NovelToon NovelToon

The Boss Arogan

Bab. 1. Amarah Tuan Firnando.

Bug.

Pria tampan wajahnya dipenuhi amarah, tangannya tidak mau berhenti terus memukuli lawannya, tak peduli tubuh lawannya yang sudah lemah terkapar bersimbah darah di lantai. Pria itu menarik lagi kerah baju lawannya untuk berdiri dan memberikan bogem mentah lagi.

Bug. "ahhww."

Suara pukulan hingga terdengar suara rintihan yang menyedihkan.

"Beraninya kau, memanfaatkan adikku untuk mengalahkan aku dalam bisnis, benar-benar cara busuk!"

Bug.

Pria tampan itu berkata dengan suara berat dan kembali memberi pukulan pada perut pria dihadapannya.

Bug. "ahhww."

suara pukulan terus berkali-kali bersamaan suara rintihan. Hingga sebuah suara mampu menghentikan kegiatan gila kedua pria tampan yang berada di ruangan itu.

"Cukup, kak, aku mohon huhuhu."

Suaranya terisak, wanita cantik itu mencoba mendekat seraya tangannya ingin meraih tangan sang kakak, supaya berhenti.

"Diam di situ bli!" suaranya bagai petir, tatapan membunuh masih tertuju pada pria yang kini sudah tidak berdaya.

Blibli semakin terisak, ucapannya tercekat hanya mampu di tenggorokan.

Blibli terus memohon-mohon kepada Firnando untuk berhenti melukai kekasihnya. Blibli tubuhnya meluruh ke bawah saat ini bersimpuh di kakinya Fir.

"Him."

Fir menghentikan kegiatannya setelah mendorong dan menendang tubuh pria tampan bernama Yuda Abraham Wijaya itu ke lantai dengan keras.

Hingga membuat sang pemilik tubuh meringis kesakitan, nafasnya tersengal-sengal dengan kedua mata yang terus terpejam dan tubuhnya perlahan meringkuk seraya meletakkan tangannya di depan perut seolah menahan sakit yang luar biasa.

"Siap Tuan."

"Urus bajingan ini!"

Fir lalu pergi meninggalkan ruang tersebut seraya menarik tangan adiknya.

"Pulang!" suaranya tegas dan dingin tanpa mau di bantah.

Mau tidak mau Blibli ahirnya mengikuti langkah kakaknya, meski hatinya ingin sekali membantu kekasihnya itu untuk dibawa ke rumah sakit, tapi dalam situasi ini ia juga tidak berdaya tidak bisa melakukan apa pun selain mengikuti perintah kakaknya.

Wajah cantiknya yang terlihat pias dan khawatir langkah kakinya terlihat berat untuk meninggalkan kekasihnya dalam keadaan mengenaskan.

Blibli berjalan namun terus menengok ke belakang terlihat enggan untuk pergi dari tempat itu namun Fir terus menarik tangannya.

"Aku sangat mencintaimu, maaf aku harus pergi bersama kakakku." Blibli menatap gedung apartemen milik Yuda sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mobil.

Setelah kepergian bosnya, asisten Him langsung membawa pergi pria yang tubuhnya terkulai lemas tidak berdaya akibat ulah tuannya.

Dan setelah sesampainya di rumah sakit, Asisten Him langsung meninggalkan Yuda, namun sebelum itu ia menyerahkan ke dokter.

Kemudian dokter masuk untuk memberi penanganan pertama untuk Yuda.

Perusahaan Jain grup. sebuah bangunan tinggi pencakar langit.

Him berjalan langkah lebar dan segera menekan tombol lift menekan nomor lantai paling atas.

"Tuan." sapaannya seraya menunduk setelah membuka pintu ruang presdir.

Fir menjentikkan jarinya.

Asisten Him yang sudah paham dengan yang diinginkan tuannya, ia langsung mendekat lalu duduk di hadapan tuannya dengan meja sebagai pembatas.

"Buka, dan kau buat pengumuman, Jain grup butuh seketaris baru." Fir menghadapkan laptopnya ke arah asisten Him.

"Cari yang pintar, cerdas, serta bisa diandalkan dalam segala hal."

