Suatu hari seorang laki-laki sedang melewati jalan pedesaan. Laki-laki itu hendak menemui calon istrinya yg dipilihkan ayahnya.
Rendi surya Pratama biasa dipanggil Surya oleh ayahnya namun lebih dikenal dgn nama Rendi, ia seorang pengusaha muda yg tampan.
Saat sedang fokus berkendara tiba-tiba Rendi melihat seorang gadis sedang berjalan ditepi jalan.
"Waw! Ternyata ada juga cewe cantik yg tinggal di desa," ucap Rendi didalam hatinya.
Karena pandangannya terus kearah gadis itu, Rendi tak memperhatikan jalanan dan akhirnya.
Prang!!!
Mobil Rendi menabrak pohon besar disisi jalan. Untunglah Rendi tak terluka parah.
Rendi keluar dari mobilnya dengan sempoyongan, kepalanya terasa pusing dan sakit akibat terbentur dengan keras.
"Aaah ... Sial! Gara-gara liatin tu cewe. Jadi nabrak gue," rutuk Rendi. "Oh,ya dimana alamat yang dikasih papa?"
Tiba-tiba Rendi teringat dengan secarik kertas yang bertuliskan alamat sang gadis pilihan papanya.
Beberapa warga yang melihat mobil Rendi menabrak pohon langsung menghampiri Rendi untuk menolongnya!
"Aa tidak apa-apa? Apa ada yang terluka parah?" tanya warga kepada Rendi.
"Tidak, Pak. Saya baik-baik saja hanya sedikit pusing," sahut Rendi.
"Punten A! Aa teh mau kemana dan sedang mencari apa?" tanya warga yang melihat Rendi sedang kebingungan.
"Ini. Pak saya lagi cari kertas yg berisi alamat. Saya mau mengunjungi sahabat tapi alamatnya hilang. Di telpon juga gak bisa karena gak ada sinyal," jelas Rendi berbohong.
"Disini emang gak ada sinyal. Aa tau siapa nama teman Aa? siapa tau saya kenal," tanya warga lagi.
"Namanya ... namanya Rizal," ucap Rendi sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Rendi mengatakan asal nama saja karena dia sebenarnya lupa dengan nama gadis pilihan Papanya itu.
Tiba-tiba gadis yang tadi dilihat Rendi berjalan melewati mereka.
"Bapak-bapak, ada apa ini? Siapa yang mengalami kecelakaan?" tanya Indah.
Air mata kesedihan masih membekas di pipi Indah, namun dia tetap menyempurnakan diri untuk bertanya kepada bapak-bapak itu karena takut orang yang mengalami kecelakaan adalah saudara atau kerabatnya.
"Si Aa ini, Neng," ucap Kang Asep.
Indah menatap pemuda yang ditunjuk oleh Kang Asep sejenak lalu kembali mengalihkan pandangannya.
"Tidak ada luka, kalau gitu saya permisi ya, Bapak-bapak udah sore saya takut dicariin sama Ibu," ucap Indah dengan senyum manisnya.
Indah segera pergi meninggalkan tempat itu!
"Pak! Siapa gadis itu?" Tanya Rendi penasaran.
Rendi merasa penasaran dengan gadis yang barusan berdiri di hadapannya, biasanya gadis-gadis akan berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian darinya namun tidak dengan gadis itu.
"Itu Indah, penduduk desa ini," jelas warga yang hendak menolong Rendi.
"Pak, disini ada penginapan ngga ya?" Tanya Rendi pada seorang warga.
"Nggak ada. Kalo Aa mau, Aa boleh nginep di rumah saya," ucap Asep.
"Apa tidak merepotkan, pak?"
"Tidak. Hayu atuh kita ke rumah saya! Nanti keburu malam!"
Karena tak ada penginapan akhirnya Rendi menginap di rumah Kang Asep. Untunglah warga dikampung itu ramah-ramah padanya.
Mereka pun langsung bergegas pergi ke rumah Kang Asep!
*******
Pagi-pagi sekali Asep sedang bersiap untuk ke sawah, sedangkan Rendi baru membuka matanya.
Rendi bangkit dari tidurnya lalu menghampiri Asep yang sedang duduk di depan rumahnya!
