akun Negara Api itu. Nah, sekarang lihatlah.. Ternyata pimpinan disana pada Vangke semua!" tulis Ijah geram.
"Padahal tu dana rencananya buat beli sembako buat para rakyat jelata yang kurang mampu di daerah Taman Anggrek situ. Mana udah di data pula. Nggak kebayang wajah kecewa mereka, kagak jadi Terima beras. Astaga, kebangkean Negara Api, memang tidak diragukan lagi!" tulis Romlah, sesuai info yang dia dapat.
"Whatever about this, i don't care. Tapi gue lebih tertarik sama perselingkuhan Odah? Benarkah nenek peyot itu masih bergairah di ranjang? And Jamet mau gitu?" tulis Romlah penasaran, secara mereka sama-sama tahu kalau Jamet adalah gigolo terganteng yang mereka tahu.
"Anjirr... Elu nggak lihat lipstiknya saja menor kek vampir habis makan ayam mentah! Astaga! Pastinya udah lah. Sedang lakinya udah nggak seger gitu. Dah gitu nggak pandai pula cari duit. Astaga! Secara dese masih kegatelan!" balas Ijah kesal.
"Astaga! Gue nggak habis pikir.... " tambah Julaykha, kesal.
Chat berhenti sejenak. Tak lama berselang, Khodijah datang. Namun hanya mengirim stiker seseorang sedang menangis. Yang artinya kabar yang ditanyakan Ijah adalah benar. Saat ini negara Api sedang goncang. Dan penyebab terbesarnya adalah Odah dan Amad. Odah yang selingkuh dan memakai uang Bansos untuk kesenangan dirinya. Sedangkan Amat, memakai uang tersebut untuk judi Online. Namun dalam proposal ia menulis untuk modal usaha. Bukankah pimpinan dan wakil pimpinan Negara Api itu memang Vangke!!!
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!