Asisten Him baru mau mengetik, namun di urungkan.

"Ingat sesuai kriteria saya, seratus persen harus sempurna!" Firnando berkata tegas.

Asisten Him mulai mengetik di halaman web khusus milik Jain grup. "Berjenis laki-laki atau perempuan tuan?" Asisten Him masih fokus dengan laptop di hadapannya.

Fir tidak begitu mendengarkan pertanyaan asisten Him, ia saat ini sibuk berbalas chat dengan kekasihnya.

Karena tuannya hanya diam, ahirnya asisten Him mencoba melirik tuannya, ia langsung tepuk jidat setelah mendapati tuannya bermain handphone seraya senyum-senyum sendiri.

Asisten Him menghela nafas panjang, karena tuannya tidak menjawab ahirnya ia menggunakan instingnya sendiri, pasti yang dibutuhkan tuannya seketaris perempuan karena laki-laki udah ada dirinya pikir asisten Him. dalam hati ia tersenyum geli. "Sok percaya diri amat."

Kos putri Bu Sri.

Gadis cantik berkacamata bulat, rambut hitam panjang menggelombang. dirinya sedang bermalas-malasan seraya menidurkan kepalanya di atas meja sambil duduk di depan meja belajar, sudah satu bulan ia mencari kerja ke sana dan ke sini, mengirim email di berbagai perusahaan namun nasibnya belum beruntung.

"Hemmm ayo Rahella semangat." Setelah menyemangati dirinya sendiri, gadis itu mulai fokus lagi pada laptopnya yang sedari tadi menyala namun dirinya cuekin.

matanya mulai fokus dan jemarinya menggerakkan mouse, ia menscrol lagi dari atas ke bawah.

Kini pandangannya terhenti pada sebuah kalimat nama judul perusahaan yang sangat besar dan terkenal di negeri ini.

"Perusahaan Jain grup sedang membutuhkan pekerja baru untuk bagian seketaris CEO."

Dengan penuh semangat Rahella langsung mengirim surat lamaran kerja melalui email.

Malam hari.

Di mansion keluarga Angkasa.

Di tempat mewah itu tepatnya di kamar Blibli, keributan masih terus berlanjut antara gadis cantik dan pemuda tampan.

Keduanya saling menatap tajam tidak ada yang mau mengalah, keduanya ingin dimengerti.

Blibli terus membela kekasihnya dan tidak ingin putus dari Yuda, bahkan Blibli sampai meninggikan suaranya.

"Sampai kapan pun, aku tidak akan putusin, Yuda!"

Firnando marah mendengar ucapan Blibli.

Firnando membanting vas bunga di bufet kecil samping ia berdiri.

Pyaarrrrr.

Seketika Blibli menutup kupingnya dan menangis.

"Arghhhh."

Braak.

Firnando pergi seraya menutup pintu dengan keras. ia lebih baik keluar dari kamar adiknya, Fir hanya takut bila Blibli adiknya akan terluka dikemudian hari.

Arghhhh.

Fir mengepalkan tangannya, ia sekarang berdiri di balkon kamarnya, sejuknya angin malam seolah tidak mampu meredakan bara api di dalam hatinya.

Fir kemudian mengambil benda pipih lalu menelpon orang kepercayaannya. "Him tugasmu sekarang dapat atau tidak dapat besok harus ada sekertaris baru buat saya!"

Tut.

Sambungan telepon dimatikan sepihak.

Keesokan harinya.

Gadis cantik bermata warna hitam pekat, terlihat tampak meremas tangannya yang terasa dingin, selain suhu ruangan yang memang terasa sangat dingin, gadis itu juga merasakan gugup yang luar biasa.

Baru melangkahkan kakinya di pintu utama masuk perusahaan saja ia sudah gemetar.

Rahella melirik beberapa orang yang duduk di sampingnya, dari beberapa orang-orang ini akan di panggil untuk menghadap seseorang yang katanya ia adalah asisten pribadi CEO.

Setelah menunggu beberapa saat, ahirnya giliran Rahella namanya di panggil.