"Bapak mau kemana? Pagi-pagi begini?" tanya Rendi karena masih pagi, Asep sudah bersiap untuk pergi.
"Saya mau ke sawah. Tidak lama kok Aa tunggu di sini saja."
"Indaaaah!" Teriak vina ibu tirinya indah.
Saat mereka sedang mengobrol tiba-tiba terdengar suara teriakan dari rumah mewah yang ada di sebelah rumah Kang Asep.
*******
Di dalam rumah milik keluarga Indah.
"I-iya bu," ucap Indah ketakutan.
"Kenapa kamu belum membereskan rumah!" Ucap Vina sembari menjambak rambut Indah yang tertutup mukena.
"Iya, Bu aku mau mengerjakannya sekarang setelah aku sholat," lirih Indah sembari menahan sakit pada kepalanya.
"Cepat lakukan, saya tidak mau tahu, rumah harus bersih karena akan ada calon suami kakakmu."
*******
"Pak itu suara siapa?" Tanya Rendi pada Asep.
"Itu suara Bu Vina, tetangga sebelah," jawab Asep.
"Sepertinya dia sedang marah. Marah pada siapa? Maaf saya lancang udah bertanya-tanya pada bapak."
"Dia marah sama anak tirinya. Nasib Indah memang memperihatinkan, sejak ayahnya meninggal 6 bulan lalu, Indah diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan kaka tirinya," jelas Asep panjang lebar.
Tak lama mereka melihat Indah keluar dari rumah dengan air mata yang masih mengalir membasahi pipinya!
"Gadis itu," gumam Rendi.
"Neng Indah, mau kemana?" tanya Asep.
Indah segera menghapus air matanya! "Kang Asep. Indah mau beli sayuran kang," jawab indah dengan suara serak khas orang habis nangis.
"Sabar ya neng, semua ini cobaan," ucap Asep menguatkan Indah.
Asep memang tahu apa yang Indah alami, karena rumah mereka berdekatan dan juga Indah sudah dekat dengan Kang Asep membuat Asep tahu semua penderitaan yang Indah rasakan.
Indah tersenyum. "Makasih kang. Ya udah atuh Indah jalan duluan ya kang!"
Indah melangkahkan kakinya menuju tempat biasa ia membeli sayuran!
"Ya udah A' saya mau ke sawah dulu ya, kalo Aa mau makan itu di dapur sudah ada makanan," ucap Asep.
"Iya pak. Maaf merepotkan," ucap Rendi.
Asep pun pergi ke sawahnya! Kini Rendi hanya sendirian di rumah.
"Indah. Cantik, tapi sayang gue udah dijodohin sama papa," lirih Rendi didalam lamunannya.
******
"Heh indah! Kalo udah beres masaknya. Nanti cuciin baju saya!" Ucap Vira kakak tirinya Indah.
"Iya teh," jawab Indah singkat.
"Indah! Indah!" Teriak ibu tirinya Indah.
Indah segera berlari menghampiri ibunya! "Iya bu. Ada apa?"
Vina menjambak rambut Indah. "Indah! Kalo nyuci yang bersih! Kamu gak liat baju saya masih kotor!" Vina berucap dengan suaranya yang tinggi.
Wanita paruh baya itu memang tidak pernah berucap dengan nada lembut kepada Indah.
"Aww! Sakit bu," ringis Indah.
"Cuci lagi bajunya!" Ucap Vina.
Indah pun langsung mengerjakan perintah dari Ibu tirinya itu.
*******
Asep sudah pulang dari sawah, dia memang hanya menengok sawahnya sebentar karena semalam ada hujan badai jadi dia melihat kondisi sawahnya yang padinya sedang berbuah itu.
"Mau kemana A'?" tanya Asep yang melihat Rendi sudah berdandan rapi.
"Pak, saya mau pulang," sahut Rendi.
"Memangnya mobilnya sudah bisa jalan?"
"Sudah Pak, tadi dengan dibantu warga saya sudah memindahkan mobil saya ke jalan dan syukurnya mesin mobilnya tidak mati," jelas Rendi.
*******
Hari ini Rendi sudah berada di jakarta. Kini, ia sedang duduk melamun di ruangannya.
"Surya ... kamu sudah pulang?" tanya Firman (Papanya Rendi)
Rendi memang biasa dipanggil dengan nama Surya orang Firman namun dia lebih dikenal dengan nama Rendi di luaran.