Rahella terus menyemangati dalam dirinya seraya terus melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan, yang di dalam nya sudah ada seseorang yang sudah menunggunya.

Rahella menunduk memberi hormat terhadap pria yang duduk di kursi. Ia tidak berani menatap wajah pria itu.

Dan setelah beberapa pertanyaan yang di berikan asisten Him kepada Rahella, kini Rahella sudah keluar ruangan tersebut untuk menunggu hasil yang akan di umumkan.

Setelah menunggu satu jam ahirnya calon sekretaris baru akan diumumkan.

Asisten Him sudah berdiri di depan kelima para gadis calon sekretaris baru itu.

Detak jantung mereka semakin kencang seperti habis ikut lomba lari. Saat menunggu hasil yang akan diumumkan.

"Rahella ...."

Deg!

"Aku," ucap dua gadis yang namanya sama.

Dua gadis bernama Rahella menyebut dirinya, kini keduanya saling pandang, lalu Rahella siapa ini yang dimaksud pikir keduanya.

Asisten Him menghela nafas panjang, setelah menyadari ada dua nama Rahella. Lalu ia kembali masuk ke dalam ruangannya.

"Ok kali ini benar," ucap asisten Him setelah nama belakang wanita itu beda hanya nama depan yang sama.

"Rahella Cleopatra," ucapnya setelah berada di depan dua gadis itu lagi, yang tiga gadis sudah pergi.

Mata Rahella langsung berkaca-kaca, merasa tidak percaya bisa diterima kerja di perusahaan besar milik Jain grup.

"Mari ikut saya, Anda harus bertemu tuan saya sekarang."

Saat sudah sampai di depan ruang presdir, asisten Him menghentikan langkahnya sejenak seraya balik badan mengarah ke Rahella.

"Ketika nanti tuan saya berkata dengan Anda, cukup jawab iya." Asisten Him menekan kata iya.

"Baik Tuan," jawabnya patuh.

Asisten Him menghela nafas."Panggil aku Asisten Him."

"Baik tuan ... em asisten Him." Rahella buru-buru menutup mulutnya dan semakin menunduk karena salah menyebut.

Asisten Him langsung memutar handel pintu lalu masuk kedalam.

Pintu ruang presdir hanya di khususkan untuk Asisten Him, yang boleh keluar masuk tanpa harus ketuk pintu.

"Tuan." Asisten Him menyapa serta melihat tuannya yang sedang duduk memunggungi mereka.

Perlahan Firnando memutar kursi kebesarannya kearah asisten Him, lalu ia melihat wanita yang berdiri sedikit di belakang asisten Him, dengan aura dingin tanpa senyum.

Firnando masih diam.

"Cepat kau perkenalkan dirimu." Asisten Him berucap tepat di telinga Rahella.

Rahella melangkah dua langkah ke depan kini ia berdiri lebih depan dari pada asisten Him.

"Tuan, nama saya Rahella Cleopatra, saya ...."

"Cukup." Firnando langsung memotong perkataan Rahella. "Him antarkan dia ke ruang kerjanya, aku mau melihat hasil pekerjaan dia itu seperti apa."

"Baik Tuan," jawabnya patuh seraya menundukkan kepalanya. Lalu keluar ruangan yang diikuti Rahella di belakangnya.

Asisten Him menunjukan setelah kini keduanya berada di ruang sekertaris.

Rahella mengangguk mengerti.

Mengambil nafas dan membuangnya perlahan.

"Dan tolong bekerjalah dengan hati-hati, anda adalah orang beruntung. Saya pamit."

Asisten Him keluar ruangan meninggalkan Rahella sendiri di ruang tersebut.

"Mengapa aku jadi merinding mendengar ucapannya." Rahella bergidik ngeri.

Rahella menghela nafas. "Aku seperti memikul tanggung jawab besar di perusahaan ini." Menatap keseluruhan ruangan lalu duduk di kursinya.

BAB. 2. Tampan tapi galak.

Di gedung perusahaan Jain grup.

ciiiiittttttt.

Sebuah mobil sport berwarna silver dengan nomor polisi FJG 12 96. Berhenti tepat di depan gedung perusahaan Jain grup, siapa lagi pemiliknya bila bukan Presdir Jain grup.

Asisten pribadinya nampak keluar lebih dulu lalu berjalan mengitari mobil dan membukakan pintu mobil untuk tuannya.

Nampak salah satu kaki jenjang mulai melangkah keluar mobil dengan gerakan elegan, pria tampan berkaca mata hitam menyembul keluar dari dalam mobil lalu berjalan seraya mengancingkan jasnya, berjalan masuk ke dalam perusahaan yang diikuti asisten Him dan dua bodyguard di belakangnya.

Para karyawan staf kantor tidak pernah melewatkan pemandangan indah yang membuat hatinya terkagum-kagum, pasti akan melihat tuan Fir bila saat sedang berjalan melewati ruang staf walau hanya melirik.

Tidak hanya wanita tetapi juga pria mereka semua adalah fans berat Presdir Jain grup, hingga di meja kerjanya masing-masing pasti ada foto tuan Firnando. Dan hal itu tidak di masalahkan selagi masih mengikuti aturan-aturan perusahaan.

Rahella yang juga baru tiba ia langsung menuju ruangannya.

Tidak jauh dari Rahella berdiri ada wanita cantik yang menatap tajam kearahnya.

"Aku akan pastikan dia tidak akan bertahan lama bekerja sebagai sekertaris anda tuan Fir." wanita cantik itu tersenyum miring.

"Manager Monika." suara wanita mampu membuat Monika mengalihkan pandangannya. Yang kini beralih menatap wanita itu, wanita pekerja di bagian staf memberitahu rapat meeting akan segera dimulai.

Manager Monika kemudian berjalan menuju ruang meeting.

Di ruang meeting perusahaan Jain grup.

Semua orang para petinggi perusahaan Jain grup sudah berkumpul di ruang meeting tersebut, dan saat pintu ruangan meeting terbuka semua orang langsung berdiri seraya menunduk pada orang yang datang yaitu Presdir Firnando Merkurius Angkasa yang diikuti dua orang di belakangnya yaitu asisten Him dan sekertaris Rahella.

Kini rapat di mulai, semua orang sudah siap dengan kertas di atas mejanya masing-masing.

"Kali ini sekertaris Rahella yang akan menjelaskan," ucap asisten Him, seraya mempersilahkan untuk Sekertaris Rahella.

Manager Monika tersenyum sinis.

Rahella menarik nafas dalam-dalam sebelum ahirnya ia menjelaskan, "Baik kita langsung saja kebagian penjelasan, kali ini saya akan menyampaikan peluncuran produk baru yang ..." terhenti saat suara orang meminta stop.

"Peluncuran produk baru," ulang Firnando seraya menaikan satu alisnya.

Semua orang tampak bingung, tetapi manager Monika tersenyum puas dalam hati.

"Meeting kali ini bukan tentang peluncuran produk baru, kenapa kau bisa salah membawa file." menatap tajam kearah Rahella.

"Maaf tuan." Rahella menunduk, ia sadar karena kecerobohannya hingga salah membawa file.

Fir nampak membuang nafas kasar lalu memerintah Rahella untuk mengambil berkas yang asli dengan nada ketus.

Rahella keluar ruangan namun tidak lama ia sudah kembali dan setelah itu meeting kembali dimulai, dan salam waktu satu jam meeting pun selesai.

Dan jangan lupakan selama meeting berlangsung Firnando nampak terus menghela nafas kasar karena sekertaris barunya yang banyak sekali membuat kesalahan, bahkan tadi sekertaris barunya sempat menumpahkan minuman soda ke atas filenya hingga basah dan rusak.

Fir tentu sangat marah dengan kecerobohan Rahella, Namun ia masih menoleransi meski toleransinya masih dibilang keterlaluan, tapi itu lah Fir yang tidak bisa berbuat lembut.

Siang hari.

"Rahella."

Rahella yang merasa namanya disebut ia langsung mendekati tuannya. "Iya tuan."

"Ni." Fir menyerahkan setumpuk dokumen ke tangan Rahella, Rahella pipinya langsung mengembung, kenapa sebanyak ini pikirnya.