"Eh, Papa. Iya pa," jawab Rendi singkat.
"Gimana, kamu suka ngga sama Tiara? dia cantik kan?" Tanya Papanya lagi.
Tiara adalah nama gadis yang Firman pilihkan untuk Surya.
"Aku gak ketemu sama Tiara, Pa. Kemarin aku kecelakaan dan alamat yang Papa kasih ke aku, hilang entah kemana," jelas Rendi.
"Kamu ini gimana, Surya! ko bisa, kecelakaan?"
"Namanya juga musibah, Pa. Lagian mungkin Tiara bukan jodohku!" ucap Rendi.
Firman menggelengkan kepalanya. "Surya, bulan depan kita akan ke Bogor, untuk menemui Tiara dan keluarganya. Papa harap kamu mau menuruti kemauan Papa," ucap Firman lalu meninggalkan Rendi di ruangan itu.
"Aaaah! gimana bisa gue nikah sama orang yang nggak gue kenal," ucap Rendi seraya memukul meja kerjanya dengan tangannya.
*******
Di kediaman Indah.
Seakan tak ada hari tanpa siksaan, bagi Indah. Gadis malang itu selalu jadi bahan siksaan dan omelan Ibu dan Kaka tirinya.
"Bu ... kenapa ibu, nggak usir aja sih, si Indah dari rumah ini!" ucap Vira, kakak tirinya indah.
"Ga bisa sayang. Karena semua aset yg kita miliki ini, masih atas nama Indah," jawab Vina, ibu tirinya Indah.
"Ya udah kalo gitu, cepat balik nama. Jadi nama Ibu,"
"Ya ga bisa, segampang itu vira, Indah mana mau menandatangani surat pengalihannya,"
Tok!
Tok!
Tok!
Seseorang mengetuk pintu rumah mereka.
Cklek!
Vina membuka pintu.
"Tuan, mari masuk!" ucap Vina pada tamu laki-laki yang dipanggilnya dengan sebutan tuan.
"Gimana, bu Vina? apa bu Vina jadi memberikan Indah pada saya?" tanya laki-laki itu.
"Mmm ... gimana ya, tuan?"
"Ibu tenang aja, saya akan beli Indah dengan harga 200 juta. Tapi kalo benar Indah masih gadis," ucap laki-laki itu.
Indah yang malang. Bukan hanya kejam ternyata Ibu tirinya juga berniat menjual gadis malang itu, pada laki-laki hidung belang.
"200 juta ... baik tuan! saya akan berikan Indah pada tuan. Nanti malam, saya akan bawa Indah ke hotel tempat Anda menginap."
******
Malam hatinya.
"Indah, pakai baju ini! dan dandan yg cantik!" ucap Vina sembari memberikan gaun seksi dan bisa di bilang kurang bahan.
"Kita mau kemana, Bu?" tanya Indah.
"Kita mau ke kota. Menemui teman bisnis Bapakmu," ucap Vina berbohong.
*******
Di hotel itu, seorang laki-laki sedang menunggu kedatangan Vina dan Indah. Tak lain dan tak bukan laki-laki itu adalah orang yang akan membeli Indah.
"Bu ... Indah gak nyaman pakai baju ini," ucap Indah sembari menurunkan roknya yang kependekan.
Karena tak biasa dengan pakaian seksi, Indah merasa tak nyaman dengan penampilannya sekarang.
Di kejauhan Vina sudah melihat keberadaan laki-laki bejat yang akan membeli Indah.
"Indah, ayo! ikut ibu ke sana!" ucap Vina sembari menarik tangan Indah.
"Bu, kita mau kemana?" tanya Indah.
"Udah, kamu, ikut aja!"
Sesampainya di tempat yang dijanjikan Vina dan laki-laki bejat itu.
"Tuan! maaf, saya telat," ucap Vina.
"Oh, jadi ini, Indah. Cantik!" ucap laki-laki itu sembari mencolek dagu Indah.
Karena tak nyaman dengan perlakuan laki-laki itu. Indah segera membuang muka menoleh ke sembarang tempat.
"Maaf, Tuan. Maklumlah masih, gadis," ucap Vina.
"Tak, apa. saya suka dengan yang jutek seperti ini,"
Vina berlalu meninggalkan Indah dan laki-laki itu!