"Ingat jangan ada yang salah." Fir lalu mengibaskan tangannya menyuruh Rahella untuk pergi dari hadapannya.

Satu jam kemudian.

Rahella kembali menemui presdir setelah mendapat telepon darinya.

"Tu ...."

Baru mau menyapa, tapi sudah terkena Sambaran petir duluan.

"Kau bisa kerja tidak!" Fir melempar kertas file di hadapan Rahella, hingga membuat beberapa kertas terbang mengudara bersamaan suaranya yang menggelegar memenuhi seisi ruangan.

Fir memijit pangkal hidungnya dan menghela nafas kasar.

"Maaf Tuan apa bila di hari pertama ini saya masih banyak kesalahan." Kepalanya menunduk dalam.

"Saya akan berusaha untuk perbaiki dan bekerja lebih baik lagi setelah ini, Tuan."

Rahella langsung memunguti kertas-kertas itu lalu keluar ruangan tidak lupa menunduk sebelum menutup pintu.

Satu jam kemudian.

"Baik tuan saya akan datang segera," ucapnya dalam sambungan telepon."

kreekk. "Tuan." Rahella masuk keruan CEO.

Kali ini bukan melempar kertas lagi, tapi Tuan Fir membuat kode melalui tangannya untuk Rahella segera mendekat, dan jangan lupakan tatapan matanya yang tajam.

Fir memberikan sebuah berkas ke tangan Rahella. Yang langsung Rahella terima dengan segala ocehan dan syarat-syarat yan Fir lontarkan agar besok meeting berjalan lancar.

"Saya permisi, Tuan."

"Hemm."

Setelah masuk ke ruang kerjanya lagi, Rahella melakukan pekerjaan kali ini dengan lebih teliti, selain tidak ingin membuat kecewa bosnya, ia juga tidak ingin terus-menerus kena amarah.

Memastikan jadwal meeting besok dengan benar. Menyiapkan dokumen peluncuran produk baru dengan benar. Rahella lakukan dengan sangat teliti ia ulang hingga memastikan yakin benar.

Sore hari.

Rahella masuk ke ruang Presdir dengan kepala sangat menunduk, ia tidak berani menatap wajah bosnya yang dalam bayangannya pasti sudah Seperti kilatan petir yang akan segera menyambar tubuhnya.

"Apa menurutmu lantai itu lebih tampan dari pada wajahku, hem." Fir tersenyum sinis, lalu membuang nafas kasar.

Rahella masih setia menunduk belum punya keberanian untuk mengangkat kepalanya.

Fir menghela nafas panjang saat melihat Rahella masih dalam posisinya.

"Tatap aku! apa ini caranya kamu berbicara dengan atasan kamu, huh!"

Brakkkkk.

Rahella langsung terlonjak kaget dan reflek ia langsung mengangkat kepalanya, kini ia bisa melihat bahwa bosnya sedang benar-benar dalam keadaan marah.

Tubuhnya yang terbalut jas warna hitam dengan matanya yang menyipit tajam, benar-benar menambah auranya mengerikan.

"Pulanglah, saya cuma mau bilang itu saja."

Rahella menunduk lalu ia bergegas mau keluar tangannya sudah memutar handel pintu, namun tiba-tiba ia berhenti.

"Tunggu."

Rahella balik badan, kini posisinya menghadap kearah bosnya.

"Aku hampir lupa, silahkan kamu tanda tangani surat kontrak kerja ini." Fir meletakkan sebuah kertas serta pena di atas mejanya.

Rahella mendekat lalu mengambil kertas itu dan membacanya. "Tiga bulan," ucapnya dalam hati.

"Kau akan bekerja disini selama tiga bulan ... dan bila pekerjaanmu bagus, maka aku akan pertimbangkan."

Rahella mengangguk mengerti, lalu ia membubuhkan tanda tangan kontrak kerja tersebut.

Fir kembali menjatuhkan tubuhnya di kursi kebesarannya, memijit pelipisnya yang terasa pusing, menghela nafas seraya menatap langit-langit ruangan. Fir berpikir juga harus memiliki ekstra sabar dengan kekurangan Rahella. Meski itu bukan tipenya untuk sabar.