"Bu ... Ibu mau kemana? tunggu Indah Bu!" teriak Indah namun tak dihiraukan oleh Vina.
Indah ingin mengejar Vina namun tangan Indah dicekal oleh laki-laki tersebut, agar tak lari mengejar Vina.
"Ayo, Indah!" ucap laki-laki itu sembari menarik Indah menuju kamar hotel.
"Pak! Indah mau dibawa kemana?" tanya Indah sembari meronta-ronta.
Sesampainya di kamar. Laki-laki itu mendorong tubuh Indah sampai terhempas ke ranjang. Laki-laki itu segera membuka baju yang dikenakannya!
"Pak, Jangan. Tolong jangan lakukan ini pada Indah,"
Indah mencoba menghindar sembari terus menangis.
Laki-laki itu menjambak rambut indah. "Denger ya Indah! saya udah beli tubuh kamu dengan harga mahal. Sekarang, kamu layani saya!"
Laki-laki bejat itu mulai memaksa indah. Walau Indah tak mau tapi apalah daya indah hanya seorang wanita tenaganya kalah besar dengan laki-laki itu.
Kini tubuh Indah ditindih oleh laki-laki itu!
Dimeja samping ranjang, Indah melihat botol minuman beralkohol. Dengan susah payah Indah meraih botol itu! setelah botol itu dipegangnya, tanpa ragu Indah memukul kepala laki-laki itu.
Bruk!!
Laki-laki itu jatuh kelantai. Indah segera bangkit lalu pergi keluar dari hotel itu.
"Ahh! kurangajar! awas kau Indah,"
*****
Kini Indah berada jauh dari hotel itu. Indah berjalan tanpa arah dengan tatapan kosong, ia tak tau harus kemana? tak mungkin ia pulang ke rumah karena ibu tirinya pasti memberikannya kembali pada laki-laki bejat itu.
Disebuah taman indah duduk di kursi! ia menangis sejadi-jadinya.
"Tuhan kenapa kau tak adil padaku? kenapa kau jadikan nasibku seperti ini," lirih Indah disela tangisnya.
Indah sangat merasa sedih dan hancur, dia tak menyangka Ibu tirinya tega menjual dirinya pada laki-laki hidung belang padahal harta kekayaan yang Bapaknya Indah tinggalkan sangatlah banyak, mungkin tak akan habis walaupun sampai tujuh turunan.
Bersambung
Laki-laki paruh baya itu berjalan sempoyongan sembari memegangi kepalanya! Dia berusaha mencari Indah disekitar hotel tempatnya menginap.
"Sial, gadis itu kabur," ucap laki-laki setengah tua itu.
Dia terus berjalan sembari mengedarkan pandangannya ke semua tempat, berharap dirinya bisa menemukan Indah yang sudah dia beli dengan harga mahal.
Dia langsung menelpon Vina untuk memberitahukan bahwa Indah telah kabur.
["Bu Vina! Indah kabur. Saya tidak mau tahu, Anda harus bertanggungjawab,"] ucap laki-laki itu setelah Vina menerima telpon darinya.
["Apa! Indah kabur? A_anda tenang saja saya akan mencari Indah sampai dapat,"] sahut Vina.
["Saya tunggu kabar dari Anda,Bu Vina."]
Laki-laki tua itu langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
*******
Di kediaman Vina.
Vina segera memerintahkan semua orang suruhannya untuk segera mencari Indah sampai dapat.
Wanita licik itu tidak ingin kehilangan uang dia ratus juta yang sudah berada ditangannya.
"Kamu, kerahkan semua anak buah mu untuk mencari Indah!" titah Vina kepada orang kepercayaannya.
"Sekarang, Bu?" tanya laki-laki yang kira-kira baru berusia dua puluh tahun atau lebih itu.
"Iya, sekarang!"
Vina berucap dengan sedikit berteriak.
Laki-laki itu langsung pergi untuk menjalankan tugasnya!
Vira yang saat itu sudah masuk ke dalam kamarnya, keluar lagi dari kamarnya karena mendengar teriakan Ibunya!
"Ada apa sih, Bu teriak-teriak dimalam hari?" tanya Vira.
"Si Indah Kabur," sahut Vina.
"Apa! Indah kabur? Ini gak bisa dibiarkan,kita harus cepat mencari gadis itu."
Vina dan semua orang suruhannya langsung mencari Indah malam itu juga.
*******
Beberapa hari kemudian, setelah Vina menyebar foto Indah di kota bogor tempat Indah melarikan diri. Kini sudah ada orang yang memberi tau keberadaan Indah.
Vina dan Virapun langsung menuju ketempat yang diberitahukan orang tersebut.
"Indah ... ternyata kamu disini! Ibu khawatir nak," ucap Vina dengan air mata penuh kepalsuan.
"Terimakasih, pak. Karna bapak, saya bisa menemukan putri saya," ucap Vina pada pemilik warung makan tempat Indah bekerja.
Rupanya selama beberapa hari ini, Indah bekerja di sebuah warung makan yang terdapat dipinggir jalan.
Ya. Si pemilik warunglah yang memberitahu Vina tentang keberadaan Indah.
"Indah, kemarin saya liat kertas ini terpajang disepanjang jalan. Jadi saya hubungi ibu kamu untuk jemput kamu," jelas pemilik warung.
"Tapi pak. Indah betah disini. Indah ga mau pulang," ucap Indah.
"Sayang. Ibu sayang sama kamu, ayo kita pulang nak!" ajak Vina, wanita kejam itu memang pandai berakting.
"Ga mau bu. Indah gak mau pulang!"
"Indah, pulang sana sama ibu kamu. Kasihan dia udah cari-cari kamu," ucap si pemilik warung.
Andai saja pemilik warung itu tau kalau Indah akan di jual. Tak mungkin ia mengizinkan Indah pulang.
*******
Di ibukota laki-laki bejat itu sedang mengatur tempat untuknya menikmati t***h Indah. Dia sudah tahu bahwa Vina sudah menemukan Indah.
Drrt!
Drrt!
Drrt!
Suara getaran handphon milik laki-laki itu tanda adanya pesan masuk, ia segera melihat pesan dari siapakah itu.
Ternyata pesan dari Vina yang memberitahu kalau mereka sudah sampai di jakarta.
Laki-laki itu langsung menyuruh Vina membawa Indah kesebuah villa miliknya yang terletak jauh dari keramaian.
*******
Indah terus menangis sembari memohon pada ibu tirinya agar bermurah hati padanya.
"Bu, tolong jangan lakukan ini pada Indah, Indah mohon," ucap Indah dengan suara parau khas orang yang sedang menangis.
"Diam! Indah. Awas jika kamu mencoba kabur lagi. Akan ibu bunuh kamu nanti!" ancam Vina.
"Bu, tolong biarkan Indah pergi, Indah janji gak akan hadir dikehidupan kalian lagi," lirih Indah.
Setelah melakukan perjalanan selama setengah jam lebih, akhirnya mereka tiba di tempat yang sudah diberitahukan oleh laki-laki hidung belang itu.
Sopir itu menghentikan mobilnya lalu memaksa Indah untuk keluar dari mobilnya.
Orang suruhannya Vina itu menarik tangan Indah dengan paksa!
"Ayo! Masuk Indah!"
Seorang laki-laki suruhan Vina itu menarik Indah dan memaksanya masuk ke dalam villa tersebut.
"Aaaa!" Indah berteriak sembari meronta.
"Indah gak mau pak," sambung Indah.
*******
Di satu tempat ada seseorang yang sedang memperhatikan kejadian tersebut. Ia adalah seorang pemuda yang dulu pernah ditolong oleh ayahnya Indah. Setelah keadaan sepi, baru ia akan menolong Indah.
*******
Vina dan semua orang suruhannya, pergi meninggalkan tempat itu, hanya ada Indah dan laki-laki bejat itu di dalam villa tersebut.
Saat Indah sedang dipaksa untuk melayani si brengsek itu.
Bruk!
Seseorang memukul kepala si brengsek itu sampai tak sadarkan diri.
"Indah, kamu tenanaon?" tanya pemuda itu dgn bahasa sunda.
"Aa, Feri. Haturnuhun," lirih Indah dengan air matanya yang masih mengalir.
Ya, Feri adalah pemuda yang penah ditolong oleh ayahnya Indah.