Setelah keluar dari ruang presdir Rahella tidak langsung pulang, ia saat ini berdiri di roof top, waktu menunjukan pukul enam sore. Di atas gedung itu di buat sebuah area yang luas untuk tempat pesawat helikopter.

"Aaaaaaaa, dasar bos gila, bos arogan, bos monster, seperti harimau, seperti macan, seperti buaya, huh huh huh."

Rahella berteriak sekencang mungkin mengeluarkan seluruh umpatannya di roof top

dengan nafas yang tersengal-sengal.

Rahella masih terus mengumpat seraya tangannya menunjuk-nunjuk ke udara.

dan setelah merasa tenang, Rahella kembali ke lantai dasar lalu menuju pulang.

Namun saat Rahella sedang menunggu taksi, tiba-tiba Monika datang dan mendorong tubuh Rahella hingga jatuh tersungkur di atas aspal.

Monika menunjuk Rahella dengan marah seraya memperingati untuk jaga jarak dengan Firnando.

Rahella masih belum paham namun seketika otak genius nya menangkap bahwa mungkin wanita di hadapannya menyukai bosnya.

Rahella tersenyum sinis menatap kepergian Monika. "Menjijikkan."

BAB. 3. Hukuman dari Bos tampan.

Dua Minggu kemudian.

Di malam hari, di kos putri Bu Sri.

Rahella sedang duduk di depan meja, ia tampak menulis sesuatu di sebuah memo.

"Hem, sudah selesai," ucapnya seraya menempel memo tersebut di buku khusus agenda pekerjaan miliknya.

Ya, setiap malam sepulang kerja, Rahella pasti akan menulis jadwal penting yang akan ia lakukan hari esoknya di memo, lalu ia tempel di buku agenda miliknya yang selalu ia bawa kerja, semua itu ia lakukan karena ia memiliki kebiasaan pelupa. Dan tentu supaya semua berjalan lancar, karena mengingat bosnya yang arogan.

drrtt.

Rahella melirik handphonenya yang berdering. "ibu," gumamnya saat membaca nama di layar handphone.

"Ibu, apa kabar?" ucapnya di sambungan telefon.

Namun setelah mendapat panggilan telepon dari sang ibu, wajah Rahella berubah tidak terbaca dengan perlahan Rahella menurunkan handphone dari telinganya.

Di tempat lain, di rumah sakit.

Pria tampan yang beberapa hari lalu tidak berdaya bahkan wajahnya dipenuhi lebam merah, kini dirinya sudah siuman dari komanya.

Tampak wanita cantik yang duduk di samping ranjang pasien, wanita yang begitu setia menemani dan menjaga selama dua Minggu ini.

Wanita cantik itu langsung tersenyum lebar saat mendapati pria yang ia jaga mau membuka matanya. Wanita itu langsung menghambur dan memeluk pria tampan itu.

"Yuda ... aku bahagia kamu sadar."

Wanita cantik itu membuang nafas kasar, saat ia tahu penyebab Yuda menjadi seperti ini. Wanita itu terus memohon supaya Yuda menghentikan aksi gilanya untuk balas dendam, karena wanita itu tidak ingin terjadi hal buruk lagi.

Yuda meraih tangan wanita itu, lalu ia letakkan di atas dadanya seraya menggenggamnya. "Tidak, Sandrina!" ucapnya tegas, wajahnya tampak marah. Sorot matanya terlihat penuh kebencian.

Sandrina ahirnya mengalah, sandrina tersenyum lalu menyelimuti Yuda Hinga batas leher.

Keesokan harinya.

Perusahaan Jain grup.

kreekk.

Fir membuka pintu ruangannya, lalu menatap kearah Rahella yang sudah menunggu dirinya di luar ruangan sedari tadi.

Fir menatap kearah berkas di tangan Rahella. Tanpa mengubah ekspresinya yang datar dan dingin.

Berbeda dengan Rahella yang sudah memberikan senyum semanis mungkin.

Fir berjalan lebih dulu seraya memasukan satu tangannya ke saku celana. lalu diikuti Rahella di belakang nya serta dua bodyguard.