"Iya, Indah. Tidak perlu berterimakasih, ayo kita pergi dari sini sebelum laki-laki itu terbangun.
Feri membawa Indah ke kantor tempat ia bekerja.
Karna sekarang masih jam kerja, Feri tak bisa membawa Indah kerumahnya. Akhirnya Feri mengajak Indah ke tempat ia kerja.
"Indah, saya masih harus kerja, kamu tunggu saya disini ya!" ucap Feri.
"Tapi, A'. Indah takut," ucap Indah.
"Jangan takut, Indah. Saya kerja di depan sana. Tuh kamu liat bangunan itu!" ucap Feri sembari mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah bangunan tinggi.
"Kalau aya naon-naon, buru panggil saya!" ucap Feri lagi. "Lagian disini mah tempat biasa saya nongkrong, jadi kamu gak usah takut."
Indah tersenyum! "Iya atuh. Aa, jangan lama-lama nya!"
"Bu. Saya titip teman saya disini, bolehkan?" ucap Feri pada pemilik kafe yang berada tak jauh dari kantornya.
Feri memang sudah kenal dekat dengan karyawan di kafe itu.
"Iya boleh. Mas Feri ini teman atau pacar? cantik ya," ucap ibu kafe itu.
"Makasih, bu. Kalo gitu saya ke kantor dulu!" ucap Feri lalu pergi meninggalkan mereka.
*******
"Eh, Fer. Gimana lo udah cek lahan yang akan kita beli itu?" tanya Rendi.
"Udah, bos. Ini gue baru dateng abis dari sana," jawab Feri.
"Trus, gimana, tempatnya cocok ga?"
"Gue belum tau, soalnya tempatnya jauh dari keramaian," jawab Feri.
"Oh. Eh Fer lu orang bogorkan ya?" tanya Rendi.
"Iya. Emang kenapa?"
"Nggak deh. Gak apa-apa," ucap Rendi. "Udah ah, gue pulang dulu," sambungnya.
Rendi berjalan keluar dari kantornya dengan langkahnya yang cepat!
"Masih siang, udah pulang. Dasar Bos," rutuk Feri.
Rendi segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang Setelah beberapa menit berjalan tiba-tiba Rendi melihat sorang gadis yang sedang duduk di kafe yang terdapat di sebrang kantornya.
"cewe itu?" gumam Rendi.
Rendi segera memundurkan mobilnya untuk memastikan bahwa dia tidak salah lihat!
Sebelum Rendi menghentikan mobilnya, Indah pergi ke kamar mandi karena dia merasa ingin buang air kecil!
"Ko, ngga ada orang?" Rendi bingung sendiri, "Ah! Rendi otak lu udah di isi sama cewe bogor itu!" rutuk Rendi lalu segera melanjutkan perjalanannya untuk pulang.
Sore hari setelah Feri selesai bekerja, dia langsung menjemput Indah yang ia titipkan di kafe tadi.
Feri melajukan mobilnya menuju kafe itu!
"Indah! hayu kita pulang!" ajak Feri.
"Eh Aa. Hayu atuh!" Indah bangkit dari duduknya lalu menghampiri Feri!
Merekapun segera pergi menuju rumah Feri! Tak lupa sebelum pergi Indah dan Feri berpamitan dan berterimakasih kepada ibu karyawan kafe itu.
Setelah berkendara sekitar dua puluh lima menit, mereka tiba di depan sebuah rumah.
Feri memarkirkan mobilnya di depan rumah itu lalu mengajak Indah turun dari mobilnya.
"Ini rumah Aa?" tanya Indah sembari menatap rumah itu.
"Iya. Anggap aja rumah sendiri. Hayu masuk!" ajak Feri.
"Nuhun atuh A."
Mereka berdua pun memasuki rumah itu secara bersamaan!
"Ayo Indah, aku tunjukkan kamar kamu!"
Feri memperlakukan Indah dengan baik seperti kepada adiknya sendiri. Laki-laki itu ingin membalas kebaikan Ayahnya Indah kepada Indah.
Bersambung
Pagi sudah tiba. Seperti biasa Feri akan melakukan rutinitasnya yaitu bekerja.
"Saya berangkat kerja dulu ya Indah!" ucap Feri sembari berjalan menuju pintu rumahnya!
"Sarapan dulu," ucap Indah.