Kini mereka berempat sudah keluar dari lift dan telah sampai di lantai dasar, Monika yang melihat kepergian empat orang tersebut, dirinya semakin marah melihat Rahella kini menjadi wanita yang terus di samping Firnando.

arghhhh.

monika mengepalkan tangannya.

Mereka berempat berhenti di pintu keluar untuk menunggu mobil yang Asisten Him siapkan.

drrtt.

Rahella mendapat pesan masuk dari klien bisnis. Ia ingin memberitahu Firnando. Namun matanya menangkap sosok Monika yang menahan amarah menatap kearahnya.

Rahella tersenyum penuh arti, lalu ia mengambil posisi berdiri tepat di hadapan Fir dengan menjijitkan kaki cantiknya dan perlahan memiringkan wajahnya lalu mulai berbisik.

Tentu posisi ini membuat para karyawan wanita langsung heboh menjerit-jerit dalam hati merasa iri dengan Rahella.

Monika semakin marah meradang, giginya berkelatuk tangan terkepal. "Dia berani melawan aku!"

Fir bukan tidak tau, dia bahkan sangat tahu tujuan Rahella.

Fir sedikit menoleh hingga ia bisa mencium aroma rambut Rahella.

Ckrek. "Gue abadikan dalam foto ... momen langka." Keisengan salah satu karyawan.

Fir yang juga kurang menyukai sikap Monika yang mencintai dirinya, Fir manfaatkan situasi ini.

Saat Rahella hendak ingin ke posisi semula namun Fir memajukan salah satu kakinya hingga saat Rahella mau melangkah mundur ia tersandung dan ....

Rahella menabrak dada bidang Firnando dan membuat bekas bibir merah di Jas hitamnya.

Fir tidak merubah ekspresinya, masih terlihat dingin.

Jiwa karyawan yang jomblo meronta-ronta melihat adegan tersebut.

Monika semakin panas hatinya, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Him."

Asisten Him menoleh, ia yang sudah paham lalu membuka bagasi mobil dan mengambil sesuatu dari dalam sana.

Fir membuka dan melepas jasnya dengan gerakan dramatis.

Bruukk.

Jas itu mendarat sempurna menutupi wajah Rahella. Satu kata. "Wangi."

Rahella masih menikmati aroma wangi dari jas itu. Hingga suara tegas ia dengar dan perlahan ia menyingkirkan jas itu dari wajahnya.

"Untuk mu!"

Rahella melihat Firnando sudah masuk mobil, lalu ia segera mengikuti melangkah menuju mobil seraya menyelimutkan jas itu ke tubuhnya.

*

*

*

Tidak butuh waktu lama kini dua mobil sport Mercedes Benz, sudah sampai di salah satu restoran ternama di kota ini.

Kni Rahella dan Firnando telah berjalan memasuki ruang VIP yang telah dipesan sebelumnya.

"Selamat datang Tuan Firnando," ucap Tuan Jordi seraya menjabat tangan-tangannya Firnando. Dan memberikan senyum penuh tulus.

Namun Fir hanya tersenyum kecil, dan itu tidak masalah bagi tuan Jordi, karena Presdir Jain grup memang terkenal sebagai CEO dingin.

Pembahasan di mulai.

Selama tiga puluh menit, asisten tuan Jordi kini sudah selesai melakukan presentasi di hadapan kedua orang hebat itu, dan keduanya saling menyetujui.

Dan sekarang berganti Rahella yang akan menjelaskan tentang keuntungan dan jumlah investasi yang akan tuan Fir berikan ke perusahaan tuan Jordi.

Rahella wajahnya nampak bingung saat membuka file yang ia bawa. "Kenapa isinya beda, hah, ini kan file untuk meeting bersama tuan Andre, hah mampus aku," ucap Rahella dalam hati.

Fir memberikan tatapan menyelidik.

"Maaf tuan." Rahella langsung menundukkan kepalanya bahkan sangat menunduk.

Fir membuang nafas kasar, ia rasanya benar-benar kesal, semua jadi berantakan.