Feri menghentikan langkahnya, dia berbalik menjadi menghadap Indah.
"Kamu masak, masak apa?" tanya Feri, seingat dirinya di rumahnya tida ada bahan untuk memasak. Sehari-hari dirinya selalu makan di luar atau pesan di gofood.
"Masak nasi goreng. Aku lihat ada beras sedikit, jadi aku masak dan aku jadikan nasi goreng," ucap Indah dengan senyuman manis di bibirnya.
Feri tersenyum sembari menatap Indah.
"Kamu cantik Indah, tapi aku tidak berani mencintaimu karena aku cukup tahu diri, siapa lah aku ini," ucap Feri didalam hatinya.
"Ayo kita sarapan! Maaf rasanya pas-pasan," ucap Indah.
Feri kembali tersenyum lalu segera berjalan menuju meja makan yang di atasnya sudah ada dua porsi nasi goreng!
Setelah beberapa menit, mereka sudah selesai sarapan.
Feri Pun langsung pergi ke kantor untuk bekerja. Ia berangkat lebih awal karena ada urusan yang harus segera di selesaikan.
Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, Feri tiba di kantor tempat dirinya bekerja.
Feri berjalan dengan sedikit berlari menuju ruangan bosnya!
Tok!
Tok!
Tok!
Setelah mengetuk pintu ruangan pribadi bosnya, tanpa disuruh Feri masuk ke dalam ruangan itu!
"Pagi, bos. Lu ngapain sih nyuruh gue ke kantor sepagi ini?" tanya Feri sembari berjalan menghampiri Rendi yang sedang duduk di kursi kebesarannya.
"Antar gue ke bogor sekarang," ucap Rendi.
"Apa! Ke bogor? ngapain?" Feri bertanya dengan menatap Rendi tanpa berkedip.
"Cari cewe,"
"What's! Cewek, yang bener?"
"Ah, lo banyak tanya. Ayo berangkat!"
Rendi menarik tangan Feri dengan sedikit kencang!
"E_e_eh! Bos pelan-pelan napa sih," ucap Feri.
"Habisnya lo kebanyakan nanya."
Rendi dan Feri memang sudah berteman sejak dulu jadi walau Rendi adalah bosnya Feri mereka selalu bersikap seperti seorang sahabat.
Di perjalanan, Feri tak hentinya bertanya untuk apakah Rendi mengajaknya pergi ke kota Bogor.
"Ren. Kerumah gue dulu sebentar ya!" ucap Feri.
"Ngapain?"
"Pamitan sama temen gue biar dia ga nungguin gue sampai malam."
"Ya udah. Tumben nimbun teman di rumah?" ucap Rendi.
Feri tak berucap lahir dia langsung mengarahkan mobilnya ke arah rumahnya.
Sesampainya di rumah Feri.
Feri langsung turun dari mobil tanpa memarkirkan mobilnya di tempat yang seharusnya, sedangkan Rendi hanya diam dan menunggu Feri di dalam mobilnya.
"Indah! ... Indah!" teriak Feri.
Mendengar suara seseorang memanggil namanya, Indah segera keluar dari kamarnya!
"Aa, ko udah pulang lagi, apa ada yang ketinggalan?" tanya Indah.
"Nggak. Aku pulang cuma mau bilang, kalau nanti aku pulangnya agak telat. Jadi kamu jangan nungguin aku! Jangan lupa kunci pintu ya!" jelas Feri.
"Emangnya Aa, teh mau kemana?" tanya Indah.
"Aku mau ke bogor sama bos ku. Aku pamit ya Indah, kamu hati-hati di rumah!"
"Iya. Aa juga hati-hati ya!" ucap Indah.
Setelah selesai berbicara dengan Indah, Feri langsung keluar lagi untuk segera berangkat ke kota tujuan bosnya.
Rendi dan Feripun melanjutkan perjalanannya menuju bogor!
Diperjalanan Rendi terlihat sangat bahagia, tak disadari senyuman terus terukir di bibirnya.
"Bos! lu kenapa senyum-senyum sendiri? Kayak orang gila aja!" ledek Feri.
"Apaan sih lo," ketus Rendi.
"Haha. Ada yang bete tuh!"
"Sebenarnya gue bingung Fer. Guekan udah di jodohin sama bokap, tapi gue suka sama cewe lain," ucap Rendi.