Kemudian Fir bersuara mengatakan bahwa meeting dibatalkan, lalu berdiri dari duduknya meninggalkan restoran tersebut dengan wajah penuh kekesalan.

Rahella mengelus dadanya mendapati Tuannya dalam keadaan sangat marah padanya.

Bruk.

Rahella menubruk punggung Firnando yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Kau!" Tunjuk Fir dengan kesal. Setelah balik badan.

Rahella memejam-mejamkan matanya takut.

Waktu menunjukan pukul dua siang.

Dua pria tampan yang sama-sama kaya dan tentu masih sama-sama lajang kini duduk berhadapan di sebuah ruang VIP di hotel.

Dari awal sampai akhir meeting berjalan lancar, namun siapa sangka, catatan hasil meeting dengan tuan Andre kini terkena tumpahan air jus saat tangan Rahella tanpa sengaja menyenggol jusnya saat hendak berdiri mau ke kamar mandi.

"Uppss." Rahella menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia tidak menyangka akan berbuat ulah lagi. Dan jangan tanyakan wajah bosnya yang terlihat sangat marah, bahkan seolah mampu menelannya hidup-hidup.

Perusahaan Jain grup.

"Kamu tahu, aku sangat kesal dengan kamu hari ini!" Fir menekan kata kesal, ia saat ini sangat marah, berkali-kali ia membuang nafas kasar, hatinya terasa panas dan sesak.

"Maaf tuan."

"Diam!" Fir membentak, bahkan suaranya seperti Sambaran petir.

Rahella tubuhnya gemetar, ia benar-benar merasa takut bercampur bersalah, hari ini ia benar-benar merasakan kemarahan bosnya yang membuncah.

Fir masih terus membuang nafas kasar berkali-kali, ia merasakan sudah susah untuk sabar, tangannya terkepal ia benci sesuatu yang tidak sesuai keinginannya.

Otaknya berpikir langkah apa yang harus ia ambil. Ia tidak ingin kesalahan dan kerusakan semakin menjadi karena ulah Rahella.

Ahirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya yang pedas.

"Bereskan kesalahan kamu, saya kasih waktu selama tiga hari!" ucapnya tegas, masih posisi berdiri membelakangi Rahella.

"Terimakasih tuan." Dalam hati Rahella merasa bersyukur masih diberi kesempatan. dan tiba-tiba terdengar suara lembut.

"Ayang."

Fir langsung balik badan saat ia hafal dengan suara yang memanggilnya Ayang.

"Kamelia." Fir melihat kekasihnya datang.

Rahella lalu keluar dari ruang tersebut dan kembali ke ruangannya.

Rahella duduk, ia menghela nafas panjang saat mengingat kejadian hari ini, ia juga mengingat permintaan ibunya tadi malam, yang membuat salah satu faktor ia kurang konsentrasi saat bekerja.

Saat tadi malam ibunya bercerita meminta bantuan uang kepada Rahella, karena restoran ibunya rubuh sebagian tertimpa pohon.

Rahella bingung karena untuk uang sebanyak itu tentu ia belum ada.

"Ibu ..." Rahella menatap langit-langit ruangan.

Waktu terus berjalan dan mulai kesalahan hari itu Rahella benar-benar melakukan pekerjaannya dengan benar dan lebih teliti, hukuman tiga hari untuknya yang diminta untuk membereskan semua kekacauan yang ia buat dan untuk mempelajari dari pekerjaan dasar, ia benar-benar memanfaatkan waktunya, dan pagi ini tepat di hari ke tiga sore hari Rahella mendatangi ruang presdir.

Setelah diijinkan masuk oleh pemiliknya, Rahella memutar handel pintu lalu berjalan masuk.

Sudah tiga hari semasa hukuman Rahella tidak bertemu bosnya. Rahella menyerahkan dokumen yang ia letakkan di meja Firnando.

Tangan kokoh itu lalu mengambil dokumen tersebut dan mulai memeriksanya.

Firnando menutup kembali dokumen tersebut setelah selesai memeriksa, kini pandangannya beralih menatap Rahella yang menunduk kepalanya.

"Sudah lebih baik ... tolong dipertahankan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!