"Ngapain bingung. Lu tinggal bawa cewek elu ke rumah, kenalin deh sama om Firman. Kali aja kalo lu bawa cewek, om Firman jadi ngebatalin perjodohan itu," ucap Feri.
"Gak segampang itu. Masalahnya gue gak tahu dan belum kenal sama itu cewek."
"Gak kenal ko bisa suka. Ya udah terima aja cewek pilihan om Firman. Udah jelas lu pasti kenal sama orangnya,"
"Gue juga gak kenal, gak tahu dan gak mau tahu, sama cewek pilihan papa."
"Asagaa! ribet banget sih hidup lu. Terus kita ke bogor mau ngapain, mau ketemu siapa? lu aja gak tau sama kedua cewek yang mungkin salah satunya adalah jodoh elu!"
Asik mengobrol, tak terasa mereka sudah sampai di tempat tujuan. Rendi mengarahkan Feri menuju rumah Asep, tetangganya Indah.
"Ini kan ...," ucap Feri.
"Apa lu pernah kesini?" tanya Rendi yang mendengar perkataan Feri yang tidak selesai.
"Pernah. Tapi dulu," jawab Feri.
"Eh, Fer. Berhenti disini aja! udah nyampe nih,"
Feri memarkirkan mobilnya didepan rumah Asep! Rendi segera turun dari mobil lalu menghampiri rumah Asep! Sedangkan Feri masih terdiam di dalam mobil.
"Itukan rumah bapaknya Indah, apa aku mampir ke sana ya? Ah tapi ngapain toh Indah nya juga gak ada," ucap Feri dalam hati.
"Fer! ... Feri! malah bengong, ayo turun!" ucap Rendi yang membuyarkan lamunan Feri.
"Eh ... sory-sory. Gue tunggu disini aja deh," ucap Feri.
Rendi Pun segera mengetuk pintu pak Asep.
Tok!
Tok!
Tok!
"Assalamualaikum!" ucap Rendi dari luar rumah itu.
Asep langsung membukakan pintu rumahnya untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya.
"Waalaikumsallam. Eh, Aa Rendi. Hayu atuh masuk!" ucap Asep setelah melihat sosok Rendi yang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Aku gak lama ko Pak. Aku cuma mau ketemu Indah. Apa bapak mau mengantar saya kerumah Indah," ucap Rendi tanpa basa-basi.
"Anu ... Indah ...."
"Kenapa Pak? Ada apa dengan Indah?" tanya Rendi penuh penasaran.
"Indah gak ada di rumahnya. Sudah dua hari dia tidak pulang, ibu tirinya dan juga orang-orang suruhan Bu Vina sudah mencari Indah tapi Indah tidak ditemukan," jelas Asep.
Rendi terdiam, dia tidak tahu apa yang harus dia ucapkan dan dia lakukan.
"Sebenarnya Indah pergi ke mana, Pak? Kok Ibu tirinya tidak tahu?"
"Saya juga tidak tahu atuh 'A yang saya dengar Indah kabur saat dijual kepada seorang laki-laki."
"Apa! Dijual? Tega sekali mereka."
"Saya juga gak tahu kebenaran dari cerita itu, saya hanya mendengar orang suruhan Bu Vina sedang berbicara."
"Ya udah kalau begitu, Pak saya langsung permisi pulang saja. Saya mau coba cari Indah di kota, mudah-mudahan saja saya bisa menemukan Indah. Kasihan dia Pak."
"Ya sudah, hati-hati. Maaf kalau udah ketemu sama Indah, tolong jangan pulangkan dia ke rumah Ibu tirinya karena saya takut Indah akan disiksa lagi sama Bu Vina dan Vira."
Rendi menganggukkan kepalanya lalu segera masuk ke dalam mobilnya!
"Gimana?" tanya Feri.
"Cewek itu gak ada. Dua hilang," sahut Rendi.
"Hilang? Gimana caranya seorang anak manusia bisa hilang?.
"Gue juga gak ngerti. Ya udahlah, mungkin gue belum ada kesempatan bertemu dengan dia lagi."
"Jadi kita kemana nih?"
"Ya pulang lah, Feri masa ke hutan."
Rendi terlihat kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Indah, gadis yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!